Sistem Informasi Geografis SIG Penginderaan Jauh

d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang, dalam hal ini dapat dimasukan ke dalam hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat maupun daerah lain. e. Hutan Lindung, kawasan hutan yang mempunyai lereng yang curam dan daerah rawan abrasi. f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan Grey dan Deneke 1987 serta Dibyosuwarno 1986 dalam Harahap 1987 berpendapat bahwa hutan kota penting untuk penduduk kota dengan berbagai kegunaan sebab pohon dapat berfungsi sebagai pencegah pencemaran yang berperan sebagai saringan, memberi naungan dan estetika. Grey dan Deneke 1987 mengelompokkan berbagai kegunaan hutan kota menjadi empat kategori yaitu kegunaan-kegunaan arsitektur, kegunaan-kegunaan rekayasaan engineering uses, kegunaan-kegunaan estetika dan untuk perbaikan iklim. Ukuran serta tata letak kawasan perlindungan di dunia seringkali ditentukan faktor- faktor seperti sebaran manusia, nilai potensial lahan, upaya politik oleh para warga yang berjiwa konservasi. Seringkali, lahan disisihkan bagi kepentingan konservasi hanya karena lahan tersebut tidak memiliki nilai komersial secara langsung; kawasan perlindungan tersebut berlokasi pada “lahan-lahan yang tidak diminati siapapun” Runte 1979; Pressey 1994 dalam Primack et al. 1998.

D. Sistem Informasi Geografis SIG

Geographic Information System GIS merupakan suatu sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek serta fenomena – fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografis ; a masukan, b keluaran, c manajemen data penyimpanan dan pemanggilan data, d analisis dan manipulasi data Aronof 1989 dalam Prahasta, 2002. Menurut Kartasasmita 2001, SIG yang mampu mengumpulkan, menyimpan, mentransformasikan mengedit, memanipulasi, menyetarakan format, dan lain sebagainya. Menurut Prahasta 2001 menjelaskan bahwa sejak pertengahan tahun 1970, telah dikembangkan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi yang bereferensi geografis dengan berbagai cara dan bentuk. Sebutan umum untuk sistem yang menangani masalah tersebut adalah sistem informasi geografis SIG. Prahasta 2002 menjelaskan beberapa hal yang menjadi alasan bahwa konsep dan aplikasi SIG sangat menarik untuk digunakan dalam berbagai bidang ilmu yaitu SIG sangat efektif, dapat digunakan sebagai alat bantu, mampu menguraikan unsur-unsur yang terdapat di permukaan bumi ke dalam bentuk beberapa layer atau coverage data spasial, memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial dan bentuk atribut-atributnya serta dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan interpretasi secara manual.

E. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh adalah suatu cara pemantauan tentang sifat dan kondisi suatu obyek atau fenomena alam di permukaan bumi untuk mendapatkan informasi tentang obyek itu sendiri ataupun sekitarnya tanpa harus kontak langsung dengan obyek tersebut melalui suatu alat sensor Kartasasmita, 2001. Lo 1995 menyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan interpretasikan guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi dibidang pertanian arkeologi, kehutanan, geologi, geografi perencanaan dan bidang – bidang lainnya. Pengideraan jauh meliputi dua proses utama, yaitu pengumpulan data dan analisis data Lillesand dan Kiefer, 1993. Elemen pengumpulan data meliputi : a sumber energi, b perjalanan energi melalui atmosfer, c interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d sensor wahana pesawat terbang danatau satelit, dan hasil data dalam bentuk piktoral danatau numerik. Proses analisis data meliputi a pengujian data dengan menggunakan alat interpretasi dan alat pengamatan untuk menganalisis data piktoral, danatau komputer untuk menganalisis data numerik b Biasanya informasi ini disajikan dalam bentuk peta, tabel dan suatu bahasan tertulis atau laporan, dan c Hasil digunakan untuk pengambilan keputusan. Citra landsat merupakan hasil dari suatu program sumbardaya bumi yang dikembangkan oleh NASA the National Aeuronautical and Space Administration Amerika Serikat pada awal tahun 1970 – an. Landsat 1 diluncurkan pada tanggal 22 Juli 1972. Setelah pencuran 3 tipe landsat sebelumnya, kemudian diluncurkan tipe landsat 4 yang menampilkan suatu perbaikan yaitu citra satelit yang mempunyai resolusi tinggi. Landsat 4 diluncurkan pada tanggal 16 Juli 1982. Landsat 4 dipasang suatu sensor baru yang bertujuan untuk perbaikan dan resolusi spasial, pemisahan spektral, kecermatan data radiometrik dan ketelitian radiometrik maka ditambah Thematic Mapper TM pada empat saluran multispectral scanner Salomonson dan Park, 1979 dalam Lo, 1995. Tabel 1. Aplikasi dan Saluran Spektral Band Thematic Mapper Lo, 1995 Saluran Band Panjang Gelombang µm Potensi Pemanfaatan 1 0,45 – 0,52 Dirancang untuk penetrasi tubuh air, sehingga bermanfaat untuk pemetaan perairan pantai. Berguna juga untuk membedakan antara tanah dengan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar dan berdaun jarum. 2 0,52 – 0,60 Dirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau saluran tampak bagi vegetasi guna penilaian ketahanan. 3 0,63 – 0,69 Saluran absorpsi klorofil yang penting untuk diskriminasi vegetasi 4 0,76 – 0,90 Bermanfaat untuk menentukan kandungan biomassa dan untuk delineasi tubuh air. 5 1,55 – 1,75 Menunjukan kandungan kelembaban vegetasi dan kelembaban tanah, dan bermanfaat untuk membedakan salju dan awan. 6 2,08 – 2,35 Saluran inframerah termal yang penggunaannya untuk perekaman vegetasi, diskriminasi kelembaban tanah dan pemetaan termal. 7 10,45 – 12,50 Saluran yang diseleksi karena potensinya untuk membedakan tipe batuan dan untuk pemetaan hidrotermal. Penggunaan citra landsat untuk pemetaan penggunaan lahan khususnya telah populer di negara – negara berkembang untuk mempercepat perolehan data yang diperlukan atau untuk memperbarui data yang lama. Ketersediaan data citra satelit dalam bentuk berbeda telah menarik melimpahnya aplikasi untuk pemetaan penggunaan lahan dan penutupan lahan medan. Keuntungan data satelit adalah dalam jumlah besar. Untuk tujuan pemetaan penggunaan lahan, liputan luas dan berulang dihasilkan oleh wahana satelit khususnya penting untuk melihat biaya efektif pengumpulan dan kemudahan meng up-date data penggunaan lahan Lo, 1995. Klasifikasi citra menurut Lillesand dan Kiefer 1990, dibagi ke dalam dua pendekatan, yaitu klasifikasi terbimbing supervised classification dan klasifikasi tak terbimbing unsupervised classification. Pada klasifikasi terbimbing proses pengklasifikasian dilakukan dengan prosedur pengenalan pola spektral dengan memilih kelompok atau kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contoh- contoh kelas training area yang mewakili setiap kelompok. Kemudian dilakukan perhitungan statistik terhadap contoh-contoh kelas yang digunakan sebagai dasar klasifikasi.

F. Merancang Kawasan Perlindungan