menengah. Dari hasil penelitian, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan cita-cita siswa setelah lulus
sekolah menengah, dengan diterimanya hipotesis ini bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Oleh sebab itu, jika seseorang semakin
berprestasi dalam belajar, maka cita-cita siswa setelah lulus sekolah menengah dapat diwujudkan.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh Bakat Terhadap Cita-Cita Siswa
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih memerlukan latihan dan pengembangan secara serius dan sistematis.
Kemampuan khusus yang dimiliki seseorang akan berkembang apabila orang tersebut mau menyadari bahwa bakat yang dimilikinya akan sangat
berpengaruh terhadap pilihan cita-citanya, mau mengenal bakat yang dimilikinya secara mendalam sehingga dapat menjadikannya sebagai
landasan untuk merencanakan kehidupan di masa depan dan mau berlatih atau mengasah bakatnya secara terus-menerus Mulyaningtyas dan
Yusup;2007 : 11. Cita-cita merupakan suatu keinginan akan masa depan yang
dipikirkan oleh seseorang untuk dicapai. Untuk menggapai keinginan di masa depan, seorang manusia perlu menemukan potensi yang ada di dalam
dirinya. Setelah itu, ia harus mengasah potensi yang dimilikinya hingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mencapai suatu kecakapan ataupun keterampilan khusus. Dari kecakapan ataupun keterampilan khusus ini, ia dapat menjadikannya sebagai cita-cita
di dalam hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi bakat yang dimiliki siswa,
diduga semakin tinggi cita-citanya. Selain itu, semakin rendah bakat yang dimiliki siswa, diduga semakin rendah cita-citanya. Misalnya, siswa
memiliki bakat dalam seni melukis. Jika siswa ini semakin melatih dirinya untuk melukis, maka bakat yang dimilikinya juga semakin tinggi.
Sehingga, semakin tinggi pula cita-citanya untuk menjadi seorang pelukis. Sebaliknya, jika siswa ini kurang melatih dirinya untuk melukis, maka
bakat yang dimilikinya juga semakin rendah. Sehingga, semakin rendah pula cita-citanya untuk menjadi seorang pelukis.
2. Pengaruh Status Sekolah Terhadap Cita-Cita Siswa
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terbagi menjadi dua macam yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah
swasta adalah sekolah yang diselenggarakan sepenuhnya oleh masyarakat melalui badan atau organisasi tertentu, tanpa mendapat bantuan dari
pemerintah. Sedangkan,
sekolah negeri
adalah sekolah
yang diselenggarakan oleh pemerintah Nawawi, 1981:54-55.
Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan nasional. Anggaran pendidikan dapat digunakan sebagai pembayaran gaji guru PNS dan honorer, melengkapi sarana dan prasarana
sekolah, penunjang kegiatan yang mendukung untuk meningkatnya pengetahuan siswa dan guru, maupun yang lainnya. Hal ini dapat
dikatakan bahwa anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 dari APBN dan APBD diberikan untuk sekolah negeri.
Sedangkan, sekolah swasta tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan, sekolah swasta memperoleh dana yang
berasal dari badanyayasan tertentu. Tentunya, setiap dana yang dimiliki setiap sekolah swasta berbeda-beda. Namun pada umumnya, dana yang
dimiliki sekolah negeri lebih besar dibanding sekolah swasta. Sehingga, sekolah negeri dapat memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah serta
kegiatan lainnya yang dapat menunjang peningkatan pengetahuan siswa. Kelengkapan sarana dan prasarana sekolah serta kegiatan menunjang yang
dapat mendorong siswa untuk memiliki cita-cita tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sekolah negeri diduga dapat mempengaruhi cita-
cita siswa SMK lebih tinggi dibanding sekolah swasta. 3.
Pengaruh Jurusan SMK Asal Terhadap Cita-Cita Siswa Seorang siswa yang telah memasuki Sekolah Menengah Kejuruan
SMK, akan memiliki cita-cita sesuai dengan jurusan yang dipilihnya. Hal ini dikarenakan, jurusan merupakan bagian dari bidang sudi yang akan
bermanfaat bagi kepentingan siswa yang bersangkutan untuk menjadi dirinya kelak Gani, 1981:20. Berdasar pada manusia sebagai makhluk
individu, yang memiliki persamaan dan perbedaan antara individu satu dengan lainnya, maka setiap siswa memiliki cita-cita yang berbeda sesuai
dengan jurusannya. Siswa yang memilih Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, maka siswa akan memiliki cita-cita sesuai dengan jurusannya.
Sehingga, hal ini dapat menimbulkan perbedaan pada cita-cita yang dimiliki oleh siswa SMK.
Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen memiliki 3 jurusan yaitu Akuntansi, Administrasi Perkantoran, serta Pemasaran. Pada penentuan
dalam penjurusan yang dilakukan oleh sekolah, siswa dapat dipilih masuk sesuai dengan tinggi rendahnya nilai UN. Nilai UN para pendaftar siswa
SMK diurutkan dari nilai tertinggi sampai dengan terendah. Setelah itu, terdapat peringkat dalam penentuan jurusannya yaitu 1 Akuntansi, 2
Administrasi Perkantoran dan 3 Pemasaran. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa terdapat peringkat pada tingkat cita-cita yang dimiliki siswa
berdasarkan jurusan SMK asal yaitu 1 Akuntansi, 2 Administrasi Perkantoran dan 3 Pemasaran.
D. Paradigma Penelitian