21 14
Materiality materi yang dimiliki. Memiliki banyak uang
untuk membeli segala yang diinginkan. 15
FutureHope harapan bahwa hidup akan menjadi lebih baik
di masa depan. 16 Pria:
pekerjaan, cinta dan pernikahan,
mengejar kemandirian _
17 Wanita : anak,
cinta dan pernikahan, pekerjaan
_
II. A. 3. Orientasi Nilai
Orang yang telah memiliki makna hidup dan menemukan orientasi nilai dibagi Kratochvil 1968 menjadi dua kelompok :
a. Sistem nilai Paralel
Mereka yang berada dalam sistem nilai paralel memiliki beberapa nilai yang sama kuatnya dalam hidup mereka, dan kesemuanya bermakna.
b. Sistem nilai Piramidal
Pada sistem nilai piramidal, satu nilai besar berada pada tempat paling atas, sedangkan yang lainnya berada jauh di bawah, sehingga keseluruhan sistem
nilai diatur seperti piramid. Mereka yang merasa aman dalam sistem nilai ini hanya memiliki satu tujuan untuk diperjuangkan, satu ketertarikan berharga untuk
dikejar.
Universitas Sumatera Utara
22 Keputusasaan
despair dapat terjadi jika nilai utama pada sistem nilai piramidal rusak, juga pada saat pencarian makna hidup berakhir pada frustasi.
Namun, kebanyakan keputusasaan tidak disebabkan oleh distress dan kegagalan. Distress tidak hanya mengakibatkan kerusakan psikologi, namun dapat juga
memiliki kemungkinan untuk menemukan makna baru. Frankl, ….
II. A. 4. Penderitaan
Penderitaan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, kesalahan, dosa, sakit ataupun derita
dalam hidupnya, dan siapapun yang merasa belum pernah mengalaminya pasti suatu saat akan mengalaminya juga. Bastaman 1996 merumuskan penderitaan
sebagai perasaan tidak menyenangkan dan reaksi-reaksi yang ditimbulkannya sehubungan dengan kesulitan-kesulitan yang dialami seseorang. Perasaan tidak
menyenangkan dapat dihayati dengan intensitas yang berbeda-beda pada setiap orang mulai dari perasaan tidak nyaman yang temporer sampai dengan kesedihan
mendalam yang berlangsung lama. Penderitaan menimbulkan reaksi yang berbeda-beda pada orang yang mengalaminya. Travelbee dalam Bastaman, 1996
menyebutkan adanya 3 reaksi dalam menghadapi penderitaan, yaitu: a.
The why me reaction Why me reaction adalah corak reaksi yang paling sering terjadi pada
orang-orang yang sedang mengalami penderitaan. Mereka seakan-akan mempertanyakan mengapa nasib buruk itu yang menimpa diri mereka, dan bukan
terjadi pada orang lain. Reaksi tidak menerima ini biasanya terungkap dalam
Universitas Sumatera Utara
23 bentuk-bentuk marah, mengasihani diri sendiri, depresi, tidak peduli, apatis dan
mencari-cari kesalahan pada orang lain. b.
The acceptance reaction Reaksi menerima dengan penuh kesabaran penderitaan yang sedang
dialami. c.
The why not me reaction Reaksi berupa kesediaan untuk mengambil alih dan mengalami sendiri
penderitaan yang menimpa orang lain, khususnya orang yang dikasihi. Ini sama sekali bukan masochistis, melainkan reaksi yang lebih banyak didasari oleh
keyakinan agama dan filsafat hidup yang menganggap bahwa penderitaan merupakan bagian intrinsik dari kehidupan manusia dan kesediaan berkorban
untuk menanggung penderitaan orang lain merupakan perbuatan yang mulia. Ada banyak kesulitan-kesulitan yang menyebabkan penderitaan, seperti
penyakit badani, gangguanpenyakit kejiwaan, perpisahan cerai, lari, mati, terkucil menyendiri, dosa dan kesalahan, kegagalan, dan sebagainya. Frankl
dalam Bastaman, 1996 menyebut hal-hal yang menimbulkan penderitaan sebagai “the tragic triads of human existence”, yakni tiga ragam penderitaan yang
sering ditemukan dalam kehidupan manusia, yaitu : a.
Sakit pain Merupakan suatu keadaan mental atau fisik yang kurang baik atau
kegelisahan mental dan fisik. Intensitas sakit pain berkisar dari mulai setengah gelisah atau penderitaan yang membosankan hingga penderitaan yang akut bahkan
Universitas Sumatera Utara
24 seringkali rasa sakit yang tak terperikan, dan dapat dirasakan secara “generelized”
atau “localized”, Travelbee, dalam Bastaman, 1996. b.
Salah guilt Merupakan sejenis penderitaan yang berkaitan dengan perbuatan yang tak
sesuai dengan hati nurani. Hati nurani adalah unsur kepribadian yang menilai sejauh mana pemikiran, perasaan, dan tindakan seseorang sesuai dengan tolok
ukur tertentu. Secara umum dikenal bermacam-macam rasa salah, seperti fantasy guilt, situation guilt, dan real guilt. Semuanya dianggap melanggar hati nurani
dan norma-norma sosial, dan biasanya berakhir dengan penyesalan. c.
Kematian death Baik kematian sendiri maupun kematian orang lain merupakan tragedi
alami yang pasti terjadi dan setiap orang akan mengalaminya. Tetapi sikap orang terhadap kematian pada umumnya paradoksal. Di satu pihak menyadari bahwa
kematian merupakan kepastian, tetapi di lain pihak jarang sekali secara serius bersedia memikirkan dan mempersiapkannya, lebih-lebih bila menyangkut
kematian sendiri.
II. B. Bunuh Diri II. B. 1. Pengertian Bunuh Diri