Pembahasan tentang perubahan kualitas keripik sukun karena Pembahasan tentang lama fermentasi yang efektif untuk memperoleh

B. Pembahasan Hasil Analisis

Pada sub bab ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil uji inderawi, pembahasan hasil uji kandungan kimiawi dan pembahasan hasil uji kesukaan.

1. Pembahasan tentang perubahan kualitas keripik sukun karena

inovasi pengolahan menggunakan teknik fermentasi Berdasarkan hasil analisis uji inderawi oleh 11 panelis agak terlatih dan setelah dianalisis menggunakan statistik anova dua jalur menunjukkan bahwa inovasi pengolahan keripik sukun menggunakan teknik fermentasi relatif sama kemampuannya dalam memperbaiki kualitas keripik sukun. Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai signifikan jika dilihat secara bersama – sama interaksi pada kedua sumber menunjukkan bahwa lebih besar dari 0,05. Dengan demikian jawaban atas hipotesis H o diterima, H a ditolak karena perbedaan lama fermentasi dan pH yang bervariasi tersebut secara nyata relatif sama dalam memperbaiki kualitas yang ada pada keripik sukun

2. Pembahasan tentang lama fermentasi yang efektif untuk memperoleh

tekstur keripik sukun yang tidak keras. Buah sukun mengandung karbohidrat yang tinggi, khususnya pati starch. Menurut Loekmonohadi 2011: 31 pati merupakan polisakarida yang berfungsi sebagai sumber energi yang terdiri dari persenyawaan amilosa dan amilopektin. Kandungan amilose dan amilopektin akan mempengaruhi sifat bahan makanan. Bahan makanan yang memiliki kandungan amilopektin kecil maka ketika dimasak akan menyebabkan “pera” atau “bera” sedangkan apabila kandungan amilopektinnya lebih banyak maka makanan tersebut menjadi pulen ketika dimasak tetapi apabila digoreng akan menyebabkan tekstur menjadi keras. Kandungan amilopektin inilah yang akan diubah oleh mikroorganisme dalam suatu proses fermentasi dengan media nira siwalan. Pada penelitian ini terjadi proses fermentasi karbohidrat. Kandungan amilopektin yang tinggi pada buah sukun akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu monosakarida oleh mikroorganisme dari kelompok kapang seperti Amylomyces Rouxxi, Mucor Sp dan Rhyzophus Sp . Senyawa monosakarida kemudian akan diubah menjadi alkohol atau asam organik misalnya asam laktat. Pada proses perubahan monosakarida menjadi alkohol akan dibantu oleh khamir Sacharomyces Ceraviceae . Khamir ini akan memproduksi alkohol dari gula dalam bahan dasar. Gula selain akan digunakan untuk memproduksi alkohol juga akan dipecah menjadi asam organik misalnya asam laktat oleh bakteri asam laktat khususnya Lactobasilus Lactic. Proses fermentasi inilah yang akan menjadikan perubahan pada tekstur sukun yang semula keras saat digoreng karena terdapat kandungan amilopektin akan menjadi renyah karena proses pemecahan amilopektin. Kerenyahan pada keripik juga akan mempengaruhi keempukan dan kegetasan pada keripik tersebut. Pada keripik yang kerenyahannya baik, maka tekstur keempukan dan kegetasan menjadi baik pula. Berdasarkan hasil analisis uji inderawi oleh 11 panelis agak terlatih dan setelah dianalisis menggunakan statistik anova dua jalur menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan tekstur keripik sukun pada lama fermentasi 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari dan 21 hari. Pada sumber variasi lama fermentasi aspek tekstur kerenyahan, keempukan dan kegetasan menunjukkan nilai signifikansi 0,05. Hal ini berarti lama fermentasi memiliki kemampuan yang relatif sama untuk memperoleh tekstur keripik sukun yang tidak keras. Proses fermentasi tersebut sudah barang tentu membutuhkan waktu yang optimum, sehingga dapat efektif dan efisien dalam penggunaannya. Lama fermentasi yang efektif untuk memperoleh keripik sukun yang tidak keras adalah lama fementasi 9 hari karena semakin singkat waktu yang dibutuhkan dalam teknik fermentasi akan semakin efektif.

3. Pembahasan tentang pH yang efektif untuk memperoleh tekstur