B. 2. kondisi Psikologis LANDASAN TEORI

27 Beck et,all 1973 mengembangkan skema klasifikasi untuk perilaku bunuh diri. Berdasarkan klasifikasi ini, fenomena suicidal digambarkan sebagai: completed suicide, suicide atempts, suicide ideation. O’Carrol et al 1996 menyediakan definisi yang sering digunakan dalam penelitian tentang bunuh diri. Suicide atau completed suicide didefinisikan sebagai kematian karena luka, racun, mati lemas dimana ada bukti eksplisit maupun implisit bahwa luka tersebut diakibatkan diri sendiri dan bahwa pelaku bermaksud untuk membunuh dirinya sendiri. Suicide attempt didefinisikan sebagai perilaku yang berpotensi menyakiti diri sendiri namun dengan hasil yang tidak fatal Orang tersebut tidak mati, masih dapat diobati, dan ada bukti eksplisit maupun implisit bahwa orang tersebut memiliki maksud untuk membunuh dirinya. Suicidal ideation adalah pemikiran apapun yang berkaitan dengan perilaku bunuh diri atau membentuk suatu niat untuk bunuh diri dengan berbagai derajat keseriusan namun tidak melakukan suatu tindakan eksplisit.

II. B. 2. kondisi Psikologis

Berdasarkan teori kebutuhan Murray, Shneidman 1996 menggolongkan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan psikologis orang yang bunuh diri kedalam 5 kelompok. Masing-masing merefleksikan jenis rasa sakit psikologis yang dialami. Kelima hal tersebut adalah: 1. Thwarted love, acceptance, and belonging berkaitan dengan frustasi kebutuhan succorance dan affiliation 2. Fractured control, predictability, and arrangement Universitas Sumatera Utara 28 berkaitan dengan frustasi kebutuhan achievement, autonomy, order dan understanding 3. Assaulted self image and avoidance of shame, defeat, humiliation, and disgrace berkaitan dengan frustasi kebutuhan affiliation, defendance dan shame avoidance 4. Ruptured key relationship and the attendant grief and bereftness berkaitan dengan frustasi kebutuhan affiliation dan nurturance 5. Excessive anger, rage and hostility berkaitan dengan frustasi kebutuhan dominance, aggression,dan counteraction bukanlah suatu kebutuhan yang menyebabkan bunuh diri, melainkan rasa frustasi, kegagalan, terhalangi, ketidaklengkapan dan tegangan akan terpenuhinya kebutuhan tersebut, hal ini dianggap penting bagi orang tersebut sehingga menyebabkan tegangan yang tidak dapat dipikul. Joiner 2005 menjadikannya dua kategori utama, yaitu : 1. Perceived Burdensomeness yaitu assaulted self image, fractured controlled dan excessive anger Apabila kebutuhan untuk keefektivan dan rasa kompetensi tidak terpenuhi, maka akan memiliki kontribusi dalam keinginan bunuh diri terutama bila perasaan tidak efektif tersebut hingga derajat dimana orang lain terbebani. Mereka yang melihat dirinya sendiri sebagai beban bagi orang lain memiliki image diri yang negatif, perasaan tidak bisa mengontrol hidupnya, dan memiliki emosi Universitas Sumatera Utara 29 negatif yang berasal dari rasa bahwa ketidakmampuan mereka mempengaruhi orang lain. Orang yang melakukan bunuh diri memandang dirinya sebagai beban, memandang bahwa kondisi ini adalah stabil dan permanen, dengan kematian sebagai solusi dari masalah. Pandangan mereka mungkin saja salah, namun setiap persepsi dapat mempengaruhi perilaku. Berlawanan dengan rasa ketidakefektivan dan helpless, rasa keefektivan yaitu pandangan bahwa seseorang bukanlah beban melainkan memiliki kontribusi dapat mempertahankan kehidupan. Melihat bahwa diri sendiri sangat tidak efektif dan orang yang dicintai terancam dan terbebani merupakan sumber dari keinginan untuk bunuh diri. 2. Thwarted Belongingness yaitu thwarted love dan ruptured relationship Need to belong merupakan motif fundamental manusia yang melibatkan kombinasi dari interaksi yang sering terjadi disertai perhatian yang terus menerus. Dua komponen dari terpenuhinya need to belong adalah interaksi dengan orang lain dan perasaan diperhatikan. Sehingga untuk memenuhinya dibutuhkan interaksi yang positif dan sering. Jika individu tersebut memiliki pemikiran bunuh diri, hubungannya dengan orang yang ia sayangi membuatnya tidak mungkin melakukan tindakan bunuh diri. Tidak terpenuhinya need to belong dapat meningkatkan resiko akan keinginan untuk bunuh diri : individu yang suicidal mengalami interaksi yang tidak memuaskan kebutuhannya akan need to belong hubungan yang tidak Universitas Sumatera Utara 30 menyenangkan, tidak stabil, tidak sering, atau tanpa kedekatan dan merasa tidak terhubungkan dengan orang lain dan tidak diperhatikan. Orang yang gagal dalam memenuhi need to belong akan memiliki hasrat desire untuk mati, Sebagaimana orang yang telah kehilangan hubungan dengan orang lain mulai membentuk pemikiran akan kematian. Ia melihat kematian dengan cara yang aneh. Menggunakan kata-kata seperti ‘indah’ dan ‘anggun’ saat menggambarkan tentang kematian dan meleburkan konsep kematian dan penghancuran dengan hidup dan pemeliharaan. Hal ini hanya dapat terjadi jika seseorang telah kehilangan rasa takutnya yang mendalam pada kematian. Kedua kondisi psikologis ini, keefektivan dan keterhubungan saling berkaitan satu sama lain. Untuk merasa menjadi beban bagi seseorang, kita harus terhubungkan pada orang tersebut, maka burdensomness mempengaruhi belongingness. Dan bahwa perasaan terhubung akan mempengaruhi perasaan efektiv Joiner 2005. Ada 3 variabel yang sering muncul dalam pelaku bunuh diri, yaitu feeling a burden on others, social withdrawal, dan help negation kecendrungan untuk menghalangi pertolongan, terutama pertolongan terapeutik. Help negation dipandang sebagai proses dari pemutusan hubungan interpersonal dan dapat merepresentasikan suatu thwarted belongingness Joiner, 2005. Universitas Sumatera Utara 31

II. B. 3. Commonalities of suicide