55
IV. A. Partisipan 1 IV.A.1. Observasi
Benny adalah pria batak toba dengan tinggi sekitar 167 cm dan berat sekitar 60 kg. Ia berkulit sawo matang. Rambutnya dipotong pendek dan rapi. Dan
sering menggunakan kaos santai dan sarung saat wawancara . Pertama kali peneliti datang kerumah partisipan pada pertengahan bulan
Maret 2008. Sebelumnya partisipan mengetahui bahwa ibu peneliti yang merupakan teman sekantornya akan datang bersama anaknya yang kuliah di
psikologi. Partisipan banyak bercerita soal penyakit fisik – penyakit yang dialaminya, mulai dari darah tinggi, stroke ringan, hingga gagal ginjal yang
dialaminya saat ini. Hal ini mungkin dikarenakan partisipan menganggap cabang psikologi adalah sama dengan ilmu medis kedokteran. Namun, walaupun bercerita
tentang dirinya dan penyakit fisiknya, partisipan sama sekali tidak menyinggung pembicaraan tentang kehidupan rumah tangganya dan peristiwa bunuh diri yang
dilakukannya. Anak-anak dan ibu partisipan yang pada saat itu ikut bergabung terkadang menimpali cerita yang diutarakan Beni. Beni terlihat santai dan
bersemangat saat bercerita mengenai penyakitnya. Pada saat itu ia terlihat tidak terlalu terbebani dengan penyakitnya.
Selain berbicara tentang penyakitnya, Beni banyak membicarakan tentang kondisi kantor dengan ibu peneliti dan peneliti mengobrol dengan anak
perempuan tertua Beni yang pada saat itu duduk disebelah peneliti. Pada kedatangan pertama ini peneliti belum menggunakan alat perekam melainkan
hanya mengingat, walaupun Beni beberapa kali menyuruh peneliti untuk mencatat
Universitas Sumatera Utara
56 pembicaraan agar tidak lupa peneliti memfokuskan diri untuk mendengarkannya
dan tidak disibukkan dengan aktivitas mencatat. Pembicaraan ini dilakukan di di ruang tamu Beni. Rumah ini merupakan
rumah dinas PTPN tempat Beni bekerja. Ruang tamu terletak tepat didepan pintu dan memiliki 1 sofa yang dapat diduduki 3 orang,4 kursi kayu untuk 1 orang di
kanan dan depan sofa serta 1 meja di tengahnya. Ruang tamu ini terhubung tanpa sekat dengan ruangan yang memiliki satu sofa dan meja cukup panjang yang
digunakan anak-anak Beni untuk belajar. Walaupun ada tembok yang menghalangi terlihatnya ruang keluarga tempat TV diletakkan namun ruangan
tersebut tetap terhubung. Saat datang, peneliti sering melihat beni sedang menonton TV disana dan bangkit untuk menyambut peneliti. Disamping lemari
hijau di seberang ruang tamu tempat Beni menyimpan barang termasuk Baygon terdapat sebuah dapur. Mobil terparkir di garasi yang terdapat tepat di samping
pintu masuk. Disamping garasi terdapat ruang kosong yang tadinya digunakan
istri Beni untuk berjualan.
Saat pengambilan data berlangsung, awalnya Beni tidak ingin bercerita tentang masalah dengan istri keduanya dan lebih banyak bercerita tentang situasi
mengapa ia mencoba untuk bunuh diri namun saat wawancara berlangsung cukup lama Beni pun akhirnya menceritakan masalah dengan istrinya tersebut. Sesekali
ia terdiam dan memejamkan mata saat mengingat peristiwa yang sudah lama. Beni menceritakan masalah istri keduanya dengan suara keras dan
menaikkan intonasi suara, namun ia terkesan menolak pembicaraan tentang istri pertamanya. Mata nya berkaca-kaca, Ia melipat tangan dan bersandar serta hanya
Universitas Sumatera Utara
57 menjawab singkat pertanyaan yang diajukan peneliti tentang istrinya yang telah
meninggal. Itu pun dengan kepala sedikit tertunduk dan volume suara yang dikecilkan.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, Beni bercerita tentang jalannya Pilkada, tentang politik dan birokrasi di Indonesi. Ia berbicara lebih cepat
dan lantang saat membicarakan hal-hal ini dibandingkan saat bercerita mengenai
dirinya tadi. IV.A.2. Latar belakang
Beni lahir di Porsea pada tahun 1962 dari orang tua yang bermata pencaharian sebagai petani. Kedua orang tuanya berasal dari suku batak Toba.
Beni adalah anak ke 4 dari 6 bersaudara, ia memiliki 3 saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan. Di masa kecil nya, ia bersama saudara-saudaranya sering
membantu pekerjaan ayah mereka mencangkul di sawah. Selain membantu di ladang, ia juga terbiasa membersihkan rumah.
Setelah lulus SD dan SMP di Tapanuli Selatan, dia bersekolah di SMA kristen di Medan, hidup terpisah dari keluarganya dan kos di medan. Selepas
SMA, ia melanjutkan pendidikan ke universitas Dharma Agung jurusan Akuntansi. Setelah menamatkan kuliahnya, Beni bekerja sebagai pegawai di
bidang akuntansi di PTPN hingga saat ini. Beni pertama kali menikah pada usia 25 tahun dan pernikahan itu bertahan
hingga 15 tahun sebelum istri pertamanya itu meninggal dunia. Setelah kematian istrinya, beni mengambil alih peran istrinya dalam mengurus anak-anaknya.
Hingga suatu hari penyakit darah tingginya kumat dan ia pun harus dirawat
Universitas Sumatera Utara
58 dirumah sakit. Setelah sembuh dari penyakitnya, Beni mencari seorang wanita
yang dapat menjadi pengganti istrinya. Ia pun diperkenalkan pada seorang wanita yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Mereka berpacaran selama 6
bulan sebelum memutuskan untuk menikah pada tahun 2005. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama 6 bulan karena istri keduanya tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keluarganya. 3 bulan setelah perpisahan dengan istri keduanya, beni kembali jatuh sakit.
Kali ini, tekanan darah tinggi yang terus menerus membuatnya didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal. Ia diharuskan untuk mencuci darah 2 kali
seminggu oleh dokter. Kali ini ia diopname selama sebulan. Setelah keluar dari rumah sakit, ia beristirahat di rumah. 3 minggu setelah
ia divonis menderita gagal ginjal, saat hanya ada dia dan ibunya di rumah itu, ia meminum racun serangga yang ada dirumahnya. Ia berhasil diselamatkan dan
dirawat di ICU selama 10 hari. Saat ini keseharian beni banyak diisi dengan menonton TV, dan melamun.
Walaupun ia masih berstatus sebagai karyawan PTPN, namun ia sering tidak datang kekantor. Saat berada di kantor, ia tidak lagi bekerja seperti ketika ia masih
sehat dulu melainkan hanya mengisi absensi dan duduk di kantornya.
IV.A.3.Data Wawancara 1.
Makna Hidup
Beni menikmati banyak pekerjaan jumlah menjumlah dan memutar otak yang dilakukannya di kantor, mulai dari mengambil data di setiap bidang,
mengecek fisik barang tersebut, mengecek uang yang ada, hingga mengolah data
Universitas Sumatera Utara
59 keseluruhan hasil survey yang dilakukannya. Beni melaksanakan tugasnya ini
setiap hari mulai dari pukul setengah delapan pagi hingga lonceng berbunyi di sore hari. Bahkan bila perkerjaan belum juga terselesaikan setelah lewat waktu
jam kerja yang ditentukan, Beni bersedia pulang hilang hingga jam 10 malam untuk menyelesaikan tugasnya. Bagi Beni pekerjaannya ini tidak hanya
memerlukan kemampuan berhitung, tetapi juga feeling agar dapat menyocokkan angka yang dimilikinya dengan angka-angka yang ditulis oleh orang lain Beni
bercita-cita menjadi seorang pegawai yang baik sehingga ia dapat diangkat menjadi staf dan dapat menyekolahkan anak-anaknya.
ya..100 beraktivitas. Produktif la gitu. Sebelum sakit ginjal la. Saya berproduktivitas. Saya.. hari apa itu. Paling gak suka aku nganggur.
cita-cita ya..jadi pegawai yang baik la kan. Kalo bisa pun kita jadi staf kan. Bisa menyekolahkan orang ini. P3, W1b.116-118
Sebagai orang yang tidak suka menganggur, apabila ia sedang berada dirumah, Beni rajin mengerjakan pekerjaan seperti mengebros kamar mandi,
mengorek parit yang tersumbat, mengorek sampah, menyapu dan mengepel rumah, bahkan menggiling cabe dan memasak pun dilakukannya. Beni jarang
menonton Televisi, kalaupun menontonnya ia tidak menyukai tayangan sinetron melainkan lebih memilih untuk menonton acara politik. Di malam hari ia lebih
suka membaca firman tuhan. berdoa dari hati yang paling dalam, bernyanyi bersama keluarga. Dia sangat rajin mengikuti kebaktian. Pergi ke gereja di
minggu bahkan bisa dilakukannya sampai 2 kali. Setiap hari ia bangun pukul 5 pagi untuk berolahraga. Bahkan saat hari
sedang hujan ia tetap berolahraga, ia akan berolahraga di rumah. menggunakan
Universitas Sumatera Utara
60 kaos ketat agar keringatnya cepat mengalir.Terkadang ia bermain bola dan
badminton. Terkadang ia pergi kelapangan merdeka untuk berlari pagi, namun seringnya ia berlari di daerah sekitar rumahnya saja. Berlari hingga pasar pagi, ia
sering membelikan bahan makanan untuk dimasak istrinya sebagai sarapan keluarga. Karena mudah berkeringat, Beni selalu sarapan terlebih dahulu sebelum
mandi pagi dan pergi kekantor pada pukul 7 pagi. Pada saat Beni sibuk di kantor, istrinya yang baik, mengerti dirinya dan
sayang terhadap anak-anaknya ini membuka toko kelontong didepan rumahnya dan sambil mengantar anak-anaknya ke sekolah, ia juga mengantarkan anak
tetangganya yang masih SD ke sekolahnya. Istri berperan sebagai ibu yang dapat mengatur kesejahteraan keluarganya. Mulai dari pendidikan anak hingga
kebersihan menyuruh mandi dan makan sekeluarga selalu diurusnya. Apabila bertengkar dengan Beni, Alih-alih mengabaikan tugas-tugasnya memasak untuk
keluarga, ia akan mendiamkan Beni, itupun paling lama hanya berlangsung selama 3 atau 4 hari. Memang memiliki sejarah penyakit darah tinggi, Beni
sempat terserang stroke ringan yang membuat mulutnya miring sehingga sulit memasukkan makanan ke mulutnya di tahun 1997. Pada saat Beni terserang
stroke, selain berobat ke rumah sakit dan berolahraga, istrinya sering membuatkannya sop dan jus sehingga ia dapat pulih kembali dalam waktu 1
bulan. Istrinya pulalah yang selalu mengurus makanannya dan menyuruhnya untuk meminum obat yang diberikan oleh dokter.
kalo darah tinggi sudah lama saya. Semenjak kawin pun sudah darah tinggi saya. Tapi bisa, terkontrol gitu kan. Karena kita diurus dia kan. Ada yang
ngurus kita. Ada yang menjaga kita gitu. Makan kita teratur la. Ada yang bikin obat. Ada yang nyuruh makan obat. P3, W2b1088-1092
Universitas Sumatera Utara
61
2. Kehilangan Satu Sumber Nilai
Di tahun 2003, saat Beni sedang mengikuti tes di Jakarta, ia mendapat kabar dari keluarganya bahwa istrinya meninggal akibat terjatuh dari kamar
mandi. Anak-anaknya yang baru pulang ujian sekolah dibantu oleh tetangga depan sempat akan membawanya ke rumah sakit, namun karena kepalanya terbentur
keras ia meninggal dalam perjalanan dan tidak sempat menerima perawatan di rumah sakit.
Terkejut menerima kabar tersebut, Beni langsung mencari pesawat terbang dan pulang ke Medan. Ia sampai pada sore hari di hari yang sama dengan saat
istrinya meninggal pada pukul 12 siang itu. Acara adat dilakukan di rumah mereka di medan, 3 hari kemudian jasad istrinya dibawa ke Tapanuli Selatan untuk
dikuburkan disana. Beni mengaku tidak terlalu memikirkan kematian istrinya karena hari-
harinya disibukkan dengan berbagai aktivitas, mulai dari pekerjaan kantor, berolahraga, pekerjaan rumah dan mengurus anak-anaknya.
Beni sangat sayang pada anak-anaknya, di kantor pun pikirannya melayang pada anak-anaknya. Sering ia membawa kertas, dan pulpen dari kantor
untuk anak-anaknya. Bila ada nasi bungkus yang enak ia akan membawanya pulang karena anak-anaknya senang memakannya. Setelah istrinya meninggal,
tidak ada yang memasakkan lauk untuk dimakan keluarganya. Terkadang ia masak untuk keluarganya, namun sering ia membeli nasi bungkus di luar ataupun
memasak nasi dan hanya membeli lauk saja. Karena mudah mendapatkannya Beni
Universitas Sumatera Utara
62 sering membeli daging babi yang memiliki banyak kandungan lemak sebagai
lauk. Setahun setelah kematian istrinya, Beni mendapat undangan ke pesta
tulangnya. Sepulang dari kantor ia pergi ke pesta tersebut. Di pesta itu ia tidak menjaga makanannya, dan memakan terlalu banyak daging babi yang memiliki
banyak lemak. Pulang dari tempat pesta, ia langsung oyong dan muntah. Begitu memeriksakan dirinya ke mantri, ternyata tensinya sudah mencapai angka
180120. maka ia pun disuruh untuk opname selama 2 minggu dirumah sakit. Pulang dari rumah sakit ia mulai menjaga makanannya dan memakan timun setiap
malam. Saat ia mengalami sakit darah tinggi, aktivitasnya menjadi sedikit terganggu karena penyakitnya itu, namun karena ia masih bisa berolahraga dan
berjalan kemana-mana, Beni masih bisa mengatasinya. 1 bulan kemudian penyakit darah tingginya pun bisa teratasi.
begitu meninggal ya..gak ada lagi la yang apa..makan pun sembarangan la..mana yang paling gampang dibeli itu la yang dibeli. Makanya sempat
saya opname. Tapi masih bisa terkendali kan. P3, W2b.1094-1097
Darah tinggi. Opname saya kira-kira 2 minggu. Udah itu. Karena masih opname belum penyakit ginjal. Masih bisa kubawa-bawa kan. Darah tinggi
ni masih bisa kubawa-bawa kan. Masih bisa awak lari habis itu awak jalan kemana-mana. Masih bisa lari pagi. Walaupun terganggu gitu, tapi karena
masih bisa awak jalan kemana-mana, hilang juga darah tingginya. P3, W1b.765-772
3. Mencari Makna Hidup
Setelah penyakitnya sembuh ia berpikir untuk mencari perempuan yang dapat menemaninya, menjaga, mengurus dan membantu dirinya, yang dapat
berperan sebagai teman untuk berdiskusi, teman untuk bekerja, istri, dan sebagai
Universitas Sumatera Utara
63 pengganti ibu yang baik bagi anak-anaknya. Ia merasa tidak tahan dengan
kondisinya yang tanpa pendamping tersebut. Ia mencari seorang wanita dari tingkat ekonomi yang lebih rendah darinya dan berwajah tidak begitu cantik. Ia
menganggap bahwa orang miskin tidak banyak tingkahnya dan orang jelek baik hatinya.
