Karakteristik Perempuan Pengusaha Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat)

seorang pengusaha kerajinan bordir tidak mensyaratkan pendidikan formal yang tinggi, akan tetapi dalam usaha kerajinan bordir ini yang dibutuhkan adalah kemampuan dan keberanian untuk mengelola dan menanggung resiko pekerjaan. Pernyataan dari responden ini sejalan dengan hasil penelitian Pambudy 2003 yang menyatakan bahwa perempuan pengusaha harus bersedia memikul tanggung jawab dan berani mengambil resiko dan harus mampu mengambil keputusan ketika keadaan menuntut. Pekerjaan suami perempuan pengusaha dari kelompok usia muda adalah petani 40 dan pedagang 60. Perempuan pengusaha dari kelompok usia yang berusia lebih dari 33 tahun, pekerjaan suaminya adalah petani 37,5, pedagang 50 dan lainnya yaitu sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Tingkat II 12,5. Ada atau tidaknya anak balita dalam keluarga tidak bebeda nyata antara kelompok usia 33 tahun dengan kelompok usia ≥ 33 tahun. Pada kelompok perempuan pengusaha yang berusia 33 tahun, terdapat 80 persen pengusaha yang memiliki anak usia balita dan 20 persen pengusaha yang tidak memiliki anak usia balita. Kemudian pada kelompok perempuan pengusaha yang berusia ≥ 33 tahun, terdapat 62,5 persen pengusaha yang memiliki anak usia balita dan 37,5 persen pengusaha yang tidak memiliki anak usia balita.

5.2 Karakteristik dan Perkembangan Industri Bordir

Karakteristik industri bordir mukena adalah skala usaha, kepemilikan usaha dan lama usaha serta asal keterampilan membordir dan asal keterampilan berusaha. Hampir semua 84,6 perempuan pengusaha kerajinan bordir dapat membordir. Keterampilan membordir diperoleh dari orangtuatemanpengusaha lainnya dan ada juga yang memperoleh keterampilan membordir dengan sengaja mengikuti magangkursus membordir pada lembaga pendidikan tertentu. Perempuan pengusaha yang berusia lebih dari 50 tahun 15,4 tidak mempunyai keterampilan membordir, mereka hanya menyediakan modal usaha, tempat usaha dan alat-alat produksi lainnya. Keterampilan berusaha mereka peroleh sejalan dengan perkembangan usaha yang mereka tekuni. Pada awalnya mereka hanya melihat dari pengusaha lainnya yang telah lebih dulu berusaha sebagai pengusaha bordir. Berdasarkan kepemilikan modal awal usaha, industri bordir dibagi menjadi usaha milik sendiri dan usaha milik bersama. Industri bordir mukena milik bersama yang ada di Nagari Ulakan Tapakis maksudnya adalah pada awal memulai usaha, modal berasal dari uang suami ditambah dengan uang yang berasal dari isteri. Namun dalam perkembangan usahanya, modal tersebut tidak dikembalikan lagi kepada suaminya. Bahkan penambahan modal terhadap usaha berasal dari uang isteri yang diperoleh dari usaha bordir yang mereka jalankan. Seperti yang dikemukan oleh pengusaha berikut ini: Usaha milik sendiri maksudnya adalah pada saat memulai industri bordir, modal awal berasal dari uang milik isteri sendiri. Dalam perkembangan usahanya, penambahan modal pun tetap berasal dari isteri sendiri yang diperolehnya dari ”Modal awal untuk membeli mesin bordir, kain, benang dan peralatan lainnya,saya meminta uang dari suami. Tapi suami saya tidak meminta uangnya dikembalikan lagi.”Ags