Pendapatan Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir

pendapatan suami. Hanya 1 orang isteri 7,7 yang memiliki pendapatan lebih kecil dari suaminya. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kerajinan bordir yang dilakukan perempuan mempunyai andil yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga. Pendapatan yang diperoleh perempuan yang terdapat pada tabel tersebut diperoleh ketika pesanan terhadap mukena bordir sedang sepi. Pendapatan yang diperoleh oleh perempuan pengusaha bisa lebih besar ketika pesanan terhadap mukena bordir meningkat. Pemesana terhadap mukena bordir meningkat, ketika menjelang bulan puasa dan lebaran Idul FitriIdul Adha. 5.5 Hubungan Lama Usaha, Skala Usaha dan Kepemilikan Usaha terhadap Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha Kontribusi pendapatan isteri terhadap pendapatan rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha terhadap Pendapatan Rumahtangga berdasarkan Karakteristik Industri Bordir di Nagari Ulakan, Tahun 2007 Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha Kepemilikan Usaha Lama Usaha Thn TK 22 TK ≥ 22 Rata-rata 4 n=5 54,2 82,8 68,5 Milik Sendiri n=8 ≥ 4 n=3 52,6 81,8 67,2 4 n=1 - 68,1 68,1 Milik Bersama n=5 ≥ 4 n=4 78,9 79,0 79,0 Keterangan: ¾ Rata-rata kontribusi pendapatan dihitung untuk masing-masing karakteristik perempuan pengusaha industri bordir ¾ TK: jumlah tenaga kerja orang Tabel 16. Perbandingan Persentase Rata-rata Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha terhadap Pendapatan Rumahtangga Berdasarkan Karakteristik Industri Bordir di Nagari Ulakan, Tahun 2007 Karakteristik Perempuan Pengusaha Persentase Rata-rata Kontribusi Pendapatan Perempuan terhadap Pendapatan Rumahtangga Milik Sendiri 67,9 Milik Bersama 73,6 Lama Usaha 4 Tahun 68,3 Lama Usaha ≥ 4 Tahun 73,1 Berdasarkan kepemilikan modal awal usaha pada industri bordir, maka dapat diketahui kontribusi pendapatan perempuan pada usaha milik bersama lebih besar 73,6 daripada usaha milik sendiri. Perbedaan berdasarkan lama usaha, menunjukkan bahwa pada usaha bersama, kontribusi pendapatan perempuan lebih besar 73,1 pada lama usaha ≥ 4 tahun. Pada usaha milik sendiri, kontribusi pendapatan perempuan relatif tidak berbeda berdasarkan lama usaha. Semakin lama usaha maka rata-rata kontribusi yang diberikan oleh perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga semakin besar. Berdasarkan skala usaha jumlah tenaga kerja, kontribusi pendapatan perempuan besar pada skala usaha besar jumlah TK ≥ 22 orang. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, maka rata-rata kontribusi pendapatan yang diberikan oleh perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangganya semakin besar. Hal ini disebabkan semakin banyak jumlah tenaga kerja, maka semakin banyak jumlah produksi mukena yang dihasilkan, sehingga dapat meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima oleh perempuan pengusaha. Dengan demikian, dapat disimpulkan lama usaha dan skala usaha jumlah tenaga kerja mempengaruhi besarnya kontribusi pendapatan perempuan pengusaha. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa perempuan pengusaha pada industri bordir di Nagari Ulakan berperan sebagai pencari nafkah utama dalam rumahtangganya. Meskipun dari keseluruhan responden menyatakan alasan mereka bekerja hanya sebagai usaha sampingan karena dengan hanya mengandalkan pendapatan yang diberikan suami saja tidak dapat mencukupi kebutuhan rumahtangga. BAB VI HUBUNGAN KEPEMILIKAN USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEGIATAN REPRODUKTIF, PRODUKTIF DAN SOSIAL KEMASYARAKATAN 6.1 Pengambilan Keputusan dalam Rumahtangga Perempuan Pengusaha Industri Bordir Menganalisis tentang pengambilan keputusan perempuan dalam rumahtangga, Sajogyo 1983 membedakan pengambilan keputusan menjadi lima yaitu: pengambilan keputusan oleh isteri sendiri, pengambilan keputusan bersama tapi isteri dominan, pengambilan keputusan bersama