B. Jathilan
1. Definisi
Jathilan
Nama  lain  dari  jathilan  adalah  jaran  kepang,  kuda  kepang,  kuda lumping,  dan  ebeg.  Jathilan  adalah  tarian  tradisional  Jawa  yang
menampilkan  kegagahan  sekelompok  prajurit  yang  tengah  menunggang kuda.  Tarian  ini  menggunakan  kuda  yang  terbuat  dari  bambu  yang
dianyam  dan  dipotong  menyerupai  bentuk  kuda.  Anyaman  kuda  ini dihias  dengan  cat  dan  kain  beraneka  warna.  Tarian  jathilan  biasanya
hanya  menampilkan  adegan  prajurit  berkuda,  akan  tetapi  beberapa penampilan  jathilan  juga  menyuguhkan  atraksi  kesurupan,  kekebalan,
dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. “Kuda lumping”, 2012.
2. Sejarah
Jathilan
Jathilan  merupakan  bentuk  apresiasi  dan  dukungan  rakyat  jelata terhadap  pasukan  berkuda  Pangeran  Diponegoro  dalam  menghadapi
penjajah  Belanda.  Ada  pula  versi  yang  menyebutkan,  bahwa  jathilan menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan
Kalijaga,  melawan  penjajah  Belanda.  Versi  lain  menyebutkan  bahwa, tarian  ini  mengisahkan  tentang  latihan  perang  pasukan  Mataram  yang
dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan  Belanda.  Terlepas  dari  asal  usul  dan  nilai  historisnya,  jathilan
merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan 11
berkuda  atau  kavaleri.  Hal  ini  terlihat  dari  gerakan-gerakan  ritmis, dinamis,  dan  agresif,  melalui  kibasan  anyaman  bambu,  menirukan
gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Seringkali  dalam  pertunjukan  jathilan,  juga  menampilkan  atraksi
yang  mempertontonkan  kekuatan  supranatural  berbau  magis,  seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri,
berjalan  di  atas  pecahan  kaca,  dan  lain-lain.  Atraksi  ini  merefleksikan kekuatan  supranatural  yang  pada  jaman  dahulu  berkembang  di
lingkungan  Kerajaan  Jawa,  dan  merupakan  aspek  non  militer  yang dipergunakan  untuk  melawan  pasukan  Belanda.  “Sejarah  kuda
lumping”, 2012. Jathilan  pada  masa  sekarang  fungsinya  hanya  sebagai  tontonan
atau hiburan, ini agak berbeda dengan fungsi jathilan pada jaman dahulu yang  selain  untuk  tontonan  juga  berfungsi  sebagai  pengawal  yang
memeriahkan iring-iringan temanten atau anak  yang dikhitan serta untuk kepentingan  pelepas  nadzar  atau  midhang  ungkapan  syukur  atas
terwujudnya  suatu  hal  yang  diinginkan.  Para  pemain  jathilan  hanya mewarisi  kesenian  tersebut  dari  nenek  moyang  mereka.  Tidak  ada  yang
mengetahui dan mendefinisikan kapan mulanya tari ini ada. Orang-orang umumnya menyatakan bahwa jathilan sudah ada sejak dulu kala. Namun
yang pasti
,
jathilan berkembang dibeberapa wilayah seperti, Jawa Timur, Jawa  Tengah  dan  Yogyakarta.  Masing-masing  wilayah  tersebut
menampilkan  versi  masing-masing.  Soal cerita,  mereka  biasanya  identik 12