A. Partisipan 1 A.1. Observasi

55 IV. A. Partisipan 1 IV.A.1. Observasi Benny adalah pria batak toba dengan tinggi sekitar 167 cm dan berat sekitar 60 kg. Ia berkulit sawo matang. Rambutnya dipotong pendek dan rapi. Dan sering menggunakan kaos santai dan sarung saat wawancara . Pertama kali peneliti datang kerumah partisipan pada pertengahan bulan Maret 2008. Sebelumnya partisipan mengetahui bahwa ibu peneliti yang merupakan teman sekantornya akan datang bersama anaknya yang kuliah di psikologi. Partisipan banyak bercerita soal penyakit fisik – penyakit yang dialaminya, mulai dari darah tinggi, stroke ringan, hingga gagal ginjal yang dialaminya saat ini. Hal ini mungkin dikarenakan partisipan menganggap cabang psikologi adalah sama dengan ilmu medis kedokteran. Namun, walaupun bercerita tentang dirinya dan penyakit fisiknya, partisipan sama sekali tidak menyinggung pembicaraan tentang kehidupan rumah tangganya dan peristiwa bunuh diri yang dilakukannya. Anak-anak dan ibu partisipan yang pada saat itu ikut bergabung terkadang menimpali cerita yang diutarakan Beni. Beni terlihat santai dan bersemangat saat bercerita mengenai penyakitnya. Pada saat itu ia terlihat tidak terlalu terbebani dengan penyakitnya. Selain berbicara tentang penyakitnya, Beni banyak membicarakan tentang kondisi kantor dengan ibu peneliti dan peneliti mengobrol dengan anak perempuan tertua Beni yang pada saat itu duduk disebelah peneliti. Pada kedatangan pertama ini peneliti belum menggunakan alat perekam melainkan hanya mengingat, walaupun Beni beberapa kali menyuruh peneliti untuk mencatat Universitas Sumatera Utara 56 pembicaraan agar tidak lupa peneliti memfokuskan diri untuk mendengarkannya dan tidak disibukkan dengan aktivitas mencatat. Pembicaraan ini dilakukan di di ruang tamu Beni. Rumah ini merupakan rumah dinas PTPN tempat Beni bekerja. Ruang tamu terletak tepat didepan pintu dan memiliki 1 sofa yang dapat diduduki 3 orang,4 kursi kayu untuk 1 orang di kanan dan depan sofa serta 1 meja di tengahnya. Ruang tamu ini terhubung tanpa sekat dengan ruangan yang memiliki satu sofa dan meja cukup panjang yang digunakan anak-anak Beni untuk belajar. Walaupun ada tembok yang menghalangi terlihatnya ruang keluarga tempat TV diletakkan namun ruangan tersebut tetap terhubung. Saat datang, peneliti sering melihat beni sedang menonton TV disana dan bangkit untuk menyambut peneliti. Disamping lemari hijau di seberang ruang tamu tempat Beni menyimpan barang termasuk Baygon terdapat sebuah dapur. Mobil terparkir di garasi yang terdapat tepat di samping pintu masuk. Disamping garasi terdapat ruang kosong yang tadinya digunakan istri Beni untuk berjualan. Saat pengambilan data berlangsung, awalnya Beni tidak ingin bercerita tentang masalah dengan istri keduanya dan lebih banyak bercerita tentang situasi mengapa ia mencoba untuk bunuh diri namun saat wawancara berlangsung cukup lama Beni pun akhirnya menceritakan masalah dengan istrinya tersebut. Sesekali ia terdiam dan memejamkan mata saat mengingat peristiwa yang sudah lama. Beni menceritakan masalah istri keduanya dengan suara keras dan menaikkan intonasi suara, namun ia terkesan menolak pembicaraan tentang istri pertamanya. Mata nya berkaca-kaca, Ia melipat tangan dan bersandar serta hanya Universitas Sumatera Utara 57 menjawab singkat pertanyaan yang diajukan peneliti tentang istrinya yang telah meninggal. Itu pun dengan kepala sedikit tertunduk dan volume suara yang dikecilkan. Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, Beni bercerita tentang jalannya Pilkada, tentang politik dan birokrasi di Indonesi. Ia berbicara lebih cepat dan lantang saat membicarakan hal-hal ini dibandingkan saat bercerita mengenai dirinya tadi. IV.A.2. Latar belakang Beni lahir di Porsea pada tahun 1962 dari orang tua yang bermata pencaharian sebagai petani. Kedua orang tuanya berasal dari suku batak Toba. Beni adalah anak ke 4 dari 6 bersaudara, ia memiliki 3 saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan. Di masa kecil nya, ia bersama saudara-saudaranya sering membantu pekerjaan ayah mereka mencangkul di sawah. Selain membantu di ladang, ia juga terbiasa membersihkan rumah. Setelah lulus SD dan SMP di Tapanuli Selatan, dia bersekolah di SMA kristen di Medan, hidup terpisah dari keluarganya dan kos di medan. Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke universitas Dharma Agung jurusan Akuntansi. Setelah menamatkan kuliahnya, Beni bekerja sebagai pegawai di bidang akuntansi di PTPN hingga saat ini. Beni pertama kali menikah pada usia 25 tahun dan pernikahan itu bertahan hingga 15 tahun sebelum istri pertamanya itu meninggal dunia. Setelah kematian istrinya, beni mengambil alih peran istrinya dalam mengurus anak-anaknya. Hingga suatu hari penyakit darah tingginya kumat dan ia pun harus dirawat Universitas Sumatera Utara 58 dirumah sakit. Setelah sembuh dari penyakitnya, Beni mencari seorang wanita yang dapat menjadi pengganti istrinya. Ia pun diperkenalkan pada seorang wanita yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Mereka berpacaran selama 6 bulan sebelum memutuskan untuk menikah pada tahun 2005. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama 6 bulan karena istri keduanya tidak dapat menyesuaikan diri dengan keluarganya. 3 bulan setelah perpisahan dengan istri keduanya, beni kembali jatuh sakit. Kali ini, tekanan darah tinggi yang terus menerus membuatnya didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal. Ia diharuskan untuk mencuci darah 2 kali seminggu oleh dokter. Kali ini ia diopname selama sebulan. Setelah keluar dari rumah sakit, ia beristirahat di rumah. 3 minggu setelah ia divonis menderita gagal ginjal, saat hanya ada dia dan ibunya di rumah itu, ia meminum racun serangga yang ada dirumahnya. Ia berhasil diselamatkan dan dirawat di ICU selama 10 hari. Saat ini keseharian beni banyak diisi dengan menonton TV, dan melamun. Walaupun ia masih berstatus sebagai karyawan PTPN, namun ia sering tidak datang kekantor. Saat berada di kantor, ia tidak lagi bekerja seperti ketika ia masih sehat dulu melainkan hanya mengisi absensi dan duduk di kantornya. IV.A.3.Data Wawancara 1. Makna Hidup Beni menikmati banyak pekerjaan jumlah menjumlah dan memutar otak yang dilakukannya di kantor, mulai dari mengambil data di setiap bidang, mengecek fisik barang tersebut, mengecek uang yang ada, hingga mengolah data Universitas Sumatera Utara 59 keseluruhan hasil survey yang dilakukannya. Beni melaksanakan tugasnya ini setiap hari mulai dari pukul setengah delapan pagi hingga lonceng berbunyi di sore hari. Bahkan bila perkerjaan belum juga terselesaikan setelah lewat waktu jam kerja yang ditentukan, Beni bersedia pulang hilang hingga jam 10 malam untuk menyelesaikan tugasnya. Bagi Beni pekerjaannya ini tidak hanya memerlukan kemampuan berhitung, tetapi juga feeling agar dapat menyocokkan angka yang dimilikinya dengan angka-angka yang ditulis oleh orang lain Beni bercita-cita menjadi seorang pegawai yang baik sehingga ia dapat diangkat menjadi staf dan dapat menyekolahkan anak-anaknya. ya..100 beraktivitas. Produktif la gitu. Sebelum sakit ginjal la. Saya berproduktivitas. Saya.. hari apa itu. Paling gak suka aku nganggur. cita-cita ya..jadi pegawai yang baik la kan. Kalo bisa pun kita jadi staf kan. Bisa menyekolahkan orang ini. P3, W1b.116-118 Sebagai orang yang tidak suka menganggur, apabila ia sedang berada dirumah, Beni rajin mengerjakan pekerjaan seperti mengebros kamar mandi, mengorek parit yang tersumbat, mengorek sampah, menyapu dan mengepel rumah, bahkan menggiling cabe dan memasak pun dilakukannya. Beni jarang menonton Televisi, kalaupun menontonnya ia tidak menyukai tayangan sinetron melainkan lebih memilih untuk menonton acara politik. Di malam hari ia lebih suka membaca firman tuhan. berdoa dari hati yang paling dalam, bernyanyi bersama keluarga. Dia sangat rajin mengikuti kebaktian. Pergi ke gereja di minggu bahkan bisa dilakukannya sampai 2 kali. Setiap hari ia bangun pukul 5 pagi untuk berolahraga. Bahkan saat hari sedang hujan ia tetap berolahraga, ia akan berolahraga di rumah. menggunakan Universitas Sumatera Utara 60 kaos ketat agar keringatnya cepat mengalir.Terkadang ia bermain bola dan badminton. Terkadang ia pergi kelapangan merdeka untuk berlari pagi, namun seringnya ia berlari di daerah sekitar rumahnya saja. Berlari hingga pasar pagi, ia sering membelikan bahan makanan untuk dimasak istrinya sebagai sarapan keluarga. Karena mudah berkeringat, Beni selalu sarapan terlebih dahulu sebelum mandi pagi dan pergi kekantor pada pukul 7 pagi. Pada saat Beni sibuk di kantor, istrinya yang baik, mengerti dirinya dan sayang terhadap anak-anaknya ini membuka toko kelontong didepan rumahnya dan sambil mengantar anak-anaknya ke sekolah, ia juga mengantarkan anak tetangganya yang masih SD ke sekolahnya. Istri berperan sebagai ibu yang dapat mengatur kesejahteraan keluarganya. Mulai dari pendidikan anak hingga kebersihan menyuruh mandi dan makan sekeluarga selalu diurusnya. Apabila bertengkar dengan Beni, Alih-alih mengabaikan tugas-tugasnya memasak untuk keluarga, ia akan mendiamkan Beni, itupun paling lama hanya berlangsung selama 3 atau 4 hari. Memang memiliki sejarah penyakit darah tinggi, Beni sempat terserang stroke ringan yang membuat mulutnya miring sehingga sulit memasukkan makanan ke mulutnya di tahun 1997. Pada saat Beni terserang stroke, selain berobat ke rumah sakit dan berolahraga, istrinya sering membuatkannya sop dan jus sehingga ia dapat pulih kembali dalam waktu 1 bulan. Istrinya pulalah yang selalu mengurus makanannya dan menyuruhnya untuk meminum obat yang diberikan oleh dokter. kalo darah tinggi sudah lama saya. Semenjak kawin pun sudah darah tinggi saya. Tapi bisa, terkontrol gitu kan. Karena kita diurus dia kan. Ada yang ngurus kita. Ada yang menjaga kita gitu. Makan kita teratur la. Ada yang bikin obat. Ada yang nyuruh makan obat. P3, W2b1088-1092 Universitas Sumatera Utara 61

2. Kehilangan Satu Sumber Nilai

Di tahun 2003, saat Beni sedang mengikuti tes di Jakarta, ia mendapat kabar dari keluarganya bahwa istrinya meninggal akibat terjatuh dari kamar mandi. Anak-anaknya yang baru pulang ujian sekolah dibantu oleh tetangga depan sempat akan membawanya ke rumah sakit, namun karena kepalanya terbentur keras ia meninggal dalam perjalanan dan tidak sempat menerima perawatan di rumah sakit. Terkejut menerima kabar tersebut, Beni langsung mencari pesawat terbang dan pulang ke Medan. Ia sampai pada sore hari di hari yang sama dengan saat istrinya meninggal pada pukul 12 siang itu. Acara adat dilakukan di rumah mereka di medan, 3 hari kemudian jasad istrinya dibawa ke Tapanuli Selatan untuk dikuburkan disana. Beni mengaku tidak terlalu memikirkan kematian istrinya karena hari- harinya disibukkan dengan berbagai aktivitas, mulai dari pekerjaan kantor, berolahraga, pekerjaan rumah dan mengurus anak-anaknya. Beni sangat sayang pada anak-anaknya, di kantor pun pikirannya melayang pada anak-anaknya. Sering ia membawa kertas, dan pulpen dari kantor untuk anak-anaknya. Bila ada nasi bungkus yang enak ia akan membawanya pulang karena anak-anaknya senang memakannya. Setelah istrinya meninggal, tidak ada yang memasakkan lauk untuk dimakan keluarganya. Terkadang ia masak untuk keluarganya, namun sering ia membeli nasi bungkus di luar ataupun memasak nasi dan hanya membeli lauk saja. Karena mudah mendapatkannya Beni Universitas Sumatera Utara 62 sering membeli daging babi yang memiliki banyak kandungan lemak sebagai lauk. Setahun setelah kematian istrinya, Beni mendapat undangan ke pesta tulangnya. Sepulang dari kantor ia pergi ke pesta tersebut. Di pesta itu ia tidak menjaga makanannya, dan memakan terlalu banyak daging babi yang memiliki banyak lemak. Pulang dari tempat pesta, ia langsung oyong dan muntah. Begitu memeriksakan dirinya ke mantri, ternyata tensinya sudah mencapai angka 180120. maka ia pun disuruh untuk opname selama 2 minggu dirumah sakit. Pulang dari rumah sakit ia mulai menjaga makanannya dan memakan timun setiap malam. Saat ia mengalami sakit darah tinggi, aktivitasnya menjadi sedikit terganggu karena penyakitnya itu, namun karena ia masih bisa berolahraga dan berjalan kemana-mana, Beni masih bisa mengatasinya. 1 bulan kemudian penyakit darah tingginya pun bisa teratasi. begitu meninggal ya..gak ada lagi la yang apa..makan pun sembarangan la..mana yang paling gampang dibeli itu la yang dibeli. Makanya sempat saya opname. Tapi masih bisa terkendali kan. P3, W2b.1094-1097 Darah tinggi. Opname saya kira-kira 2 minggu. Udah itu. Karena masih opname belum penyakit ginjal. Masih bisa kubawa-bawa kan. Darah tinggi ni masih bisa kubawa-bawa kan. Masih bisa awak lari habis itu awak jalan kemana-mana. Masih bisa lari pagi. Walaupun terganggu gitu, tapi karena masih bisa awak jalan kemana-mana, hilang juga darah tingginya. P3, W1b.765-772

