SIMPULAN SIMPULAN DAN SARAN
30,11 menjadi 79,79
untuk perlakuan terbaik. Penambahan pati asetat dan sizing agent
juga berpengaruh terhadap perbaikan sifat mekanis dilihat dari peningkatan kuat tekan 19,11 Nmm
2
menjadi 31,80 Nmm
2
dan kuat tarik 48,72 Nmm
2
menjadi 52,64 Nmm
2
. Penambahan gliserol sebesar 5 berpengaruh terhadap perbaikan sifat mekanis khususnya peningkatan viskoelastisitas biofoam yang ditandai dengan
penurunan nilai storage modulus yang cukup tajam pada saat suhu kamar yaitu dari 530 Mpa pada 0
C menjadi 170 Mpa pada 20 C.
Pemilihan formulasi terbaik untuk pembuatan biofoam disesuaikan dengan aplikasi atau peruntukan biofoam tersebut. Formula terbaik adalah perlakuan P1K3
yaitu rasio tapioka:ampok 3:1 dengan penambahan PVOH 30 dari berat bahan kering. Karakteristik biofoam yang dihasilkan memiliki daya serap air 39, densitas 0,48
gcm
3
, kuat tekan 19,11 Nmm
2
, kuat tarik 48,72 Nmm
2
dan biodegradabilitas 36,67. Biofoam ini dapat digunakan untuk mengemas produk dengan kadar air rendah karena
permukaannya masih sensitif terhadap air. Untuk produk hasil pertanian ataupun produk olahan dengan kadar air yang lebih tinggi, dilakukan perbaikan formula dengan
perlakuan terbaik P2S2G1 yang memiliki komposisi tapioka 21, pati asetat 7, ampok 12 dan PVOH 8. Sizing agent yang ditambahkan dari jenis carvacrol serta
penambahan gliserol sebesar 5. Formula ini memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan P1K3 untuk sifat mekanisnya yaitu kuat tekan 31,80 Nmm
2
dan kuat tarik 51,60 Nmm
2
, namun daya serap airnya lebih tinggi yaitu 62,95 dan biodegradabilitas yang lebih rendah 0. Kelebihan formula ini memiliki permukaan
yang hidrofobik dengan nilai contact angle 79,79 . Pemanfaatan tapioka dan ampok
sebagai bahan baku pembuatan biofoam dapat memberikan nilai tambah sebesar 14,33 untuk tapioka dan 71,44 untuk ampok.