Karakteristik dan Perkembangan Industri Bordir

membordir. Keterampilan membordir diperoleh dari orangtuatemanpengusaha lainnya dan ada juga yang memperoleh keterampilan membordir dengan sengaja mengikuti magangkursus membordir pada lembaga pendidikan tertentu. Perempuan pengusaha yang berusia lebih dari 50 tahun 15,4 tidak mempunyai keterampilan membordir, mereka hanya menyediakan modal usaha, tempat usaha dan alat-alat produksi lainnya. Keterampilan berusaha mereka peroleh sejalan dengan perkembangan usaha yang mereka tekuni. Pada awalnya mereka hanya melihat dari pengusaha lainnya yang telah lebih dulu berusaha sebagai pengusaha bordir. Berdasarkan kepemilikan modal awal usaha, industri bordir dibagi menjadi usaha milik sendiri dan usaha milik bersama. Industri bordir mukena milik bersama yang ada di Nagari Ulakan Tapakis maksudnya adalah pada awal memulai usaha, modal berasal dari uang suami ditambah dengan uang yang berasal dari isteri. Namun dalam perkembangan usahanya, modal tersebut tidak dikembalikan lagi kepada suaminya. Bahkan penambahan modal terhadap usaha berasal dari uang isteri yang diperoleh dari usaha bordir yang mereka jalankan. Seperti yang dikemukan oleh pengusaha berikut ini: Usaha milik sendiri maksudnya adalah pada saat memulai industri bordir, modal awal berasal dari uang milik isteri sendiri. Dalam perkembangan usahanya, penambahan modal pun tetap berasal dari isteri sendiri yang diperolehnya dari ”Modal awal untuk membeli mesin bordir, kain, benang dan peralatan lainnya,saya meminta uang dari suami. Tapi suami saya tidak meminta uangnya dikembalikan lagi.”Ags usaha kerajinan bordir yang telah dijalankannya. Seperti yang dikemukakan oleh pengusaha berikut ini: Tabel 7. Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir Berdasarkan Kepemilikan Usaha dan Lama Usaha di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Jumlah Pengusaha Kepemilikan Usaha Lama Usaha 4 Tahun ≥ 4 Tahun Milik Bersama n=5 1 4 Milik Sendiri n=8 5 3 Keterangan: Persentase dihitung terhadap masing-masing karakteristik pengusaha. Dari 13 orang pengusaha kerajinan bordir, terdapat lima orang perempuan pengusaha dengan status kepemilikan modal awal usaha adalah usaha milik bersama dengan suami, satu orang diantaranya telah menjalankan usahanya selama 4 tahun dan empat orang lainnya telah menjalankan usaha selama ≥ 4 tahun. Terdapat delapan orang perempuan pengusaha dengan status kepemilikan modal awal usaha adalah usaha milik sendiri, lima orang diantaranya telah menjalankan usaha selama 4 tahun dan tiga orang lainnya telah menjalankan usaha selama ≥ 4 tahun. Keseluruhan tenaga kerja yang bekerja sebagai pengrajin mukena bordir adalah perempuan. Menurut para pengusaha, tenaga kerja perempuan lebih rajin, rapi, bersih, teliti, sabar dan tidak banyak mengeluh. Tenaga kerja yang bekerja pada industri kerajinan bordir terdiri dari tenaga kerja dalam pabrik dan tenaga kerja yang berasal dari luar pabrik. Tenaga kerja “Modal awal untuk memulai usaha kerajinan bordir ini, dari saya sendiri. Uang tersebut saya gunakan untuk membeli 4 buah mesin bordir, kain, benang, jarum,minyak mesin dll”St dalam pabrik yaitu tenaga kerja yang bekerja dalam lokasi usaha. Tenaga kerja ini bisa saja membawa pekerjaannya ke rumah masing-masing dengan meminjam mesin dari pengusaha. Hal ini diperbolehkan oleh pengusaha karena pada umumnya mereka adalah perempuan yang telah menikah dan mempunyai anak- anak yang masih kecil. Dengan demikian mereka tetap bisa mengerjakan pekerjaannya tanpa meninggalkan tugas mereka untuk mengurus pekerjaan rumahtangga. Kemudian tenaga kerja luar pabrik yaitu tenaga kerja yang tidak bekerja di lokasi usaha dan mereka mempunyai mesin bordir sendiri. Tenaga kerja ini tidak hanya menerima pekerjaan dari satu orang pengusaha saja, tetapi mereka bisa saja mengambil pekerjaan dari beberapa orang pengusaha. Di samping itu terdapat tenaga kerja lepas, biasanya mereka adalah ibu-ibu rumahtangga di sekitar lokasi usaha. Tenaga kerja ini mengerjakan pekerjaan yang ringan seperti mencuci dan menyetrika mukena yang telah jadi. Tabel 8. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Bordir di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Jumlah Tenaga Kerja Orang Kepemilikan Usaha Lama Usaha tahun Dalam Pabrik Luar Pabrik Tenaga Kerja Lepas Total 4 n=5 3,6 9,0 0,8 13,4 Milik Sendiri n=8 ≥ 4 n=3 14,3 14,7 1,7 30,7 4 n=1 20,0 1,0 1,0 22,0 Milik Bersama n=5 ≥ 4 n=4 21,0 8,5 2,5 32,0 Rata-rata jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri kerajinan bordir milik sendiri dengan lama usaha 4 tahun adalah sekitar 13 orang yang terdiri dari tenaga kerja dalam pabrik 4 orang, tenaga kerja luar pabrik 9 orang dan tenaga kerja lepas 1 orang. Usaha milik sendiri dengan lama usaha ≥ 4 tahun, memiliki rata-rata tenaga kerja sekitar 31 orang yang terdiri dari tenaga kerja dalam pabrik 14 orang, tenaga kerja luar pabrik 15 orang dan tenaga kerja lepas 2 orang. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri kerajinan bordir milik bersama dengan lama usaha 4 tahun adalah 22 orang yang terdiri dari tenaga kerja dalam pabrik 20 orang, tenaga kerja luar pabrik 1 orang dan tenaga kerja lepas 1 orang. Usaha milik bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun memiliki rata-rata jumlah tenaga kerja 32 orang yang terdiri dari tenaga kerja dalam pabrik 21 orang, sekitar sembilan orang tenaga kerja luar pabrik dan sekitar tiga orang tenaga kerja lepas. Perkembangan atau kemajuan industri bordir yang ada di Nagari Ulakan dilihat dari rata-rata jumlah tenaga kerja pada saat memulai usaha dan rata-rata jumlah tenaga kerja yang ada sekarang. Tabel 9. Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir Berdasarkan Status Kepemilikan Usaha, Lama Usaha dan Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Kepemilikan Usaha Lama Usaha Thn Rata-rata ∑ TK Awal Usaha orang Rata-rata ∑ TK Sekarang orang Peningkatan Rata-rata ∑ TK 4 n=5 2,4 13,4 558,3 Milik Sendiri n=8 ≥ 4 n=3 2,3 30,7 1334,8 4 n=1 8,0 22,0 275,0 Milik Bersama n=5 ≥ 4 n=4 3,3 32,0 969,7 Persentase peningkatan rata-rata jumlah tenaga kerja pada usaha milik sendiri dengan lama usaha 4 tahun adalah 558,3 persen sedangkan pada usaha milik sendiri dengan lama usaha ≥ 4 tahun adalah 1334,8 persen. Sementara itu pada usaha milik bersama dengan lama usaha 4 tahun persentase peningkatan rata-rata jumlah tenaga kerjanya adalah sebesar 275 persen sedangkan pada usaha milik bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun adalah 969,7 persen. Jika dilihat dari persentase peningkatan rata-rata jumlah tenaga kerja di awal usaha dan saat ini, maka usaha milik sendiri ≥ 4 tahun lebih besar daripada usaha milik sendiri 4 tahun. Begitu juga dengan usaha milik bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun persentase peningkatan rata-rata jumlah tenaga kerja di awal usaha dan saat ini, lebih besar daripada 4 tahun. Semakin lama usaha maka persentase peningkatan rata-rata jumlah tenaga kerja semakin besar. Sehingga secara keseluruhan, usaha milik sendiri dengan lama usaha ≥ 4 mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam hal peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal ini bisa disebabkan oleh perempuan pengusaha mempunyai kebebasan dalam menentukan penerimaan tenaga kerja. Selain dilihat dari jumlah tenaga kerja, kemajuan usaha juga dapat dilihat dari jumlah kepemilikan mesin bordir pada saat memulai usaha dan kepemilikan mesin bordir saat ini. Tabel 10. Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir Berdasarkan Rata-rata Jumlah Kepemilikan Mesin di Nagari Ulakan, Tahun 2007. Kepemilikan Usaha Lama Usaha Thn Rata-rata ∑ Mesin di Awal Usaha Rata-rata ∑ Mesin Sekarang Peningkatan ∑ Mesin 4 n=5 2,4 3,6 150,0 Milik Sendiri n=8 ≥ 4 n=3 2,3 14,3 621,7 4 n=1 8,0 20,0 250,0 Milik Bersama n=5 ≥ 4 n=4 3,3 21,0 636,4 Berdasarkan kepemilikan mesin, usaha milik sendiri dengan lama usaha 4 tahun, persentase peningkatan rata-rata jumlah kepemilikan mesin adalah 150 persen sedangkan pada usaha milik sendiri dengan lama usaha ≥ 4 tahun, persentase peningkatan rata-rata jumlah kepemilikan mesin adalah 621,7 persen. Kemudian usaha milik bersama dengan lama usaha 4 tahun persentase peningkatan rata-rata jumlah mesin adalah 250 persen sedangkan usaha bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun, persentase peningkatan jumlah mesin adalah 636,4 persen. Jika dilihat dari persentase peningkatan rata-rata jumlah kepemilikan mesin di awal usaha dan saat ini, maka usaha milik sendiri dengan lama usaha ≥ 4 tahun lebih besar daripada usaha milik sendiri 4 tahun. Sama halnya pada usaha milik bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun, persentase peningkatan rata-rata jumlah mesin di awal usaha dan saat ini lebih besar daripada usaha milik bersama dengan lama usaha 4 tahun. Semakin lama usaha, semakin tinggi persentase peningkatan rata-rata jumlah mesin. Dapat disimpulkan bahwa usaha milik bersama dengan lama usaha ≥ 4 tahun, mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam hal jumlah kepemilikan mesin. Semua tempat usaha kerajinan bordir pabrik berada dekat dengan rumah tempat tinggal dari perempuan pengusaha. Bahkan ada yang menjadikan rumahnya sebagai tempat usaha. Tempat usaha dibuat berdekatan dengan tempat tinggal pengusaha dengan alasan agar mereka dapat menjalankan usahanya tanpa meninggalkan pekerjaan rumahtangganya.