3. Mencari Makna Hidup

Setelah penyakitnya sembuh ia berpikir untuk mencari perempuan yang dapat menemaninya, menjaga, mengurus dan membantu dirinya, yang dapat berperan sebagai teman untuk berdiskusi, teman untuk bekerja, istri, dan sebagai Universitas Sumatera Utara 63 pengganti ibu yang baik bagi anak-anaknya. Ia merasa tidak tahan dengan kondisinya yang tanpa pendamping tersebut. Ia mencari seorang wanita dari tingkat ekonomi yang lebih rendah darinya dan berwajah tidak begitu cantik. Ia menganggap bahwa orang miskin tidak banyak tingkahnya dan orang jelek baik hatinya. Dari salah seorang temannya ia dikenalkan pada seorang gadis yang berusia 10 tahun dibawahnya dan bertempat tinggal di kota Medan. 6 bulan Beni berpacaran dengan gadis tersebut sebelum menikahinya di gereja pada bulan November 2005, namun tanpa mencatatkannya di catatan sipil. Ia mengharapkan wanita tersebut dapat menjadi pengganti mendiang istrinya. Baik, mengerti dirinya dan sayang terhadap anak-anaknya. Namun harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Istrinya tidak dapat menyesuaikan diri dengan keluarganya. Bukannya merangkul, ia malah menjauh dari keluarganya. Terutama anak-anak Beni. Hanya Beni saja yang didekatinya, tetapi ia tidak dapat menyatu dengan anak-anak. Sering sekali ia bertengkar dengan anak-anak, terutama anak pertama dan kedua Beni. Sepulang dari kantor ia sering mendengar bahwa ada yang menangis dan menjerit. Pada saat itu Beni banyak bersabar dan membela istrinya. Namun suatu hari, Beni melihat mereka bertengkar dan istrinya mulai memukul anaknya. Pada saat itu ia mulai merasa bahwa ada yang tidak beres dengan istrinya. Ia langsung menasehati istrinya agar jangan bertengkar apalagi sampai menggunakan tangan dengan anak anak akan tetapi cukup diomongkan saja. Karena ia juga tidak memukul anak-anaknya. Itu adalah kelakuan yang tidak baik bagi seorang ibu tiri. Universitas Sumatera Utara 64 aku kubiari aja. Paling kubilangin, gak usah berantem la. Gak usah pake pukul-pukul aja. Ngomong aja sama anak-anak. Gak usah pake tangan gitu. Gitu nya. Soalnya saya gak..gak pake tangan saya..gak. sebenarnya kalo..saya sudah apa bisa saya maen tangan. Tapi saya kan bepikir juga awak anak orang awak pukul kan..gak enak kan. Apalagi jadi ibu tiri awak pukul kan gak sedap. P3, W2b.1209-1215 Walaupun sudah mulai merasakan ketidakcocokan dirinya dan anak- anaknya dengan istri keduanya ini, ia masih bersabar. Hingga suatu hari istrinya tidak mau memasak untuk keluarganya. Selama 3 hari istrinya menelantarkan keluarga dan berdiam diri di kamar. Pada saat itu Beni yang memasak untuk keluarganya. Kalaupun tidak sempat memasak ia akan membeli nasi bungkus dari luar dan menyuruh anaknya memanggil istrinya agar keluar dari kamar dan makan bersama. Namun istrinya tetap mengurung diri dan tidak mau keluar dari kamar. Saat itulah emosinya memuncak, ia merasa sangat marah pada istrinya. Maka ia memulangkan istrinya kembali kerumah orang tuanya. bisa dia 3 hari gak mau masak di rumah. Ini gak betul ini. Sakit jiwanya ini. 3 hari gak mau masak gitu. Di biari aja kami dikamar dia sampai 3 hari. Dari hari minggu sampai hari rabu. Iyah..kalo gitu kusuruh balik, balik la kau untuk apa kau disini kau..kalo gak bisa kau kawani..kawan dia kerja ku gitu. Bukannya saya bilang kau tukang masak, tapi kan. Kau harus membantu awak kubilang. Kubalikkan dia ke rumah orang tuanya. Pertama berontak juga dia sama awak. Tapi dalam hati awak gak cocok lagi sama anak-anak ini. Sama..awak pun sudah gak cocok lagi. Bagus-bagus nya saya balikkan dia. Bukannya saya main kasar sama dia. Ntah kalau awak kasari dia, awak tumbuki dia, awak usir dia secara tidak bagus, kan gak, saya balikkan bagus-bagus ke rumah orang tuanya. Walaupun dia gak mau, ya sudah lah P3, W1b.790-805 Pernikahan itu bertahan selama 6 bulan sebelum Beni berpisah dengan istrinya. Perpisahan ini terjadi begitu saja, karena dalam agama kristen tidak ada istilah bercerai dan pernikahan mereka pun tidak dicatat dalam catatan sipil. Tidak Universitas Sumatera Utara 65 ada proses administratif apapun karena mereka belum memiliki anak dan tidak ada urusan harta benda yang harus dibagi. Setelah dikembalikan kerumah orangtuanya, istrinya merasa menyesal dan menghubungi Beni beberapa kali untuk meminta maaf. Namun, Beni yang merasa bahwa dia sudah cukup baik dan telah cukup berusaha untuk bertahan dengan segala tindakan istrinya selama ini telah menutup pintu hatinya untuk istri keduanya tersebut. Ia merasa bahwa istrinya bukanlah orang kaya atau wanita yang sangat cantik atau manis sehingga perlu disanjung-sanjung dan seharusnya istrinya menyadari sendiri hal tersebut Itu udah awak balikkan baru nyesal. padahal kita udah palak itu. Gak.. hati kita udah tertutup sama dia. dia nelepon om gitu? iya, minta maaf gitu. tapi kita..awak karena orang baik itu kan, kalo udah..payah kembali udah tertutup. Karena kita udah berusaha. Kita kan..awak bukan anak-anak lagi kaya’..istilahnya awak sudah gak seperti anak muda lagi kan. Dia pun bukannya muda kali kan. Tua nya. P3, W2b.1153 - 1163

4. Kehilangan Nilai Utama

Setelah berpisah dengan istri keduanya, Beni mulai tidak menjaga makanannya. Makanan yang seharusnya tidak dimakannya lagi pun dimakannya. Ia sering makan tidak teratur. Karena mudah membelinya, Beni sering membeli daging babi sebagai lauk makan keluarganya dan memasaknya dengan kadar garam yang cukup banyak. Tentu saja hal ini memicu kembali penyakit darah tingginya. Ia yang tadinya masih merasa baik-baik saja setelah perpisahan dengan istri keduanya itu, 3 bulan kemudian tensinya naik hingga 200. Beni merasa oyong, kepalanya ringan seperti tanpa beban, selama seminggu makanan apapun Universitas Sumatera Utara 66 yang masuk kemulutnya dimuntahkannya kembali. Ia hanya bisa memakan bubur pada saat itu. walaupun sudah diopname selama 2 minggu tensinya tidak kunjung turun, dokter pun merujuknya agar melakukan scanning. Namun tidak terlihat adanya penyumbatan pada pembuluh darah diotaknya. Pada saat itu, ia mulai berbicara sendiri. Seperti sedang mengajak berbicara temannya yang sebenarnya tidak hadir disitu. Pembicaraannya pun mulai tidak terarah. Perasaannya gelisah, pikirannya tidak tenang. Apabila ada tamu yang menjenguknya, ia merasa tidak kerasan dan ingin tamu tersebut cepat pulang. Ia sering jalan-jalan tanpa arah di rumah sakit ditemani oleh anak keduanya. Di malam hari ia merasa kesulitan untuk tidur, kalau pun bisa, tidurnya tak nyenyak. Malam dimana ia tidak bisa tidur, ia akan berkhayal hingga pagi hari. Setelah istri saya yang kedua ini la..pisah-pisahan kami karena..gak cocok lagi sama..keluarga kan. Mungkin, karena kepikiran juga sama ku ini terus makanan lagi gak teratur. Datang la penyakit darah tinggi. Darah tinggi. Opname la saya di rumah sakit. Opname saya di rumah sakit. Setelah opname saya di rumah sakit. Hampir 2 mingggu gak turun-turun. Sampe’..200 apa nya tensinya. udah itu, lari la ngomong-ngomong saya kan. Lari la..omongan saya itu gak..udah gak..tidak..terarah lagi. Trus perasaan saya gelisah. Gak ada ketenangan gitu. Ya..ada pun datang nanti tamu. Kita gak..gak..gak betah. Gelisah gitu kan. Jadi gelisah-gelisah. P3, W2b.20-32 aku dulu gelisah. Waktu sakit, gak tenang pikiranku. dulu pun gak apa..maunya raoon gitu. Raon pun kemana arahnya gak tau. Pengennya jalan-jalan gitu. Tapi arahnya gak tau.kalo ada pun kawan awak. Maunya pulang gitu. Jangan lama-lama. Emang jalan-jalan. Nanti habis jalan-jalan, pulang lagi. Trus awak kalo tidur gitu gak..gak..gak apa namanya..gak tahan gitu. Gak kerasan. Gelisah. gak, gak bisa tidur. Terus awak mulai jam 9 mengkhayal aja terus sampe pagi. Kalo tidur pun macem tidur-tidur ayam aja. P3, W2b.1513 - 1528 Selain scanning, dokter pun melakukan uji tes laboratorium. Pada saat itulah diketahui bahwa kandungan kreatinin dan ureum, racun dalam darahnya Universitas Sumatera Utara 67 tinggi. Karena tingginya kadar racun dalam darahnya, ia pun mulai berbicara sendiri. Saat sedang rebahan, ia seperti berbicara dengan temannya yang sebenarnya pada saat itu tidak hadir disitu. Kakak perempuan Beni datang dan cukup membantunya sehingga anak-anaknya tidak terlalu panik melihatnya berbicara sendiri. Karena ginjalnya sudah rusak, mengecil dan tidak lagi bisa menyaring racun dalam badannya, maka ia harus rutin melakukan cuci darah. Pada saat itu, ia tidak memiliki teman untuk berkompromi. Dan dokter memaksanya untuk melakukan cuci darah walaupun ia tidak ingin melakukannya. Beni pun melakukan kegiatan cuci darah 2 kali seminggu. Namun selama dua minggu melakukan cuci darah, ia tidak merasakan perubahan apapun dalam dirinya. Ia masih tidak bisa melakukan berbagai aktivitas yang dikerjakannya selama ini. Ditambah lagi beban pikiran yang dirasakannya saat melihat darah keluar dari tubuh, diolah kembali dan dimasukkan kedalam tubuhnya membuatnya menghentikan kegiatan cuci darah ini pada bulan ketiga setelah vonis sakitnya. Jadi lah aku cuci darah. Ya..udah cuci darah kebetulan..tak ada pula yang berkompromi sama awak kan. Apa..karena kalau saya tidak mau bisa kan ? tapi..kubilang sama dokter gak usah. Gak, gak boleh kalau gak cuci darah kau gak tanggung jawab kami gitu. Itu la kasar ngomongnya kan. Gak tanggung jawab kami… ya diikut lah. Cuci darah cuci darah la. Kalo cuci darah..cuci darah.. trus opname la di rumah sakit. Udah itu, setiap..setiap..setiap satu minggu dua kali. Tapi setiap dua minggu ni cuci darah kadang-kadang gak..gak menyembuhkan gitu. Masih gelisah juga. Masih..makan juga gak bisa. Apapun tak bisa. P3, W1b.39-49 Sebulan kemudian ia pun keluar dari rumah sakit namun karena penyakit ginjal yang dialaminya, ia memiliki daftar panjang makanan yang tidak boleh dikonsumsinya, Badannya pun cepat merasa lelah saat beraktivitas. Ia pun Universitas Sumatera Utara 68 beristirahat di rumah bersama ibu dan anak-anaknya. 3 hari berada dirumah, saat semua anak-anaknya pergi kesekolah, ia melihat ibunya yang sudah tua mencuci dikamar mandi. ia semakin merasakan beban berat yang dialaminya karena tidak bisa bekerja dan memakan makanan yang disukainya. Ia berpikir: ” Aduh, sakitnya hidup ini. Awak lagi berjuang karena ini.. Kok berat kali la kena sama awak. Penyakit ginjal kan masih muda..gitu. trus kalo saya penyakitan apa lagi yang bisa saya perbuat. Lebih bagus la begini saya..begitu dulu.untuk apa saya hidup kalo gak ada nilai tambahnya kan. Kalo jadi beban sama anak-anak kan lebih bagus awak..” P3, W1b.55- 56,b.364-369 Saat ia merasa bahwa sudah tidak ada lagi pengharapan bagi dirinya, ia mengambil baygon yang terletak di lemari dan meminumnya. Ibunya menangis melihat hal itu dan meminta bantuan tetangganya untuk membawa Beni kerumah sakit. Sesampainya dirumah sakit, perut Beni dipompa untuk mengeluarkan racun yang terdapat dalam perutnya. Selama seminggu Beni tidak sadarkan diri di ICU dengan banyak selang dimasukkan ke tubuhnya. Setelah 10 hari tinggal dirumah sakit, barulah Beni menyadari dan menyesali perbuatannya. ya menyesal juga. Sekarang..penyesalan sebetulnya..menyesal juga kalo dibilang..kok bisa gitu la awak. Datang setan kan..penyakit ini. Tapi..nama nya la.. manusia kan. Namanya la..kita ada cobaan..jiwa..kejiwaan juga kan..P3, W1b.107-111 selama di rumah sakit, selain mendapatkan pengobatan medis, ia juga menerima bantuan dari seorang psikiater. Namun Beni merasa kecewa dengan sikap psikiater tersebut yang terkesan menarik diri saat berbicara dengannya. Psikiater tersebut menyuruhnya menceritakan masalah yang dialaminya sambil membuka-buka buku tebal yang ada gambar-gambar didalamnya. Setiap ia Universitas Sumatera Utara 69 bercerita, psikiater tersebut melihat buku yang berada ditangannya. Setelah itu psikiater menulis resep obat. Dia negok buku aja kutengok. Asal ada ke’gini awak ngomong gerakan membuka-buka buku. Bawa buku. Tebal bukunya. orang bikin resep kok dia. Banyak kali obatnya kutengok. iya..pernah dulu mula-mula kan..waktu belum bisa saya datang ke ruangan dia. Datang dia ke ruangan. Disangkanya udah gila kali awak. Gini dia gerakan menjauh, menyandarkan badan ke kursi menjauh dari awak. Sampe gini dia. Cemana gini gini gini gini tah udah. Jadi, setelah apa. Disuruh la awak ke apa kan..disuruh duduk kursi roda. Cemana gini gini gini kenapa gini gini gini. Dibaca bukunya. .. ya ke’gini juga pertanyaannya. hati saya gak tenang dokter, kubilang. Cem ada yang menghantui saya. Gak bisa kurasa. Gak tenang pikiranku. Tengok. Bukunya ada gambar- gambarnya juga kutengok kan. P3, W1b.323-340

