1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem Pembangunan Nasional Indonesia terdiri dari tujuh subsistem pembangunan, dan pembangunan pendidikan merupakan salah satu komponen
atau sektor pembangunan dari subsistem atau Bidang Kesejahteraan Rakyat, Pendidikan, dan Kebudayaan. Mudyahardjo, 2006:494. Hal ini dapat
dikatakan bahwa Pembangunan Nasional dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan dapat membantu setiap individu untuk maju dan berkembang,
hingga akhirnya bisa menggapai cita-cita yang diharapkan. Tak dipungkiri, cita-cita yang diharapkan tiap manusia dimulai pada masa
anak-anak. Walaupun anak-anak belum mengetahui secara jelas mengenai cita- cita, namun anak-anak telah mampu membayangkan sosok seperti apa di
kemudian hari ketika sudah menjadi besar. Seringkali di masa ini, anak-anak diberikan pertanyaan mengenai cita-
citanya, “Dik, besok kalau sudah besar, ingin jadi apa?”. Lontaran pertanyaan ini biasanya ditanyakan oleh orang yang
telah dewasa, seperti kakak, orang tua, paman, bibi, guru, maupun yang lainnya. Jawaban yang diberikan oleh anak, pada umumnya dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu, latihan sejak kecil, tokoh-tokoh yang mereka idolakan dalam suatu film tertentu maupun profesi yang sering mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari, seperti cinderella, superman, guru, dokter, perawat, polisi, penyanyi maupun tokoh lainnya.
Cita-cita yang dimiliki oleh seorang anak akan berpengaruh sangat kuat pada kepribadiannya. Dengan mengidolakan seseorang dalam kehidupannya,
maka anak akan memiliki model dalam hidupnya. Dimana pada masa ini, anak- anak belajar dengan cara meniru contoh yang dekat dengan dirinya. Hal ini
akan berdampak positif maupun negatif pada anak, tergantung seperti apakah tokoh yang diidolakannya, tokoh yang baik ataupun tokoh yang tidak baik.
Seiring dengan berjalannya waktu dan kedewasaan yang diperoleh dari lingkungan serta pengalaman, anak biasanya mulai berpikir dengan lebih baik
dalam menentukan cita-citanya. Anak yang memiliki cita-cita sejak dini akan memberikan harapan pada anak akan masa depan, menjadi peka terhadap arah
dalam melangkah, memberikan rasa semangat untuk meraihnya, maupun membuat diri lebih fokus pada cita-cita tersebut. Hal ini dapat dikembangkan
secara masksimal melalui pendidikan. Seringkali pendidikan dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan lebih
baik di kemudian hari. Oleh karena itu, banyak orangtua tidak ragu dalam memberikan pengorbanan yang besar untuk pendidikan. Dalam hal ini,
orangtua akan memiliki banyak harapan kepada anaknya. Harapan orang tua ini terkait dengan masa depan anak yang cerah dengan indikator cita-cita yang
dimiliki dapat tercapai. Hal ini terjadi pada kehidupan Chairul Tanjung. Kedua orangtua Chairul Tanjung selalu mengutamakan pendidikan agar bisa keluar
dari jerat kemiskinan. Pendidikan yang telah ditempuh, diiringi dengan segala PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daya dan upaya kedua orangtua, maupun Chairul Tanjung. Pada akhirnya, Chairul Tanjung dapat mencapai apa yang dicita-citakan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya yaitu menjadi seorang pengusaha yang sukses pada unit usahanya. Unit usahanya antara lain Mega Corpora, Trans Corp, dan
PT CT Global Resources. Selain itu, menurut majalah Forbes, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan
bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 375 dunia dengan total kekayaan US 1 miliar pada tahun 2014. Kisah ini ingin mengatakan bahwa seseorang
dapat menggapai cita-cita yang tinggi dengan usaha yang tinggi pula dan pendidikan menjadi salah satu pendukung yang terpenting.
Adapaun faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi cita-cita yaitu bakat, motivasi, jenis kelamin, tingkat pekerjaan orangtua, tingkat penghasilan
orangtua, tingkat pendidikan orangtua, tingkat akreditasi sekolah, status sekolah, jurusan SMASMK asal, prestasi belajar, maupun hal lainnya.