5.3 Pelaku Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan

pada Rumahtangga Industri Bordir 5.3.1 Kegiatan Reproduktif Meskipun perempuan pengusaha memiliki kesibukan dalan menjalankan usahanya, mereka tetap melakukan kegiatan dalam mengurus rumahtangganya. Sebagian besar kegiatan rumahtangga 75,6 dilakukan oleh perempuan sendiri. Tabel 11. Pelaku Kegiatan Reproduktif dalam Rumahtangga Perempuan Pengusaha Industri Bordir Di Nagari Ulakan, Tahun 2007 Pelaku Jenis Kegiatan Sendiri Suami Kerabat PrLk Pekerja Upahan 1. Mengurus Rumahtangga 75,6 6,4 10,3 7,7 ¾ Memasak 73,1 3,9 7,7 15,3 ¾ Mencuci 69,2 3,9 19,2 7,7 ¾ Pengasuhan Anak 84,6 11,5 3,9 - 2. Layanan Kesehatan Anggota Rumahtangga 61,5 38,5 - - 3. Pendidikan Anak 50,0 50,0 - - Total Kegiatan Reproduktif 62,4 37,6 10,3 7,7 Keterangan : tanda kurung adalah rataan dari ketiga kegiatan mengurus rumahtangga masak, mencuci, anak Sebagian kecil dilakukan oleh anggota rumahtangga lainnya yaitu suami 6,4, kerabat perempuan 10,3 dan pekerja upahan 77,7. Pekerja upahan biasanya adalah anak-anak jahit yang tinggal satu rumah dengan perempuan pengusaha. Agar kegiatan mereka dalam mengurus rumahtangga tidak terganggu, lokasi usaha dibuat berdekatan dengan rumah tempat tinggal pengusaha. Bahkan ada yang menjadikan rumah tinggalnya sebagai lokasi usaha. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa perempuan pengusaha sebagai berikut: Dalam hal kegiatan layanan kesehatan anggota rumahtangga, 61,5 persen perempuan melakukan sendiri. Dalam hal kegiatan pendidikan anak, dibagi dua sama besar antara isteri dan suami 50. Rataan untuk seluruh kegiatan reproduktif pada menunjukkan perempuan masih menjadi pelaku utama kegiatan reproduktif 62,4.

5.3.2 Kegiatan Produktif Industri Bordir

Kegiatan berkait dengan proses produksi, sebanyak 47,3 persen dilakukan oleh perempuan sendiri, 5 persen dilakukan oleh suami dan 47,3 persen dilakukan oleh tenaga kerja upahan. Dalam proses produksi perempuan pengusaha dibantu oleh suami apabila usaha adalah milik bersama. Kegiatan-kegiatan yang berkait dengan pemasaran produk mukena bordir, sebanyak 76,9 persen rumahtangga, menyatakan dilakukan sendiri oleh perempuan pengusaha dan dilakukan oleh suami sebanyak 23,1 persen. Terdapat 65,4 persen rumahtangga yang menyatakan bahwa untuk kegiatan pengelolaan keuangan dilakukan oleh perempuan pengusaha sendiri dan 34,6 persen rumahtangga menyatakan suami yang mengelola keuangan. Kemudian sebanyak ”Anak tetap saya yang urus, karena tempat usaha gabung sama rumah tinggal, tapi kalau kerjaan rumah saya dibantu sama anak jahit yang tinggal di rumah saya” Las, 25 thn ”Kalau pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah tetap saya yang mengerjakannya. Tapi kalau anak saya yang masih kecil saya titip sama ibu saya yang tinggal di sebelah rumah” Ers, 37 thn