5. Penghayatan Hidup Saat Ini

10 hari tinggal di ICU tidak membuat Beni dapat beraktivitas sebagaimana yang biasa dilakukannya. Penyakit ginjal yang dideritanya membuatnya tidak dapat melakukan aktivitas fisik dan pikiran yang terlalu berat. Sehingga ia yang tadinya produktif di kantor menjadi sesorang yang hanya dapat duduk dan melihat temannya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantor. Di kantor, pola aktivitasnya berubah, dari survey dan pengolahan data menjadi menonton TV, baca koran dan tidur. Karena merasa bahwa tidak ada yang perlu dikejar di kantor, iapun menjadi malas datang ke kantor dan sering absen tanpa menuliskan surat izin. Dalam seminggu yang memiliki 5 hari kerja ia hanya datang 3-4 kali seminggu. Sebenarnya Beni bukanlah orang yang suka menganggur. Sebelum jatuh sakit ia merasa bahwa dia adalah orang yang 100 produktif, namun penyakitnya Universitas Sumatera Utara 70 membuatnya tidak bisa menjadi individu sebagaimana dirinya dahulu. Karenanya ia tidak suka melihat teman sekantornya yang masih sehat bermalas-malasan dalam bekerja. Dalam kemarahannya ia akan diam saja bila orang tersebut tidak merubah perilakunya walaupun sudah dinasehatinya. Ketidakproduktivitasannya di kantor mempengaruhi kepercayaan dirinya. Merasa bosan karena tidak ada pekerjaan, ia memilih untuk membaca daripada mengobrol kalaupun mengobrol paling hanya selama 30 menit, ia sudah merasa kalau orang muak mendengar ceritanya. Ia juga malu untuk pergi kebagian lain karena ia merasa bahwa orang akan menuduhnya hanya membawa penyakit saja. Merasa malu karena tidak bekerja, ia menjadi malas untuk mengobrol sedangkan orang lain sibuk bekerja. Ketidakpercayaan diri yang diakibatkan oleh rasa ketidakproduktivitasan kerja ini ditambah lagi dengan sindiran teman-teman sekantornya tentang ia yang tidak bekerja membuatnya semakin merasa malu. Kalaupun ia membawa pekerjaan lain dari rumah ia merasa bahwa orang akan mempertanyakan mengapa bukan tugas dari kantor yang dikerjakannya. Semangat yang adapun hanya sebentar, karena sesampainya dirumah ia akan terkulai lemas. waah..kan males juga orang kalo tiap hari cerita-cerita gitu kan. Orang lain sibuk awak cerita-cerita. Kan males juga awak. ya..ada. tapi cuman..ya berapa lama la itu. Kalo kantor kan sebentar aja. Paling setengah jam udah muak orang. Ngomong-ngomong pun..kadang..kan udah dibilang orang disana ”kelen mo ngomong ato mo kerja di kantor ini” kan begitu. malu la. Malu. Ya paling ke bagian lain cuma setengah jam. Trus sisanya kan..tiap hari aku datang kesitu kan..malu. ngapain kau disini? Gak ada kerja rupanya sana? Kan gitu..Kalo sehat awak..tempat orang awak gak sehat kan malu. Bawa penyakit aja pun ke sini kau. Dalam hati nya pasti demikian. ya walaupun gak dibilang kan ke’gitu nya..apa orang. Kan malu kita ama.. kalo gak ada kerja. Terpaksa awak duduk juga di kursi awak kan. Walaupun gak ada dia apa awak..awak baca-baca la yang ada di situ. Malu awak ngomong-ngomong. Ya udah malu. Kadang-kadang pun kalau awak Universitas Sumatera Utara 71 kerjai punya orang, kau kerjai apa kau bukan punya kantornya. Gitunya..apa kan.. P3, W2b.1289-1324 Ketiadaan semangat untuk melakukan pekerjaan bukan hanya terjadi di kantor saja. Dirumah pun ia malas melakukan aktivitas apapun. Setiap akan berkativitas, pikirannya akan langsung tertuju pada penyakitnya. Ia yang tadinya sering membersihkan rumah, memasak dan menggiling cabe sekarang tidak pernah mengerjakannya lagi. Tapi sekarang aku. Giling cabe pun malas kali aku. Masak pun malas kali. Semua aku malas. Jadi aku pikiranku terus..tapp..apa..ke penyakitku ini. P3, W1b.547-550 Untuk pergi keluar rumah ia merasa malas. Ia pernah pulang kampung dan menginap ditempat saudaranya. Sepulang dari sana, Beni tergeletak tidak bisa bergerak di tempat tidur selama 3 hari. Hal ini mebuatnya takut untuk pergi berziarah ke kampungnya di hari paskah. paskah pun ziarah biasanya, tapi..cemana mau ziarah. Begini keadaan. Oyong la di jalan nanti. P3, W1b.641-643 Ia yang tadinya rajin berolahraga menjadi tidak bisa melakukannya lagi karena kondisi penyakitnya membuatnya cepat merasa lelah. Paling-paling ia akan berjalan-jalan sebentar bila sudah terlalu lama menonton TV namun ia yang dulunya sering berkeringat merasa bahwa jika hanya dengan berjalan-jalan disekitar rumahnya tidak akan membuatnya berkeringat dan jika tidak berkeringat tidak akan merasa sehat. Maka pekerjaan yang sering dilakukannya di rumah adalah menonton TV. Saat ini, ia sangat menyenangi tayangan sinetron yang dulunya jarang ditontonnya ketika ia masih sehat. Bila melihat acara jogging ia Universitas Sumatera Utara 72 akan iri memikirkan bahwa orang lain bisa melakukan hal yang dapat dikerjakannya dahulu ketika sehat. Dan ia merasa marah melihat pembawa acara kuliner yang memakan berbagai masakan dengan begitu nikmatnya sedangkan ia tidak lagi boleh memakan makanan yang dibuat dengan bahan-bahan tersebut. Kalaupun tidak menonton TV, yang dikerjakannya adalah mengkhayalkan masa lalu indah saat ia bersama istrinya dan masih sehat sehingga mampu melakukan berbagai aktivitas. sekarang aku..asal gak nonton ke kamar ya menghkayal dulu la. Mengkhayal masa-masa lalu. Habis mengkhayal, udah capek khayalannya baru tidur. mengkhayal ya mengkhayal masa-masa lalu la. Masa kita sehat. Masa kita bisa olahraga. P3, W2b.993-998 Padahal dulu ia malas menonton TV. Di malam hari ia sering membaca alkitab, bernyanyi, berdoa bersama-sama keluarganya, ia mengikuti banyak kegiatan kebaktian, bahkan hingga 2 kali pergi ke gereja di hari minggu. Ia merasakan kenikmatan saat melakukannya. Namun setelah ia mengidap penyakit ginjal, ia menjadi malas untuk membaca-baca alkitab. Ia menjadi malas untuk pergi ke gereja walaupun di hari-hari besar seperti natal dan paskah. Pada hari raya ia memilih untuk tinggal dirumah saja tanpa merayakannya. Karena ia merasa tidak percaya diri dan takut ditanyakan mengenai penyakitnya bila datang ke gereja. Kalaupun berdoa, alih-alih berdoa bersama, ia akan berdoa sendirian di kamar. Itu pun tidak setulus hati lagi. Tidak benar-benar bersandar kepada Tuhan. Imannya sudah lemah. Ia sering mempertanyakan kepada Tuhan mengapa ia diberikan penyakit ini padahal ia bukanlah orang yang jahat. Kalaupun ia memiliki salah, salah itu hanyalah tidak menjaga makanannya. Padahal ia adalah Universitas Sumatera Utara 73 orang yang rajin beribadah kepadaNya, namun mengapa Ia tidak mau menyisihkan penyakit ini dari diri Beni. Beni kesal, ia merasa marah kepada tuhan yang sudah tidak bersahabat lagi dengannya. Wujud kemarahannya adalah dengan tidak lagi pergi ke gereja, di hari minggu ia lebih memilih untuk menonton TV dirumah dan menyuruh anak-anaknya saja yang pergi ke gereja dan mendoakannya. kalo dulu kadang 2 kali aku ke gereja. Satu hari. Saking semangatnya hidup ini dulu kan. Orang sehat kali dulu kan. Itu makanya aku sekarang kadang- kadang… orang yang rajin pun awak tudapat penyakit gini. Kadang- kadang..mau..salah memang kita kesal sama Tuhan kan. Tapi. Awak kadang-kadang… bukannya awa pencuri bukannya apa-apa. Bukannya awak penodong. Kenapa gak disisihkan penyakit itu…dari saya. Walaupun saya..salah..hanya makanan kan. Tapi kalo awak tukang bohong, pencuri pemabuk, tukang maen perempuan. Kalau gitu mungkin awak gak..gak apa..gak nyesal sama Tuhan. Sampe’ gitu la. Sampe nampaknya awak kadang-kadang..itu la Tuhan ini. Angka nya dulu awak. Tanya la orang ini. Gak usah la tanya orang ini. Mungkin kalo anak-anak tanya mungkin..orang lain la. Kebaktian dulu. Paling rajin awak kebaktian dulu. Sekarang tak pernah awak. P3, W1b. 571-587 ya..bedoa di rumah kita sendiri la yang doa. Biasanya dulu kami berdoa sama-sama. Seekarang gak. Udah mulai..kadang masuk kamar bedoa. Bedoa pun gak..gak..apa lagi..udah gak setulus hati lagi. Gak bersandar betul-betul kepada tuhan lagi. Udah lemah gitu. Tuhan berkati ya tuhan… P3, W1b. 595-600 Kalau ia tidak pergi ke gereja, anaknya akan menjaganya dirumah dan bergantian pergi kegereja. Begitu pula bila ia tidak masuk kantor. Salah satu anaknya pasti ada yang tidak masuk sekolah untuk menjaganya dirumah. Anak- anaknya takut bila Beni hanya ditinggal berdua dengan opung ia akan mencoba bunuh diri lagi. Apabila sedang ujian dan semua anaknya harus pergi kesekolah, mereka akan merasa ketakutan dan cepat-cepat pulang kerumah. Universitas Sumatera Utara 74 Beni merasa bahwa hanya anak tertuanya yang masih memiliki cita-cita. Sedangkan anak kedua dan ketiganya malas belajar. Dirumah anak kedua dan ketiganya hanya tidur dan menonton bola saja, melihat kakaknya datang barulah mereka membuka-buka buku . padahal dulu mereka rajin belajar karena Beni masih bisa mengontrolnya. Dulu Beni ditakuti oleh anak-anaknya sehingga bila dia berada di rumah, anaknya pasti belajar. Bila mengantuk pun, anak-anaknya tidak diizinkan tidur, melainkan harus belajar dahulu. Namun sekarang Beni tidak lagi menyuruh mereka belajar, malah ia akan mengajak mereka untuk tidur. Beni merasa pasrah mendidik anak-anaknya. Bahkan kemampuannya untuk marah pun sudah tidak ada lagi. Untungnya anaknya tidak nakal. Tetapi kalaupun anaknya nakal, ia merasa tidak memiliki power lagi untuk membimbing anak- anaknya. kalaupun anaknya pergi kerumah teman tanpa memberitahukannya dan pulang terlambat dari sekolah, Beni tidak mencari mereka. Padahal dulu kalau mereka terlambat pulang Beni akan sibuk mencari anaknya. Beni merasa kasih sayangnya pada anak-anaknya telah berkurang. Ia tidak lagi suka membawakan pulpen, kertas, ataupun makanan yang enak dari kantor. Padahal dulu ia sering membawakannya karena anak-anaknya akan merasa senang menerimanya. Sekarang ia sering bertengkar dengan anaknya. Sering ia memukuli anaknya tanpa sebab yang jelas. Saat anaknya sedang diam menonton TV, tiba-tiba ia memukul anaknya dari belakang. Di pagi hari pun ia membangunkan anak dengancara memukulnya. Hal itu semacam menjadi pelarian baginya. Ia sendiri tidak tau mengapa ia melakukannya. Pukulan yang tidak menyakitkan, namun terkadang kalau anaknya merasa sakit, ia akan membalas Beni. Universitas Sumatera Utara 75 Kok saya kurang..setelah saya sakit gitu..setelah saya melakukan ini. Kok saya sama anak-anak kurang..gak..gak sayang la seperti dulunya. setelah saya sakit gini, kok..rasa sayang saya sama anak-anak saya kok kurang ini. Kok…. aku sering kali sama orang ini berantem entah napa. aku sendiri. Ntah kenapa suka aku mukul-mukuli. Yang paling suka aku yang nomor sana.. hah..macem apa awak gitu. Pelariannya..P3, W1b.519-529 Pada saat dia sakit, anak-anaknyalah yang mengurusnya. Dia menceritakan beban pikirannya pada ketiga anaknya. sedangkan anaknya yang paling kecil saat ini tinggal bersama tulangnya yang sudah memiliki 2 anak. Anak keempatnya itu disekolahkan, dan dirawat oleh tulangnya.Terkadang bila Beni memanggilnya, ia akan pulang sebentar kerumah Beni. Beni merasa tidak memiliki masalah dengan anak-anaknya. satu-satunya masalahnya saat ini adalah penyakit yang membuatnya stres tidak bersemangat dalam menjalani hidup. Ia menyesalkan mengapa dokter tidak memperingatkannya dari dulu bahwa penyakit darah tinggi bisa mengakibatkan gagal ginjal. Bila ia mengetahui hal ini dari dulu, tentulah ia akan menjaga makanan yang dimakannya dengan sangat hati-hati. Setelah terkena penyakit ginjal, ia memiliki banyak makanan yang tidak boleh dimakannya. Hal ini cukup memberikan tekanan pada Beni. Karena ia tidak lagi memakan daging yang sangat disukainya, ia hanya memakan daging ayam, tidak lagi memakan daging babi. Porsi garam dikurangi, ia menjadi tidak berselera makan dirumah. Rasa mual yang membuatnya akan muntah di suapan kelima membuatnya hanya bisa memakan sedikit makanannya. Terkadang ia melanggar pantangan dokter dengan memakan makanan yang masuk dalam daftar ”tidak boleh dimakan” , ia memakannya dengan porsi yang sedikit. Universitas Sumatera Utara 76 Beni tidak lagi mengindahkan perintah