dan setara, pengambilan keputusan bersama tapi dominan suami dan pengambilan keputusan oleh suami sendiri. Bekerjanya perempuan sebagai pengusaha bordir akan mempengaruhi kemampuannya untuk mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan rumahtangganya. Pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif secara keseluruhan adalah 2,6 persen dilakukan oleh isteri sendiri, dilakukan secara bersama dengan isteri lebih dominan 43,6, secara bersama dan setara 46,1 dan secara bersama dengan suami lebih dominan 7,7. Jika dilihat untuk masing-masing bidang pengambilan keputusan, pada pekerjaan rumahtangga pengambilan keputusan lebih banyak 92,3 dilakukan oleh isteri dominan. Pengambilan keputusan untuk kegiatan layanan kesehatan anggota rumahtangga lebih banyak dilakukan secara bersama baik dengan isteri lebih dominan, setara maupun suami dominan. Begitu juga halnya dengan pengambilan keputusan pada pendidikan anak yang lebih banyak dilakukan secara bersama. Seperti pada kasus perempuan pengusaha berikut yang menggambarkan keputusan dilakukan oleh isteri sendiri dalam hal pekerjaan rumahtangga dikarenakan suaminya tidak terlalu ikut campur dalam pekerjaan rumahtangga. Pada kasus perempuan pengusaha berikut yang termasuk pengusaha usaha milik bersama dengan kontribusi pendapatan besar ini, menyatakan bahwa: Tabel 17. Pengambilan Keputusan Kegiatan Reproduktif, Produktif, dan Sosial Kemasyarakatan dalam Rumahtangga Perempuan Pengusaha Industri Bordir Di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Pengambilan Keputusan Jenis Kegiatan IS ID STR SD SS Total 1. Reproduktif 2,6 43,6 46,1 7,7 - 100 • Pekerjaan Rumahtangga 7,7 92,3 - - - 100 • Kesehatan anggota RT - 23,1 69,2 7,7 - 100 • Pendidikan Anak - 15,4 69,2 15,4 - 100 2. Produktif 48,1 38,5 1,9 9,6 1,9 100 • Proses Produksi 69,2 30,8 - - - 100 • Pemasaran 53,9 30,8 7,7 - - 100 • Pengelolaan Keuangan 23,1 53,9 - 23,1 - 100 • Pengelolaan Usaha 46,1 38,5 - 15,4 - 100 3. Sosial Kemasyarakatan 30,8 21,5 30,8 16,9 - 100 • Upacara Adat - 15,4 84,6 - - 100 • Pengajian - 38,5 61,5 - - 100 • Gotongroyong - 7,7 7,7 84,6 - 100 • Arisan 61,5 38,5 - - - 100 • Posyandu 92,3 7,7 - - - 100 Ket: 1. IS Isteri Sendiri, ID Isteri Dominan, STR Setara, SD Suami Dominan, SS Suami Sendiri 2. Tanda kurung adalah rataan dari ketiga jenis kegiatan reproduktif pekerjaaan rumahtangga, kesehatan anggota rumahtangga, pendidikan anak, kegiatan produktif proses produksi, pemasaran, pengelolaan keuangan, pengelolaan usaha dan kegiatan sosial kemasyarakatan upacara adat, pengajian, gotongroyng, arisan, posyandu ”Kalau saya, untuk urusan apapun dalam rumah ini, itu tergantung saya. Suami tidak mau tahu. Suami saya hanya sibuk dengan kegiatannya yang sering duduk-duduk di warung setelah pulang dari sawah.”Zai ”Kalau urusan pendidikan anak, suami saya lebih peduli. Meskipun anak saya masih kecil. Karena suami saya pendidikannya hanya sampai SD. Jadi dia khawatir kalau anaknya nantinya seperti dia” Lasmiati ”Kalau saya, untuk urusan apapun dalam rumah ini, itu tergantung saya. Suami tidak mau tahu. Suami saya hanya sibuk dengan kegiatannya yang sering duduk-duduk di warung setelah pulang dari sawah.”Zai Pengambilan keputusan secara keseluruhan pada kegiatan produktif adalah 48,1 persen dilakukan oleh isteri sendiri, secara bersama dengan isteri lebih dominan 38,5, bersama dan setara 1,9, bersama dengan suami lebih dominan 9,6 dan oleh suami sendiri 1,9. Jika dilihat untuk masing-masing bidang pengambilan keputusan pada kegiatan produktif maka pengambilan keputusan untuk proses produksi lebih banyak 69,2 dilakukan oleh isteri sendiri. Pengambilan keputusan untuk kegiatan pemasaran lebih banyak 53,9 dilakukan oleh isteri sendiri. Pengambilan keputusan untuk kegiatan pengelolaan keuangan lebih banyak 53,9 dilakukan secara bersama dengan isteri lebih dominan. Kemudian untuk kegiatan pengelolaaan usaha, pengambilan keputusan lebih banyak 46,1 dilakukan