45 itu juga terdapat alasan kemudahan bagi peneliti dalam menemukan sampel,
mengingat peneliti juga berdomisili di kota Medan.
III. B. 4. Tekhnik Sampling
Prosedur pengambilan subjek dalam penelitian ini snowball chain sampling yaitu mengidentifikasi kasus yang akan diteliti dari orang yang
mengetahui siapa orang yang memiliki kasus yang dapat memberikan informasi yang kaya Miles, Huberman, 1994. Bergulirnya pemilihan sampel melalui
tekhnik snowball sampling , baik untuk sampel informan maupun situasi sosial, pada akhirnya akan sampai pada suatu batas dimana tidak dijumpai lagi variasi
informasi. Pada saaat seperti itu pemilihan sampel baru tidak diperlukan lagi. Dengan perkataan lain, kegiatan pengumpulan data atau informasi di lapangan
dianggap berakhir. Bungin, 2003
III. C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, dan sifat objek yang diteliti Poerwandari, 2001. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
III. C. 1. Wawancara mendalam
Pengumpulan data makna hidup pada pelaku percobaan bunuh diri ini memerlukan satu bentuk wawancara yang dapat memperoleh pengalaman yang
lebih luas dan mendalam terhadap peristiwa yang dialami dan dirasakan oleh responden penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Banister 1994 mengenai
definisi dari wawancara mendalam. Sehingga metode pengumpulan data yang
Universitas Sumatera Utara
46 akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in depth
interview. Saat wawancara berlangsung, peneliti juga akan melakukan observasi dan
mencatat bahasa non verbal dari subjek penelitian.
III. C. 2. Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Gay dan Airasian 2003 bahwa yang menjadi alat terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun untuk memudahkan
pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu, seperti alat perekam tape recorder, pedoman wawancara dan catatan lapangan.
a. Alat perekam tape recorder
Poerwandari 2001 menyatakan, sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara verbatim kata demi kata, sehingga tidak
bijaksana jika peneliti hanya mengandalkan ingatan. Untuk tujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar peneliti mudah mengulang kembali rekaman
wawancara dan dapat menghubungi subjek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan
seizin partisipan. Selain itu penggunaan tape recorder memungkinkan peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang dikatakan oleh partisipan, tape recorder
dapat merekam nuansa suara dan bunyi serta aspek-aspek dari wawancara seperti tertawa, desahan dan sarkasme secara tajam Padgett, 1998.
b. Pedoman Wawancara
Wawancara mendalam tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara berisi
Universitas Sumatera Utara
47 “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian Poerwandari, 2001. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga
memudahkan peneliti pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang
berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab. Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang relevan
telah dibahas atau ditanyakan Poerwandari, 2001.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2000 adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Selain itu di dalam catatan lapangan bisa diketahui apa yang partisipan
alami selama proses observasi berlangsung, dari catatan lapangan ini juga terdapat aspek deskriptif dan reflektif, yaitu gambaran jelas mengenai apa yang diobservasi
dan kemudian melakukan refleksi terhadap gambaran yang telah dibuat sebelumnya Gay Airasian, 2003.
III. D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan Bogdan dalam Moleong, 2000. Terdapat tiga tahapan dalam
prosedur penelitian kualitatif, yaitu tahap pralapangan, pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
Universitas Sumatera Utara
48
III. D. 1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2000 yaitu sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi dan teori yang berhubungan dengan makna hidup pada pelaku percobaan bunuh diri
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan makna hidup pada pelaku percobaan bunuh diri yang berasal dari teori, literatur lepas
seperti artikel dan grounded theory teori dari dasar yang dihasilkan dari wawancara personal terhadap pihak-pihak tertentu yang memiliki kredibilitas dan
kompetensi tentang suatu topik. c. Menyusun pedoman wawancara
Peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teoritis untuk menjadi pedoman dalam proses wawancara.
d. Persiapan untuk pengumpulan data Peneliti mencari beberapa orang responden yang sesuai dengan kriteria
sampel yang telah ditentukan , meminta kesediaanya inform concent untuk menjadi responden dan mengumpulkan informasi tentang calon responden
tersebut. e. Membangun rapport
Setelah memperoleh kesediaan dari responden penelitian tanda tangan respondent pada lembaran inform concent, peneliti meminta kesediaan untuk
bertemu dan mulai membangun rapport. Setelah itu peneliti dan responden penelitian mengadakan kesepakatan yang meliputi waktu dan tempat wawancara
Universitas Sumatera Utara
49 serta persyaratan lain yang diajukan kedua belah pihak. Rapport yang dilakukan
peneliti terhadap partisipan adalah sebagai berikut: 1
Partisipan I Peneliti mengenal partisipan I dari ibu peneliti yang merupakan rekan
sekerjanya. Informan dan peneliti mendatangi rumah responden I untuk membangun rapport. Kedatangan peneliti dan informan disambut dengan baik
oleh responden II. Informan kemudian memperkenalkan peneliti kepada partisipan I. Pada pertemuan pertama, peneliti lebih banyak mengobrol dengan anak
partisipan dan partisipan lebih banyak mengobrol dengan ibu peneliti tentang keadaan kantor mereka, namun sesekali peneliti diikutsertakan dalam percakapan
tersebut dan mengajukan sedikit pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Sebelum pulang, peneliti meminta izin untuk mengunjunginya lagi
dan ia mengizinkannya dengan senang hati. Baru pada pertemuan kedua peneliti menyampaikan tentang penelitian yang akan dilakukan, menanyakan kesediaan
berpartisipasi dalam penelitian, dan izin penggunaan alat perekam. Partisipan I langsung menceritakan masalahnya dan wawancara pertama pun dilakukan.
Diakhir wawancara, partisipan meminta agar hasil wawancara tidak diberikan kepada orang lain dan peneliti menjelaskan tentang kerahasiaan dalam penelitian.
2 Partisipan II
Peneliti mengenal partisipan II dari seorang informan yang merupakan mantan kakak kelas peneliti. Partisipan II adalah tetangganya . Setelah informan
tersebut menanyakan kesediaan tetangganya ditemui untuk keperluan penelitian, peneliti pergi kerumah mereka. Informan dan partisipan II berkumpul di ruang
Universitas Sumatera Utara
50 tamu keluarga dan langsung mengobrol dengan peneliti. Partisipan II yang sudah
mengetahui maksud kedatangan peneliti langsung meminta peneliti untuk mengajukan pertanyaan. Namun pada pertemuan pertama ini, peneliti tidak
langsung melakukan wawancara melainkan hanya menanyakan kesedian mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian, memberitahukan tentang kerahasiaan
identitas, memberitahukan bahwa data yang didapatkan hanya akan diperuntukkan untuk tujuan penelitian, meminta izin penggunaan alat perekam, meminta nomor
telepon agar peneliti dapat menghubungi partisipan untuk mengatur jadwal wawancara secara individu, dan mengobrol sedikit tentang metode dan alasan
dirinya mencoba melakukan bunuh diri di masa lalu.
III. D. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian