Hubungan Kepemilikan Usaha dan Kontribusi Pendapatan

Berdasarkan kepemilikan modal awal usaha, pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif relatif tidak berbeda antara usaha milik sendiri dan usaha milik bersama. Skor pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif pada usaha milik sendiri dan usaha milik bersama adalah tinggi. Artinya adalah pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif lebih banyak dilakukan oleh perempuan pengusaha. Peran suami dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif terlihat besar pada kegiatan seperti layanan kesehatan anggota rumahtangga dan pendidikan anak. Pengambilan keputusan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan pada usaha milik sendiri dan usaha milik bersama juga relatif sama yaitu lebih banyak dilakukan oleh perempuan pengusaha terutama pada kegiatan arisan, posyandu dan pengajian Peran suami dalam pengambilan keputusan kegiatan sosial kemasyarakatan baik pada usaha milik sendiri maupun usaha milik bersama terlihat pada kegiatan gotongroyong, sedangkan untuk kegiatan upacara adat, pengambilan keputusan terlihat setara antara isteri dengan suami. Pengambilan keputusan untuk ketiga jenis kegiatan terlihat lebih tinggi isteri sendiri dan isteri dominan pada usaha milik sendiri. Pengambilan keputusan untuk kegiatan produktif industri bordir, lebih tinggi pada usaha milik sendiri dibandingkan dengan usaha milik bersama yaitu 93,8 persen berbanding 77,5 persen. Hal ini terjadi karena yang menjalankan usaha industri bordir adalah isteri. Artinya adalah perempuan pengusaha pada industri bordir yang berasal dari usaha milik sendiri lebih mempunyai kebebasan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan usahanya dibandingkan perempuan pengusaha dari usaha milik bersama. Pengambilan keputusan yang melibatkan suami dalam kegiatan produktif terlihat pada kegiatan pengelolaaan keuangan baik pada usaha milik sendiri maupun pada usaha milik bersama. Namun, perempuan pengusaha dari usaha milik sendiri lebih mempunyai kebebasan dalam pengelolaan keuangan jika dibandingkan dengan perempuan pengusaha dari usaha milik bersama. Pada usaha milik bersama, perempuan pengusaha tetap membutuhkan pendapat dari suami mereka untuk mengambil keputusan karena usaha tersebut merupakan usaha milik mereka berdua. Tabel 19. Hubungan Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha dengan Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Pengambilan Keputusan Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha Jenis Kegiatan Tinggi Rendah Total Reproduktif 72,9 27,1 100 Produktif 94,7 5,3 100 Besar n=7 Sosial Kemasyarakatan 79,0 21,0 100 Reproduktif 82,6 17,4 100 Produktif 97,1 2,9 100 Kecil n=6 Sosial Kemasyarakatan 78,6 21,4 100 Secara keseluruhan, pengambilan keputusan tinggi yaitu dilakukan oleh isteri isteri sendiri dan isteri dominan baik pada kelompok perempuan pengusaha dengan kontribusi pendapatan besar maupun pada kelompok perempuan pengusaha dengan kontribsi pendapatan kecil. Jika membandingkan antara kelompok kontribusi pendapatan perempuan, maka pengambilan keputusan oleh perempuan lebih besar pada rumahtangga dengan kontribusi pendapatan perempuan kecil. Pada kegiatan produktif industri bordir, pengambilan keputusan oleh perempuan sendiri, dominan lebih besar pada rumahtangga dengan kontribusi pendapatan perempuan kecil dibanding rumahtangga dengan kontribusi pendapatan perempuan besar yaitu 97,1 persen berbanding 94,7 persen. Perempuan pengusaha dengan kontribusi pendapatan kecil lebih mempunyai kebebasan mengambil keputusan yang berkaitan dengan usahanya. Perempuan dengan kontribusi pendapatan besar, lebih banyak mendiskusikan dengan suami ketika mengambil keputusan yang berkaitan dengan usahanya, terutama dalam pengelolaan keuangan dan pengelolaan usaha. Menurut seorang perempuan pengusaha dengan kontribusi pendapatan besar, pada awal usaha kerajinan bordir yang dijalankan belum berkembang, suami belum terlalu ikut campur dalam masalah pengelolaan keuangan. Namun, ketika usaha tersebut mulai berkembang dan memberikan keuntungan yang besar, suami mulai memberikan bantuan dalam mengelola keuangan. Pengambilan keputusan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan relatif tidak berbeda antara rumahtangga dengan kontribusi pendapatan perempuan besar dan rumahtanggga dengan kontribusi pendapatan kecil. Artinya adalah untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, perempuan lebih banyak mengambil keputusan daripada suami. Namun, peran suami dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif dan sosial kemasyarakatan tidak dapat diabaikan begitu saja baik pada industri dengan kontribusi pendapatan besar dan kontribusi pendapatan kecil. Hal ini terlihat pengambilan keputusan yang dilakukan suami pada kegiatan reproduktif dan sosial kemasyarakatan terlihat lebih tinggi daripada pengambilan keputusan untuk kegiatan produktif. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan usia, perempuan pengusaha pada industri bordir dibedakan menjadi perempuan pengusaha dengan umur 33 tahun dan ≥ 33 tahun. Tingkat pendidikan perempuan pengusaha adalah SD, SMP, dan SMAPerguruan Tinggi. Berdasarkan tingkat pendidikan, pengusaha dari kelompok usia muda memilik tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada kelompok usia tua. Sebagian besar 55 perempuan pengusaha industri bordir bersuamikan pedagang. Ada tidaknya anak balita dalam rumahtangga tidak berbeda nyata antara kelompok usia muda dengan kelompok usia tua. Keterampilan membordir diperoleh perempuan pengusaha dari orang tuatemanpengusaha lainnya dan ada juga yang memperoleh keterampilan membordir dengan sengaja mengikuti magangkursus membordir pada lembaga pendidikan tertentu. Median pendapatan perempuan pengusaha dari industri bordir adalah 2.240.000bulan. Kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadadp pendapatan rumahtangga berkisar antara 42,9 persen hinggga 90,9 persen dengan median 68,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa industri bordir yang dilakukan perempuan mempunyai andil yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga. Dari 13 orang pengusaha kerajinan bordir, terdapat lima orang perempuan pengusaha dengan modal awal usaha berasal dari suami dan isteri, satu orang menjalankan usahanya selama 4 tahun dan empat orang lainnya telah menjalankan usaha selama ≥ 4 tahun. Terdapat delapan orang perempuan pengusaha dengan modal awal usaha adalah usaha milik sendiri, lima orang diantaranya telah menjalankan usaha selama 4 tahun dan tiga orang lainnya telah menjalankan usaha selama ≥ 4 tahun. Seluruh tenaga kerja yang bekerja pada usaha kerajinan bordir adalah perempuan. Besar upah dibedakan berdasarkan tingkat kesulitan dan lamanya waktu mengerjakan berkisar antara Rp. 25.000,0 sampai Rp. 30.000,0 per lembar. Semakin sulit dan semakin lama waktu mengerjakan semakin besar upah yang diberikan. Semakin rapi pekerjaannya semakin besar upah yang diterima pekerja. Kemajuan usaha dilihat dari rata-rata peningkatan jumlah tenaga kerja di awal usaha dan saat ini, serta rata-rata peningkatan jumlah kepemilikan mesin di awal usaha dan saat ini. Pada usaha milik sendiri dengan lama usaha ≥ 4 mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam hal peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal ini bisa disebabkan oleh perempuan pengusaha mempunyai kebebasan dalam menentukan penerimaan tenaga kerja. Usaha milik bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun, mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam hal jumlah kepemilikan mesin. Pada kegiatan reproduktif menunjukkan perempuan masih menjadi pelaku utama 62,4. Suami membantu dalam kegiatan layanan kesehatan anggota rumahtangga dan pendidikan anak. Kerabat perempuan dan tenaga kerja upahan dilibatkan dalam kegiatan pekerjaan rumahtangga memasak, mencuci, pengasuhan anak. Pada kegiatan produktif industri bordir kegiatan lebih banyak dilakukan oleh perempuan pengusaha sendiri 64,7, suami 24,4 dan pekerja upahan