dokter. Ia nekat saja membuang semua obat dokter yang dirasanya ’bau’. Saat ini ia tidak memakan obat apapun dari dokter. Kegiatan cuci darah pun sudah berhenti dilakukannya sejak 3 bulan setelah vonis ginjalnya. Ia merasa tidak ada perubahan apapun pada dirinya setelah melaksanakan cuci darah. Malah membuatnya semakin tertekan melihat darah keluar dari tubuhnya, diolah dan dimasukkan kembali. Berhenti melakukan segala jenis pengobatan, ia pun hanya merasa pasrah. ya gini la. Kurus. Stres. Pegal-pegal. Karena cuci darah pun sama aja. Gak..hanya untuk sementara aja kan. Makin stres juga kita kalau cuci darah. Sebetulnya gak sakit. Apa..beban gitu. Soalnya..darah awak, awak lihat-lihat gitu. Kan. Karena kucoba juga dulu…cuci darah 3 bulan kan. Sama aja. Loyo juga nya. Memang setelah sakit itu, gairah hidup kurang. Kerja pun malas kali aku pigi. pucat gini. Pucatnya muka awak. Pucat P3, W1b.251-269 Ia merasa tidak ada yang bisa menolongnya mengatasi masalah yang membuat semangat dan gairah hidupnya mengilang ini. Kecewa dengan psikiater yang ditemuinya di Rumah Sakit tempatnya dirawat setelah usaha bunuh yang gagal, ia merasa psikolog tidak bisa membantunya. Psikolog yang tidak memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit ginjalnya dan hanya mengajaknya berbicara saja tidak bisa membuatnya sembuh. Ia tidak mau mengeluarkan uang hanya untuk berbicara saja. Karena selama inipun sudah banyak orang yang mengajaknya berbicara, namun ia tidak merasakan dampak pembicaraan tersebut pada dirinya. Ia merasa bahwa sumber dari masalahnya adalah penyakit ginjalnya. Penyakit ginjalnyalah yang membuatnya stress dan memiliki pikiran yang tidak-tidak Ngomong doang aja? Wong..a..ngomong aja bayar. Kalo ngomong nya. Udah banyak yang ngomong sama awak. Aplikasinya ini yang payah Universitas Sumatera Utara 77 samanya itu dokter bikin pertanyaan sama. Dokter dirumah sakit itu pun sama. Gini juga pertanyaan- pertanyaannya. Kalo psikolog segininya pertanyaannya. Cemana perasaan kau, cemana kau bisa ke’gini. Kan.. Karena pada dasarnya ginjal ini. Bukan sakit ini..karena sakit ininya memegang perut bagian sampingnya makanya pengaruh ke ini menunjuk kepala. Sebetulnya kalo gak sakit awak. Gak lari ke’gini sih. Jadi kepikiran. Saya sakit... apa karena..sakit penyakit itu. Mungkin kalo sehat saya fisik ini, ngambangnya awak pikiran ini P3, W2b.1390-1409 Ia sudah takut dan tidak ingin mati dengan cara bunuh diri. Namun, walupun tidak memiliki pikiran untuk bunuh diri lagi, ia masih merasa bahwa hidup itu hambar, ’sudah seperti papan saja’ dan pengharapan tidak ada lagi. Ia tidak memiliki rencana untuk masa depannya,cita-cita, dan tujuan dalam hidup yang harus dikejar pun tidak dimilikinya. Kalau dulu dia bekerja dengan rajin karena ingin dapat menyekolahkan anak-anaknya, saat ini ia tidak perduli lagi dengan kelanjutan pendidikan anak-anaknya. bila masuk negeri, mungkin ia masih bisa menyekolahkannya, namun bila masuk swasta, tidak mungkin ia bisa membiayainya. gak ada. Aku gak punya rencana lagi. Biarlah berjalan sendiri. gak ada tujuannya. Udah hambar. Orang gak sehat. Apa mau rencana ke depan. cita-cita ya..jadi pegawai yang baik la kan. Kalo bisa pun kita jadi staf kan. Bisa menyekolahkan orang ini. Aku gak pikir lagi mau sekolah mau apa Ya sekolah-sekolah. Ya..kalo gak ada duit ya gak nyambung la kan P3, W1b.685-702 Ia tidak memiliki semangat untuk pergi kekantor karena tidak ada suatu tujuan yang harus dicapai. Toh ia sudah tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan yang berat-berat. Setelah sakit ginjal ini ia merasa blank, otaknya hang sehingga ia tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan yang sulit-sulit. Setelah terkena penyakit ginjal, Beni sering tidak bisa tidur. Kalaupun bisa tertidur, saat bangun pukul 4 atau 5 pagi, ia tidak langsung turun dari tempat tidur, Universitas Sumatera Utara 78 tetapi mulai mengkhayal lagi. Ia memiliki banyak waktu luang yang dipergunakannya untuk memikirkan masa lalunya. Pikirannya sering melayang kesaat ia masih sehat di masa-masa indah bersama istri pertamanya dulu. Beni mengaku bahwa ia tidak terlalu memikirkan istri keduanya, ia tidak memiliki penyesalan karena ia merasa bahwa istri keduanya lah yang salah. Yang ia sesalkan dalah mengapa ia menikah untuk yang kedua kalinya. Dan berpikir mungkin jika tidak menikah lagi waktu itu ia tidak akan menderita sakit seperti ini. Ia menyesalkan pernikahannya yang tidak sukses tersebut dan berpikiran bahwa orang akan menyangka bahwa ketidaksuksesan pernikahan itu disebabkan oleh dirinya sehingga ia dihukum dengan menderita penyakit kronis. ”Kalo sehat dulu aku gak berapa pigi pikiran saya ke..sama dia. Setelah sakit nya saya....kepikiran pun bukan sama dia. Ya..pikiran saya ke waktu- waktu yang lalu itu la. Masa-masa lagi sehat-sehatnya gitu. waktu ibu masih ada. Bukan sama dia gak. Karena sama dia aku itu gak ada penyesalan awak. Karena.. Memang..memang..mang karena salah dia kan. Menyesal kali awak yang kawin ini. cuman penyesalan gak ada gunanya. Ck. he..nyesal karena gak sukses gitu. Sama awaknya kena’nya jadi gini awak. Disangka orang jadi awak yang salah. Kena sakit awak ke’gini kan. ya karena sakit gini kan awak. Tanggapan orang kan begitu. Ah..dianya yang salah gitu kan. Padahal gak.. kan begitunya manusia kan. Penilaian dunia kan begitu P3, W2b.1113-1115; b.1172-1178; b.1243-1253hal IV.A.4. Rangkuman Sumber makna hidup merupakan berbagai area dimana seseorang bisa merasakan makna didalamnya. Penghayatan Beni terhadap sumber makna hidup yang dimilikinya sebelum dan sesudah percobaan bunuh dirinya terdapat pada tabel 6 sebagai berikut Universitas Sumatera Utara 79 Tabel 3 Perbedaan Penghayatan makna hidup Makna hidup Dulu Sekarang Life Work - Hari-harinya dihabiskan di kantor dengan berbagai aktivitas bidang akuntansi PTPN, mulai dari survey, pengolahan data, hingga mengeluarkan uang. - rela untuk lembur demi menyelesaikan pekerjaannya. - Jarang pergi ke kantor. Bila masuk kantor, lebih banyak duduk dan melihat temannya bekerja atau menonton TV, baca koran dan tidur. - Merasa malu dan tidak percaya diri karena ia tidak bekerja - Merasa marah terhadap rekan sekerja yang sehat tapi malas bekerja - Sering disindir teman sekantor karena tidak bekerja Existential- hedonistic Bangun pukul 5 pagi dan jogging. Bila hari hujan menggunakan kaos sempit dan berlari-lari di kamar Berbelanja, menggiling Menonton sinetron di TV, mengkhayal, sulit tidur. Malas melakukan kegiatan apapun Universitas Sumatera Utara 80 cabe, memasak, mengorek sampah, mengorek parit yang tersumbat, membersihkan kamar mandi, menyapu, mengepel rumah Interpersonal Relationship - Sangat sayang terhadap anak-anaknya - Sibuk mencari bila anak terlambat pulang - -Sering memikirkan tentang anak-anaknya saat ia sedang berada di kantor - Sering membawakan kertas dan pulpen dari kantor untuk anaknya - Rajin membawa pulang makanan seperti nasi bungkus ke rumah - Memasak untuk anak- anaknya - sarapan dan berdoa - Rasa sayang itu telah berkurang - Tidak mencari anaknya yang terlambat pulang - malas membawakan pulpen dan kertas dari kantor - malas membawakan makanan ke rumah - sering bertengkar dengan anak - sering memukuli anak tanpa sebab yang jelas - membangunkan anak dengan cara memukulnya - yang memasak adalah anak tertua dan anak Universitas Sumatera Utara 81 bersama - tidak membiarkan anaknya tidur bila sedang belajar, walaupun anaknya sudah mengantuk - sebagai figur yang ditakuti keluarga dalam membimbing anak- anaknya - anak-anaknya belajar bila Beni ada dirumah - istri pertama yang membuat anak-anak teratur belajar dan mandi - mencari uang agar bisa menyekolahkan anak- anaknya keduanya - sering mengajak anaknya tidur alih-alih menyuruh mereka belajar. - Merasa pasrah karena tidak memiliki power lagi untuk membimbing anak- anaknya - walaupun Beni ada dirumah, anaknya menonton bola dan baru membuka buku bila melihat anak tertua Beni pulang. - anak-anak tidak teratur mandi - tidak lagi memikirkan kelanjutan pendidikan anak-anaknya Belief - 2 kali pergi ke gereja di hari minggu - Rajin mengikuti kebaktian - Tidak lagi pergi ke gereja walaupun pada perayaan natal dan paskah - Tidak lagi mengikuti Universitas Sumatera Utara 82 - Rajin membaca alkitab - Menyanyi, berdoa bersama keluarga kebaktian - Malas membaca alkitab - Berdoa sendiri, namun tidak setulus hati - Tidak merayakan natal dan paskah - Kesal, marah kepada Tuhan. Mempertanyakan mengapa tuhan memberinya penyakit yang begitu berat. Health - Sering makan daging babi - Tidak menjaga makanannya, memakan apapun yang ia sukai - Sehat dan bersemangat - Melakukan cuci darah dan meminum obat yang diberikan dokter - Tidak lagi memakan daging, kecuali daging ayam - Banyak larangan makanan yang diberikan dokter - Tidak selera makan - Kurus, stress, pegal-pegal, pucat - Sulit tidur di malam hari - Tidak lagi melakukan cuci darah dan tidak lagi meminum obat Universitas Sumatera Utara 83 - Iri dan marah melihat acara kuliner di TV - Marah dan menyesalkan mengapa dokter tidak memperingatkanya tentang bahaya penyakit ginjal Self- Actualization Bercita-cita menjadi pegawai yang, baik dan menjadi staf agar bisa menyekolahkan anak-anak Tidak memiliki keinginan lagi ingin menjadi apa di masa depan karena diri nya sudah sakit. Hope - Masih terbuka harapan - Tidak memiliki waktu untuk mengkhayal, waktu nya diisi dengan berbagai aktivitas - Memfokuskan diri pada mengurus anak dan mencari uang Merasa tidak memiliki pengharapan lagi Universitas Sumatera Utara 84 Tabel 4 Gambaran Penderitaan Rumusan Bentuk pada partisipan Kesimpulan Intensitas penghayatan Perasaan tidak nyaman Belum terbiasa dan masih merasa gelisah dengan penyakit ginjal yang diidapnya Reaksi Why me reaction Mempertanyakan mengapa tuhan memberikan penyakit yang sangat berat ini pada dirinya dan bukan pada orang lain yang lebih banyak melakukan kesalahanjahat. Ragam penderitaan Pain Penyakit fisik yang tak tertahankan menimbulkan kegelisahan mental Tabel 5 Kondisi Ketidakbermaknaan Existential frustation dan Existential Vacuum - Tidak memiliki rencana dan tujuan di masa depan - Merasa tidak ada yang perlu dikejar dalam hidup - Pikiran blank dan hank. tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan Universitas Sumatera Utara 85 yang sulit - Tidak memiliki manfaat lagi bagi orang disekitarnya karena cepat lelah sehingga sudah tidak mampu lagi mengerjakan pekerjaan yang berat - Bersikap acuh tak acuh terhadap pekerjaannya dengan sering tidak masuk ke kantor tanpa pemberitahuan apapun - Tidak perduli dengan kelangsungan pendidikan anak-anaknya Noogenic neurose - Ia memiliki konflik terhadap tuhan. Disatu sisi ia mengetahui, sebagai manusia tidak sepantasnya marah terhadap tuhan. Disisi lain, ia marah terhadap tuhan yang selama ini selalu dia patuhi perintah dan larangannya. - Tidak memiliki semangat dan Malas melakukan aktivitas apapun Tidak selera untuk pergi keluar rumah, lebih suka tinggal di rumah dan menonton TV - Tidak ada pengharapan dan hidup terasa hambar - ia merasa bahwa lingkungan sekitarnya Universitas Sumatera Utara 86 sedang membicarakan penyakit dan ketidak berdayaannya untuk bekerja. People in doubt - bagi beni saat ini semua hal terlihat negatif, sebelumnya ia masih mencari tujuan untuk dipenuhi dan dikejar, namun saat ini ia tidak melihat adanya tujuan dalam hidup People in despair - tadinya ia memiliki orientasi hidup yang bermakna, tapi kemudian kehilangan makna itu. Ia kehilangan kepercayaan pada Tuhan, orang lain, bahkan dirinya sendiri. Ia menganggap bahwa dokter, bahkan Tuhan telah mengecewakannya. Tabel 6 Kondisi Psikologis Perceived Burdensomeness Assaulted self image and avoidance of shame, defeat, humiliation, and disgrace - Dari pada menjadi beban bagi keluarganya, lebih baik mati - Gelisah, tidak tenang, ingin agar tamu yang menjenguknya segera pulang - Malas pergi ke kantor dan ke gereja