Dari salah seorang temannya ia dikenalkan pada seorang gadis yang berusia 10 tahun dibawahnya dan bertempat tinggal di kota Medan. 6 bulan Beni
berpacaran dengan gadis tersebut sebelum menikahinya di gereja pada bulan November 2005, namun tanpa mencatatkannya di catatan sipil.
Ia mengharapkan wanita tersebut dapat menjadi pengganti mendiang istrinya. Baik, mengerti dirinya dan sayang terhadap anak-anaknya. Namun
harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Istrinya tidak dapat menyesuaikan diri dengan keluarganya. Bukannya merangkul, ia malah menjauh dari keluarganya.
Terutama anak-anak Beni. Hanya Beni saja yang didekatinya, tetapi ia tidak dapat menyatu dengan anak-anak. Sering sekali ia bertengkar dengan anak-anak,
terutama anak pertama dan kedua Beni. Sepulang dari kantor ia sering mendengar bahwa ada yang menangis dan menjerit. Pada saat itu Beni banyak bersabar dan
membela istrinya. Namun suatu hari, Beni melihat mereka bertengkar dan istrinya mulai memukul anaknya. Pada saat itu ia mulai merasa bahwa ada yang tidak
beres dengan istrinya. Ia langsung menasehati istrinya agar jangan bertengkar apalagi sampai menggunakan tangan dengan anak anak akan tetapi cukup
diomongkan saja. Karena ia juga tidak memukul anak-anaknya. Itu adalah kelakuan yang tidak baik bagi seorang ibu tiri.
Universitas Sumatera Utara
64 aku kubiari aja. Paling kubilangin, gak usah berantem la. Gak usah pake
pukul-pukul aja. Ngomong aja sama anak-anak. Gak usah pake tangan gitu. Gitu nya. Soalnya saya gak..gak pake tangan saya..gak. sebenarnya
kalo..saya sudah apa bisa saya maen tangan. Tapi saya kan bepikir juga awak anak orang awak pukul kan..gak enak kan. Apalagi jadi ibu tiri awak
pukul kan gak sedap. P3, W2b.1209-1215
Walaupun sudah mulai merasakan ketidakcocokan dirinya dan anak- anaknya dengan istri keduanya ini, ia masih bersabar. Hingga suatu hari istrinya
tidak mau memasak untuk keluarganya. Selama 3 hari istrinya menelantarkan keluarga dan berdiam diri di kamar. Pada saat itu Beni yang memasak untuk
keluarganya. Kalaupun tidak sempat memasak ia akan membeli nasi bungkus dari luar dan menyuruh anaknya memanggil istrinya agar keluar dari kamar dan makan
bersama. Namun istrinya tetap mengurung diri dan tidak mau keluar dari kamar. Saat itulah emosinya memuncak, ia merasa sangat marah pada istrinya. Maka ia
memulangkan istrinya kembali kerumah orang tuanya. bisa dia 3 hari gak mau masak di rumah. Ini gak betul ini. Sakit jiwanya ini.
3 hari gak mau masak gitu. Di biari aja kami dikamar dia sampai 3 hari. Dari hari minggu sampai hari rabu. Iyah..kalo gitu kusuruh balik, balik la
kau untuk apa kau disini kau..kalo gak bisa kau kawani..kawan dia kerja ku gitu. Bukannya saya bilang kau tukang masak, tapi kan. Kau harus
membantu awak kubilang. Kubalikkan dia ke rumah orang tuanya. Pertama berontak juga dia sama awak. Tapi dalam hati awak gak cocok lagi sama
anak-anak ini. Sama..awak pun sudah gak cocok lagi. Bagus-bagus nya saya balikkan dia. Bukannya saya main kasar sama dia. Ntah kalau awak
kasari dia, awak tumbuki dia, awak usir dia secara tidak bagus, kan gak, saya balikkan bagus-bagus ke rumah orang tuanya. Walaupun dia gak mau,
ya sudah lah P3, W1b.790-805
Pernikahan itu bertahan selama 6 bulan sebelum Beni berpisah dengan istrinya. Perpisahan ini terjadi begitu saja, karena dalam agama kristen tidak ada
istilah bercerai dan pernikahan mereka pun tidak dicatat dalam catatan sipil. Tidak
Universitas Sumatera Utara
65 ada proses administratif apapun karena mereka belum memiliki anak dan tidak
ada urusan harta benda yang harus dibagi. Setelah dikembalikan kerumah orangtuanya, istrinya merasa menyesal dan
menghubungi Beni beberapa kali untuk meminta maaf. Namun, Beni yang merasa bahwa dia sudah cukup baik dan telah cukup berusaha untuk bertahan dengan
segala tindakan istrinya selama ini telah menutup pintu hatinya untuk istri keduanya tersebut. Ia merasa bahwa istrinya bukanlah orang kaya atau wanita
yang sangat cantik atau manis sehingga perlu disanjung-sanjung dan seharusnya istrinya menyadari sendiri hal tersebut
Itu udah awak balikkan baru nyesal. padahal kita udah palak itu. Gak.. hati kita udah tertutup sama dia.
dia nelepon om gitu? iya, minta maaf gitu. tapi kita..awak karena orang baik itu kan, kalo
udah..payah kembali udah tertutup. Karena kita udah berusaha. Kita kan..awak bukan anak-anak lagi kaya’..istilahnya awak sudah gak seperti
anak muda lagi kan. Dia pun bukannya muda kali kan. Tua nya. P3, W2b.1153 - 1163
4. Kehilangan Nilai Utama
Setelah berpisah dengan istri keduanya, Beni mulai tidak menjaga makanannya. Makanan yang seharusnya tidak dimakannya lagi pun dimakannya.
Ia sering makan tidak teratur. Karena mudah membelinya, Beni sering membeli daging babi sebagai lauk makan keluarganya dan memasaknya dengan kadar
garam yang cukup banyak. Tentu saja hal ini memicu kembali penyakit darah tingginya. Ia yang tadinya masih merasa baik-baik saja setelah perpisahan dengan
istri keduanya itu, 3 bulan kemudian tensinya naik hingga 200. Beni merasa oyong, kepalanya ringan seperti tanpa beban, selama seminggu makanan apapun
Universitas Sumatera Utara
66 yang masuk kemulutnya dimuntahkannya kembali. Ia hanya bisa memakan bubur
pada saat itu. walaupun sudah diopname selama 2 minggu tensinya tidak kunjung turun, dokter pun merujuknya agar melakukan scanning. Namun tidak terlihat
adanya penyumbatan pada pembuluh darah diotaknya. Pada saat itu, ia mulai berbicara sendiri. Seperti sedang mengajak berbicara temannya yang sebenarnya
tidak hadir disitu. Pembicaraannya pun mulai tidak terarah. Perasaannya gelisah, pikirannya tidak tenang. Apabila ada tamu yang menjenguknya, ia merasa tidak
kerasan dan ingin tamu tersebut cepat pulang. Ia sering jalan-jalan tanpa arah di rumah sakit ditemani oleh anak keduanya. Di malam hari ia merasa kesulitan
untuk tidur, kalau pun bisa, tidurnya tak nyenyak. Malam dimana ia tidak bisa tidur, ia akan berkhayal hingga pagi hari.
Setelah istri saya yang kedua ini la..pisah-pisahan kami karena..gak cocok lagi sama..keluarga kan. Mungkin, karena kepikiran juga sama ku ini terus
makanan lagi gak teratur. Datang la penyakit darah tinggi. Darah tinggi. Opname la saya di rumah sakit. Opname saya di rumah sakit. Setelah
opname saya di rumah sakit. Hampir 2 mingggu gak turun-turun. Sampe’..200 apa nya tensinya. udah itu, lari la ngomong-ngomong saya
kan. Lari la..omongan saya itu gak..udah gak..tidak..terarah lagi. Trus perasaan saya gelisah. Gak ada ketenangan gitu. Ya..ada pun datang nanti
tamu. Kita gak..gak..gak betah. Gelisah gitu kan. Jadi gelisah-gelisah. P3, W2b.20-32
aku dulu gelisah. Waktu sakit, gak tenang pikiranku. dulu pun gak apa..maunya raoon gitu. Raon pun kemana arahnya gak tau. Pengennya
jalan-jalan gitu. Tapi arahnya gak tau.kalo ada pun kawan awak. Maunya pulang gitu. Jangan lama-lama. Emang jalan-jalan. Nanti habis jalan-jalan,
pulang lagi. Trus awak kalo tidur gitu gak..gak..gak apa namanya..gak tahan gitu. Gak kerasan. Gelisah. gak, gak bisa tidur. Terus awak mulai jam
9 mengkhayal aja terus sampe pagi. Kalo tidur pun macem tidur-tidur ayam aja. P3, W2b.1513 - 1528
Selain scanning, dokter pun melakukan uji tes laboratorium. Pada saat
itulah diketahui bahwa kandungan kreatinin dan ureum, racun dalam darahnya
Universitas Sumatera Utara
67 tinggi. Karena tingginya kadar racun dalam darahnya, ia pun mulai berbicara
sendiri. Saat sedang rebahan, ia seperti berbicara dengan temannya yang sebenarnya pada saat itu tidak hadir disitu. Kakak perempuan Beni datang dan
cukup membantunya sehingga anak-anaknya tidak terlalu panik melihatnya berbicara sendiri. Karena ginjalnya sudah rusak, mengecil dan tidak lagi bisa
menyaring racun dalam badannya, maka ia harus rutin melakukan cuci darah. Pada saat itu, ia tidak memiliki teman untuk berkompromi. Dan dokter
memaksanya untuk melakukan cuci darah walaupun ia tidak ingin melakukannya. Beni pun melakukan kegiatan cuci darah 2 kali seminggu. Namun selama dua
minggu melakukan cuci darah, ia tidak merasakan perubahan apapun dalam dirinya. Ia masih tidak bisa melakukan berbagai aktivitas yang dikerjakannya
selama ini. Ditambah lagi beban pikiran yang dirasakannya saat melihat darah keluar dari tubuh, diolah kembali dan dimasukkan kedalam tubuhnya
membuatnya menghentikan kegiatan cuci darah ini pada bulan ketiga setelah vonis sakitnya.
Jadi lah aku cuci darah. Ya..udah cuci darah kebetulan..tak ada pula yang berkompromi sama awak kan. Apa..karena kalau saya tidak mau bisa kan ?
tapi..kubilang sama dokter gak usah. Gak, gak boleh kalau gak cuci darah kau gak tanggung jawab kami gitu. Itu la kasar ngomongnya kan. Gak
tanggung jawab kami… ya diikut lah. Cuci darah cuci darah la. Kalo cuci darah..cuci darah.. trus opname la di rumah sakit. Udah itu,
setiap..setiap..setiap satu minggu dua kali. Tapi setiap dua minggu ni cuci darah kadang-kadang gak..gak menyembuhkan gitu. Masih gelisah juga.
Masih..makan juga gak bisa. Apapun tak bisa. P3, W1b.39-49
Sebulan kemudian ia pun keluar dari rumah sakit namun karena penyakit ginjal yang dialaminya, ia memiliki daftar panjang makanan yang tidak boleh
dikonsumsinya, Badannya pun cepat merasa lelah saat beraktivitas. Ia pun
Universitas Sumatera Utara
68 beristirahat di rumah bersama ibu dan anak-anaknya. 3 hari berada dirumah, saat
semua anak-anaknya pergi kesekolah, ia melihat ibunya yang sudah tua mencuci dikamar mandi. ia semakin merasakan beban berat yang dialaminya karena tidak
bisa bekerja dan memakan makanan yang disukainya. Ia berpikir: ” Aduh, sakitnya hidup ini. Awak lagi berjuang karena ini.. Kok berat kali la
kena sama awak. Penyakit ginjal kan masih muda..gitu. trus kalo saya penyakitan apa lagi yang bisa saya perbuat. Lebih bagus la begini
saya..begitu dulu.untuk apa saya hidup kalo gak ada nilai tambahnya kan. Kalo jadi beban sama anak-anak kan lebih bagus awak..” P3, W1b.55-
56,b.364-369 Saat ia merasa bahwa sudah tidak ada lagi pengharapan bagi dirinya, ia
mengambil baygon yang terletak di lemari dan meminumnya. Ibunya menangis melihat hal itu dan meminta bantuan tetangganya untuk membawa Beni kerumah
sakit. Sesampainya dirumah sakit, perut Beni dipompa untuk mengeluarkan racun yang terdapat dalam perutnya. Selama seminggu Beni tidak sadarkan diri di ICU
dengan banyak selang dimasukkan ke tubuhnya. Setelah 10 hari tinggal dirumah sakit, barulah Beni menyadari dan menyesali perbuatannya.
ya menyesal juga. Sekarang..penyesalan sebetulnya..menyesal juga kalo dibilang..kok bisa gitu la awak. Datang setan kan..penyakit ini. Tapi..nama
nya la.. manusia kan. Namanya la..kita ada cobaan..jiwa..kejiwaan juga kan..P3, W1b.107-111
selama di rumah sakit, selain mendapatkan pengobatan medis, ia juga
menerima bantuan dari seorang psikiater. Namun Beni merasa kecewa dengan sikap psikiater tersebut yang terkesan menarik diri saat berbicara dengannya.
Psikiater tersebut menyuruhnya menceritakan masalah yang dialaminya sambil membuka-buka buku tebal yang ada gambar-gambar didalamnya. Setiap ia
Universitas Sumatera Utara
69 bercerita, psikiater tersebut melihat buku yang berada ditangannya. Setelah itu
psikiater menulis resep obat.
Dia negok buku aja kutengok. Asal ada ke’gini awak ngomong gerakan membuka-buka buku. Bawa buku. Tebal bukunya. orang bikin resep kok
dia. Banyak kali obatnya kutengok. iya..pernah dulu mula-mula kan..waktu belum bisa saya datang ke ruangan
dia. Datang dia ke ruangan. Disangkanya udah gila kali awak. Gini dia gerakan menjauh, menyandarkan badan ke kursi menjauh dari awak.
Sampe gini dia. Cemana gini gini gini gini tah udah. Jadi, setelah apa. Disuruh la awak ke apa kan..disuruh duduk kursi roda. Cemana gini gini
gini kenapa gini gini gini. Dibaca bukunya. .. ya ke’gini juga pertanyaannya.
hati saya gak tenang dokter, kubilang. Cem ada yang menghantui saya. Gak bisa kurasa. Gak tenang pikiranku. Tengok. Bukunya ada gambar-
gambarnya juga kutengok kan. P3, W1b.323-340
5. Penghayatan Hidup Saat Ini
10 hari tinggal di ICU tidak membuat Beni dapat beraktivitas sebagaimana yang biasa dilakukannya. Penyakit ginjal yang dideritanya membuatnya tidak
dapat melakukan aktivitas fisik dan pikiran yang terlalu berat. Sehingga ia yang tadinya produktif di kantor menjadi sesorang yang hanya dapat duduk dan melihat
temannya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantor. Di kantor, pola aktivitasnya berubah, dari survey dan pengolahan data menjadi menonton TV,
baca koran dan tidur. Karena merasa bahwa tidak ada yang perlu dikejar di kantor, iapun menjadi malas datang ke kantor dan sering absen tanpa menuliskan surat
izin. Dalam seminggu yang memiliki 5 hari kerja ia hanya datang 3-4 kali seminggu.
Sebenarnya Beni bukanlah orang yang suka menganggur. Sebelum jatuh sakit ia merasa bahwa dia adalah orang yang 100 produktif, namun penyakitnya
Universitas Sumatera Utara
70 membuatnya tidak bisa menjadi individu sebagaimana dirinya dahulu. Karenanya
ia tidak suka melihat teman sekantornya yang masih sehat bermalas-malasan dalam bekerja. Dalam kemarahannya ia akan diam saja bila orang tersebut tidak
merubah perilakunya walaupun sudah dinasehatinya. Ketidakproduktivitasannya di kantor mempengaruhi kepercayaan dirinya.
Merasa bosan karena tidak ada pekerjaan, ia memilih untuk membaca daripada mengobrol kalaupun mengobrol paling hanya selama 30 menit, ia sudah merasa
kalau orang muak mendengar ceritanya. Ia juga malu untuk pergi kebagian lain karena ia merasa bahwa orang akan menuduhnya hanya membawa penyakit saja.
Merasa malu karena tidak bekerja, ia menjadi malas untuk mengobrol sedangkan orang lain sibuk bekerja. Ketidakpercayaan diri yang diakibatkan oleh rasa
ketidakproduktivitasan kerja ini ditambah lagi dengan sindiran teman-teman sekantornya tentang ia yang tidak bekerja membuatnya semakin merasa malu.
Kalaupun ia membawa pekerjaan lain dari rumah ia merasa bahwa orang akan mempertanyakan mengapa bukan tugas dari kantor yang dikerjakannya. Semangat
yang adapun hanya sebentar, karena sesampainya dirumah ia akan terkulai lemas. waah..kan males juga orang kalo tiap hari cerita-cerita gitu kan. Orang
lain sibuk awak cerita-cerita. Kan males juga awak. ya..ada. tapi cuman..ya berapa lama la itu. Kalo kantor kan sebentar aja. Paling setengah jam udah
muak orang. Ngomong-ngomong pun..kadang..kan udah dibilang orang disana ”kelen mo ngomong ato mo kerja di kantor ini” kan begitu. malu la.
Malu. Ya paling ke bagian lain cuma setengah jam. Trus sisanya kan..tiap hari aku datang kesitu kan..malu. ngapain kau disini? Gak ada kerja
rupanya sana? Kan gitu..Kalo sehat awak..tempat orang awak gak sehat kan malu. Bawa penyakit aja pun ke sini kau. Dalam hati nya pasti
demikian. ya walaupun gak dibilang kan ke’gitu nya..apa orang. Kan malu kita ama.. kalo gak ada kerja. Terpaksa awak duduk juga di kursi awak kan.
Walaupun gak ada dia apa awak..awak baca-baca la yang ada di situ. Malu awak ngomong-ngomong. Ya udah malu. Kadang-kadang pun kalau awak
Universitas Sumatera Utara
71 kerjai punya orang, kau kerjai apa kau bukan punya kantornya.
Gitunya..apa kan.. P3,
W2b.1289-1324 Ketiadaan semangat untuk melakukan pekerjaan bukan hanya terjadi di
kantor saja. Dirumah pun ia malas melakukan aktivitas apapun. Setiap akan berkativitas, pikirannya akan langsung tertuju pada penyakitnya. Ia yang tadinya
sering membersihkan rumah, memasak dan menggiling cabe sekarang tidak pernah mengerjakannya lagi.
Tapi sekarang aku. Giling cabe pun malas kali aku. Masak pun malas kali. Semua aku malas. Jadi aku pikiranku terus..tapp..apa..ke penyakitku ini.
P3, W1b.547-550
Untuk pergi keluar rumah ia merasa malas. Ia pernah pulang kampung dan menginap ditempat saudaranya. Sepulang dari sana, Beni tergeletak tidak bisa
bergerak di tempat tidur selama 3 hari. Hal ini mebuatnya takut untuk pergi berziarah ke kampungnya di hari paskah.
paskah pun ziarah biasanya, tapi..cemana mau ziarah. Begini keadaan. Oyong la di jalan nanti. P3, W1b.641-643
Ia yang tadinya rajin berolahraga menjadi tidak bisa melakukannya lagi karena kondisi penyakitnya membuatnya cepat merasa lelah. Paling-paling ia akan
berjalan-jalan sebentar bila sudah terlalu lama menonton TV namun ia yang dulunya sering berkeringat merasa bahwa jika hanya dengan berjalan-jalan
disekitar rumahnya tidak akan membuatnya berkeringat dan jika tidak berkeringat tidak akan merasa sehat. Maka pekerjaan yang sering dilakukannya di rumah
adalah menonton TV. Saat ini, ia sangat menyenangi tayangan sinetron yang dulunya jarang ditontonnya ketika ia masih sehat. Bila melihat acara jogging ia
Universitas Sumatera Utara
72 akan iri memikirkan bahwa orang lain bisa melakukan hal yang dapat
dikerjakannya dahulu ketika sehat. Dan ia merasa marah melihat pembawa acara kuliner yang memakan berbagai masakan dengan begitu nikmatnya sedangkan ia
tidak lagi boleh memakan makanan yang dibuat dengan bahan-bahan tersebut. Kalaupun tidak menonton TV, yang dikerjakannya adalah mengkhayalkan masa
lalu indah saat ia bersama istrinya dan masih sehat sehingga mampu melakukan berbagai aktivitas.
sekarang aku..asal gak nonton ke kamar ya menghkayal dulu la. Mengkhayal masa-masa lalu. Habis mengkhayal, udah capek khayalannya
baru tidur. mengkhayal ya mengkhayal masa-masa lalu la. Masa kita sehat. Masa kita
bisa olahraga. P3, W2b.993-998
Padahal dulu ia malas menonton TV. Di malam hari ia sering membaca alkitab, bernyanyi, berdoa bersama-sama keluarganya, ia mengikuti banyak
kegiatan kebaktian, bahkan hingga 2 kali pergi ke gereja di hari minggu. Ia merasakan kenikmatan saat melakukannya. Namun setelah ia mengidap penyakit
ginjal, ia menjadi malas untuk membaca-baca alkitab. Ia menjadi malas untuk pergi ke gereja walaupun di hari-hari besar seperti natal dan paskah. Pada hari
raya ia memilih untuk tinggal dirumah saja tanpa merayakannya. Karena ia merasa tidak percaya diri dan takut ditanyakan mengenai penyakitnya bila datang
ke gereja. Kalaupun berdoa, alih-alih berdoa bersama, ia akan berdoa sendirian di kamar. Itu pun tidak setulus hati lagi. Tidak benar-benar bersandar kepada Tuhan.
Imannya sudah lemah. Ia sering mempertanyakan kepada Tuhan mengapa ia diberikan penyakit ini padahal ia bukanlah orang yang jahat. Kalaupun ia
memiliki salah, salah itu hanyalah tidak menjaga makanannya. Padahal ia adalah
Universitas Sumatera Utara
73 orang yang rajin beribadah kepadaNya, namun mengapa Ia tidak mau
menyisihkan penyakit ini dari diri Beni. Beni kesal, ia merasa marah kepada tuhan yang sudah tidak bersahabat lagi dengannya. Wujud kemarahannya adalah
dengan tidak lagi pergi ke gereja, di hari minggu ia lebih memilih untuk menonton TV dirumah dan menyuruh anak-anaknya saja yang pergi ke gereja dan
mendoakannya. kalo dulu kadang 2 kali aku ke gereja. Satu hari. Saking semangatnya hidup
ini dulu kan. Orang sehat kali dulu kan. Itu makanya aku sekarang kadang- kadang… orang yang rajin pun awak tudapat penyakit gini. Kadang-
kadang..mau..salah memang kita kesal sama Tuhan kan. Tapi. Awak kadang-kadang… bukannya awa pencuri bukannya apa-apa. Bukannya
awak penodong. Kenapa gak disisihkan penyakit itu…dari saya. Walaupun saya..salah..hanya makanan kan. Tapi kalo awak tukang bohong, pencuri
pemabuk, tukang maen perempuan. Kalau gitu mungkin awak gak..gak apa..gak nyesal sama Tuhan. Sampe’ gitu la. Sampe nampaknya awak
kadang-kadang..itu la Tuhan ini. Angka nya dulu awak. Tanya la orang ini. Gak usah la tanya orang ini. Mungkin kalo anak-anak tanya mungkin..orang
lain la. Kebaktian dulu. Paling rajin awak kebaktian dulu. Sekarang tak pernah awak. P3, W1b. 571-587
ya..bedoa di rumah kita sendiri la yang doa. Biasanya dulu kami berdoa sama-sama. Seekarang gak. Udah mulai..kadang masuk kamar bedoa.
Bedoa pun gak..gak..apa lagi..udah gak setulus hati lagi. Gak bersandar betul-betul kepada tuhan lagi. Udah lemah gitu. Tuhan berkati ya tuhan…
P3, W1b. 595-600 Kalau ia tidak pergi ke gereja, anaknya akan menjaganya dirumah dan
bergantian pergi kegereja. Begitu pula bila ia tidak masuk kantor. Salah satu anaknya pasti ada yang tidak masuk sekolah untuk menjaganya dirumah. Anak-
anaknya takut bila Beni hanya ditinggal berdua dengan opung ia akan mencoba bunuh diri lagi. Apabila sedang ujian dan semua anaknya harus pergi kesekolah,
mereka akan merasa ketakutan dan cepat-cepat pulang kerumah.
Universitas Sumatera Utara
74 Beni merasa bahwa hanya anak tertuanya yang masih memiliki cita-cita.
Sedangkan anak kedua dan ketiganya malas belajar. Dirumah anak kedua dan ketiganya hanya tidur dan menonton bola saja, melihat kakaknya datang barulah
mereka membuka-buka buku . padahal dulu mereka rajin belajar karena Beni masih bisa mengontrolnya. Dulu Beni ditakuti oleh anak-anaknya sehingga bila
dia berada di rumah, anaknya pasti belajar. Bila mengantuk pun, anak-anaknya tidak diizinkan tidur, melainkan harus belajar dahulu. Namun sekarang Beni tidak
lagi menyuruh mereka belajar, malah ia akan mengajak mereka untuk tidur. Beni merasa pasrah mendidik anak-anaknya. Bahkan kemampuannya untuk
marah pun sudah tidak ada lagi. Untungnya anaknya tidak nakal. Tetapi kalaupun anaknya nakal, ia merasa tidak memiliki power lagi untuk membimbing anak-
anaknya. kalaupun anaknya pergi kerumah teman tanpa memberitahukannya dan pulang terlambat dari sekolah, Beni tidak mencari mereka. Padahal dulu kalau
mereka terlambat pulang Beni akan sibuk mencari anaknya. Beni merasa kasih sayangnya pada anak-anaknya telah berkurang. Ia tidak lagi suka membawakan
pulpen, kertas, ataupun makanan yang enak dari kantor. Padahal dulu ia sering membawakannya karena anak-anaknya akan merasa senang menerimanya.
Sekarang ia sering bertengkar dengan anaknya. Sering ia memukuli anaknya tanpa sebab yang jelas. Saat anaknya sedang diam menonton TV, tiba-tiba ia memukul
anaknya dari belakang. Di pagi hari pun ia membangunkan anak dengancara memukulnya. Hal itu semacam menjadi pelarian baginya. Ia sendiri tidak tau
mengapa ia melakukannya. Pukulan yang tidak menyakitkan, namun terkadang kalau anaknya merasa sakit, ia akan membalas Beni.
Universitas Sumatera Utara
75 Kok saya kurang..setelah saya sakit gitu..setelah saya melakukan ini. Kok
saya sama anak-anak kurang..gak..gak sayang la seperti dulunya. setelah saya sakit gini, kok..rasa sayang saya sama anak-anak saya kok kurang
ini. Kok…. aku sering kali sama orang ini berantem entah napa. aku sendiri. Ntah kenapa suka aku mukul-mukuli. Yang paling suka aku yang
nomor sana.. hah..macem apa awak gitu. Pelariannya..P3, W1b.519-529
Pada saat dia sakit, anak-anaknyalah yang mengurusnya. Dia menceritakan beban pikirannya pada ketiga anaknya. sedangkan anaknya yang
paling kecil saat ini tinggal bersama tulangnya yang sudah memiliki 2 anak. Anak keempatnya itu disekolahkan, dan dirawat oleh tulangnya.Terkadang bila Beni
memanggilnya, ia akan pulang sebentar kerumah Beni. Beni merasa tidak memiliki masalah dengan anak-anaknya. satu-satunya
masalahnya saat ini adalah penyakit yang membuatnya stres tidak bersemangat dalam menjalani hidup. Ia menyesalkan mengapa dokter tidak
memperingatkannya dari dulu bahwa penyakit darah tinggi bisa mengakibatkan gagal ginjal. Bila ia mengetahui hal ini dari dulu, tentulah ia akan menjaga
makanan yang dimakannya dengan sangat hati-hati. Setelah terkena penyakit ginjal, ia memiliki banyak makanan yang tidak boleh dimakannya. Hal ini cukup
memberikan tekanan pada Beni. Karena ia tidak lagi memakan daging yang sangat disukainya, ia hanya memakan daging ayam, tidak lagi memakan daging
babi. Porsi garam dikurangi, ia menjadi tidak berselera makan dirumah. Rasa mual yang membuatnya akan muntah di suapan kelima membuatnya hanya bisa
memakan sedikit makanannya. Terkadang ia melanggar pantangan dokter dengan memakan makanan yang masuk dalam daftar ”tidak boleh dimakan” , ia
memakannya dengan porsi yang sedikit.
Universitas Sumatera Utara
76 Beni tidak lagi mengindahkan perintah dokter. Ia nekat saja membuang
semua obat dokter yang dirasanya ’bau’. Saat ini ia tidak memakan obat apapun dari dokter. Kegiatan cuci darah pun sudah berhenti dilakukannya sejak 3 bulan
setelah vonis ginjalnya. Ia merasa tidak ada perubahan apapun pada dirinya setelah melaksanakan cuci darah. Malah membuatnya semakin tertekan melihat
darah keluar dari tubuhnya, diolah dan dimasukkan kembali. Berhenti melakukan segala jenis pengobatan, ia pun hanya merasa pasrah.
ya gini la. Kurus. Stres. Pegal-pegal. Karena cuci darah pun sama aja. Gak..hanya untuk sementara aja kan. Makin stres juga kita kalau cuci
darah. Sebetulnya gak sakit. Apa..beban gitu. Soalnya..darah awak, awak lihat-lihat gitu. Kan. Karena kucoba juga dulu…cuci darah 3 bulan kan.
Sama aja. Loyo juga nya. Memang setelah sakit itu, gairah hidup kurang. Kerja pun malas kali aku pigi. pucat gini. Pucatnya muka awak. Pucat P3,
W1b.251-269
Ia merasa tidak ada yang bisa menolongnya mengatasi masalah yang membuat semangat dan gairah hidupnya mengilang ini. Kecewa dengan psikiater
yang ditemuinya di Rumah Sakit tempatnya dirawat setelah usaha bunuh yang gagal, ia merasa psikolog tidak bisa membantunya. Psikolog yang tidak
memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit ginjalnya dan hanya mengajaknya berbicara saja tidak bisa membuatnya sembuh. Ia tidak mau
mengeluarkan uang hanya untuk berbicara saja. Karena selama inipun sudah banyak orang yang mengajaknya berbicara, namun ia tidak merasakan dampak
pembicaraan tersebut pada dirinya. Ia merasa bahwa sumber dari masalahnya adalah penyakit ginjalnya. Penyakit ginjalnyalah yang membuatnya stress dan
memiliki pikiran yang tidak-tidak Ngomong doang aja? Wong..a..ngomong aja bayar. Kalo ngomong nya.
Udah banyak yang ngomong sama awak. Aplikasinya ini yang payah
Universitas Sumatera Utara
77 samanya itu dokter bikin pertanyaan sama. Dokter dirumah sakit itu pun
sama. Gini juga pertanyaan- pertanyaannya. Kalo psikolog segininya pertanyaannya. Cemana perasaan kau, cemana kau bisa ke’gini. Kan..
Karena pada dasarnya ginjal ini. Bukan sakit ini..karena sakit ininya memegang perut bagian sampingnya makanya pengaruh ke ini menunjuk
kepala. Sebetulnya kalo gak sakit awak. Gak lari ke’gini sih. Jadi kepikiran. Saya sakit... apa karena..sakit penyakit itu. Mungkin kalo sehat
saya fisik ini, ngambangnya awak pikiran ini P3, W2b.1390-1409 Ia sudah takut dan tidak ingin mati dengan cara bunuh diri. Namun, walupun
tidak memiliki pikiran untuk bunuh diri lagi, ia masih merasa bahwa hidup itu hambar, ’sudah seperti papan saja’ dan pengharapan tidak ada lagi. Ia tidak
memiliki rencana untuk masa depannya,cita-cita, dan tujuan dalam hidup yang harus dikejar pun tidak dimilikinya. Kalau dulu dia bekerja dengan rajin karena
ingin dapat menyekolahkan anak-anaknya, saat ini ia tidak perduli lagi dengan kelanjutan pendidikan anak-anaknya. bila masuk negeri, mungkin ia masih bisa
menyekolahkannya, namun bila masuk swasta, tidak mungkin ia bisa membiayainya.
gak ada. Aku gak punya rencana lagi. Biarlah berjalan sendiri. gak ada tujuannya. Udah hambar. Orang gak sehat. Apa mau rencana ke
depan. cita-cita ya..jadi pegawai yang baik la kan. Kalo bisa pun kita jadi staf kan.
Bisa menyekolahkan orang ini. Aku gak pikir lagi mau sekolah mau apa Ya sekolah-sekolah. Ya..kalo gak ada duit ya gak nyambung la kan
P3, W1b.685-702 Ia tidak memiliki semangat untuk pergi kekantor karena tidak ada suatu
tujuan yang harus dicapai. Toh ia sudah tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan yang berat-berat. Setelah sakit ginjal ini ia merasa blank, otaknya hang sehingga
ia tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan yang sulit-sulit. Setelah terkena penyakit ginjal, Beni sering tidak bisa tidur. Kalaupun bisa
tertidur, saat bangun pukul 4 atau 5 pagi, ia tidak langsung turun dari tempat tidur,
Universitas Sumatera Utara
78 tetapi mulai mengkhayal lagi. Ia memiliki banyak waktu luang yang
dipergunakannya untuk memikirkan masa lalunya. Pikirannya sering melayang kesaat ia masih sehat di masa-masa indah bersama istri pertamanya dulu. Beni
mengaku bahwa ia tidak terlalu memikirkan istri keduanya, ia tidak memiliki penyesalan karena ia merasa bahwa istri keduanya lah yang salah. Yang ia
sesalkan dalah mengapa ia menikah untuk yang kedua kalinya. Dan berpikir mungkin jika tidak menikah lagi waktu itu ia tidak akan menderita sakit seperti
ini. Ia menyesalkan pernikahannya yang tidak sukses tersebut dan berpikiran bahwa orang akan menyangka bahwa ketidaksuksesan pernikahan itu disebabkan
oleh dirinya sehingga ia dihukum dengan menderita penyakit kronis. ”Kalo sehat dulu aku gak berapa pigi pikiran saya ke..sama dia. Setelah
sakit nya saya....kepikiran pun bukan sama dia. Ya..pikiran saya ke waktu- waktu yang lalu itu la. Masa-masa lagi sehat-sehatnya gitu. waktu ibu masih
ada. Bukan sama dia gak. Karena sama dia aku itu gak ada penyesalan awak. Karena.. Memang..memang..mang karena salah dia kan.
Menyesal kali awak yang kawin ini. cuman penyesalan gak ada gunanya. Ck.
he..nyesal karena gak sukses gitu. Sama awaknya kena’nya jadi gini awak. Disangka orang jadi awak yang
salah. Kena sakit awak ke’gini kan. ya karena sakit gini kan awak. Tanggapan orang kan begitu. Ah..dianya
yang salah gitu kan. Padahal gak.. kan begitunya manusia kan. Penilaian dunia kan begitu
P3, W2b.1113-1115;
b.1172-1178; b.1243-1253hal
IV.A.4. Rangkuman
Sumber makna hidup merupakan berbagai area dimana seseorang bisa merasakan makna didalamnya. Penghayatan Beni terhadap sumber makna hidup
yang dimilikinya sebelum dan sesudah percobaan bunuh dirinya terdapat pada tabel 6 sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
79
Tabel 3 Perbedaan Penghayatan makna hidup
Makna hidup Dulu
Sekarang
Life Work - Hari-harinya dihabiskan
di kantor dengan berbagai aktivitas bidang akuntansi
PTPN, mulai dari survey, pengolahan data, hingga
mengeluarkan uang. - rela untuk lembur demi
menyelesaikan pekerjaannya.
- Jarang pergi ke kantor.
Bila masuk kantor, lebih banyak duduk dan melihat
temannya bekerja atau menonton TV, baca koran
dan tidur. -
Merasa malu dan tidak percaya diri karena ia
tidak bekerja -
Merasa marah terhadap rekan sekerja yang sehat
tapi malas bekerja -
Sering disindir teman sekantor karena tidak
bekerja Existential-
hedonistic Bangun pukul 5 pagi dan
jogging. Bila hari hujan menggunakan kaos sempit
dan berlari-lari di kamar Berbelanja, menggiling
Menonton sinetron di TV, mengkhayal, sulit tidur.
Malas melakukan kegiatan apapun
Universitas Sumatera Utara
80 cabe, memasak, mengorek
sampah, mengorek parit yang tersumbat,
membersihkan kamar mandi, menyapu,
mengepel rumah Interpersonal
Relationship -
Sangat sayang terhadap anak-anaknya
- Sibuk mencari bila anak
terlambat pulang -
-Sering memikirkan tentang anak-anaknya
saat ia sedang berada di kantor
- Sering membawakan
kertas dan pulpen dari kantor untuk anaknya
- Rajin membawa pulang
makanan seperti nasi bungkus ke rumah
- Memasak untuk anak-
anaknya -
sarapan dan berdoa -
Rasa sayang itu telah berkurang
- Tidak mencari anaknya
yang terlambat pulang -
malas membawakan pulpen dan kertas dari
kantor -
malas membawakan makanan ke rumah
- sering bertengkar dengan
anak -
sering memukuli anak tanpa sebab yang jelas
- membangunkan anak
dengan cara memukulnya -
yang memasak adalah anak tertua dan anak
Universitas Sumatera Utara
81 bersama
- tidak membiarkan
anaknya tidur bila sedang belajar,
walaupun anaknya sudah mengantuk
- sebagai figur yang
ditakuti keluarga dalam membimbing anak-
anaknya -
anak-anaknya belajar bila Beni ada dirumah
- istri pertama yang
membuat anak-anak teratur belajar dan mandi
- mencari uang agar bisa
menyekolahkan anak- anaknya
keduanya -
sering mengajak anaknya tidur alih-alih menyuruh
mereka belajar. -
Merasa pasrah karena tidak memiliki power lagi
untuk membimbing anak- anaknya
- walaupun Beni ada
dirumah, anaknya menonton bola dan baru
membuka buku bila melihat anak tertua Beni
pulang. -
anak-anak tidak teratur mandi
- tidak lagi memikirkan
kelanjutan pendidikan anak-anaknya
Belief -
2 kali pergi ke gereja di hari minggu
- Rajin mengikuti
kebaktian -
Tidak lagi pergi ke gereja walaupun pada perayaan
natal dan paskah -
Tidak lagi mengikuti
Universitas Sumatera Utara
82 -
Rajin membaca alkitab -
Menyanyi, berdoa bersama keluarga
kebaktian -
Malas membaca alkitab -
Berdoa sendiri, namun tidak setulus hati
- Tidak merayakan natal
dan paskah -
Kesal, marah kepada Tuhan. Mempertanyakan
mengapa tuhan memberinya penyakit
yang begitu berat. Health
- Sering makan daging
babi -
Tidak menjaga makanannya, memakan
apapun yang ia sukai -
Sehat dan bersemangat -
Melakukan cuci darah dan meminum obat yang
diberikan dokter -
Tidak lagi memakan daging, kecuali daging
ayam -
Banyak larangan makanan yang diberikan dokter
- Tidak selera makan
- Kurus, stress, pegal-pegal,
pucat -
Sulit tidur di malam hari -
Tidak lagi melakukan cuci darah dan tidak lagi
meminum obat
Universitas Sumatera Utara
83 -
Iri dan marah melihat acara kuliner di TV
- Marah dan menyesalkan
mengapa dokter tidak memperingatkanya
tentang bahaya penyakit ginjal
Self- Actualization
Bercita-cita menjadi pegawai yang, baik dan
menjadi staf agar bisa menyekolahkan anak-anak
Tidak memiliki keinginan lagi ingin menjadi apa di
masa depan karena diri nya sudah sakit.
Hope -
Masih terbuka harapan -
Tidak memiliki waktu untuk mengkhayal,
waktu nya diisi dengan berbagai aktivitas
- Memfokuskan diri pada
mengurus anak dan mencari uang
Merasa tidak memiliki pengharapan lagi
Universitas Sumatera Utara
84
Tabel 4 Gambaran Penderitaan
Rumusan Bentuk pada
partisipan Kesimpulan
Intensitas penghayatan
Perasaan tidak nyaman
Belum terbiasa dan masih merasa gelisah dengan penyakit ginjal yang
diidapnya Reaksi
Why me reaction Mempertanyakan mengapa tuhan
memberikan penyakit yang sangat berat ini pada dirinya dan bukan
pada orang lain yang lebih banyak melakukan kesalahanjahat.
Ragam penderitaan Pain
Penyakit fisik yang tak tertahankan menimbulkan kegelisahan mental
Tabel 5 Kondisi Ketidakbermaknaan
Existential frustation dan Existential Vacuum
- Tidak memiliki rencana dan tujuan di
masa depan -
Merasa tidak ada yang perlu dikejar dalam hidup
- Pikiran blank dan hank. tidak bisa
berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
85 yang sulit
- Tidak memiliki manfaat lagi bagi orang
disekitarnya karena cepat lelah sehingga sudah tidak mampu lagi mengerjakan
pekerjaan yang berat -
Bersikap acuh tak acuh terhadap pekerjaannya dengan sering tidak masuk
ke kantor tanpa pemberitahuan apapun -
Tidak perduli dengan kelangsungan pendidikan anak-anaknya
Noogenic neurose -
Ia memiliki konflik terhadap tuhan. Disatu sisi ia mengetahui, sebagai
manusia tidak sepantasnya marah terhadap tuhan. Disisi lain, ia marah
terhadap tuhan yang selama ini selalu dia patuhi perintah dan larangannya.
- Tidak memiliki semangat dan Malas
melakukan aktivitas apapun Tidak
selera untuk pergi keluar rumah, lebih suka tinggal di rumah dan menonton TV
- Tidak ada pengharapan dan hidup terasa
hambar -
ia merasa bahwa lingkungan sekitarnya
Universitas Sumatera Utara
86 sedang membicarakan penyakit dan
ketidak berdayaannya untuk bekerja. People in doubt
- bagi beni saat ini semua hal terlihat
negatif, sebelumnya ia masih mencari tujuan untuk dipenuhi dan dikejar,
namun saat ini ia tidak melihat adanya tujuan dalam hidup
People in despair -
tadinya ia memiliki orientasi hidup yang bermakna, tapi kemudian kehilangan
makna itu. Ia kehilangan kepercayaan pada Tuhan, orang lain, bahkan dirinya
sendiri. Ia menganggap bahwa dokter, bahkan Tuhan telah mengecewakannya.
Tabel 6 Kondisi Psikologis
Perceived Burdensomeness
Assaulted self image and avoidance of shame, defeat,
humiliation, and disgrace -
Dari pada menjadi beban bagi keluarganya, lebih baik mati
- Gelisah, tidak tenang, ingin agar tamu
yang menjenguknya segera pulang
- Malas pergi ke kantor dan ke gereja
karena malu akan penyakitnya
Universitas Sumatera Utara
87 Fractured control,
predictability, and arrangement Pasrah karena tidak memiliki power lagi
untuk membimbing anak
Excessive anger, rage and hostility
- Sering bertengkar dengan anak-anak - Sering memukul anak tanpa sebab
Thwarted Belongingness
Thwarted love, acceptance, and
belonging
- Sering membayangkan masa-masa istri
pertama masih ada dan ia masih sehat
Ruptured key relationship and the attendant grief and bereftness
- Menyesali pernikahan keduanya dan
menganggap itu sebagai salah satu penyebab sakitnya
- Merasa bahwa orang-orang
menyalahkannya akan kegagalan pernikahan keduanya
Tabel 7 Commonalities of Suicide
Commonalities
Maksud dari bunuh diri adalah mencari solusi
Kematiannya adalah solusi agar anak- anaknya tidak terbebani.