oleh isteri sendiri. Berdasarkan Tabel 17. tersebut dapat dilihat bahwa dalam mengambil keputusan mengenai pengelolaan keuangan hasil penjualan mukena bordir dan pengelolaan usaha, perempuan pengusaha melibatkan suami mereka. Ini tergambar dari pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama meskipun dengan isteri lebih dominan, namun juga terdapat pengambilan keputusan dengan suami lebih dominan. Peran suami ini terlihat besar pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan urusan “luar pabrik” seperti pengelolaan keuangan dan pengelolaan usaha. Pengambilan keputusan secara keseluruhan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan adalah 30,8 persen dilakukan oleh isteri sendiri, bersama dengan isteri lebih dominan 21,5, bersama dan setara 30,8 dan bersama dengan suami lebih dominan 16,9. Pengambilan keputusan untuk kegiatan upacara adat selamatankematian dan pengajian majlis taklim dilakukan secara bersama dan setara antara suami dan isteri. Suami lebih dominan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan gotongroyong, sedangkan isteri lebih dominan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dngan arisan dan posyandu. Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan yang dianggap oleh masyarakat merupakan kegiatan yang ”biasa dilakukan oleh perempuan” maka pengambilan keputusannya pun lebih banyak dilakukan oleh isteri seperti pada kegiatan arisan dan posyandu. Sedangkan untuk kegiatan yang dianggap ”biasa dilakukan oleh laki-laki” maka pengambilan keputusan lebih banyak dilakukan oleh suami seperti pada kegiatan gotongroyong.

6.2 Hubungan Kepemilikan Usaha dan Kontribusi Pendapatan

Perempuan dengan Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif, dan Sosial Kemasyarakatan Tabel 18. Hubungan Kepemilikan Usaha dengan Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Pengambilan Keputusan Kepemilikan Usaha Jenis Kegiatan Tinggi Rendah Total Reproduktif 68,8 31,2 100 Produktif 93,8 6,2 100 Milik Sendiri n=8 Sosial Kemasyarakatan 67,5 32,5 100 Reproduktif 70,0 30,0 100 Produktif 77,5 22,5 100 Milik Bersama n=5 Sosial Kemasyarakatan 68,0 32,0 100 Berdasarkan kepemilikan modal awal usaha, pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif relatif tidak berbeda antara usaha milik sendiri dan usaha milik bersama. Skor pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif pada usaha milik sendiri dan usaha milik bersama adalah tinggi. Artinya adalah pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif lebih banyak dilakukan oleh perempuan pengusaha. Peran suami dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif terlihat besar pada kegiatan seperti layanan kesehatan anggota rumahtangga dan pendidikan anak. Pengambilan keputusan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan pada usaha milik sendiri dan usaha milik bersama juga relatif sama yaitu lebih banyak dilakukan oleh perempuan pengusaha terutama pada kegiatan arisan, posyandu dan pengajian Peran suami dalam pengambilan keputusan kegiatan sosial kemasyarakatan baik pada usaha milik sendiri maupun usaha milik bersama terlihat pada kegiatan gotongroyong, sedangkan untuk kegiatan upacara adat, pengambilan keputusan terlihat setara antara isteri dengan suami. Pengambilan keputusan untuk ketiga jenis kegiatan terlihat lebih tinggi isteri sendiri dan isteri dominan pada usaha milik sendiri. Pengambilan keputusan untuk kegiatan produktif industri bordir, lebih tinggi pada usaha milik sendiri dibandingkan dengan usaha milik bersama yaitu 93,8 persen berbanding 77,5 persen. Hal ini terjadi karena yang menjalankan usaha industri bordir adalah isteri. Artinya adalah perempuan pengusaha pada industri bordir yang berasal dari usaha milik sendiri lebih mempunyai kebebasan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan usahanya dibandingkan perempuan pengusaha dari usaha milik bersama. Pengambilan keputusan yang melibatkan suami dalam kegiatan