karena malu akan penyakitnya Universitas Sumatera Utara 87 Fractured control, predictability, and arrangement Pasrah karena tidak memiliki power lagi untuk membimbing anak Excessive anger, rage and hostility - Sering bertengkar dengan anak-anak - Sering memukul anak tanpa sebab Thwarted Belongingness Thwarted love, acceptance, and belonging - Sering membayangkan masa-masa istri pertama masih ada dan ia masih sehat Ruptured key relationship and the attendant grief and bereftness - Menyesali pernikahan keduanya dan menganggap itu sebagai salah satu penyebab sakitnya - Merasa bahwa orang-orang menyalahkannya akan kegagalan pernikahan keduanya Tabel 7 Commonalities of Suicide Commonalities Maksud dari bunuh diri adalah mencari solusi Kematiannya adalah solusi agar anak- anaknya tidak terbebani. Tujuan dari bunuh diri adalah berhentinya kesadaran consciousness dengan kematiannya ia akan berhenti merasakan penderitaan yang dialaminya saat ini Universitas Sumatera Utara 88 Stimulus dari bunuh diri adalah rasa sakit psikologis yang tak tertahankan Sejak divonis ginjal, ia merasa bahwa hidup ini sangat menyakitkan. Ia malu bergaul di kantor dan gereja, ia merasa gelisah, kesepian karena tidak ada yang bisa diajak berbagi penderitaan dengannya. Stressor dalam bunuh diri adalah terhalangnya kebutuhan psikologis Ia tidak bisa lagi melakukan berbagai aktivitas yang biasanya dilakukannya dahulu, tidak punya lagi tempat untuk berbagi, dan tidak memiliki power lagi untuk membimbing anak-anaknya Emosi dalam bunuh diri adalah hopelessness dan helplessness Ia merasa bahwa pengharapan sudah tidak ada lagi. Tidak ada orang yang dapat membantunya, bahkan dokter dan psikolog pun tidak dapat menyembuhkannya. Kondisi kognitif dalam bunuh diri adalah ambivalent Ingin mati agar terbebas dari penderitaan dan tidak menjadi beban, namun menyesali perbuatannya yang ”mengikut kemauan setan”. Di satu sisi ia meminum baygon dalam dosis yang mematikan, disisi lain ibunya yang berada dirumah bersamanya pasti akan menolongnya. Kondisi perseptual dalam bunuh diri mengalami penyempitan Ia merasa bahwa tidak ada jalan keluar lain lagi dari masalahnya. Kalau tidak bisa Universitas Sumatera Utara 89 produktif, lebih baik tidak hidup sama sekali. Tindakan dalam bunuh diri adalah pelarian atau egression Bunuh diri adalah cara untuk lari dari segala masalah dan penderitaan yang dialaminya saat ini Tindakan interpersonal dalam bunuh diri adalah komunikasi akan niat Sebelum vonis ginjal pun ia sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sedang stress. Pola dalam bunuh diri adalah konsistensi dari gaya abadi Saat kematian istri pertama dan perpisahan istri keduanya alih-alih membiarkan dirinya berduka dan menyelesaikan grief nya, ia ‘lari’ dari pemikiran akan masalah tersebut dengan cara memperbanyak aktifitas. Kali ini, karena sakit ginjal membuatnya tidak lagi dapat beraktifitas, maka ia ‘lari’ dari masalahnya melalui jalan kematian. Universitas Sumatera Utara 90 Tabel 8 Faktor resiko penyebab bunuh diri Gangguan Psikologi a. mood disorder Beni sempat berbicara sendiri dan berjalan-jalan tanpa arah tujuan, Stressfull life event - Kematian istri pertamanya - perpisahan dengan istri kedua - vonis sakit ginjal Perubahan mood dan pemikiran - ia merasakan kesedihan yang mendalam atas penyakit yang dideritanya tak lama sesudah berpisah dengan istri keduanya. - Ia marah mengapa Tuhan yang selama ini dianggapnya sebagai ‘temannya’ memberikan penyakit separah ini. - Ia sangat malu terhadap teman-teman sekantornya kerena tidak mengerjakan apa-apa. Ia juga malu terhadap anggota gereja karena penyakitnya ini. Universitas Sumatera Utara 91 IV.A.5. Diagram partisipan Skema 2 Gambaran makna hidup partisipan I Dukungan sosial Psychache Menemukan makna Mencari makna kembali Kehilangan satu makna Tidak berhasil menemukan makna Mencari makna Kehilangan nilai utama Desire to die Suicidal attempt Meaningless Universitas Sumatera Utara 92 IV.B. Partisipan II IV.B.1. Observasi Eka adalah seorang wanita berusia 16 tahun dengan tinggi badan sekitar 158 cm dan berat sekitar 55 kg. Eka memiliki kulit tubuh berwarna terang. Ia mencat rambut lurus sebahunya dengan warna kecoklatan dan memanjangkannya dengan menggunakan hair extension. Eka mewarisi darah Aceh dan Tionghoa dari ibunya serta Batak Simalungun dari ayahnya. Saat ini eka tinggal dirumah kakeknya. Rumah batu permanen dua tingkat yang dicat putih ini terletak disalah satu perumahan di kota medan. Di ruang tamu rumah tersebut, terdapat 2 sofa besar, dua sofa untuk 1 orang dan meja yang terletak di tengah ruangan. Di dinding ruang tamu ini, di atas sofa tergantung foto kakek beserta cucu-cucunya, termasuk Eka yang pada saat itu berusia sekitar 14 tahun, dan di dinding dekat pintu masuk tergantung lukisan the last supper yang berbingkai kaca. Eka terlihat cukup menyegani sosok kakek dari ayahnya tersebut. Dalam suatu wawancara, Eka yang pada saat itu masih mengenakan seragam putih dengan rok-abu-abu yang panjangnya sedikit di atas lutut duduk di lantai, menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti sambil menghisap rokok merk Marlboro, ia terlihat sedikit gelisah, sesekali ia melihat keluar setiap ada suara mobil yang lewat didepan rumahnya. Pada saat suara mobil yang menjemput kakeknya pulang dari kantor terdengar, ia langsung melihat gerbang depan rumahnya, dan saat dipastikan bahwa kakeknyalah yang datang kerumah, eka terlihat panik. Ia mengatakan ” betul kakek, mati aku, kak tolong hidupin kipas” Universitas Sumatera Utara 93 secara terburu-buru mematikan rokok yang sedang dihisapnya ke asbak, mengibas-ngibaskan tangannya, kemudian segera lari ke belakang untuk membuang sampah rokok, membersihkan asbak, dan meminum air agar dari nafasnya tidak tercium bau asap rokok. Namun perhatiannya sering teralihkan bila mendengar suara mobil yang lewat didepan rumahnya. Sebelum sebatang rokok tersebut habis, ia cepat-cepat mematikannya, segera pergi kedapur untuk minum dan membuang rokok dan abu di asbak, serta menyalakan kipas angin di ruang tamu karena mobil yang berada didepan rumahnya kali ini adalah mobil kakeknya yang pulang dari kantor. Pada kesempatan lain, saat sedang berada dirumah tetangganya pada malam hari, eka terlihat waspada dengan setiap suara yang memanggilnya dari rumah. Ia takut kakeknya yang sudah tidur terbangun dan mencarinya. Dan ia segera pulang ke rumahnya saat dipanggil pulang oleh kakeknya tersebut. Saat diwawancara di rumah kakeknya, Eka memelankan volume suaranya saat bercerita mengenai peristiwa dimana ia menyuntikkan obat-obatan ke lehernya dan saat berbicara mengenai dirinya. Saat ada anggota keluarga atau pembantunya yang melewati ruang tempat wawancara dilakukan, Eka menghentikan ceritanya dan mengalihkan perhatiannya pada orang tersebut atau memperkenalkan peneliti pada orang tersebut. Perilaku seperti ini tidak ditemukan saat ia diwawancara di rumah tetangganya. Eka dengan bebas menceritakan mengenai kehidupannya saat di Siantar dan Aceh dulu, bahkan cerita tentang kedua orang tua nya pun diceritakan eka secara lancar tanpa penurunan volume suara ataupun terlihat Universitas Sumatera Utara 94 menyembunyikan apapun. Namun, saat diwawancara di rumah tetangganya tersebut, eka tidak mengungkit-ungkit pembicaraan tentang dirinya pada saat ini, ataupun tentang anggota keluarga dari tetangga tersebut. Saat ditemui di rumah tetangganya pada malam hari, eka terkadang menggunakan piama berlengan pendek dan celana panjang ataupun kaos putih berleher rendah, cardigan berwarna hijau dan celana batik yang longgar. Sesekali eka terlihat sedang bercengkrama dengan anggota keluarga tetangganya tersebut. Sambil bercanda, anak-anak dari keluarga itu sering menggoda Eka, yang membuatnya merajuk manja. Eka terlihat senang dan nyaman berada di tengah- tengah keluarga itu. Eka bahkan tidak segan-segan untuk mengoleskan perwarna rambut ke kepala anak tertua tetangga tersebut. Saat diwawancara, Eka berbicara dengan lancar sambil sesekali bercanda saat menceritakan tentang kisah kedua orang tuanya, namun matanya terlihat menerawang dan wajahnya sedikit tertunduk saat bercerita tentang neneknya. Terkadang Eka menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti sambil melakukan aktivitas lain, seperti membungkus kado, menulis atau mengambar-gambar sesuatu di kertas yang ada dihadapannya, ataupun sekedar memegang barang- barang yang ada dihadapannya. Aktivitas yang selalu dilakukannya saat wawancara berlangsung adalah menghisap rokok, ia bahkan menyulut kembali rokok baru dari bara api rokok yang sedang dihisapnya, kemudian setelah rokoknya habis, ia langsung menghisap rokok yang baru dihidupkannya tersebut. Terkadang matanya teralihkan ke aktivitas yang dilakukannya, tapi seringkali ia Universitas Sumatera Utara 95 hanya melihat langsung ke arah mata peneliti saat bercerita mengenai kehidupannya. IV.B.2. Latar belakang Eka terlahir dari latar belakang agama yang berbeda. Saat akan menikahi ibunya, ayah Eka setuju untuk pindah ke agama ibunya, yaitu Islam. Pernikahan dari kedua orang yang berbeda keyakinan ini menimbulkan masalah bagi keluarga ayahnya. Kakek Eka menentang pernikahan ini, dan menganggap bahwa anaknya ayah Eka tidak akan sanggup menjalaninya dan akan pulang kembali kepadanya. Sedangkan ibu dari ayahnya yang tadinya sangat menentang hubungan mereka saat berpacaran, akhirnya merelakan anaknya untuk menikahi gadis yang berbeda agama dengan mereka karena ayah Eka sempat dua kali mencoba bunuh diri karena putus dari ibunya dan masih mengingat-ingat ibunya. Keluarga ibunya tidak menentang pernikahan tersebut karena ayah Eka setuju untuk masuk Islam. Pernikahan dilangsungkan tanpa acara adat, menggunakan ajaran agama Islam. Eka diceritakan bahwa ayahnya pernah mencoba bunuh diri karena mengejar ibunya saat ia berusia 6 tahun. Pernikahan mereka membuat ayahnya putus komunikasi dengan keluarganya. Perang dingin itu mulai mencair saat ibu Eka mengandung dirinya. Dimulailah pertemuan-pertemuan antar kedua keluarga ini. Hingga akhirnya 2 tahun kemudian pernikahan keduanya dapat diterima dan direstui saat Eka lahir. Namun ibu dan neneknya sudah membicarakan bahwa anak yang terlahir akan disuh oleh neneknya. Universitas Sumatera Utara 96 Tak lama setelah Eka lahir, ayah ibunya pindah ke Tapanuli Selatan dan Eka dititipkan pada neneknya dan tinggal di Aceh. Sejak kecil Eka sangat manja pada neneknya. Bahkan dia lebih dimanja daripada 5 sepupu laki-lakinya yang lain yang tinggal bersama neneknya. Terutama setelah kakeknya meninggal pada tahun 1996. Saat Eka berumur sepuluh tahun, Eka pindah ke Siantar dan tinggal bersama kedua orangtuanya. Neneknya menemani Eka tinggal di rumah papa- mamanya di Siantar selama satu bulan hingga akhirnya ia terbiasa. Setelah neneknya pulang, setiap hari Eka menelepon neneknya, kemudian frekuensi nya dikurangi perlahan-lahan menjadi seminggu sekali. Eka mengaku bahwa ia sempat ’bandel’ saat jauh dari neneknya ini, berteman dengan banyak teman yang pengguna narkoba, akhirnya Eka pun keceblos menggunakannya juga. Eka berusia 13 tahun saat neneknya terkena stroke untuk yang pertama kalinya dan langsung meninggal 10 hari kemudian. Eka sangat stres hingga keluarganya membawanya ke Jakarta untuk diobati oleh Psikiater. Di malam setelah ia dibawa ke psikiater, dengan pikiran kosong antara setengah sadar dan tidak, ia menyuntikkan berbagai jenis obat yang tersimpan didalam lemari kamarnya ke lehernya. Hingga ia dibawa ke rumah sakit tempat ia sempat mengalami mati suri selama 2 jam. Dua minggu di jakarta, Eka pulang kembali ke siantar dan mengikuti UAN SLTP. Eka saat ini duduk di bangku SMA kelas 2 di Methodist. Ia tinggal dirumah kakek dari ayahnya di Medan bersama ketiga sepupunya, Sedangkan Universitas Sumatera Utara 97 ayah dan ibunya tinggal di Langkat. Kedua orangtuanya datang ke Medan setiap hari Sabtu dan minggu. IV.B. 3. Data Wawancara