Tujuan dari bunuh diri adalah berhentinya kesadaran
consciousness dengan kematiannya ia akan berhenti
merasakan penderitaan yang dialaminya saat ini
Universitas Sumatera Utara
88 Stimulus dari bunuh diri adalah
rasa sakit psikologis yang tak tertahankan
Sejak divonis ginjal, ia merasa bahwa hidup ini sangat menyakitkan. Ia malu bergaul di
kantor dan gereja, ia merasa gelisah, kesepian karena tidak ada yang bisa diajak
berbagi penderitaan dengannya. Stressor dalam bunuh diri adalah
terhalangnya kebutuhan psikologis
Ia tidak bisa lagi melakukan berbagai aktivitas yang biasanya dilakukannya
dahulu, tidak punya lagi tempat untuk berbagi, dan tidak memiliki power lagi
untuk membimbing anak-anaknya Emosi dalam bunuh diri adalah
hopelessness dan helplessness Ia merasa bahwa pengharapan sudah tidak
ada lagi. Tidak ada orang yang dapat membantunya, bahkan dokter dan psikolog
pun tidak dapat menyembuhkannya. Kondisi kognitif dalam bunuh diri
adalah ambivalent Ingin mati agar terbebas dari penderitaan
dan tidak menjadi beban, namun menyesali perbuatannya yang ”mengikut kemauan
setan”. Di satu sisi ia meminum baygon dalam dosis yang mematikan, disisi lain
ibunya yang berada dirumah bersamanya pasti akan menolongnya.
Kondisi perseptual dalam bunuh diri mengalami penyempitan
Ia merasa bahwa tidak ada jalan keluar lain
lagi dari masalahnya. Kalau tidak bisa
Universitas Sumatera Utara
89 produktif, lebih baik tidak hidup sama
sekali. Tindakan dalam bunuh diri adalah
pelarian atau egression Bunuh diri adalah cara untuk lari dari segala
masalah dan penderitaan yang dialaminya saat ini
Tindakan interpersonal dalam bunuh diri adalah komunikasi
akan niat Sebelum vonis ginjal pun ia sudah
menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sedang stress.
Pola dalam bunuh diri adalah konsistensi dari gaya abadi
Saat kematian istri pertama dan perpisahan istri keduanya alih-alih membiarkan dirinya
berduka dan menyelesaikan grief nya, ia ‘lari’ dari pemikiran akan masalah tersebut
dengan cara memperbanyak aktifitas. Kali ini, karena sakit ginjal membuatnya tidak
lagi dapat beraktifitas, maka ia ‘lari’ dari masalahnya melalui jalan kematian.
Universitas Sumatera Utara
90
Tabel 8 Faktor resiko penyebab bunuh diri
Gangguan Psikologi a. mood disorder
Beni sempat berbicara sendiri dan berjalan-jalan tanpa arah tujuan,
Stressfull life event - Kematian istri pertamanya
- perpisahan dengan istri kedua - vonis sakit ginjal
Perubahan mood dan pemikiran -
ia merasakan kesedihan yang mendalam atas penyakit yang
dideritanya tak lama sesudah berpisah dengan istri keduanya.
- Ia marah mengapa Tuhan yang selama ini dianggapnya sebagai ‘temannya’
memberikan penyakit separah ini. - Ia sangat malu terhadap teman-teman
sekantornya kerena tidak mengerjakan apa-apa. Ia juga malu terhadap anggota
gereja karena penyakitnya ini.
Universitas Sumatera Utara
91
IV.A.5. Diagram partisipan
Skema 2 Gambaran makna hidup partisipan I
Dukungan sosial
Psychache
Menemukan makna
Mencari makna kembali Kehilangan satu makna
Tidak berhasil menemukan makna
Mencari makna
Kehilangan nilai utama
Desire to die
Suicidal attempt
Meaningless
Universitas Sumatera Utara
92
IV.B. Partisipan II IV.B.1. Observasi
Eka adalah seorang wanita berusia 16 tahun dengan tinggi badan sekitar
158 cm dan berat sekitar 55 kg. Eka memiliki kulit tubuh berwarna terang. Ia mencat rambut lurus sebahunya dengan warna kecoklatan dan memanjangkannya
dengan menggunakan hair extension. Eka mewarisi darah Aceh dan Tionghoa dari ibunya serta Batak Simalungun dari ayahnya.
Saat ini eka tinggal dirumah kakeknya. Rumah batu permanen dua tingkat yang dicat putih ini terletak disalah satu perumahan di kota medan. Di ruang tamu
rumah tersebut, terdapat 2 sofa besar, dua sofa untuk 1 orang dan meja yang terletak di tengah ruangan. Di dinding ruang tamu ini, di atas sofa tergantung foto
kakek beserta cucu-cucunya, termasuk Eka yang pada saat itu berusia sekitar 14 tahun, dan di dinding dekat pintu masuk tergantung lukisan the last supper yang
berbingkai kaca. Eka terlihat cukup menyegani sosok kakek dari ayahnya tersebut. Dalam
suatu wawancara, Eka yang pada saat itu masih mengenakan seragam putih dengan rok-abu-abu yang panjangnya sedikit di atas lutut duduk di lantai,
menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti sambil menghisap rokok merk Marlboro, ia terlihat sedikit gelisah, sesekali ia melihat keluar setiap ada suara
mobil yang lewat didepan rumahnya. Pada saat suara mobil yang menjemput kakeknya pulang dari kantor terdengar, ia langsung melihat gerbang depan
rumahnya, dan saat dipastikan bahwa kakeknyalah yang datang kerumah, eka terlihat panik. Ia mengatakan ” betul kakek, mati aku, kak tolong hidupin kipas”
Universitas Sumatera Utara
93 secara terburu-buru mematikan rokok yang sedang dihisapnya ke asbak,
mengibas-ngibaskan tangannya, kemudian segera lari ke belakang untuk membuang sampah rokok, membersihkan asbak, dan meminum air agar dari
nafasnya tidak tercium bau asap rokok. Namun perhatiannya sering teralihkan bila mendengar suara mobil yang lewat didepan rumahnya. Sebelum sebatang
rokok tersebut habis, ia cepat-cepat mematikannya, segera pergi kedapur untuk minum dan membuang rokok dan abu di asbak, serta menyalakan kipas angin di
ruang tamu karena mobil yang berada didepan rumahnya kali ini adalah mobil kakeknya yang pulang dari kantor. Pada kesempatan lain, saat sedang berada
dirumah tetangganya pada malam hari, eka terlihat waspada dengan setiap suara yang memanggilnya dari rumah. Ia takut kakeknya yang sudah tidur terbangun
dan mencarinya. Dan ia segera pulang ke rumahnya saat dipanggil pulang oleh kakeknya tersebut.
Saat diwawancara di rumah kakeknya, Eka memelankan volume suaranya saat bercerita mengenai peristiwa dimana ia menyuntikkan obat-obatan ke
lehernya dan saat berbicara mengenai dirinya. Saat ada anggota keluarga atau pembantunya yang melewati ruang tempat wawancara dilakukan, Eka
menghentikan ceritanya dan mengalihkan perhatiannya pada orang tersebut atau memperkenalkan peneliti pada orang tersebut.
Perilaku seperti ini tidak ditemukan saat ia diwawancara di rumah tetangganya. Eka dengan bebas menceritakan mengenai kehidupannya saat di
Siantar dan Aceh dulu, bahkan cerita tentang kedua orang tua nya pun diceritakan eka secara lancar tanpa penurunan volume suara ataupun terlihat
Universitas Sumatera Utara
94 menyembunyikan apapun. Namun, saat diwawancara di rumah tetangganya
tersebut, eka tidak mengungkit-ungkit pembicaraan tentang dirinya pada saat ini, ataupun tentang anggota keluarga dari tetangga tersebut.
Saat ditemui di rumah tetangganya pada malam hari, eka terkadang
menggunakan piama berlengan pendek dan celana panjang ataupun kaos putih berleher rendah, cardigan berwarna hijau dan celana batik yang longgar. Sesekali
eka terlihat sedang bercengkrama dengan anggota keluarga tetangganya tersebut. Sambil bercanda, anak-anak dari keluarga itu sering menggoda Eka, yang
membuatnya merajuk manja. Eka terlihat senang dan nyaman berada di tengah- tengah keluarga itu. Eka bahkan tidak segan-segan untuk mengoleskan perwarna
rambut ke kepala anak tertua tetangga tersebut. Saat diwawancara, Eka berbicara dengan lancar sambil sesekali bercanda
saat menceritakan tentang kisah kedua orang tuanya, namun matanya terlihat menerawang dan wajahnya sedikit tertunduk saat bercerita tentang neneknya.
Terkadang Eka menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti sambil melakukan aktivitas lain, seperti membungkus kado, menulis atau mengambar-gambar
sesuatu di kertas yang ada dihadapannya, ataupun sekedar memegang barang- barang yang ada dihadapannya. Aktivitas yang selalu dilakukannya saat
wawancara berlangsung adalah menghisap rokok, ia bahkan menyulut kembali rokok baru dari bara api rokok yang sedang dihisapnya, kemudian setelah
rokoknya habis, ia langsung menghisap rokok yang baru dihidupkannya tersebut. Terkadang matanya teralihkan ke aktivitas yang dilakukannya, tapi seringkali ia
Universitas Sumatera Utara
95 hanya melihat langsung ke arah mata peneliti saat bercerita mengenai
kehidupannya.
IV.B.2. Latar belakang
Eka terlahir dari latar belakang agama yang berbeda. Saat akan menikahi ibunya, ayah Eka setuju untuk pindah ke agama ibunya, yaitu Islam. Pernikahan
dari kedua orang yang berbeda keyakinan ini menimbulkan masalah bagi keluarga ayahnya. Kakek Eka menentang pernikahan ini, dan menganggap bahwa
anaknya ayah Eka tidak akan sanggup menjalaninya dan akan pulang kembali kepadanya. Sedangkan ibu dari ayahnya yang tadinya sangat menentang
hubungan mereka saat berpacaran, akhirnya merelakan anaknya untuk menikahi gadis yang berbeda agama dengan mereka karena ayah Eka sempat dua kali
mencoba bunuh diri karena putus dari ibunya dan masih mengingat-ingat ibunya. Keluarga ibunya tidak menentang pernikahan tersebut karena ayah Eka setuju
untuk masuk Islam. Pernikahan dilangsungkan tanpa acara adat, menggunakan ajaran agama Islam. Eka diceritakan bahwa ayahnya pernah mencoba bunuh diri
karena mengejar ibunya saat ia berusia 6 tahun. Pernikahan mereka membuat ayahnya putus komunikasi dengan
keluarganya. Perang dingin itu mulai mencair saat ibu Eka mengandung dirinya. Dimulailah pertemuan-pertemuan antar kedua keluarga ini. Hingga akhirnya 2
tahun kemudian pernikahan keduanya dapat diterima dan direstui saat Eka lahir. Namun ibu dan neneknya sudah membicarakan bahwa anak yang terlahir akan
disuh oleh neneknya.
Universitas Sumatera Utara
96 Tak lama setelah Eka lahir, ayah ibunya pindah ke Tapanuli Selatan dan Eka
dititipkan pada neneknya dan tinggal di Aceh. Sejak kecil Eka sangat manja pada neneknya. Bahkan dia lebih dimanja
daripada 5 sepupu laki-lakinya yang lain yang tinggal bersama neneknya. Terutama setelah kakeknya meninggal pada tahun 1996.
Saat Eka berumur sepuluh tahun, Eka pindah ke Siantar dan tinggal bersama kedua orangtuanya. Neneknya menemani Eka tinggal di rumah papa-
mamanya di Siantar selama satu bulan hingga akhirnya ia terbiasa. Setelah neneknya pulang, setiap hari Eka menelepon neneknya, kemudian frekuensi nya
dikurangi perlahan-lahan menjadi seminggu sekali. Eka mengaku bahwa ia sempat ’bandel’ saat jauh dari neneknya ini, berteman dengan banyak teman yang
pengguna narkoba, akhirnya Eka pun keceblos menggunakannya juga. Eka berusia 13 tahun saat neneknya terkena stroke untuk yang pertama
kalinya dan langsung meninggal 10 hari kemudian. Eka sangat stres hingga keluarganya membawanya ke Jakarta untuk diobati oleh Psikiater.
Di malam setelah ia dibawa ke psikiater, dengan pikiran kosong antara setengah sadar dan tidak, ia menyuntikkan berbagai jenis obat yang tersimpan
didalam lemari kamarnya ke lehernya. Hingga ia dibawa ke rumah sakit tempat ia sempat mengalami mati suri selama 2 jam. Dua minggu di jakarta, Eka pulang
kembali ke siantar dan mengikuti UAN SLTP. Eka saat ini duduk di bangku SMA kelas 2 di Methodist. Ia tinggal
dirumah kakek dari ayahnya di Medan bersama ketiga sepupunya, Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
97 ayah dan ibunya tinggal di Langkat. Kedua orangtuanya datang ke Medan setiap
hari Sabtu dan minggu. IV.B. 3. Data Wawancara
1. Gambaran Makna Hidup
Sejak bayi, Eka sudah tidak tinggal bersama kedua orangtuanya melainkan diasuh oleh kakek dan nenek dari keluarga ibunya namun ayah-ibu Eka sering
mengunjunginya di Aceh. Sejak sebelum Eka lahir, pembicaraan bahwa pengasuhan anak yang akan dilahirkan akan diserahkan pada neneknya sudah ada.
Selain karena memang adanya kebiasaan dalam keluarga tersebut untuk menyerahkan anak laki-laki yang terlahir dari anak-anaknya untuk diasuh dan
dididik oleh nenek, Eka yang merupakan cucu perempuan juga ikut diasuh dan tinggal terpisah dari keluarganya karena neneknya mengkhawatirkan bahwa
cucunya akan tidak terawat dengan baik dan akan mengikuti ajaran agama ayahnya dulu. Karena saat ayahnya sibuk bekerja, ibunya banyak mengikuti
kegiatan Dharmawanita yang menyita banyak waktu, selain itu kedua orangtuanya sering berkunjung ke Siantar tempat kedua orangtua ayahnya tinggal. Maka Eka
pun diasuh oleh neneknya. Selain Eka, neneknya juga mengasuh 5 orang anak lainnya yang masih
memiliki hubungan darah dengannya. Kelima orang tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia dua sampai lima tahun lebih tua dari Eka. Eka sebagai anak
perempuan terkecil yang juga berperan sebagai pengganti sosok kakeknya yang meninggal saat Eka berusia 4 tahun sangat dimanja oleh neneknya.
iya. Sekalian bisa ngawanin nenek juga. Dulu sempat dibilang orang tu. Untung ada Eka kalo gak nenek tu betul-betul yang namanya..ya ngeblank
Universitas Sumatera Utara
98 lah ditinggalin kakek. Karena kakek juga dulu orangnya manja. Jadi, dikit-
dikit tu..ibu ibu ibu..jadi nenek kan sering denger suara kakek, gantinya Eka nek nek nek naaa…. Jadi gak ada, kehilangannya pasti ada cuman
gak..berlebihan. …P2, W1b.360-365
Apapun yang diminta Eka harus segera dikabulkan saat itu juga. Bila tidak, ia mengancam akan mengurung dirinya, tidak mau tidur bersama neneknya malam
itu, bahkan sampai menggantung dirinya. Padahal Eka yang sebenarnya memiliki kamar sendiri tidak pernah berani untuk tidur sendirian dikamarnya dan selalu
tidur di kamar neneknya setiap malam. Ia pun mengaku bahwa ancaman menggantung diri itu keluar begitu saja dari imajinasinya karena saat itu ia akan
dimasukkan ke sekolah yang membuatnya jauh dari neneknya. Tentu saja neneknya tidak bisa mengasuh 6 orang anak seorang diri, setiap anak diberikan
satu pengasuh, hanya Eka yang memiliki 2 pengasuh dan satu orang supir yang menungguinya di sekolah.