Semiawan 2010:22 memandang manusia merupakan makhluk tunggal yang memiliki talenta dan bakat yang unik diantara makhluk yang lain. Dalam
sepanjang perkembangannya, manusia akan terus mengalami proses “belajar menjadi indiv
idu”. Pada masa belajar ini, manusia akan sangat terikat dengan lingkungannya, suatu ikatan yang sangat penting bagi tumbuh kembang
psikologisnya. Individu akan terikat dengan keluarganya, belajar mewujudkan cita-citanya, serta meletakkan kepentingannya sesuai dengan kepentingan
lingkungan dan sesamanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bakat yang dimiliki manusia, sudah dapat terlihat pada masa anak-anak. Pada masa inilah, orangtua mengetahui bakat yang dimiliki anaknya. Seiring
orangtua memberikan arahan untuk melatih dan mengembangkan bakat tersebut, maka bakat yang telah dimiliki oleh sang anak dapat menjadi impian
di masa depannya. Sebaliknya, jika sang anak tidak mengembangkan bakat yang dimilikinya maka bakat tersebut akan berkurang dan tidak menjadi
impian sang anak. Impian akan masa depan ini biasa disebut dengan cita-cita. Misalnya, seorang anak memiliki bakat seni yaitu menyanyi. Seiring anak ini
selalu latihan untuk mengembangkan bakatnya, maka semakin besar cita- citanya untuk menjadi seorang penyanyi.
Langkah awal yang dapat dilakukan orangtua untuk sang anak dalam menggapai cita-cita yaitu mengarahkan anaknya untuk mengenyam bangku
pendidikan. Menurut Mudyahardjo 2006:3, definisi secara luas dari pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup. Dimana pendidikan ini merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan hidup. Sedangkan definisi
sempit dari pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Mudyahardjo, 2006:6. Sehingga segala
pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepada sekolah, memiliki kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan dan tugas sosial mereka demi tercapainya cita-cita yang diharapkan.
Setiap orangtua menginginkan anaknya dapat mengenyam bangku pendidikan di sekolah yang berkualitas. Sekolah yang dianggap berkualitas,
biasanya dilihat dari tingkat akreditasi dan status sekolahnya. Setiap tingkat akreditasi yang ada di sekolah, tentunya menggambarkan kelengkapan sarana
dan prasarana yang tersedia serta kualitas guru-guru sebagai fasilitator. Sehingga, hal ini akan mempengaruhi tingkat cita-cita yang dimiliki oleh
siswa. Fakta lainnya dikatakan bahwa status sekolah negeri dianggap memberikan sarana dan prasarana yang lengkap serta memiliki guru-guru yang
berkualitas dalam menunjang siswanya untuk memiliki cita-cita yang tinggi dibanding sekolah swasta. Tentunya hal ini, didukung anggaran dan peran serta
pemerintah dalam memberikan kebijakan bagi sekolah dan pendidik. Diharapkan sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana yang lengkap,
berbagai kegiatan yang mendukung bagi karir siswa di masa depan, guru-guru berkualitas dan guru dapat menjadi fasilitator bagi siswa untuk memperoleh
ilmu pengetahuan yang lebih mendalam. Dengan tercapainya hal tersebut, siswa dapat memiliki cita-cita yang tinggi dan mampu menggapainya di masa
yang akan datang. Saat siswa ini tumbuh menjadi seorang remaja, ia telah memilih
mengenai jurusan yang ada di Sekolah Menengah. Misalnya jurusan di Sekolah Menengah Atas, siswa dapat memilih IPA, IPS ataupun Bahasa. Sedangkan,
jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan, siswa dapat memilih Akuntansi, Pemasaran, Administrasi Perkantoran, Tata Boga, Animasi ataupun yang
lainnya. Tentunya, jurusan di Sekolah Menengah akan mempengaruhi cita-cita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dimiliki siswa. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat cita-cita yang dimiliki oleh siswa pada setiap jurusan di Sekolah Menengah.
B. Batasan Masalah