1. Gambaran Makna Hidup

Sejak bayi, Eka sudah tidak tinggal bersama kedua orangtuanya melainkan diasuh oleh kakek dan nenek dari keluarga ibunya namun ayah-ibu Eka sering mengunjunginya di Aceh. Sejak sebelum Eka lahir, pembicaraan bahwa pengasuhan anak yang akan dilahirkan akan diserahkan pada neneknya sudah ada. Selain karena memang adanya kebiasaan dalam keluarga tersebut untuk menyerahkan anak laki-laki yang terlahir dari anak-anaknya untuk diasuh dan dididik oleh nenek, Eka yang merupakan cucu perempuan juga ikut diasuh dan tinggal terpisah dari keluarganya karena neneknya mengkhawatirkan bahwa cucunya akan tidak terawat dengan baik dan akan mengikuti ajaran agama ayahnya dulu. Karena saat ayahnya sibuk bekerja, ibunya banyak mengikuti kegiatan Dharmawanita yang menyita banyak waktu, selain itu kedua orangtuanya sering berkunjung ke Siantar tempat kedua orangtua ayahnya tinggal. Maka Eka pun diasuh oleh neneknya. Selain Eka, neneknya juga mengasuh 5 orang anak lainnya yang masih memiliki hubungan darah dengannya. Kelima orang tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia dua sampai lima tahun lebih tua dari Eka. Eka sebagai anak perempuan terkecil yang juga berperan sebagai pengganti sosok kakeknya yang meninggal saat Eka berusia 4 tahun sangat dimanja oleh neneknya. iya. Sekalian bisa ngawanin nenek juga. Dulu sempat dibilang orang tu. Untung ada Eka kalo gak nenek tu betul-betul yang namanya..ya ngeblank Universitas Sumatera Utara 98 lah ditinggalin kakek. Karena kakek juga dulu orangnya manja. Jadi, dikit- dikit tu..ibu ibu ibu..jadi nenek kan sering denger suara kakek, gantinya Eka nek nek nek naaa…. Jadi gak ada, kehilangannya pasti ada cuman gak..berlebihan. …P2, W1b.360-365 Apapun yang diminta Eka harus segera dikabulkan saat itu juga. Bila tidak, ia mengancam akan mengurung dirinya, tidak mau tidur bersama neneknya malam itu, bahkan sampai menggantung dirinya. Padahal Eka yang sebenarnya memiliki kamar sendiri tidak pernah berani untuk tidur sendirian dikamarnya dan selalu tidur di kamar neneknya setiap malam. Ia pun mengaku bahwa ancaman menggantung diri itu keluar begitu saja dari imajinasinya karena saat itu ia akan dimasukkan ke sekolah yang membuatnya jauh dari neneknya. Tentu saja neneknya tidak bisa mengasuh 6 orang anak seorang diri, setiap anak diberikan satu pengasuh, hanya Eka yang memiliki 2 pengasuh dan satu orang supir yang menungguinya di sekolah. Tk nya di pesantren. SD nya.. Eka dulu pernah mau gantung diri di SD. Mau bunuh diri. Gak bisa jauh dari..ini kan Eka jauh kan? Itu la gak bisa jauh dari orang tua. Gak bisa jauh dari nenek. itu karena jauh ya kan, mau dimasukin ke pesantren gitu. Akhirnya ya gak gantung diri. Ngancam. Pas TK. Aku pokoknya mau gantung diri. Ngomong pun belum betul ya kan. aku nanti gantung diri berbicara seperti anak-anak yang cadel gak tau. Keluar aja gitu. Imajinasi. I-ma-ji-na-si mengeja dengan suara seperti anak-anak P2, W2b.497-499,509-514 Ia sangat sayang dan tergantung pada neneknya. Setiap pulang sekolah, ia harus melihat neneknya barulah ia merasa tenang untuk bermain dan tidur siang. Dulu, saat ia mengikuti sekolah yang masuk pada siang hari, sebelum pergi sekolah ia selalu mencari neneknya, sepulang sekolah ia tidak mencari neneknya lagi. Malam harinya ia belajar, saat akan tidur, barulah ia mencari neneknya lagi. Universitas Sumatera Utara 99 siangnya ya…maen-maen, tidur. Tidur siang gak pa-pa gak sama nenek. Yang penting malamnya harus ada nenek. Pokoknya pulang sekolah harus Nampak nenek dulu..udah..sampe malamnya lagi baru ketemu. Dari pagi, siang pulang sekolah trus malam itu sama nenek. Dulu Eka sekolahnya..siang kan..sekolah siang disana. Jadi kalo mau pigi sekolah gitu udah harus manggil nenek. Nanti pulang sekolah kan sore udah mau magrib. Udah pulang sekolah, udah, itu gak nyariin lagi. trus belajar, nanti jam 10 jam 11 udah mau tidur baruP2, W2b. 393-400 Neneknya mengatur pendidikan yang akan diberikan pada cucu-cucunya. Eka dimasukkan ke TK islam dan selanjutnya ke salah satu SD Negeri yang ada di Aceh, diajarkan salat dan mengaji yang dikhatamkannya saat ia tinggal bersama ibunya, selain itu Eka juga diajarkan menari balet. Saat anak-anak lelaki sepupu Eka belajar karate, Eka belajar balet 3 kali seminggu dari seorang guru yang dipanggil untuk mengajarkan Eka secara privat di rumah neneknya yang kebetulan memang memiliki lantai yang terbuat dari kayu. Terkadang sepupu- sepupunya sering mengintipnya dan ikut menari saat Eka sedang latihan. Di Aceh, Eka jarang keluar dari rumah neneknya yang memiliki pekarangan yang luas dirumahnya. Ia tidak diizinkan untuk keluar rumah. Bila ingin bermain, ia akan bermain bersama para sepupunya. Hal ini dikarenakan dirumah neneknya hanya dia cucu perempuan yang tidak tinggal bersama orang tuanya. Karena sering bermain dengan sepupunya yang semuanya adalah laki-laki, maka Eka tumbuh menjadi gadis yang tomboi, sering bermain mobil-mobilan dan juga menginginkan untuk ikut belajar karate yang juga diprivatkan di rumah neneknya. Kemudian iapun meminta pada neneknya agar diperbolehkan untuk ikut belajar karate bersama sepupu-sepupunya. Akhirnya Eka mengikuti kedua kegiatan tersebut. Ia belajar balet sekaligus karate. Akhirnya, karena terlalu banyak Universitas Sumatera Utara 100 aktivitas yang diikutinya, ia pun jatuh sakit. Badannya lemas karena kecapekan dan terlalu banyak bergerak membuatnya malas makan yang mengakibatkan tubuhnya mengalami demam tinggi. Ia pun diminta untuk mengurangi aktivitasnya dan istirahat selama 1 bulan. Namun ia hanya memenuhi permintaan dokter untuk beristirahat selama satu minggu saja. Dari kecil, Eka sudah memiliki indra ke-6. ia mengaku bahwa ia dapat melihat makhluk halus yang tidak bisa dilihat oleh orang awam. Namun, ‘kelebihan’nya ini membuatnya menjadi seorang penakut yang tidak berani untuk tidur sendirian dikamar. Selain itu, dari kecil ia juga bisa tidak tidur selama 2 hari tanpa meminum obat apapun, karenanya ia dijuluki ‘genset’ oleh orang lain. makhluk yang..emang ada disitu… Eka tu sejak lahir emang udah penuh dengan indra ke-6. Yang gak nampak dengan mata biasa...Emang dari kecil. dari kecil bisa..gak tidur. Bisa..itu bisa 2 hari kan..gak tidur..tanpa dopping-dopping gitu. Kuat..maksudnya kuat apa aja itu la karena gak tidur. Nanti Eka itu dibilang orang itu genset. Gak pernah mati. Kalo genset kan gak pernah mati. Kecuali kalo PLN.kalo PLN mati. Kalo genset iduup aja. Isi minyak iduup aja. P2, W2b.1162-1163,1190-1194 Bagi Eka, tidak ada yang dapat menandingi neneknya, bahkan ibunya sendiri. Ia merasa bahwa neneknya dapat memahami apa keinginannya bahkan sebelum ia memintanya. nenek itu ngerti gitu…apa yang aku mau. Sebelum aku minta nenek tu udah tau, udah langsung ada, gak tau ntah dari mana dia tau.. gak tau.. pokoknya lebih aja nenek dibanding mama gak tau mungkin karena udah dari kecil ya..yaa.. jadi mama tu yaa ga ada tandingan...eh salah..nenek tu gak ada tandingannya la.. P2, b.53-57 Eka tinggal bersama neneknya di Aceh hingga dia berumur 10 tahun. Eka yang memiliki perbedaan umur 10 tahun dengan adiknya ini dibawa ke Siantar Universitas Sumatera Utara 101 saat ia duduk di kelas 5 SD untuk hidup bersama kedua orangtuanya. Karena tidak bisa jauh dari neneknya, Eka sempat jatuh sakit. Ia pernah mengalami kejadian yang aneh saat ia baru pindah ke Siantar, ia melihat hantu dikamar mandi. Akhirnya neneknya datang dan menemani nya hingga Eka terbiasa tinggal di Siantar bersama orangtuanya. Setelah menemani Eka selama 1 bulan, neneknya pun pulang ke aceh, walaupun begitu, neneknya harus meneleponnya setiap hari. Lama kelamaan frekuensi menelepon dikurangi dari setiap hari menjadi dua hari sekali, tiga hari sekali, 4 hari sekali, hingga akhirnya seminggu sekali. Eka pindah ke siantar. Nenek dulu sering nelp ya kan. Karena Eka sakit. Gak bisa jauh-jauh dari nenek. Akhirnya, nenek pernah tinggal 1 bulan. Trus Eka tu pernah ngalamin kejadian yang aneh. Ngeliat hantu gitu kan. Di kamar mandi. Itu..makanya nenek nungguin Eka 1 bulan. Akhirnya Eka kebiasa. Nenek itu..ya walaupun sering nelepon ya kan. Tapi setidaknya sabtu minggu nenek terus-terus nelepon. Tadinya tiap hari telp.tapi setelah itu sabtu minggu. P2, W2b.851-858 Sekali bertelepon, Eka sendiri bisa berbicara satu sampai dua jam dengan neneknya. saat ia bertelepon, orangtuanya, bahkan ibunya tidak ia perbolehkan untuk ikut berbicara dengan neneknya. Di telepon, ia menceritakan segala masalah yang dihadapinya. Tentang ia yang diganggu disekolah dan tidak ada orang yang dapat membantunya disana, bahkan masalah tentang cowok yang ia sukai pun ia bercerita kepada neneknya. Eka merasa bahwa neneknyaa mengerti segala sesuatu tentang dirinya. Bila Eka diganggu disekolah, saat ibunya menganjurkannya agar tidak berkelahi, neneknya menyuruh Eka untuk membalas perbuatan orang yang telah mengganggunya. Karena neneknya tau Eka adalah seorang pendendam. Sehingga bagi neneknya, akan lebih baik jika Eka langsung membalas dan mengeluarkan perasaannya daripada Eka tidak bertengkar tetapi Universitas Sumatera Utara 102 tetap menyimpan dendam kepada orang tersebut didadanya. Neneknya mengetahui bahwa Eka ’bunglon’ istilah yang bahkan tidak dimengerti oleh ibu Eka sendiri. Suatu istilah yang menggambarkan bahwa Eka bisa berbuat 1000 kali lebih jahat pada orang yang jahat padanya dan bisa berbuat lebih baik pada orang yang baik padanya. Soal cowok pun Eka akan berdiskusi dengan neneknya. pernah ia menyukai cowok etnis Tionghoa. Pada saat itu neneknya mengatakan asalkan ia cowok yang baik dan tidak egois, walaupun is etnis Tionghoa, hal itu bukan lah masalah karena kakek Eka sendiri adalah seorang Tionghoa muslim. Yang penting cowok tersebut tidak egois, karena neneknya tau Eka bisa bersikap lebih egois dari cowok tersebut. Bila Eka sedang sedih, neneknya akan datang, topik yang paling sering diungkit Eka saat sedang bertelepon adalah tentang kunjungan neneknya, tentang kapan neneknya akan datang mengunjunginya. nanti cerita Eka digangguin orang di sekolah. Dulu Eka..dulu kan disana nggak ada yang bantuin. Jadi kalo nangis-nangis nenek kesini. Kalo gak cerita-cerita, nenek kapan datang? Pokoknya dari 1 jam atau 2 jam itu Eka nelepon bisa 100 kali nanya nenek kapan datang P2, W1b. 416-419 Kalo nenek ngerti semua. Misalnya pas lagi digangguin di sekolah. Kalo kata mama, udah jangan berantem. Tapi kalo kata nenek, ya udah balas aja. Karena nenek tau Eka ni orangnya pendendam. Jadi mending langsung Eka balas. Nenek bilang Eka ni bunglon. Tapi mama gak ngerti bunglonnya Eka ni ke’ mana. Eka, kalau orang jahat sama Eka, Eka bisa beribu kali lebih jahat dari dia. Tapi kalo dia baik, Eka pun bisa lebih baek dari dia. P2, W2b.1047-1053 R: kalau dulu? Kalau ada masalah gimana nghadapinnya? E: nenek. Masalah cowok pun nenek. Kemarin ada…Eka nanya. Ya udah gak pa-pa. tapi cina nek, asal baik gak pa-pa. baik, gak egois. Karena nenek tu tau Eka juga bisa lebih egois P2, W2b.751-753 Setelah sempat berhenti beberapa lama dari pelajaran privat baletnya di Aceh, Eka melanjutkan pelajarannya di Siantar. Ia mengikuti lomba hingga Universitas Sumatera Utara 103 pernah memenangkan juara 1 dan juara 2 disana. Lulus SD, Eka melanjutkan sekolah ke SMP Methodist di Siantar. Saat duduk di kelas 1 SMP, ia berhenti mengikuti les, karena ia merasa malas. Walaupun ia merasa senang mengikuti les tersebut, lama kelamaan ia merasa capek dan bosan dibuat seperti boneka. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bermain-main daripada meneruskan pelajaran baletnya. dulu aku kan pas kecil ikut balet udah mulai bandel gak ikut lagi. Capeknya.. sampe’ kelas 1 SMP. Ampe dulu pernah juga ikut lomba. Menang. Juara 2, trus juara 1. senang sih senang ya..tapi malas juga rasanya. Dibuat orang kayak boneka. Makanya.. nanti siap makan balet. Tapi lama-lama..ah capek, bosan, malas. Semua la. Mending aku main-main. P2, W2b.1096-1122 Saat jauh dari neneknya itu, Eka sempat menjadi anak yang ’bandel’. Ia berlaku seperti anak laki-laki. Ia dulu memiliki keinginan untuk menjadi laki-laki agar kuat walaupun tinggal jauh dari neneknya. Ia mulai mencoba-coba rokok pada tahun pertamanya di SMP, jika ia sedang stres terkadang ia membelinya terkadang ia mengambil milik ayahnya. Bila disekolah, tentu saja ia tidak diperbolehkan untuk merokok. Biasanya ia akan makan atau makan permen bila keinginannya untuk merokok muncul. Banyak orang yang takut padanya, sehingga ia menjadi ’bos’ disana. karena keramahannya, Eka memiliki banyak kenalan di luar sekolahnya, termasuk teman-teman yang menggunakan narkoba. Akhirnya ia pun ikut menjadi pengguna narkoba. Ayahnya yang mengetahui hal itu membiarkan perbuatannya karena ayahnya dulu pernah melakukan hal yang sama. Eka dan ayahnya memiliki sifat yang tidak berbeda jauh. Selama 4 tahun, dari kelas 1 SMP sampai SMA ia menggunakan narkoba, kucing-kucingan dan dikejar-kejar, hingga akhirnya ia merasa capai, bosan sendiri dan akhirnya Universitas Sumatera Utara 104 berhenti menggunakannya. Saat itu, ia tidak pernah mau mendengarkan pendapat dan saran orang lain. Ia paling benci jika apa yang dilakukannya dikritik atau dilarang-larang. Jika ada orang yang menyuruhnya untuk berhenti menggunakan narkoba, maka Eka akan menjebloskan orang tersebut untuk ikut menggunakan narkoba. Sudah banyak orang yang dijebloskannya hingga menjadi pengguna narkoba. Eka merasa pada saat itu tidak ada orang yang dekat dengannya. Pas SMP. Karena jauh dari nenek kan. Eka dulu sempat bandel la. Tapi bandelnya bukan ke’mana. Ke’ laki-laki. Karena dulu pernah punya keinginan jadi laki-laki. Biar kuat jauh dari nenek itu kan. Jadi kaya’ laki- laki. Akhirnya keceblos deh.. papa tau. Cuma dibiarkan aja. Papa tau. Kerena papa itu pernah punya sifat yang sama. Eka sama papa tu gak jauh. Sifatnya .berhenti sendiri. SMA dulu sempat kan. Kucing-kucingan. Masih ke’gitu-gituan. Dikejer-kejer. Akhirnya..capek. bosen-bosen sendiri. Bosen. Dari rasa bosen. Berapa tahun ya..4 tahun juga misalnya dia gak make, nyuruh Eka berhenti, nanti bisa-bisa make. Udah banyak. Jadi pemake’ akhirnya. Dulu Eka tu gak suka, apa yang aku lakuin tu di apa in orang gitu lo. Dilarang. Dikritik. Itu aku paling benci. P2, W2b.1064-1089