Tk nya di pesantren. SD nya.. Eka dulu pernah mau gantung diri di SD. Mau bunuh diri. Gak bisa jauh dari..ini kan Eka jauh kan? Itu la gak bisa jauh
dari orang tua. Gak bisa jauh dari nenek. itu karena jauh ya kan, mau dimasukin ke pesantren gitu. Akhirnya ya gak
gantung diri. Ngancam. Pas TK. Aku pokoknya mau gantung diri. Ngomong pun belum betul ya kan. aku nanti gantung diri berbicara seperti anak-anak
yang cadel gak tau. Keluar aja gitu. Imajinasi. I-ma-ji-na-si mengeja dengan suara
seperti anak-anak P2, W2b.497-499,509-514
Ia sangat sayang dan tergantung pada neneknya. Setiap pulang sekolah, ia harus melihat neneknya barulah ia merasa tenang untuk bermain dan tidur siang.
Dulu, saat ia mengikuti sekolah yang masuk pada siang hari, sebelum pergi sekolah ia selalu mencari neneknya, sepulang sekolah ia tidak mencari neneknya
lagi. Malam harinya ia belajar, saat akan tidur, barulah ia mencari neneknya lagi.
Universitas Sumatera Utara
99 siangnya ya…maen-maen, tidur. Tidur siang gak pa-pa gak sama nenek.
Yang penting malamnya harus ada nenek. Pokoknya pulang sekolah harus Nampak nenek dulu..udah..sampe malamnya lagi baru ketemu. Dari pagi,
siang pulang sekolah trus malam itu sama nenek. Dulu Eka sekolahnya..siang kan..sekolah siang disana. Jadi kalo mau pigi sekolah
gitu udah harus manggil nenek. Nanti pulang sekolah kan sore udah mau magrib. Udah pulang sekolah, udah, itu gak nyariin lagi. trus belajar, nanti
jam 10 jam 11 udah mau tidur baruP2, W2b. 393-400
Neneknya mengatur pendidikan yang akan diberikan pada cucu-cucunya. Eka dimasukkan ke TK islam dan selanjutnya ke salah satu SD Negeri yang ada di
Aceh, diajarkan salat dan mengaji yang dikhatamkannya saat ia tinggal bersama ibunya, selain itu Eka juga diajarkan menari balet. Saat anak-anak lelaki sepupu
Eka belajar karate, Eka belajar balet 3 kali seminggu dari seorang guru yang dipanggil untuk mengajarkan Eka secara privat di rumah neneknya yang
kebetulan memang memiliki lantai yang terbuat dari kayu. Terkadang sepupu- sepupunya sering mengintipnya dan ikut menari saat Eka sedang latihan. Di
Aceh, Eka jarang keluar dari rumah neneknya yang memiliki pekarangan yang luas dirumahnya. Ia tidak diizinkan untuk keluar rumah. Bila ingin bermain, ia
akan bermain bersama para sepupunya. Hal ini dikarenakan dirumah neneknya hanya dia cucu perempuan yang tidak tinggal bersama orang tuanya. Karena
sering bermain dengan sepupunya yang semuanya adalah laki-laki, maka Eka tumbuh menjadi gadis yang tomboi, sering bermain mobil-mobilan dan juga
menginginkan untuk ikut belajar karate yang juga diprivatkan di rumah neneknya. Kemudian iapun meminta pada neneknya agar diperbolehkan untuk ikut belajar
karate bersama sepupu-sepupunya. Akhirnya Eka mengikuti kedua kegiatan tersebut. Ia belajar balet sekaligus karate. Akhirnya, karena terlalu banyak
Universitas Sumatera Utara
100 aktivitas yang diikutinya, ia pun jatuh sakit. Badannya lemas karena kecapekan
dan terlalu banyak bergerak membuatnya malas makan yang mengakibatkan tubuhnya mengalami demam tinggi. Ia pun diminta untuk mengurangi
aktivitasnya dan istirahat selama 1 bulan. Namun ia hanya memenuhi permintaan dokter untuk beristirahat selama satu minggu saja.
Dari kecil, Eka sudah memiliki indra ke-6. ia mengaku bahwa ia dapat melihat makhluk halus yang tidak bisa dilihat oleh orang awam. Namun,
‘kelebihan’nya ini membuatnya menjadi seorang penakut yang tidak berani untuk tidur sendirian dikamar. Selain itu, dari kecil ia juga bisa tidak tidur selama 2 hari
tanpa meminum obat apapun, karenanya ia dijuluki ‘genset’ oleh orang lain. makhluk yang..emang ada disitu… Eka tu sejak lahir emang udah penuh
dengan indra ke-6. Yang gak nampak dengan mata biasa...Emang dari kecil. dari kecil bisa..gak tidur. Bisa..itu bisa 2 hari kan..gak tidur..tanpa
dopping-dopping gitu. Kuat..maksudnya kuat apa aja itu la karena gak tidur. Nanti Eka itu dibilang orang itu genset. Gak pernah mati. Kalo genset
kan gak pernah mati. Kecuali kalo PLN.kalo PLN mati. Kalo genset iduup aja. Isi minyak iduup aja. P2, W2b.1162-1163,1190-1194
Bagi Eka, tidak ada yang dapat menandingi neneknya, bahkan ibunya sendiri. Ia merasa bahwa neneknya dapat memahami apa keinginannya bahkan
sebelum ia memintanya. nenek itu ngerti gitu…apa yang aku mau. Sebelum aku minta nenek tu udah
tau, udah langsung ada, gak tau ntah dari mana dia tau.. gak tau.. pokoknya lebih aja nenek dibanding mama gak tau mungkin karena udah dari kecil
ya..yaa.. jadi mama tu yaa ga ada tandingan...eh salah..nenek tu gak ada tandingannya la.. P2, b.53-57
Eka tinggal bersama neneknya di Aceh hingga dia berumur 10 tahun. Eka yang memiliki perbedaan umur 10 tahun dengan adiknya ini dibawa ke Siantar
Universitas Sumatera Utara
101 saat ia duduk di kelas 5 SD untuk hidup bersama kedua orangtuanya. Karena tidak
bisa jauh dari neneknya, Eka sempat jatuh sakit. Ia pernah mengalami kejadian yang aneh saat ia baru pindah ke Siantar, ia melihat hantu dikamar mandi.
Akhirnya neneknya datang dan menemani nya hingga Eka terbiasa tinggal di Siantar bersama orangtuanya. Setelah menemani Eka selama 1 bulan, neneknya
pun pulang ke aceh, walaupun begitu, neneknya harus meneleponnya setiap hari. Lama kelamaan frekuensi menelepon dikurangi dari setiap hari menjadi dua hari
sekali, tiga hari sekali, 4 hari sekali, hingga akhirnya seminggu sekali. Eka pindah ke siantar. Nenek dulu sering nelp ya kan. Karena Eka sakit.
Gak bisa jauh-jauh dari nenek. Akhirnya, nenek pernah tinggal 1 bulan. Trus Eka tu pernah ngalamin kejadian yang aneh. Ngeliat hantu gitu kan.
Di kamar mandi. Itu..makanya nenek nungguin Eka 1 bulan. Akhirnya Eka kebiasa. Nenek itu..ya walaupun sering nelepon ya kan. Tapi setidaknya
sabtu minggu nenek terus-terus nelepon. Tadinya tiap hari telp.tapi setelah itu sabtu minggu. P2, W2b.851-858
Sekali bertelepon, Eka sendiri bisa berbicara satu sampai dua jam dengan neneknya. saat ia bertelepon, orangtuanya, bahkan ibunya tidak ia perbolehkan
untuk ikut berbicara dengan neneknya. Di telepon, ia menceritakan segala masalah yang dihadapinya. Tentang ia yang diganggu disekolah dan tidak ada
orang yang dapat membantunya disana, bahkan masalah tentang cowok yang ia sukai pun ia bercerita kepada neneknya. Eka merasa bahwa neneknyaa mengerti
segala sesuatu tentang dirinya. Bila Eka diganggu disekolah, saat ibunya menganjurkannya agar tidak berkelahi, neneknya menyuruh Eka untuk membalas
perbuatan orang yang telah mengganggunya. Karena neneknya tau Eka adalah seorang pendendam. Sehingga bagi neneknya, akan lebih baik jika Eka langsung
membalas dan mengeluarkan perasaannya daripada Eka tidak bertengkar tetapi
Universitas Sumatera Utara
102 tetap menyimpan dendam kepada orang tersebut didadanya. Neneknya
mengetahui bahwa Eka ’bunglon’ istilah yang bahkan tidak dimengerti oleh ibu Eka sendiri. Suatu istilah yang menggambarkan bahwa Eka bisa berbuat 1000 kali
lebih jahat pada orang yang jahat padanya dan bisa berbuat lebih baik pada orang yang baik padanya. Soal cowok pun Eka akan berdiskusi dengan neneknya.
pernah ia menyukai cowok etnis Tionghoa. Pada saat itu neneknya mengatakan asalkan ia cowok yang baik dan tidak egois, walaupun is etnis Tionghoa, hal itu
bukan lah masalah karena kakek Eka sendiri adalah seorang Tionghoa muslim. Yang penting cowok tersebut tidak egois, karena neneknya tau Eka bisa bersikap
lebih egois dari cowok tersebut. Bila Eka sedang sedih, neneknya akan datang, topik yang paling sering diungkit Eka saat sedang bertelepon adalah tentang
kunjungan neneknya, tentang kapan neneknya akan datang mengunjunginya. nanti cerita Eka digangguin orang di sekolah. Dulu Eka..dulu kan disana
nggak ada yang bantuin. Jadi kalo nangis-nangis nenek kesini. Kalo gak cerita-cerita, nenek kapan datang? Pokoknya dari 1 jam atau 2 jam itu Eka
nelepon bisa 100 kali nanya nenek kapan datang P2, W1b. 416-419
Kalo nenek ngerti semua. Misalnya pas lagi digangguin di sekolah. Kalo kata mama, udah jangan berantem. Tapi kalo kata nenek, ya udah balas aja.
Karena nenek tau Eka ni orangnya pendendam. Jadi mending langsung Eka balas. Nenek bilang Eka ni bunglon. Tapi mama gak ngerti bunglonnya Eka
ni ke’ mana. Eka, kalau orang jahat sama Eka, Eka bisa beribu kali lebih jahat dari dia. Tapi kalo dia baik, Eka pun bisa lebih baek dari dia. P2,
W2b.1047-1053
R: kalau dulu? Kalau ada masalah gimana nghadapinnya? E: nenek. Masalah cowok pun nenek. Kemarin ada…Eka nanya. Ya udah
gak pa-pa. tapi cina nek, asal baik gak pa-pa. baik, gak egois. Karena nenek tu tau Eka juga bisa lebih egois P2, W2b.751-753
Setelah sempat berhenti beberapa lama dari pelajaran privat baletnya di Aceh, Eka melanjutkan pelajarannya di Siantar. Ia mengikuti lomba hingga
Universitas Sumatera Utara
103 pernah memenangkan juara 1 dan juara 2 disana. Lulus SD, Eka melanjutkan
sekolah ke SMP Methodist di Siantar. Saat duduk di kelas 1 SMP, ia berhenti mengikuti les, karena ia merasa malas. Walaupun ia merasa senang mengikuti les
tersebut, lama kelamaan ia merasa capek dan bosan dibuat seperti boneka. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bermain-main daripada
meneruskan pelajaran baletnya. dulu aku kan pas kecil ikut balet udah mulai bandel gak ikut lagi.
Capeknya.. sampe’ kelas 1 SMP. Ampe dulu pernah juga ikut lomba. Menang. Juara 2, trus juara 1.
senang sih senang ya..tapi malas juga rasanya. Dibuat orang kayak boneka. Makanya.. nanti siap makan balet. Tapi lama-lama..ah capek, bosan, malas.
Semua la. Mending aku main-main. P2, W2b.1096-1122 Saat jauh dari neneknya itu, Eka sempat menjadi anak yang ’bandel’. Ia
berlaku seperti anak laki-laki. Ia dulu memiliki keinginan untuk menjadi laki-laki agar kuat walaupun tinggal jauh dari neneknya. Ia mulai mencoba-coba rokok
pada tahun pertamanya di SMP, jika ia sedang stres terkadang ia membelinya terkadang ia mengambil milik ayahnya. Bila disekolah, tentu saja ia tidak
diperbolehkan untuk merokok. Biasanya ia akan makan atau makan permen bila keinginannya untuk merokok muncul. Banyak orang yang takut padanya,
sehingga ia menjadi ’bos’ disana. karena keramahannya, Eka memiliki banyak kenalan di luar sekolahnya, termasuk teman-teman yang menggunakan narkoba.
Akhirnya ia pun ikut menjadi pengguna narkoba. Ayahnya yang mengetahui hal itu membiarkan perbuatannya karena ayahnya dulu pernah melakukan hal yang
sama. Eka dan ayahnya memiliki sifat yang tidak berbeda jauh. Selama 4 tahun, dari kelas 1 SMP sampai SMA ia menggunakan narkoba, kucing-kucingan dan
dikejar-kejar, hingga akhirnya ia merasa capai, bosan sendiri dan akhirnya
Universitas Sumatera Utara
104 berhenti menggunakannya. Saat itu, ia tidak pernah mau mendengarkan pendapat
dan saran orang lain. Ia paling benci jika apa yang dilakukannya dikritik atau dilarang-larang. Jika ada orang yang menyuruhnya untuk berhenti menggunakan
narkoba, maka Eka akan menjebloskan orang tersebut untuk ikut menggunakan narkoba. Sudah banyak orang yang dijebloskannya hingga menjadi pengguna
narkoba. Eka merasa pada saat itu tidak ada orang yang dekat dengannya. Pas SMP. Karena jauh dari nenek kan. Eka dulu sempat bandel la. Tapi
bandelnya bukan ke’mana. Ke’ laki-laki. Karena dulu pernah punya keinginan jadi laki-laki. Biar kuat jauh dari nenek itu kan. Jadi kaya’ laki-
laki. Akhirnya keceblos deh.. papa tau. Cuma dibiarkan aja. Papa tau. Kerena papa itu pernah punya sifat yang sama. Eka sama papa tu gak jauh.
Sifatnya .berhenti sendiri. SMA dulu sempat kan. Kucing-kucingan. Masih ke’gitu-gituan. Dikejer-kejer. Akhirnya..capek. bosen-bosen sendiri. Bosen.
