C. Kaitan antara makna hidup dan bunuh diri

37 g. Adanya Suicidal Ideation dan Past Suicide Attempts Suicidal ideation merupakan prediktor yang cukup ampuh dalam melihat besarnya kemungkinan individu melakukan tindakan bunuh diri. Individu yang pernah mencoba bunuh diri di masa lalunya lebih mungkin dari individu lain untuk melakukan bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan di masa lampau merupakan salah satu faktor resiko yang harus diperhatikan secara serius Barlow Durand, 2005.

II. C. Kaitan antara makna hidup dan bunuh diri

Ada hubungan antara makna hidup dan perasaan negatif, kurangnya makna berkaitan dengan manifestasi bunuh diri. Dari penelitian yang dilakukannya, Lester dan Badro dalam Edwards, 2007 menemukan bahwa skor tes tujuan hidup purpose in life test yang rendah memprediksikan percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan dimasa lalu, dan pemikiran bunuh diri yang dirasakan baik dulu maupun sekarang. Edwards dan Holden dalam Edwards, 2007 menemukan hubungan negatif antara tujuan hidup dengan pemikiran bunuh diri dan kecendrungan untuk bunuh diri di masa depan. Kurangnya rasa coherence yang memandang bahwa hidup adalah penuh makna merupakan prediktor pemikiran bunuh diri pada pelaku percobaan bunuh diri yang tengah dirawat di rumah sakit enam bulan setelah usaha bunuh diri yang dilakukannya, ini juga merupakan prediktor dari percobaan bunuh diri yang dilakukan di masa mendatang Petrie Brook dalam Edwards, 2007 Universitas Sumatera Utara 38 Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa makna hidup sangat berkaitan dengan tindakan bunuh diri. Frankl ... mengemukakan tentang dua kelompok orang yang membutuhkan pertolongan, yaitu : a. People in Doubt Bagi orang yang dalam keraguan, segala sesuatu terlihat negatif dan dipertanyakan. Mereka mencari tujuan untuk dikejar, ide untuk dipercayai, tugas untuk dipenuhi, karena mereka menemukan diri mereka berada dalam kekosongan yang diistilahkan dengan existential vacuum. Mereka tidak melihat adanya tujuan dalam hidup mereka dan sedang mencari makna. Jika pencarian makna ini tersangkut dalam suatu kondisi permanen keraguan, dan tidak ada perkembangan, mungkin akan menghasilkan neurotis serius, psikotis,atau bahkan depresi. b. People in Despair Adalah mereka yang tadinya memiliki orientasi hidup yang bermakna, tapi kemudian kehilangan makna itu baik melalui hilangnya rasa percaya fate atau menemukan bahwa makna tersebut tidaklah penting atau mengecewakan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pernah hidup dalam kesenangan, kekuasaan, kesejahteraan, dan menyadari mereka mengejar sesuatu yang tidak memiliki kelanjutan, dan sekarang merasa kosong. Realitas ini dapat mengarah pada kemunduran resignation, perasaan tak bermakna, bahkan pemikiran untuk bunuh diri. Mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi untuk bermakna akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak Universitas Sumatera Utara 39 bermakna. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna meaningless, hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa. Penghayatan-penghayatan seperti digambarkan di atas mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk: berkuasa the will to power, bersenang-senang mencari kenikmatan the will to pleasure termasuk kenikmatan seksual the will to sex, bekerja the will to work, dan mengumpulkan uang the will to money. Akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut dapat menjelma menjadi nerurosis neugenic, totalitarianism, dan conformism. Totalitarianism adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain. Pribadi ini sangat peka kritik dan biasanya akan menunjukkan reaksi menyerang kembali secara keras dan emosional; Sedangkan conformism adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri Bastaman, 2007 . Frankl 1950 mendiagnosa dan menggambarkan suatu sindrom yang disebut dengan Existential frustation, yang termanifestasi dalam ketidakacuhan, perasaan tidak bermakna, kekosongan dalam, kekurangan orientasi tujuan, Universitas Sumatera Utara 40 kebosanan boredom, ketidak puasan dengan hidup yang berakibat muakjenuh akan hidup. Orang dewasa yang terkena frustasi eksistensial, mengganti karir, mencoba ini-itu tanpa menemukan kepuasan. Mereka kenyang akan segalanya tanpa menemukan kepuasan, dan pada akhirnya berkata :”aku muak akan hidup” Existential frustration biasanya diikuti dengan existential vacuum, yaitu kondisi dimana seseorang menderita ketidak bermaknaan meaninglessness dan kekosongan emptiness disebut juga dengan kehampaan inti inner void. Konsekuensi dari existential vacuum adalah tidak mengetahui apa yang sebenarnya ingin dilakukannya, kekurangan isi dan tujuan hidup. Juga dapat memiliki konsekuensi berbahaya, seperti depresi, inflasi sex, ketergantungan, dan kekerasan. Frankl,... Walaupun penghayatan hidup tanpa makna ini bukanlah merupakan suatu penyakit, tetapi jika berlangsung secara intensif dan berlarut-larut tanpa penyelesaian tuntas dapat menjelma menjadi suatu noogenic nerosis, yaitu neurosis yang berasal dari masalah spiritual, dalam konflik moral, atau dalam konflik diantara hati nurani yang sebenarnya dengan sekedar superego. Neurosa ini adalah hasil dari frustasi akan keinginan untuk bermakna will to meaning , dari apa yang disebut dengan frustasi eksistensial, atau dari kehampaan eksistensial. Gangguan ini biasanya tampil dalam keluhan-keluhan bosan, hampa, dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya. Kehidupan sehari-hari dirasakan sebagai suatu rutinitas yang tidak pernah berubah, bahkan tugas sehari-hari ditanggapi sebagai hal yang sangat menjemukan dan menyakitkan hati. Kegairahan kerja dan kesediaan untuk bekerja Universitas Sumatera Utara 41 menghilang serta menganggap tak pernah mencapai kemajuan apapun dalam hidup, bahkan prestasi-prestasi yang pernah dicapai dirasakan tak berharga. Lingkungan dan keadaan di luar dirinya ditanggapi sebagai hal-hal yang membatasi dan serba menentukan dirinya, dan ia merasa tak berdaya menghadapinya. Kelahiran dan kehadiran di dunia pun dipertanyakan, bahkan disesali. Sikapnya terhadap kematian ambivalen, di satu pihak ia merasa takut dan tidak siap mati tetapi di lain pihak sering beranggapan bahwa bunuh diri merupakan jalan terbaik untuk keluar dari kehidupan yang serba hampa ini. Frankl,...; Bastaman, 1996 Universitas Sumatera Utara 42

BAB III METODE PENELITIAN