2. Kehilangan Nilai Utama

Di tahun 2005, neneknya tiba-tiba terserang stroke. Ia dilarikan dari Aceh yang masih hancur setelah terkena tsunami di tahun sebelumnya ke rumah sakit di Medan. Saat itu, Eka yang tinggal di Siantar diberitahukan melalui telepon bahwa sebelum neneknya ’jatuh’ neneknya sedang memikirkan bagaimana kehidupan Eka jika ia tidak ada, apakah kehidupan Eka tidak akan kacau. Eka sempat panik ketika diberitahukan mengenai hal itu. Namun dia masih merasa biasa-biasa saja karena itu adalah kali pertama neneknya terserang stroke dan setelah neneknya sadar dan kondisinya membaik cukup stabil, neneknya akan dibawa kerumah sakit di Singapura. namun kondisi neneknya tidak kunjung stabil setelah 10 hari Universitas Sumatera Utara 105 dirawat di rumah sakit Herna, 2 hari sebelum Eka berumur 13 tahun , neneknya meninggal. Eka terus menangis hingga matanya bengkak. Saat neneknya di solatkan, Eka hanya menangis saja. Malam dimana neneknya telah dikuburkan, Eka pergi jalan-jalan untuk mencari kesenangan. Pasca kepergian neneknya, Eka menangis setiap malam dan ia sering keluar rumah hingga larut malam, bahkan bisa tidak pulang hingga 2 hari. Terkadang ia menjadikan rumah seperti hotel yang hanya diperuntukkan untuk tidur saja. Pagi hari ia pergi sekolah, setelah pulang les ia terus bermain-main untuk mencari kesenangan. ’cari senang’ bagi diri Eka adalah dengan berkumpul dengan kawan-kawannya. Bila sedang berkumpul, terkadang Eka bisa menangis sendiri, saat itu teman-temannya menghiburnya dengan berkata ” jangan nangis, kita juga nanti mati” dan ia pun berhenti menangis. ya..nangis aja. Tu mata sampe’ bengkak. Terus salat jenazah, Eka nangis aja. Tapi tu Eka sempat maen-maen malamnya. Malamnya dikubur, malamnya Eka jalan-jalan nangis. Nangis aja.. Dari itu, keluar malam keluar malam. Ampe larut. Cuma gak sampe pagi. Sampe. Seminggu. Tapi seminggu ada pulangnya. Pulang dua hari..dua hari gak nyampe..pulang..terus pulang..Kadang rumah Eka jadiin hotel. Cuma tempat tidur. Pagi pigi sekolah. Pulang les. Terus maen-maen. Cari senang ...kumpul sama kawan. Tiap malam nangis. Pas kumpul-kumpul Eka bisa tiba-tiba nangis. Tapi temen itu kan..jangan nangis, kita juga nanti mati. Dieem. P2, W2b.892-894, 925-938 Terlalu lama bersedih dan terlalu banyak mencari kesenangan, Eka yang pada saat itu mengaku bahwa dirinya stres karena kepergian neneknya sering berbicara sendiri, berteriak tanpa sebab dan tidak mengenali anggota keluarganya. Sebenarnya Eka adalah orang yang ceria, bila sedang ramai berkumpul dengan Universitas Sumatera Utara 106 keluarga-keluarganya Eka menjadi yang paling ribut diantara semuanya. Namun, bila ia ditinggal sendirian tanpa ada yang mengajaknya mengobrol ia akan menjadi oon, menangis, terdiam dan terbego. karena nenek gak ada…ya.. pas nenek meninggal rasanya down aja…sampe stress juga, sempat gak kenal orang. Jadi aneeh kali Eka. P2, b.26-27 Itu la..terlalu banyak cari kesenangan,akhirnya..gila. dibawa pulang ke siantar kan..ngomong sendiri gitu. Dibawa ke psikiater. Kalo psikiater kan tetap obat tidur yang dikasihnya kan. Dibilang, Eka jangan pernah ditinggal sendiri. Karena bakalan oon. Eka ditinggal sendiri pula. maksudnya kalo udah apa dibiarkan sendiri. Gak diajak ngomong. Yang ke’gitu ke’gitu. Jadinya. Nangis-nangis. Tediam. Tebego. Tebego aja. Tapi kalo udah rame Eka paling ribut. P2, W2b.986-991 Eka dibawa ke psikiater di jakarta. Diantar ibunya hingga bandara dan menginap dirumah tantenya di jakarta. Malam setelah sampai di jakarta pada sore harinya, Eka tiba-tiba menjerit tanpa sebab. Keesokan harinya ia diperiksa oleh psikiater dan diberikan banyak obat tidur. Suatu malam, sekitar seminggu- dua minggu sejak kedatangannya ke jakarta, Eka yang terbiasa menggunakan narkoba sehingga cepat kehilangan efek dari obat bius terbangun dengan pikiran yang kosong dan melihat botol obat dijejer didalam lemari kaca dikamar tamu tantenya. Eka menyuntikkan obat yang terdapat dalam botol-botol itu ke lehernya secara terus menerus hingga ia tidak sadarkan diri dan dibawa kerumah sakit. Pernah malam Eka sadar. Malam-malam tebangun ya kan, tersadar. Tapi kosong pikiran. Eka lihat semua lengkap. Obat tidur P2, W2b.897-898 Ya udah…setengah sadar tu disitu…ambil aja trus Eka suntik, ambil, suntik lagi, suntik lagi..P3, b.8-9 Eka yang saat kecil sering menanyakan ”gimana sih rasanya mati itu” mengalami kematian selama 2 jam. Dalam kondisi mati suri nya, ia bertemu dengan kerabat-kerabatnya yang telah meninggal, termasuk neneknya yang baru Universitas Sumatera Utara 107 meninggal. Ia berbicara dengan mereka mengatakan bahwa ia tidak ingin kembali lagi dan ingin terus bersama mereka namun mereka berkata bahwa ini bukanlah alamnya dan ia harus kembali. Dan akhirnya iapun kembali juga. Saat tubuhnya sudah dimandikan dan pesawat sudah dirancang untuk membawa mayatnya pulang, ia tersadar dan sudah berada dikamar mayat. Terbangun dengan banyak mayat disekitar dirinya, setelah mencubit dirinya untuk memastikan bahwa dia masih hidup, Eka yang memiliki kemampuan untuk melihat makhluk halus langsung berteriak ”hantuu” melihat roh yang ada di dekat mayat-mayat itu sambil mengikat selimut ke tubuhnya yang sudah tidak berpakaian lagi dan langsung berlari keluar dari kamar mayat. Pada saat itu ia berpapasan dengan adik ipar ibunya yang ingin melihatnya. Ia langsung diperiksa oleh dokter yang kaget melihatnya terbangun kembali. Untuk mengetes kesadarannya, ia ditanyakan mengenai kemampuannya mengenali orang dan ia masih mengingatnya sehingga mampu menjawabnya. Eka dibelikan baju dan dibawa pulang dari rumah sakit. Di perjalanan pulang ia sempat pergi kesalon karena merasa dirinya bau. Sempat juga ia ke Ancol, 2 hari setelah kematiannya ia kembali dugem untuk bersenang- senang. Selama ada di jakarta, 3 kali ia pergi ke dunia gemerlap tersebut. Eka gak tau. Tah udah mati tah apa. Cuma Eka sempat ketemu sama yang udah mati semuanya kan. Tah hapa-hapa aja pun orang tu bilang. Ni bukan alam Eka. Balik lagi. Gak mau, aku mau sama kalian. Balik lagi. Balik la Eka. dimandiin di rumah sakit. Pesawat..Udah dirancang-rancang untuk Eka.. pas adik ipar mama mo lihat, Eka pas lari-lari kan keluar. Hantuu Eka bilang kan hantuu.. mereka pikir Eka tu bercanda. Gak ada yang percaya kan. Orang Cuma 2 jam. Pas sadar ditanya namanya siapa ini siapa ini. Eka masih inget la ya kan. Ya Eka jawab la. Ini ni ini ni. Ya udah cukup. Oo berarti dia sadar kan. P2, W2b.961-964,954-959 Universitas Sumatera Utara 108 Eka kembali ke Medan dan selanjutnya Siantar dengan badan yang kurus dan kecil namun pipi yang bengkak karena pengaruh obat yang pernah disuntikkannya dengan dosis tinggi. Tidak ada yang mempercayai bahwa Eka sempat meninggal selama 2 jam. Bahkan ayah dan ibu Eka sendiri tidak percaya bahwa anaknya pernah mencoba bunuh diri. Hanya pamannya yang tinggal dijakarta dan tantenya yang tidak mau mengungkit-ungkit lagi peristiwa yang seharusnya disyukuri itu yang mengetahuinya. Eka bahkan tidak menceritakannya pada teman-temannya disekolah. Saat mereka menanyakan, Eka hanya menjawab bahwa urusannya sudah selesai. Eka sempat merasa cemas dirinya tidak akan lulus ujian. orang aku balik lagi dengan selamat. Tambah bulat lagi. tertawa. Gak..Oo pas balik kesana belum bulat, balek ke sini belum bulat. cuman..bengkak. badannya kurus. Ini nya bengkak.pipi Kenapa? Karena.. mungkin karena udah sempat..kena obat. Badan bisa bengkak. Badan ceking kan..kecil, tapi sini bengkak-bengkak. Makanya orang itu gak ada yang percaya. P2, W2b. Eka yang sebelumnya merasa takut akan kematian yang sebenarnya merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia karena ia merasa bahwa dirinya belum bertobat, memiliki makna baru terhadap kematian. Eka merasa bahwa kematian bukanlah akhir, tapi merupakan jalan untuk pergi kedunia lain. Dan dia tidak perlu lagi takut akan kematian karena ia sudah pernah mengalaminya. Setelah kembali dari kondisi mati surinya, Eka mengaku bahwa ia memperoleh tambahan indra ke-6. selain dapat melihat makhluk halus yang memang sudah dimilikinya dari kecil, ia memiliki kemampuan untuk melihat karakter orang lain walaupun orang tersebut baru pertama kali ditemuinya dan dapat menyembuhkan orang yang terkena gangguan makhluk halus. Universitas Sumatera Utara 109 Karena aku tu paling takut mati ya.. paling takut mati Eka. Aku belum tobat kok udah mau mati. Takut Eka .orang kan bilang kalo mati tu wajar. Eka takut.. belum betobat. Eka tu gak bisa ngartiin mati. Tapi itu bukan akhir. Tapi supaya bisa ke dunia lain. dulu takut mati. Sekarang gak. Udah pernah kok aku mati. Ngapain lagi takut. P2, W2b.1019-1031