Dari rasa bosen. Berapa tahun ya..4 tahun juga misalnya dia gak make, nyuruh Eka berhenti, nanti bisa-bisa make. Udah
banyak. Jadi pemake’ akhirnya. Dulu Eka tu gak suka, apa yang aku lakuin tu di apa in orang gitu lo. Dilarang. Dikritik. Itu aku paling benci. P2,
W2b.1064-1089
2. Kehilangan Nilai Utama
Di tahun 2005, neneknya tiba-tiba terserang stroke. Ia dilarikan dari Aceh yang masih hancur setelah terkena tsunami di tahun sebelumnya ke rumah sakit di
Medan. Saat itu, Eka yang tinggal di Siantar diberitahukan melalui telepon bahwa sebelum neneknya ’jatuh’ neneknya sedang memikirkan bagaimana kehidupan
Eka jika ia tidak ada, apakah kehidupan Eka tidak akan kacau. Eka sempat panik ketika diberitahukan mengenai hal itu. Namun dia masih merasa biasa-biasa saja
karena itu adalah kali pertama neneknya terserang stroke dan setelah neneknya sadar dan kondisinya membaik cukup stabil, neneknya akan dibawa kerumah sakit
di Singapura. namun kondisi neneknya tidak kunjung stabil setelah 10 hari
Universitas Sumatera Utara
105 dirawat di rumah sakit Herna, 2 hari sebelum Eka berumur 13 tahun , neneknya
meninggal. Eka terus menangis hingga matanya bengkak. Saat neneknya di solatkan,
Eka hanya menangis saja. Malam dimana neneknya telah dikuburkan, Eka pergi jalan-jalan untuk mencari kesenangan. Pasca kepergian neneknya, Eka menangis
setiap malam dan ia sering keluar rumah hingga larut malam, bahkan bisa tidak pulang hingga 2 hari. Terkadang ia menjadikan rumah seperti hotel yang hanya
diperuntukkan untuk tidur saja. Pagi hari ia pergi sekolah, setelah pulang les ia terus bermain-main untuk mencari kesenangan. ’cari senang’ bagi diri Eka adalah
dengan berkumpul dengan kawan-kawannya. Bila sedang berkumpul, terkadang Eka bisa menangis sendiri, saat itu teman-temannya menghiburnya dengan
berkata ” jangan nangis, kita juga nanti mati” dan ia pun berhenti menangis.
ya..nangis aja. Tu mata sampe’ bengkak. Terus salat jenazah, Eka nangis aja. Tapi tu Eka sempat maen-maen malamnya. Malamnya dikubur,
malamnya Eka jalan-jalan nangis. Nangis aja.. Dari itu, keluar malam keluar malam. Ampe larut.
Cuma gak sampe pagi. Sampe. Seminggu. Tapi seminggu ada pulangnya. Pulang dua hari..dua hari
gak nyampe..pulang..terus pulang..Kadang rumah Eka jadiin hotel. Cuma tempat tidur. Pagi pigi sekolah. Pulang les. Terus maen-maen. Cari senang
...kumpul sama kawan. Tiap malam nangis. Pas kumpul-kumpul Eka bisa tiba-tiba nangis. Tapi
temen itu kan..jangan nangis, kita juga nanti mati. Dieem.
P2, W2b.892-894, 925-938 Terlalu lama bersedih dan terlalu banyak mencari kesenangan, Eka yang
pada saat itu mengaku bahwa dirinya stres karena kepergian neneknya sering berbicara sendiri, berteriak tanpa sebab dan tidak mengenali anggota keluarganya.
Sebenarnya Eka adalah orang yang ceria, bila sedang ramai berkumpul dengan
Universitas Sumatera Utara
106 keluarga-keluarganya Eka menjadi yang paling ribut diantara semuanya. Namun,
bila ia ditinggal sendirian tanpa ada yang mengajaknya mengobrol ia akan menjadi oon, menangis, terdiam dan terbego.
karena nenek gak ada…ya.. pas nenek meninggal rasanya down aja…sampe stress juga, sempat gak kenal orang. Jadi aneeh kali Eka. P2, b.26-27
Itu la..terlalu banyak cari kesenangan,akhirnya..gila. dibawa pulang ke siantar kan..ngomong sendiri gitu. Dibawa ke psikiater. Kalo psikiater kan
tetap obat tidur yang dikasihnya kan. Dibilang, Eka jangan pernah ditinggal sendiri. Karena bakalan oon. Eka ditinggal sendiri pula.
maksudnya kalo udah apa dibiarkan sendiri. Gak diajak ngomong. Yang ke’gitu ke’gitu. Jadinya. Nangis-nangis. Tediam. Tebego. Tebego aja. Tapi
kalo udah rame Eka paling ribut. P2, W2b.986-991
Eka dibawa ke psikiater di jakarta. Diantar ibunya hingga bandara dan menginap dirumah tantenya di jakarta. Malam setelah sampai di jakarta pada sore
harinya, Eka tiba-tiba menjerit tanpa sebab. Keesokan harinya ia diperiksa oleh psikiater dan diberikan banyak obat tidur. Suatu malam, sekitar seminggu- dua
minggu sejak kedatangannya ke jakarta, Eka yang terbiasa menggunakan narkoba sehingga cepat kehilangan efek dari obat bius terbangun dengan pikiran yang
kosong dan melihat botol obat dijejer didalam lemari kaca dikamar tamu tantenya. Eka menyuntikkan obat yang terdapat dalam botol-botol itu ke lehernya secara
terus menerus hingga ia tidak sadarkan diri dan dibawa kerumah sakit. Pernah malam Eka sadar. Malam-malam tebangun ya kan, tersadar. Tapi
kosong pikiran. Eka lihat semua lengkap. Obat tidur P2, W2b.897-898 Ya udah…setengah sadar tu disitu…ambil aja trus Eka suntik, ambil, suntik
lagi, suntik lagi..P3, b.8-9 Eka yang saat kecil sering menanyakan ”gimana sih rasanya mati itu”
mengalami kematian selama 2 jam. Dalam kondisi mati suri nya, ia bertemu dengan kerabat-kerabatnya yang telah meninggal, termasuk neneknya yang baru
Universitas Sumatera Utara
107 meninggal. Ia berbicara dengan mereka mengatakan bahwa ia tidak ingin kembali
lagi dan ingin terus bersama mereka namun mereka berkata bahwa ini bukanlah alamnya dan ia harus kembali. Dan akhirnya iapun kembali juga. Saat tubuhnya
sudah dimandikan dan pesawat sudah dirancang untuk membawa mayatnya pulang, ia tersadar dan sudah berada dikamar mayat. Terbangun dengan banyak
mayat disekitar dirinya, setelah mencubit dirinya untuk memastikan bahwa dia masih hidup, Eka yang memiliki kemampuan untuk melihat makhluk halus
langsung berteriak ”hantuu” melihat roh yang ada di dekat mayat-mayat itu sambil mengikat selimut ke tubuhnya yang sudah tidak berpakaian lagi dan langsung
berlari keluar dari kamar mayat. Pada saat itu ia berpapasan dengan adik ipar ibunya yang ingin melihatnya. Ia langsung diperiksa oleh dokter yang kaget
melihatnya terbangun kembali. Untuk mengetes kesadarannya, ia ditanyakan mengenai kemampuannya mengenali orang dan ia masih mengingatnya sehingga
mampu menjawabnya. Eka dibelikan baju dan dibawa pulang dari rumah sakit. Di perjalanan pulang ia sempat pergi kesalon karena merasa dirinya bau. Sempat juga
ia ke Ancol, 2 hari setelah kematiannya ia kembali dugem untuk bersenang- senang. Selama ada di jakarta, 3 kali ia pergi ke dunia gemerlap tersebut.
Eka gak tau. Tah udah mati tah apa. Cuma Eka sempat ketemu sama yang udah mati semuanya kan. Tah hapa-hapa aja pun orang tu bilang. Ni bukan
alam Eka. Balik lagi. Gak mau, aku mau sama kalian. Balik lagi. Balik la Eka.
dimandiin di rumah sakit. Pesawat..Udah dirancang-rancang untuk Eka.. pas adik ipar mama mo lihat, Eka pas lari-lari kan keluar. Hantuu Eka
bilang kan hantuu.. mereka pikir Eka tu bercanda. Gak ada yang percaya kan. Orang Cuma 2 jam. Pas sadar ditanya namanya siapa ini siapa ini.
Eka masih inget la ya kan. Ya Eka jawab la. Ini ni ini ni. Ya udah cukup. Oo berarti dia sadar kan.
P2, W2b.961-964,954-959
Universitas Sumatera Utara
108 Eka kembali ke Medan dan selanjutnya Siantar dengan badan yang kurus
dan kecil namun pipi yang bengkak karena pengaruh obat yang pernah disuntikkannya dengan dosis tinggi. Tidak ada yang mempercayai bahwa Eka
sempat meninggal selama 2 jam. Bahkan ayah dan ibu Eka sendiri tidak percaya bahwa anaknya pernah mencoba bunuh diri. Hanya pamannya yang tinggal
dijakarta dan tantenya yang tidak mau mengungkit-ungkit lagi peristiwa yang seharusnya disyukuri itu yang mengetahuinya. Eka bahkan tidak menceritakannya
pada teman-temannya disekolah. Saat mereka menanyakan, Eka hanya menjawab bahwa urusannya sudah selesai. Eka sempat merasa cemas dirinya tidak akan
lulus ujian. orang aku balik lagi dengan selamat. Tambah bulat lagi. tertawa. Gak..Oo
pas balik kesana belum bulat, balek ke sini belum bulat. cuman..bengkak. badannya kurus. Ini nya bengkak.pipi Kenapa? Karena.. mungkin karena
udah sempat..kena obat. Badan bisa bengkak. Badan ceking kan..kecil, tapi sini bengkak-bengkak. Makanya orang itu gak ada yang percaya. P2,
W2b.
Eka yang sebelumnya merasa takut akan kematian yang sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia karena ia merasa bahwa
dirinya belum bertobat, memiliki makna baru terhadap kematian. Eka merasa bahwa kematian bukanlah akhir, tapi merupakan jalan untuk pergi kedunia lain.
Dan dia tidak perlu lagi takut akan kematian karena ia sudah pernah mengalaminya. Setelah kembali dari kondisi mati surinya, Eka mengaku bahwa ia
memperoleh tambahan indra ke-6. selain dapat melihat makhluk halus yang memang sudah dimilikinya dari kecil, ia memiliki kemampuan untuk melihat
karakter orang lain walaupun orang tersebut baru pertama kali ditemuinya dan dapat menyembuhkan orang yang terkena gangguan makhluk halus.
Universitas Sumatera Utara
109 Karena aku tu paling takut mati ya.. paling takut mati Eka. Aku belum tobat
kok udah mau mati. Takut Eka .orang kan bilang kalo mati tu wajar. Eka takut.. belum betobat.
Eka tu gak bisa ngartiin mati. Tapi itu bukan akhir. Tapi supaya bisa ke dunia lain.
dulu takut mati. Sekarang gak. Udah pernah kok aku mati. Ngapain lagi takut. P2, W2b.1019-1031
3. Penghayatan Hidup Saat Ini
Lulus dari SMP, ayah Eka dipindahtugaskan ke langkat. Karena ibunya menganggap tidak ada SMU yang bagus di langkat, maka ia menyuruh Eka untuk
bersekolah di SMU Methodist medan. Karena Eka adalah orang yang tidak bisa tinggal sendiri jauh dari keluarganya, maka ia dititipkan dirumah kakek dari
ayahnya. Selain kakek dirumah itu tinggal 1 orang sepupu laki-laki, 1 orang tetangga lama kakeknya di Siantar, seorang pembantu dan seorang sepupu
perempuan tempat Eka berbagi kamar dengannya karena Eka mengaku bahwa ia adalah seorang yang penakut. Bahkan ia lebih memilih untuk tidur sekamar
dengan cowok dibandingkan harus tidur sendirian di kamar. Eka merasa biasa saja harus tinggal terpisah dari orangtuanya karena memang dari
kecil pun ia tidak tinggal bersama orangtuanya. Ia malah akan bertanya-tanya jika orang tuanya mau tinggal bersamanya.
Trus, ada, sepupu, tidur sekamar Eka. Eka penakut, mana berani tidur sendiri. Tegang-tegang la aku. …
Mana berani. mau la Eka lompat. mati tegang. Mendingan aku tidur sama cowok dibanding tidur sendiri. takut hantu. Karena Eka tau Eka bisa lihat
P2, W2b.721-723,672-675 gak ada. Biasa aja. Karena dari kecil gak tinggal sama orang tua. Kecuali
tinggal sama orang tua masih ada. Masih ada tanda tanya nya pasti la. Lho kok mau orang tuaku ni..tumben tinggal sama aku. P2,
W2b.755-758
Universitas Sumatera Utara
110 Kadang-kadang, jika sekolah libur Eka pergi ke langkat. Setiap hari sabtu
ayah dan ibu Eka akan datang ke Medan dan pulang pada hari minggunya. Terkadang mereka membawa serta adik-adik Eka. Ayah dan ibu Eka menginap di
rumah kakek yang pada hari sabtu-minggu pulang ke Siantar. Eka tidak mengetahui apakah kakek masih keberatan dengan pernikahan kedua orangtuanya
atau tidak, yang ia ketahui adalah bahwa kakeknya menyayanginya. Kakeknya sering meminta pertolongan Eka untuk memberikan obat. Hal ini terkadang
membuat Eka sedikit kesal dengan banyaknya obat yang harus diminumkan. Jadi Eka tinggal sama kakek, sepupu. Mati la aku sempat bedua aja. Belum
lagi kakek ku eh obat inilah obat itu lah. Bukannya apaaa tapi..tukang lupa sih nggak, cuman karena emang dari awal dia berobat gak tahu
takarannya.…P2, W1b.443-445
Kakeknya yang berusia 74 tahun itu masih bekerja sebagai wakil direktur di salah satu perusahaan swasta di kota medan. Kakek yang yang mengasuh Eka saat
ini memeluk agama kristen dan setahu kakeknya Eka juga seorang kristiani. Sehingga ketika berada di rumah Eka sering disuruh membawakan doa dan ia
melakukannya. Ia juga mempelajari tentang agama kristen di sekolahnya di Methodist, namun ia tidak mengikuti ibadah umat kristiani yang selalu
dilaksanakan setiap hari minggu. Walaupun Eka yang sedari kecil sudah diasuh neneknya dan dididik tentang agama islam mengaku bahwa ia adalah seorang
muslim dari hati sanubarinya, ia tidak begitu keberatan berperan sebagai sebagai seorang kristiani karena ia bukanlah seorang yang fanatik. Pernah ia mengaku
pada orang lain bahwa dia adalah seorang kristiani, namun tidak ada yang
mempercayainya karena ia memiliki muka aceh yang sangat dominan.
