Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskular FMA

14 Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau terutama daun OKeefe 1988. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam proses fotosintesis Krause 2008. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut stroma. Stroma dibungkus oleh dua lapisan membran yang disebut tilakoid, dimana didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli. Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana kumpulan granum. Granum terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang OKeefe 1988. Pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa gula yang dibentuk di dalam stroma Prawirohartono 2005. Berbagai faktor telah dilaporkan mempengaruhi laju fotosintesis pada tanaman diantaranya faktor serapan hara Funnel-Haris et al. 2010; El-lattief 2011, kelembaban media tanamkandungan H 2 O Unlu dan Steduto 2000; Pinheiro dan Chaves 2011; Paul dan Foyer 2001; Goicoechaea et al. 1997 serta faktor lingkungan seperti konsentrasi CO 2 di udara, suhu udara serta intensitas cahaya matahari Higgins dan Scheiter 2012; Craven et al. 2011; Smith dan Dukes 2013. Faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi proses fotosintesis adalah ketersediaan hara tanaman sebagai prekursor bagi biosintesis organ-organ yang terlibat dalam proses tersebut, seperti protein, klorofil, molekul pembawa energi ATP, NADP, dan lain sebagainya Baker 2008; Wang et al. 2014. Pada proses fotosintesis, unsur fosfor berperan penting dalam biosintesis gula, aktivasi enzim Rubisco dan ketersediaan energi seperti ATP dan NADPH. Sementara itu, ketersedian unsur nitrogen merupakan salah satu faktor yang paling penting yang mempengaruhi fisiologi selular Lardon et al. 2009; Chen et al. 2011; Forde 2002. Ketidakseimbangan rasio antara karbon dan nitrogen juga mempengaruhi aktivitas metabolik dari enzim-enzim, tidak hanya dalam proses asimilasi nitrogen tetapi juga dalam kapasitas fotosintetik, akumulasi pati dan gula Ball et al. 1990. Disamping unsur P dan N, unsur K juga sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Ketersediaan unsur K mempengaruhi efisiensi penggunaan air, konduktansi stomata dan laju fotosintesis, Kanai et al. 2011; Gatward et al. 2012; Jin et al. 2011.

2.5 Efisiensi Penyerapan Hara

Efisiensi penyerapan hara dapat didefinisikan berdasarkan aspek agronomi, ekonomi dan lingkungan. Secara umum, semakin banyak hara yang diserap tanaman untuk meningkatkan hasil panen, maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Pelacakan sejauh mana hara yang dapat diserap tanaman dalam rangka meningkatkan produksi adalah komponen kunci untuk mengukur efisiensi penyerapan hara. Di tingkat petani, penggunaan pupuk kimia jauh melebihi dosis yang dianjurkan Kariyasa dan Yusdja 2005. Hal tersebut terjadi karena tingkat 15 kesuburan lahan semakin lama semakin menurun. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu lama dan dalam dosis yang berlebihan menyebabkan daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Pada umumnya tanah yang terlalu jenuh dengan bahan-bahan kimia yang berasal dari pemakaian pupuk kimia dan pestisida kimia menyebabkan tanah berkurang kemampuannya dalam mengikat hara-hara yang ditambahkan kemudian. Oleh karena itu, pemakaian pupuk kimia selanjutnya sudah tidak efisien karena sebagian besar pupuk kimia yang ditambahkan akan mudah tercuci bersama aliran air sebelum pupuk kimia tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pemakaian pupuk kimia secara intensif yang berkaitan dengan hilangnya hara yang ditambahkan dapat menyebabkan eutrofikasi badan-badan air, pengasaman tanah dan potensi pencemaran air oleh senyawa- senyawa nitrat. Bila hal tersebut dibiarkan, maka tanah, air dan lingkungan di sekitarnya akan mengalami penurunan kualitas dan hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia di sekitarnya. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah perlunya upaya untuk meningkatkan tingkat efisiensi pemakaian pupuk kimia, sehingga dengan pemakaian pupuk kimia secukupnya mampu mempertahankan tingkat produktivitas lahan dan tanaman Mikkelsen 2005; Liu et al. 2010; Abrol et al. 2012; Adesemoye dan Kloepper 2009; Altomare dan Tringovska 2011; Ardakani et al. 2011. Salah satu pendekatan dalam meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia pada budidaya sorgum manis di lahan dengan tingkat kesuburan rendah adalah pemanfaatan mikrob tanah seperti FMA dan rizobakteri. 16 3 METODE Penelitian ini terdiri dari tiga bagian penelitian yang satu sama lain saling terkait, yaitu : 1 isolasi, seleksi, karakterisasi dan identifikasi fungi mikoriza arbuskular FMA dan rizobakteri yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan klorofil tanaman sorgum manis; 2 peranan FMA dan rizobakteri dalam meningkatkan proses fotosintesis, pengambilan hara, pertumbuhan dan kandungan gula batang sorgum manis; dan 3 peranan FMA dan rizobakteri dalam meningkatkan efisiensi penyerapan hara sorgum manis yang ditanam di Lahan Puspiptek Serpong. 3.1 Isolasi, Seleksi, Karakterisasi dan Identifikasi FMA dan Rizobakteri 3.1.1 Bahan yang Digunakan Untuk isolasi FMA dan rizobakteri, sampel tanah diperoleh dari beberapa lokasi di Indonesia, yaitu Sulusuban Lampung Tengah, Deli Sumatera Utara, Malang Jawa Timur, Sukabumi Jawa Barat, Jember Jawa Timur dan Jasinga Bogor Jawa Barat. Sampel tanah diambil dari rizosfir tanaman sorgum manis varietas Numbu, RG54 dan Kawali, jagung varietas Lamuru dan padi varietas Ciherang. Untuk seleksi isolat FMA dan rizobakteri yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kandungan klorofil daun sorgum manis, media tanam yang digunakan adalah tanah ultisol yang diperoleh dari Gajrug, Desa Malangsari, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten. Sebagai campuran media tanam adalah pasir yang diperoleh dari sungai Cisadane, Cisauk, Tangerang, Banten. Berdasarkan analisis terhadap data yang diperoleh, tanah tersebut dapat diklasifikasikan menurut taksonomi tanah Soil Survey Staff 2010 sebagai Typic Hapludults atau Podsolik Haplik PPT 1983 dengan ciri-ciri sebagai berikut : • Memiliki horizon penciri bawah Argilik yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan liat pada horizon bawahhorizon iluviasi sebesar lebih dari 8 dibandingkan horizon atashorizon eluviasi. • Memiliki ciri-ciri kejenuhan basa 35 • KTK liat 16 cmolkg KTK tanahliatx 100. Anggraini 1991 melaporkan tanah ultisol gajrug memiliki solum tanah sedang sampai dalam 150 cm, atau terdapat horizon BC horizon peralihan antara horizon B dan Cbahan induk tanah pada kedalaman 150 cm. Hal ini menunjukkan ciri-cri dari Hapludults. Bahan kimia yang digunakan untuk mensterilkan media tanam adalah Basamid-G dengan bahan aktif tetrahydro-3,5,-dimethyl-2H-1,3,5-thiadiazine-2- thione.