3. Penghayatan Hidup Saat Ini

Lulus dari SMP, ayah Eka dipindahtugaskan ke langkat. Karena ibunya menganggap tidak ada SMU yang bagus di langkat, maka ia menyuruh Eka untuk bersekolah di SMU Methodist medan. Karena Eka adalah orang yang tidak bisa tinggal sendiri jauh dari keluarganya, maka ia dititipkan dirumah kakek dari ayahnya. Selain kakek dirumah itu tinggal 1 orang sepupu laki-laki, 1 orang tetangga lama kakeknya di Siantar, seorang pembantu dan seorang sepupu perempuan tempat Eka berbagi kamar dengannya karena Eka mengaku bahwa ia adalah seorang yang penakut. Bahkan ia lebih memilih untuk tidur sekamar dengan cowok dibandingkan harus tidur sendirian di kamar. Eka merasa biasa saja harus tinggal terpisah dari orangtuanya karena memang dari kecil pun ia tidak tinggal bersama orangtuanya. Ia malah akan bertanya-tanya jika orang tuanya mau tinggal bersamanya. Trus, ada, sepupu, tidur sekamar Eka. Eka penakut, mana berani tidur sendiri. Tegang-tegang la aku. … Mana berani. mau la Eka lompat. mati tegang. Mendingan aku tidur sama cowok dibanding tidur sendiri. takut hantu. Karena Eka tau Eka bisa lihat P2, W2b.721-723,672-675 gak ada. Biasa aja. Karena dari kecil gak tinggal sama orang tua. Kecuali tinggal sama orang tua masih ada. Masih ada tanda tanya nya pasti la. Lho kok mau orang tuaku ni..tumben tinggal sama aku. P2, W2b.755-758 Universitas Sumatera Utara 110 Kadang-kadang, jika sekolah libur Eka pergi ke langkat. Setiap hari sabtu ayah dan ibu Eka akan datang ke Medan dan pulang pada hari minggunya. Terkadang mereka membawa serta adik-adik Eka. Ayah dan ibu Eka menginap di rumah kakek yang pada hari sabtu-minggu pulang ke Siantar. Eka tidak mengetahui apakah kakek masih keberatan dengan pernikahan kedua orangtuanya atau tidak, yang ia ketahui adalah bahwa kakeknya menyayanginya. Kakeknya sering meminta pertolongan Eka untuk memberikan obat. Hal ini terkadang membuat Eka sedikit kesal dengan banyaknya obat yang harus diminumkan. Jadi Eka tinggal sama kakek, sepupu. Mati la aku sempat bedua aja. Belum lagi kakek ku eh obat inilah obat itu lah. Bukannya apaaa tapi..tukang lupa sih nggak, cuman karena emang dari awal dia berobat gak tahu takarannya.…P2, W1b.443-445 Kakeknya yang berusia 74 tahun itu masih bekerja sebagai wakil direktur di salah satu perusahaan swasta di kota medan. Kakek yang yang mengasuh Eka saat ini memeluk agama kristen dan setahu kakeknya Eka juga seorang kristiani. Sehingga ketika berada di rumah Eka sering disuruh membawakan doa dan ia melakukannya. Ia juga mempelajari tentang agama kristen di sekolahnya di Methodist, namun ia tidak mengikuti ibadah umat kristiani yang selalu dilaksanakan setiap hari minggu. Walaupun Eka yang sedari kecil sudah diasuh neneknya dan dididik tentang agama islam mengaku bahwa ia adalah seorang muslim dari hati sanubarinya, ia tidak begitu keberatan berperan sebagai sebagai seorang kristiani karena ia bukanlah seorang yang fanatik. Pernah ia mengaku pada orang lain bahwa dia adalah seorang kristiani, namun tidak ada yang mempercayainya karena ia memiliki muka aceh yang sangat dominan. Universitas Sumatera Utara 111 sayang. Karena tiap dia di rumah, Eka suruh bawa doa. Kecuali kalo muslim, bismilahirahmanirrahim. Kalau kristen kan pande-pande ngomong. Ngarang kata-kata. Pinter-pinter kita pidato. Jadi kita itu. islam. Karena tau dari kecil udah dididik jadi islam. Ya.. dulu sempat Eka masuk kristen ya kan. Tapi setiap orang yang bilang Eka agama kristen gak percaya muka ku gak muka kaya’ agama kristen gitu kan Emang..kalo dulu emang karena nenek. Tapi lama-lama..dari hati sanubari juga P2, W2b.772-774,789-791,834-835 Setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Eka pulang ke aceh dan merayakannya disana. Bila ada perayaan natal, ia juga mengikutinya, namun sudah dua tahun ini ia tidak menghadirinya karena sedang liburan ke Jakarta dan Bali. Pada perayaan paskah tahun 2008 ini, ia ikut berziarah ke kuburan keluarga ayahnya di Siantar walaupun setelahnya ia langsung pulang dan tidak mengikuti perayaan di gereja. Karena kakeknya selalu berada di Siantar pada hari minggu, kakek tidak pernah mempertanyakan mengapa Eka tidak pergi ke gereja pada hari minggu. Walaupun masih belum penuh 5 waktu dan tergantung mood, terkadang ia melaksanakan salat di kamarnya, sehingga kakek tidak mengetahuinya. Ayah dan ibu Eka sudah membebaskan anak-anaknya untuk memilih, menjadi seorang kristiani ataukah muslim. Dan Eka memilih agama Islam sebagai agama yang akan dianutnya. kadang. Orang ni bilang, kalo Eka solat, jatuh hujan. Hujan ya kan. Kurang ajar. Padahal orang mau salat. betul-betul ujan. Makanya Eka heran. Pas Eka mau solat ujan. Gak betul ini bah. kadang ada. Kadang ada yang Eka gak bisa ya kan.. kapan Eka bisa aja. Trus Eka suka apa ya kan..kalau gak niat..karena yang ada dosa, kalo gak niat kita kan. Lagian wajar. Masih umur segini P2, W2b.807-815 kami dikasih kebebasan. Mau milih islam, mau milih kristen. islam. Kalo Eka. P2, W2b.827,832 Universitas Sumatera Utara 112 Biasanya Eka hanya sekedar bertegur sapa dengan tetangga yang tinggal di depan rumahnya. Pada suatu hari, Eka melihat anak kedua keluarga tersebut sedang mengalami masalah dan Eka pun mengobrol dengannya. Malamnya, ia bertamu kerumah tetangga tersebut dan akhirnya menjadi akrab dengan seluruh anggota keluarga mereka hingga saat ini. Ia bahkan sudah dianggap sebagai adik keempat dalam keluarga mereka. Yang membuat Eka bingung, ia merasa lebih dekat dengan mereka daripada dengan sepupu-sepupunya yang tinggal serumah dengannya. Saat baru pindah ke rumah kakeknya, Eka, sepupu, dan pembantunya sering membicarakan anak pertama keluarga tersebut yang berwajah tampan. Pada awalnya, walaupun tidak memungkiri bahwa Irvan memiliki wajah yang tampan, Eka tidak begitu menyukai nya. Eka yang pada saat itu memiliki banyak waktu luang sering menemani Irvan yang sedang dalam kondisi tertekan karena putus dari pacarnya. Eka sering mengobrol dan membuat irvan tertawa walaupun Eka menganggap bahwa ia hanya berbicara seperti biasa. Lama kelamaan Eka menyukai Irvan yang susah dinasehati, namun lama kelamaan akan menurut, Irvan yang akan curiga jika pada malam hari sepulang kerjanya ia tidak melihat kedatangan Eka ke rumahnya atau mendengar suara ribut Eka dirumah kakeknya, irvan yang penakut akan hantu dan sering ditakut-takutinya, irvan yang sering mengotak-atik ponsel jika orang sedang berbicara dengannya namun tetap ’nyambung’ dan bisa merespon perkataan orang tersebut. akhirnya ia berpacaran dengan Irvan pada Februari 2008. Dari kak nita trus bang irvan. Bang irvan pernah sendiri. Dulu, pas dia lagi dalam keadaan tertekan. sama pacarnya. Baru putus ya kan. Eka yang nemenin dia. Nemenin dia di rumah. Eka pas itu udah..gak..kebetulan sama ssekali gak ada pr. Bang Irvan kan berubah gitu. Trus ketawa. Mau ketawa- Universitas Sumatera Utara 113 ketawa. Padahal Eka ngomongnya biasa. Eka ngomong biasa tapi orang ketawa-ketawa sendiri Eka kan heran. Ketawa ketawa ketawa gitu kan. Malamnya deket. Deket sama kak nita, paling deket. Trus sama bang Angga. Akhirnya deket ke semuanya. Sampe ke mama mama nya. Dulu kami satu rumah itu ngerebutin dia. Emang cakep ya kan? Cakep. Pertamanya. Kalau jauh dia cakep mukanya tu gak tau. Cakep aja lo kak. Udah, satu rumah ngerebutin dia. Aku dulu gak suka. Lama-lama kok aku pula yang sor ya kan? Suka nya karena susah dibilangin tapi lama-lama nurut. Dia susah kali tu dibilanging. Lama-lama nurut Nanti dia tidur ya kan. Sambil golek-golek. Tapi dia gak konsentrasi. Dia gak ngelihat kita. Dia ngapain handphone. Kita kan palak. Pulang la Eka. Tunggu Ka jangan pulang dulu. Yang lucunya ya kan, kalo bisa lihat itu. Bang Irvan kan takut hantu ya kan. Pulang Eka ya bang pulang Eka kok perasaan Eka di kamar ini gak enak tadi Eka ngelihat sesuatu yang aneh. Tunggu napa Ka.. Yang lucunya ya kan kalo takut hantu itu…jangan ke’gitu napa. Nanti cerita-cerita. Lucu gitu. Dia tetep..kita crita lucu dia denger. Cuman dia tetep megang handphone. Kan gondok kita kan. Seolah-olah muka kita itu handphone. Bukan sms an. Entah ngapain custoner ya kan. Nyata-nyatat kegiatan. Tapi dia ngudeng. Dia nyambung. Cuman aku yang gak nyambung jadinya ngerasa kayak gak tersambung gitu. Kita kan kalo misalnya..Eka nyambung. Sambil smsan sambil apa Eka nyambung. Tapi kan orang yang ngomong sama Eka tu ngerasa kalo dia gak nyambung. Maksudnya..gak kerasa gitu. Aduh..kek gak sopan. Istilah bahasa kasarnya gak sopan gitu kan. Dalam gak sopan ini kan bisa gak nyambung. Gak didengerin gitu. Tapi banyak dia juga yang ngomong. Eka sih dengerin aja. P2, W2b.561-571,619-624,677-679,700-711 Irvan pernah berkata bahwa Eka yang berusia 14 tahun lebih muda darinya merupakan paket komplit ”Mau manja kaya’ anak-anak bisa. Mau disuruh dewasa juga bisa. Bisa remaja. Semua ada. Nama nya kita bunglon”. Hingga saat ini mereka belum pernah bertengkar. Walaupun mereka jarang bisa pergi bersama karena pekerjaan Irvan, pada malam hari Irvan pasti pulang dan Eka akan bermain-main dirumahnya. Jika ia tidak pulang. Eka akan merajuk dan mengancam tidak mau datang ke rumah irvan. Terkadang saat Eka bermain kerumah mereka, anak kedua dan ketiga keluarga tersebut sedang bertelepon dengan pacarnya masing-masing, maka Eka akan masuk ke kamar Irvan dan Universitas Sumatera Utara 114 mengobrol dengannya. Eka berfikir positif bahwa Irvan tidak akan berbuat macam-macam pada dirinya karena dirumah itu ada kedua orang saudaranya dan pintu kamar Irvan tidak bisa benar-benar tertutup karena terganjal meja DVD yang panjangnya melewati batas dinding dekat pintu. Sering mengobrol, Eka yang sekarang sudah mulai bisa menerima saran dari orang lain ini mengaku bahwa ia tidak ada curhat mengenai masalahnya kepada irvan karena masalah itu pasti akan langsung dibawa serius olehnya. Eka mengaku bahwa ia adalah orang yang paling tenang jika menghadapi masalah. Bila sedang menghadapi masalah Eka bisa menghabiskan 1 bungkus rokok sebelum solusi dari masalahnya tiba-tiba muncul begitu saja dari kepalanya. Bila sedih Eka lebih suka untuk pergi ke anak ketiga keluarga tersebut yang akan mengajaknya untuk bercanda, tertawa dan membuatnya melupakan masalahnya. gak ada. Eka tu kalo ada masalah ya..paling tenang ngahadapinya. Nanti kalo ada masalah kan, bisa tu nanti habis ini satu bungkus. Hilang tu masalahnya. Trus tiba-tiba timbul Cliing..muncul ..ini masalahnya ini solusinya. udah muncul sendiri. Gak ada curhat-curhatan. cuman kalo lagi sedih..ke..bang Angga soalnya kalau sama bang Irvan, pasti dibawa serius, apa masalahnya… tapi kalo sama bang Angga dibawa becanda aja. Ketawa-ketawa. Ya udah. Lupa masalahnya.P2, W2b.738-749 Walaupun dekat dengan tetangga nya tersebut, Eka tetap merasa sendiri setelah kepergian neneknya. Karena hanya nenek lah yang benar-benar dapat memahami Eka. Eka merasa bahwa ia adalah orang yang sulit dimengerti. Bahkan Irvan dan adik-adiknya yang sudah dianggapnya sebagai orang yang dekat dengannya pun sebenarnya tidak memahami segala hal tentang Eka. Orang menganggapnya sebagai orang yang mudah dimengerti karena ia mudah dekat Universitas Sumatera Utara 115 dengan orang lain. Eka pun menurut apabila dinasehati oleh Irvan dan adik- adiknya namun mereka tetap memiliki memiliki bagian dari dirinya yang tidak dapat dimengerti ya, karena gak ada yang bisa ngertiin Eka selain nenek. Eka tu orangnya sulit dingertiin. Orang bilang tu Eka paling mudah dimengerti. Sebenarnya Eka tu susah dimengerti. Cuman, karena Eka tu mudah dekat sama orang.. iya, tapi ada bagian yang orang itu gak ngerti. Ada hal yang orang ni ngerti, ada yang gak. Gak mungkin ngerti semua. Cuma karena Eka nurut. De’ jangan ini, de’jangan itu. Di depan mungkin Eka iya, iya, iya, tapi kan didalamnya mereka gak ngerti gitu P2, W2b.1034-1042 Eka termasuk anak yang menarik dan keras. Ia memiliki banyak kenalan di luar sekolah, walaupun ia tidak terlalu suka disebut sebagai ’anak gaul’. Banyak yang tertarik padanya. Ada mahasiswa kedokteran yang mengajaknya jalan dan membuatnya bingung karena irvan, pacar Eka yang tinggal didepan rumahnya akan curiga jika tidak mendengar suara ribut Eka dirumahnya. Terkadang ia terpaksa me-reject telepon dari orang yang menyukainya saat ia sedang bersama- sama Irvan. Saat ia baru duduk di bangku SMU kelas 1, ia sempat berpacaran dengan teman sekolahnya yang mengajaknya jadian. Perkataan pacarnya yang menyuruhnya agar tidak berlaku seperti laki-laki membuatnya berubah hingga kementelan. Pernah juga ada kakak kelas 3 di sekolah yang menyukainya. Hal ini membuat teman-teman wanita kakak kelas tersebut menganggapnya sebagai orang yang ’mentel’, melabrak dan mengatakan : ”jangan sok cantik” padanya. Eka melawan, agar orang yang melabraknya tau bahwa bukan hanya ia yang kuat. Walaupun ia lebih tua, orang lain bisa lebih kuat daripada dirinya. Pernah Eka bertengkar dengan anak kuliah yang menginjak kaki nya saat berjalan mundur. Eka langsung berkata: ” Kak kalo jalan pake mata la” saat mahasiswa tersebut Universitas Sumatera Utara 116 menjawabnya dengan ucapan ” oh ya?” dengan nada yang meremahkan, Eka langsung berdiri dan mengepalkan tinjunya ”apa kau?” katanya. Untungnya Eka tidak sempat bertengkar dengan mahasiswa tersebut karena teman mahasiswa tersebut melerainya. Teman Eka menyampaikan padanya bahwa kakak kelasnya tersebut mengatakan ” kau kayak singa ya Ka kalau marah”. teman cowok. udah jadian. Dia ngajak Eka jadian.Dia bilang jangan kaya’ laki-laki. Akhirnya berubah. Rupanya kementelan kan. P2, W2b.600-603 Kan..kuliah itu lagi dibangun. Jadi, anak kuliah ini mentel sama cewek. Lagi jalan. Mundur mundur mundur. Kepijak kaki Eka.. Oh ya? Katanya. Apa kau? kubilang. Trus ada yang dulu pernah jadi kakak kelas Eka. Udah la dek adek ini tukang marah ah becanda kakak itu. Gak lama Eka masuk kelas kan. Datang kawan Eka. Ka, Ka... tadi kau dicari kak intan katanya tertawa. Karena Eka pernah berantem sama kakak kelas 3 dulu. cari perkara dia. Aku bagus. Dibilangnya aku mentel. Dilabraknya. Dikiranya takut ya kan. Dulu kan kalau di sekolah sana kalau anak kelas 3 ngefans sama anak kelas1 langsung dilabrak gitu ya kan. Jangan sok cantik katanya. Itu la makin kulabrak la kakak kelasnya. bukan preman. Kadang aku..biar orang itu tau. Bukan dia aja yang kuat. Gak dia aja yang kuat. Orang lain lebih kuat dari dia biarpun dia lebih tua. P2, W581-596 Eka memiliki cita-cita menjadi seorang hakim yang tidak sebegitu mudahnya menjatuhkan hukuman gantung kepada orang lain. Selama ini Eka melihat bahwa hakim-hakim yang ada saat ini terlalu mudah dalam menjatuhkan hukuman gantung. Tetapi ibunya menginginkan agar Eka masuk fakultas kedokteran dan menjadi dokter. Eka yang, malas mencatat materi yang diberikan guru dan menganggap bahwa semua guru adalah munafik karena selalu menguras uang muridnya, bosan dengan kehidupannya disekolah. Tapi ia tidak tau apakah ia ingin segera kuliah atau tidak. Kalau bisa, ia ingin langsung bisa bekerja. Saat ini, Eka masih belum berpikir tentang makna hidupnya. Universitas Sumatera Utara 117 Tapi mama maunya Eka masuk kedokteran. Eka sendiri pengennya jadi hakim. Kan banyak tu hakim sekarang yang gampang kali ngasih hukuman gantung. Makanya Eka pengen jadi hakim yang gak gampang ngasih hukuman gantung. P2, b.19-22 gak. Gak tau la pengen cepet-cepet atau gak. Bosen aku gini-gini. Mending aku langsung kerja. he em..kalo bisa. ... P2, W2b.1059-1062 Apa ya? Gak ada kepikiran aja. Hidup hidup hidup hidup itu bermaknaa. Gitu-gitu P2, W2b.650-651.

IV. B. 4. Rangkuman