Universitas Sumatera Utara
111 sayang. Karena tiap dia di rumah, Eka suruh bawa doa. Kecuali kalo
muslim, bismilahirahmanirrahim. Kalau kristen kan pande-pande ngomong. Ngarang kata-kata. Pinter-pinter kita pidato. Jadi kita itu.
islam. Karena tau dari kecil udah dididik jadi islam. Ya.. dulu sempat Eka masuk kristen ya kan. Tapi setiap orang yang bilang Eka agama kristen gak
percaya muka ku gak muka kaya’ agama kristen gitu kan
Emang..kalo dulu emang karena nenek. Tapi lama-lama..dari hati sanubari juga P2, W2b.772-774,789-791,834-835
Setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Eka pulang ke aceh dan merayakannya disana. Bila ada perayaan natal, ia juga mengikutinya, namun
sudah dua tahun ini ia tidak menghadirinya karena sedang liburan ke Jakarta dan Bali. Pada perayaan paskah tahun 2008 ini, ia ikut berziarah ke kuburan keluarga
ayahnya di Siantar walaupun setelahnya ia langsung pulang dan tidak mengikuti perayaan di gereja. Karena kakeknya selalu berada di Siantar pada hari minggu,
kakek tidak pernah mempertanyakan mengapa Eka tidak pergi ke gereja pada hari minggu. Walaupun masih belum penuh 5 waktu dan tergantung mood, terkadang
ia melaksanakan salat di kamarnya, sehingga kakek tidak mengetahuinya. Ayah dan ibu Eka sudah membebaskan anak-anaknya untuk memilih, menjadi seorang
kristiani ataukah muslim. Dan Eka memilih agama Islam sebagai agama yang akan dianutnya.
kadang. Orang ni bilang, kalo Eka solat, jatuh hujan. Hujan ya kan. Kurang ajar. Padahal orang mau salat.
betul-betul ujan. Makanya Eka heran. Pas Eka mau solat ujan. Gak betul ini bah.
kadang ada. Kadang ada yang Eka gak bisa ya kan.. kapan Eka bisa aja. Trus Eka suka apa ya kan..kalau gak niat..karena yang ada dosa, kalo gak
niat kita kan. Lagian wajar. Masih umur segini P2, W2b.807-815 kami dikasih kebebasan. Mau milih islam, mau milih kristen.
islam. Kalo Eka. P2, W2b.827,832
Universitas Sumatera Utara
112 Biasanya Eka hanya sekedar bertegur sapa dengan tetangga yang tinggal di
depan rumahnya. Pada suatu hari, Eka melihat anak kedua keluarga tersebut sedang mengalami masalah dan Eka pun mengobrol dengannya. Malamnya, ia
bertamu kerumah tetangga tersebut dan akhirnya menjadi akrab dengan seluruh anggota keluarga mereka hingga saat ini. Ia bahkan sudah dianggap sebagai adik
keempat dalam keluarga mereka. Yang membuat Eka bingung, ia merasa lebih dekat dengan mereka daripada dengan sepupu-sepupunya yang tinggal serumah
dengannya. Saat baru pindah ke rumah kakeknya, Eka, sepupu, dan pembantunya sering membicarakan anak pertama keluarga tersebut yang berwajah tampan. Pada
awalnya, walaupun tidak memungkiri bahwa Irvan memiliki wajah yang tampan, Eka tidak begitu menyukai nya. Eka yang pada saat itu memiliki banyak waktu
luang sering menemani Irvan yang sedang dalam kondisi tertekan karena putus dari pacarnya. Eka sering mengobrol dan membuat irvan tertawa walaupun Eka
menganggap bahwa ia hanya berbicara seperti biasa. Lama kelamaan Eka menyukai Irvan yang susah dinasehati, namun lama kelamaan akan menurut,
Irvan yang akan curiga jika pada malam hari sepulang kerjanya ia tidak melihat kedatangan Eka ke rumahnya atau mendengar suara ribut Eka dirumah
kakeknya, irvan yang penakut akan hantu dan sering ditakut-takutinya, irvan yang sering mengotak-atik ponsel jika orang sedang berbicara dengannya namun tetap
’nyambung’ dan bisa merespon perkataan orang tersebut. akhirnya ia berpacaran dengan Irvan pada Februari 2008.
Dari kak nita trus bang irvan. Bang irvan pernah sendiri. Dulu, pas dia lagi dalam keadaan tertekan. sama pacarnya. Baru putus ya kan. Eka yang
nemenin dia. Nemenin dia di rumah. Eka pas itu udah..gak..kebetulan sama ssekali gak ada pr. Bang Irvan kan berubah gitu. Trus ketawa. Mau ketawa-
Universitas Sumatera Utara
113 ketawa. Padahal Eka ngomongnya biasa. Eka ngomong biasa tapi orang
ketawa-ketawa sendiri Eka kan heran. Ketawa ketawa ketawa gitu kan. Malamnya deket. Deket sama kak nita, paling deket. Trus sama bang Angga.
Akhirnya deket ke semuanya. Sampe ke mama mama nya. Dulu kami satu rumah itu ngerebutin dia. Emang cakep ya kan? Cakep.
Pertamanya. Kalau jauh dia cakep mukanya tu gak tau. Cakep aja lo kak. Udah, satu rumah ngerebutin dia. Aku dulu gak suka. Lama-lama kok aku
pula yang sor ya kan? Suka nya karena susah dibilangin tapi lama-lama nurut. Dia susah kali tu dibilanging. Lama-lama nurut
Nanti dia tidur ya kan. Sambil golek-golek. Tapi dia gak konsentrasi. Dia gak ngelihat kita. Dia ngapain handphone. Kita kan palak. Pulang la Eka.
Tunggu Ka jangan pulang dulu. Yang lucunya ya kan, kalo bisa lihat itu. Bang Irvan kan takut hantu ya kan.
Pulang Eka ya bang pulang Eka kok perasaan Eka di kamar ini gak enak tadi Eka ngelihat sesuatu yang aneh. Tunggu napa Ka..
Yang lucunya ya kan kalo takut hantu itu…jangan ke’gitu napa. Nanti cerita-cerita. Lucu gitu. Dia tetep..kita crita lucu dia denger. Cuman dia
tetep megang handphone. Kan gondok kita kan. Seolah-olah muka kita itu handphone. Bukan sms an. Entah ngapain custoner ya kan. Nyata-nyatat
kegiatan. Tapi dia ngudeng. Dia nyambung. Cuman aku yang gak nyambung jadinya ngerasa kayak gak tersambung gitu. Kita kan kalo misalnya..Eka
nyambung. Sambil smsan sambil apa Eka nyambung. Tapi kan orang yang ngomong sama Eka tu ngerasa kalo dia gak nyambung. Maksudnya..gak
kerasa gitu. Aduh..kek gak sopan. Istilah bahasa kasarnya gak sopan gitu kan. Dalam gak sopan ini kan bisa gak nyambung. Gak didengerin gitu.
Tapi banyak dia juga yang ngomong. Eka sih dengerin aja.
P2, W2b.561-571,619-624,677-679,700-711 Irvan pernah berkata bahwa Eka yang berusia 14 tahun lebih muda darinya
merupakan paket komplit ”Mau manja kaya’ anak-anak bisa. Mau disuruh dewasa juga bisa. Bisa remaja. Semua ada. Nama nya kita bunglon”. Hingga saat
ini mereka belum pernah bertengkar. Walaupun mereka jarang bisa pergi bersama karena pekerjaan Irvan, pada malam hari Irvan pasti pulang dan Eka akan
bermain-main dirumahnya. Jika ia tidak pulang. Eka akan merajuk dan mengancam tidak mau datang ke rumah irvan. Terkadang saat Eka bermain
kerumah mereka, anak kedua dan ketiga keluarga tersebut sedang bertelepon dengan pacarnya masing-masing, maka Eka akan masuk ke kamar Irvan dan
Universitas Sumatera Utara
114 mengobrol dengannya. Eka berfikir positif bahwa Irvan tidak akan berbuat
macam-macam pada dirinya karena dirumah itu ada kedua orang saudaranya dan pintu kamar Irvan tidak bisa benar-benar tertutup karena terganjal meja DVD
yang panjangnya melewati batas dinding dekat pintu. Sering mengobrol, Eka yang sekarang sudah mulai bisa menerima saran dari orang lain ini mengaku bahwa ia
tidak ada curhat mengenai masalahnya kepada irvan karena masalah itu pasti akan langsung dibawa serius olehnya. Eka mengaku bahwa ia adalah orang yang
paling tenang jika menghadapi masalah. Bila sedang menghadapi masalah Eka bisa menghabiskan 1 bungkus rokok sebelum solusi dari masalahnya tiba-tiba
muncul begitu saja dari kepalanya. Bila sedih Eka lebih suka untuk pergi ke anak ketiga keluarga tersebut yang akan mengajaknya untuk bercanda, tertawa dan
membuatnya melupakan masalahnya. gak ada. Eka tu kalo ada masalah ya..paling tenang ngahadapinya. Nanti
kalo ada masalah kan, bisa tu nanti habis ini satu bungkus. Hilang tu masalahnya. Trus tiba-tiba timbul Cliing..muncul ..ini masalahnya ini
solusinya. udah muncul sendiri. Gak ada curhat-curhatan. cuman kalo lagi sedih..ke..bang
Angga soalnya kalau sama bang Irvan, pasti dibawa serius, apa masalahnya… tapi
kalo sama bang Angga dibawa becanda aja. Ketawa-ketawa. Ya udah. Lupa masalahnya.P2, W2b.738-749
Walaupun dekat dengan tetangga nya tersebut, Eka tetap merasa sendiri
setelah kepergian neneknya. Karena hanya nenek lah yang benar-benar dapat memahami Eka. Eka merasa bahwa ia adalah orang yang sulit dimengerti. Bahkan
Irvan dan adik-adiknya yang sudah dianggapnya sebagai orang yang dekat dengannya pun sebenarnya tidak memahami segala hal tentang Eka. Orang
menganggapnya sebagai orang yang mudah dimengerti karena ia mudah dekat
Universitas Sumatera Utara
115 dengan orang lain. Eka pun menurut apabila dinasehati oleh Irvan dan adik-
adiknya namun mereka tetap memiliki memiliki bagian dari dirinya yang tidak dapat dimengerti
ya, karena gak ada yang bisa ngertiin Eka selain nenek. Eka tu orangnya sulit dingertiin. Orang bilang tu Eka paling mudah dimengerti. Sebenarnya
Eka tu susah dimengerti. Cuman, karena Eka tu mudah dekat sama orang.. iya, tapi ada bagian yang orang itu gak ngerti. Ada hal yang orang ni
ngerti, ada yang gak. Gak mungkin ngerti semua. Cuma karena Eka nurut. De’ jangan ini, de’jangan itu. Di depan mungkin Eka iya, iya, iya, tapi kan
didalamnya mereka gak ngerti gitu P2, W2b.1034-1042 Eka termasuk anak yang menarik dan keras. Ia memiliki banyak kenalan di
luar sekolah, walaupun ia tidak terlalu suka disebut sebagai ’anak gaul’. Banyak yang tertarik padanya. Ada mahasiswa kedokteran yang mengajaknya jalan dan
membuatnya bingung karena irvan, pacar Eka yang tinggal didepan rumahnya akan curiga jika tidak mendengar suara ribut Eka dirumahnya. Terkadang ia
terpaksa me-reject telepon dari orang yang menyukainya saat ia sedang bersama- sama Irvan. Saat ia baru duduk di bangku SMU kelas 1, ia sempat berpacaran
dengan teman sekolahnya yang mengajaknya jadian. Perkataan pacarnya yang menyuruhnya agar tidak berlaku seperti laki-laki membuatnya berubah hingga
kementelan. Pernah juga ada kakak kelas 3 di sekolah yang menyukainya. Hal ini membuat teman-teman wanita kakak kelas tersebut menganggapnya sebagai orang
yang ’mentel’, melabrak dan mengatakan : ”jangan sok cantik” padanya. Eka melawan, agar orang yang melabraknya tau bahwa bukan hanya ia yang kuat.
Walaupun ia lebih tua, orang lain bisa lebih kuat daripada dirinya. Pernah Eka bertengkar dengan anak kuliah yang menginjak kaki nya saat berjalan mundur.
Eka langsung berkata: ” Kak kalo jalan pake mata la” saat mahasiswa tersebut
Universitas Sumatera Utara
116 menjawabnya dengan ucapan ” oh ya?” dengan nada yang meremahkan, Eka
langsung berdiri dan mengepalkan tinjunya ”apa kau?” katanya. Untungnya Eka tidak sempat bertengkar dengan mahasiswa tersebut karena teman mahasiswa
tersebut melerainya. Teman Eka menyampaikan padanya bahwa kakak kelasnya tersebut mengatakan ” kau kayak singa ya Ka kalau marah”.
teman cowok. udah jadian. Dia ngajak Eka jadian.Dia bilang jangan kaya’ laki-laki. Akhirnya berubah. Rupanya kementelan kan. P2, W2b.600-603
Kan..kuliah itu lagi dibangun. Jadi, anak kuliah ini mentel sama cewek. Lagi jalan. Mundur mundur mundur. Kepijak kaki Eka.. Oh ya? Katanya.
Apa kau? kubilang. Trus ada yang dulu pernah jadi kakak kelas Eka. Udah la dek adek ini tukang marah ah becanda kakak itu. Gak lama Eka masuk
kelas kan. Datang kawan Eka. Ka, Ka... tadi kau dicari kak intan katanya tertawa. Karena Eka pernah berantem sama kakak kelas 3 dulu.
cari perkara dia. Aku bagus. Dibilangnya aku mentel. Dilabraknya. Dikiranya takut ya kan. Dulu kan kalau di sekolah sana kalau anak kelas 3
ngefans sama anak kelas1 langsung dilabrak gitu ya kan. Jangan sok cantik katanya. Itu la makin kulabrak la kakak kelasnya.
bukan preman. Kadang aku..biar orang itu tau. Bukan dia aja yang kuat. Gak dia aja yang kuat. Orang lain lebih kuat dari dia biarpun dia lebih tua.
P2, W581-596 Eka memiliki cita-cita menjadi seorang hakim yang tidak sebegitu
mudahnya menjatuhkan hukuman gantung kepada orang lain. Selama ini Eka melihat bahwa hakim-hakim yang ada saat ini terlalu mudah dalam menjatuhkan
hukuman gantung. Tetapi ibunya menginginkan agar Eka masuk fakultas kedokteran dan menjadi dokter. Eka yang, malas mencatat materi yang diberikan
guru dan menganggap bahwa semua guru adalah munafik karena selalu menguras uang muridnya, bosan dengan kehidupannya disekolah. Tapi ia tidak tau apakah ia
ingin segera kuliah atau tidak. Kalau bisa, ia ingin langsung bisa bekerja. Saat ini, Eka masih belum berpikir tentang makna hidupnya.
Universitas Sumatera Utara
117 Tapi mama maunya Eka masuk kedokteran. Eka sendiri pengennya jadi
hakim. Kan banyak tu hakim sekarang yang gampang kali ngasih hukuman gantung. Makanya Eka pengen jadi hakim yang gak gampang ngasih
hukuman gantung. P2, b.19-22 gak. Gak tau la pengen cepet-cepet atau gak. Bosen aku gini-gini. Mending
aku langsung kerja. he em..kalo bisa. ... P2, W2b.1059-1062 Apa ya? Gak ada kepikiran aja. Hidup hidup hidup hidup itu bermaknaa.
Gitu-gitu P2, W2b.650-651.
IV. B. 4. Rangkuman