6
berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan aktif pembuatan biofertilizer. Biofertilizer dengan bahan aktif Mycobacterium senegalense LR73
merupakan biofertilizer jenis baru, karena belum ada produk biofertilizer dengan bahan aktif jenis bakteri tersebut.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada peningkatan produksi gula dan efisiensi penyerapan hara tanaman sorgum manis oleh fungi mikoriza arbuskular FMA
yang berasosiasi dengan rizobakteri. Tahap pertama riset ini adalah mengisolasi FMA dan rizobakteri dari rizosfir tanaman rumput-rumputan Gramineae yang
merupakan tanaman satu keluarga dengan sorgum manis, seperti tanaman padi dan jagung. Seleksi terhadap isolat FMA dan rizobakteri dilakukan untuk mendapatkan
isolat-isolat yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan klorofil daun sorgum manis. Isolat FMA dan rizobakteri terseleksi selanjutnya dikarakterisasi
dan diidentifikasi secara biokimia dan molekuler. Kedua, mengkaji interaksi kedua mikrob tersebut dalam meningkatkan produksi gula batang sorgum manis.
Peningkatan pertumbuhan dan produksi gula batang sorgum manis dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya adanya penambatan N
2
, pelarutan fosfat dan produksi fitohormon. Disamping itu, peningkatan produksi gula batang sorgum
manis berkaitan erat dengan peningkatan proses fotosintesis yang terjadi pada klorofil daun sorgum manis, sehingga pengukuran kandungan klorofil serta
parameter yang berhubungan dengan proses fotosintesis seperti asimilasi karbon, konsentrasi CO
2
interseluler dan konduktansi stomata dilakukan pada tahap perkembangan tertentu tanaman sorgum manis tersebut. Tahapan terakhir adalah
mengkaji sejauhmana interaksi FMA dan rizobakteri dalam meningkatkan efisiensi penyerapan hara pada budidaya sorgum manis di lahan marjinal. Tahapan dan
luaran penelitian disajikan pada Gambar 1.1. Data-data penelitian dianalisis dengan analisis keragaman terhadap peubah yang diamati. Jika terdapat pengaruh yang
nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui besarnya perbedaan rata-rata antar perlakuan.
7
Gambar 1.1 Tahapan dan luaran penelitian
TAHAP I
Isolasi, seleksi, karakterisasi dan
Identifikasi FMA dan rizobakteri
TAHAP II
Peranan FMA dan rizobakteri dalam
meningkatkan proses fotosintesis dan
kandungan gula batang sorgum manis di rumah
kaca
TAHAP III :
Peranan FMA dan rizobakteri dalam
meningkatkan efisiensi penyerapan
hara sorgum manis di lahan
LUARAN
1. Isolat FMA dan rizobakteri yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan klorofil sorgum manis
2. Data hasil pengkajian peranan FMA dan rizobakteri dalam meningkatkan kandungan gula batang sorgum manis
3. Data hasil pengkajian peranan FMA dan rizobakteri dalam meningkatkan efisiensi penyerapan hara sorgum manis
4.
8
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prospek Pengembangan Sorgum Manis
Sorgum manis Sorghum bicolor L. Moench merupakan tanaman serealia yang memiliki manfaat yang cukup banyak, diantaranya bijinya dapat dijadikan
sebagai bahan pangan, batang dan daunnya sebagai pakan ternak, gula yang terkandung dalam biji atau nira batang dapat diproses menjadi bioetanol. Menurut
Reddy 2010, sebagai bahan pangan, sorgum manis menempati peringkat kelima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley. Biji sorgum manis yang
mengandung karbohidrat cukup tinggi sering digunakan sebagai bahan baku industri seperti industri beer, pati, gula cair sirup, jaggery semacam gula merah,
etanol, lem, cat, kertas, degradable plastics dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan beras, sorgum manis unggul dari segi kandungan mineral seperti Ca, Fe, P
dan kandungan vitamin B1-nya Beti et al. 1996. Sementara itu, Widowati et al. 2010 menyatakan bahwa kandungan gizi sorgum tidak kalah dengan beras.
Sorgum mengandung protein 8-12 setara dengan terigu atau lebih tinggi dari beras 6-10 dan kandungan lemaknya 2-6 lebih tinggi dibandingkan dengan
beras 0.5-1.5.
Kelemahan sorgum manis sebagai komoditas bahan pangan adalah sorgum mempunyai senyawa antigizi yang cukup banyak yaitu tanin Widowati et al.
2010. Tanin adalah senyawa polifenolitik yang dapat membentuk kompleks dengan protein maupun pati sehingga kedua komponen tersebut menjadi lebih sulit
dicerna Griffiths dan Moseley 1980; Mueller-Harvey et al. 1986. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun kandungan zat gizi protein dan karbohidrat
sorgum cukup tinggi, tetapi nilai gizinya relatif rendah.
Sebagai sumber bahan baku bioetanol, sorgum manis dapat dikonversi menjadi bahan bakar karena batangnya mengandung gula yang dapat difermentasi
menjadi bioetanol. Almodares dan Hadi 2009 menyatakan bahwa sorgum manis sebagai penghasil bioetanol memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman lain seperti tebu dan jagung. Sorgum manis juga menghasilkan etanol lebih tinggi dibandingkan jagung dan sorgum penghasil biji Smith dan Buxton 1993,
karena penggunaan karbohidrat yang tersimpan dalam batang sorgum manis dalam bentuk gula dengan konsentrasi 8-20 lebih menguntungkan daripada pati Rains
et al. 1990.
Bagi Indonesia sebagai negara agraris merupakan suatu peluang untuk mengembangkan komoditas tersebut di seluruh wilayah Indonesia. Terlebih lagi
dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi
alternatif sebagai pengganti BBM dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
Biofuel sebagai bahan bakar alternatif.