Bagi penari Manfaat Praktis

kesurupan yang sesungguhnya sesuai dengan warisan budaya Jawa. Untuk tetap mau njathil hingga kesurupan pastilah para penari jathilan tersebut menghayati suatu makna tertentu mengenai fenomena kesurupan itu sendiri. Makna tak mungkin ada tanpa kehadiran tujuan dan keberadaan tujuan meniscayakan tindakan. Kita melakukan sesuatu tak lain untuk memperoleh makna dan limpahan makna ini pula yang membuat hidup kita bahagia Malik, 2012. Jadi makna kesurupan dalam kesenian jathilan bagi penari yang mengalami kesurupan adalah adanya pandangan terhadap fenomena kesurupan sebagai suatu hal penting, dirasakan berharga, dan juga memberikan nilai khusus yang terkait dengan kehidupannya sehari-hari. Kesediaan untuk tetap njathil hingga kesurupan bisa jadi merupakan suatu penghayatan terhadap tradisi lelulur untuk mengalami kesurupan sebagai suatu kesatuan dalam kesenian jathilan yang utuh. Adapun jika mengingat perkembangan budaya yang sangat pesat di jaman sekarang ini, tidak menutup kemungkinan jika para penari tetap njathil hingga kesurupan hanya sebagai hiburan semata dan tidak terlalu menghayati makna kesurupan tersebut. Semua tergantung dari bagaimana para penari menghayati dan memetik makna dari fenomena kesurupan yang mereka alami. 10

B. Jathilan

1. Definisi

Jathilan Nama lain dari jathilan adalah jaran kepang, kuda kepang, kuda lumping, dan ebeg. Jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan kegagahan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian jathilan biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan jathilan juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. “Kuda lumping”, 2012.

2. Sejarah

Jathilan Jathilan merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa jathilan menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, jathilan merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan 11