B. 3. Commonalities of suicide

31

II. B. 3. Commonalities of suicide

Menurut Shneidman 1996, ada 10 kebiasaan dalam bunuh diri, yaitu: 1. Biasanya maksud dari bunuh diri adalah mencari solusi Bunuh diri bukanlah tindakan yang dilakukan secara acak. Bunuh diri tidak pernah dilakukan tanpa tujuan karena bunuh diri merupakan jalan keluar dari masalah, dilema, kesulitan, krisis dan situasi yang tidak dapat ditanggung lagi. Bila hidup dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan, tak tertahankan, absurd dan tidak bermakna, bunuh diri menjadi suatu jawaban . Tujuan dari bunuh diri adalah untuk menyelesaikan masalah , untuk mencari sebuah solusi dari masalah yang mengakibatkan penderitaan hebat. 2. Biasanya tujuan dari bunuh diri adalah berhentinya kesadaran consciousness Bunuh diri dapat dipahami sebagai pergerakan kearah berhentinya kesadaran dan rasa sakit yang tidak bisa ditanggung lagi oleh seseorang. Terutama bila berhentinya kesadaran itu dianggap sebagai solusi terbaik dari orang yang menderita masalah yang menekan dan hidup yang penuh derita. 3. Biasanya, stimulus dari bunuh diri adalah rasa sakit psikologis yang tak tertahankan Bunuh diri merupakan pergerakan menjauhi emosi yang tak tertahankan, rasa sakit yang tidak dapat ditanggung, dan kesedihan yang tidak dapat diterima. Orang ingin keluar dari rasa sakit psikologis psychache. Rasa sakit pain merupakan inti dari bunuh diri. Bunuh diri merupakan respon manusia untuk rasa sakit psikologis yang ekstrem, rasa sakit dari penderitaan manusia. Universitas Sumatera Utara 32 4. Biasanya stressor dalam bunuh diri adalah terhalangnya kebutuhan psikologis Bunuh diri merupakan hasil dari terhalangnya atau tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis. Hal ini lah yang menyebabkan rasa sakit dan mendorong pada tindakan bunuh diri. Kebanyakan bunuh diri mewakili kombinasi dari berbagai kebutuhan, tapi setiap tindakan bunuh diri merefleksikan tidak terpenuhinya kebutuhan psikologi khusus. 5. Biasanya emosi dalam bunuh diri adalah hopelessness dan helplessness Perasaan yang meliputi kondisi suicide adalah hopelessness dan helplessness. Perasaan seperti : “tidak ada yang dapat aku lakukan kecuali bunuh diri, dan bahwa tidak ada yang dapat menolongku dengan derita yang kualami”. Yang mendasari ini adalah perasaan tidak bertenaga, bosan, dan sangat sedih bahwa segalanya tidak memiliki harapan dan aku tidak tertolong lagi. 6. Biasanya kondisi kognitif dalam bunuh diri adalah ambivalent Orang yang melakukan bunuh diri ambivalen antara hidup dan mati pada saat mereka melakukannya. Mereka ingin mati, namun di saat yang sama juga ingin diselamatkan. Ambivalensi merupakan kondisi yang umum dari bunuh diri. 7. Biasanya kondisi perseptual dalam bunuh diri mengalami penyempitan Dalam bunuh diri biasanya terjadi penyempitan dalam emosi dan psikologis seseorang. Orang yang bunuh diri mempersempit atau memfokuskan pilihan mereka menjadi suatu dikotomi. Akan mencapai solusi bahagia yang hampir tidak mungkin dilanjutkan atau berhenti melakukannya. Semua atau tidak sama sekali. Yang memunculkan pemikiran seperti: ” tidak ada hal lain lagi untuk Universitas Sumatera Utara 33 dilakukan”, ”jalan keluar nya hanyalah kematian: ” satu-satunya yang dapat aku lakukan adalah membunuh diriku”. 8. Biasanya tindakan dalam bunuh diri adalah pelarian atau egression Bunuh diri merupakan kepergian dari suatu kondisi distress. Kebanyakan orang berkeinginan untuk keluar dari masalah untuk sementara seperti lari dari rumah, berhenti dari pekerjaan, meninggalkan pasangan, berlibur, atau tenggelam dalam buku atau film yang mengasyikkan, namun hal itu berbeda dengan keinginan untuk menghentikan hidup selamanya. 9. Biasanya tindakan interpersonal dalam bunuh diri adalah komunikasi akan niat Kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri, baik secara sadar maupun tidak menunjukkan petunjuk tentang niatnya, tanda-tanda akan distress, rengekan akan ketidakberdayaan, dan pertolongan untuk intervensi. Tentu saja komunikasi verbal dan perilaku ini biasanya dilakukan secara tidak langsung, tapi dapat didengar oleh orang yang memang mau mendengarnya. 10. Biasanya pola dalam bunuh diri adalah konsistensi dari gaya abadi Ada pola tertentu yang selalu digunakan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya, baik dalam emosi maupun reaksi pertahanannya. Hal ini konsisten dengan reaksi jangka pendek dan jangka panjangnya saat mengalami penderitaan, ancaman, kegagalan, ketidakberdayaan dan berbagai peristiwa negatif dalam hidupnya. Untuk dapat mengetahui gaya seseorang dalam mengatasi masalah kita harus melihat peristiwa sebelumnya yang mengganggu, dan masa-masa kelam dalam kehidupan untuk mengukur kapasitas seseorang dalam memikul psychache. Universitas Sumatera Utara 34

II. B. 4. Faktor Resiko Penyebab Bunuh Diri