8
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prospek Pengembangan Sorgum Manis
Sorgum manis Sorghum bicolor L. Moench merupakan tanaman serealia yang memiliki manfaat yang cukup banyak, diantaranya bijinya dapat dijadikan
sebagai bahan pangan, batang dan daunnya sebagai pakan ternak, gula yang terkandung dalam biji atau nira batang dapat diproses menjadi bioetanol. Menurut
Reddy 2010, sebagai bahan pangan, sorgum manis menempati peringkat kelima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley. Biji sorgum manis yang
mengandung karbohidrat cukup tinggi sering digunakan sebagai bahan baku industri seperti industri beer, pati, gula cair sirup, jaggery semacam gula merah,
etanol, lem, cat, kertas, degradable plastics dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan beras, sorgum manis unggul dari segi kandungan mineral seperti Ca, Fe, P
dan kandungan vitamin B1-nya Beti et al. 1996. Sementara itu, Widowati et al. 2010 menyatakan bahwa kandungan gizi sorgum tidak kalah dengan beras.
Sorgum mengandung protein 8-12 setara dengan terigu atau lebih tinggi dari beras 6-10 dan kandungan lemaknya 2-6 lebih tinggi dibandingkan dengan
beras 0.5-1.5.
Kelemahan sorgum manis sebagai komoditas bahan pangan adalah sorgum mempunyai senyawa antigizi yang cukup banyak yaitu tanin Widowati et al.
2010. Tanin adalah senyawa polifenolitik yang dapat membentuk kompleks dengan protein maupun pati sehingga kedua komponen tersebut menjadi lebih sulit
dicerna Griffiths dan Moseley 1980; Mueller-Harvey et al. 1986. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun kandungan zat gizi protein dan karbohidrat
sorgum cukup tinggi, tetapi nilai gizinya relatif rendah.
Sebagai sumber bahan baku bioetanol, sorgum manis dapat dikonversi menjadi bahan bakar karena batangnya mengandung gula yang dapat difermentasi
menjadi bioetanol. Almodares dan Hadi 2009 menyatakan bahwa sorgum manis sebagai penghasil bioetanol memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
tanaman lain seperti tebu dan jagung. Sorgum manis juga menghasilkan etanol lebih tinggi dibandingkan jagung dan sorgum penghasil biji Smith dan Buxton 1993,
karena penggunaan karbohidrat yang tersimpan dalam batang sorgum manis dalam bentuk gula dengan konsentrasi 8-20 lebih menguntungkan daripada pati Rains
et al. 1990.
Bagi Indonesia sebagai negara agraris merupakan suatu peluang untuk mengembangkan komoditas tersebut di seluruh wilayah Indonesia. Terlebih lagi
dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi
alternatif sebagai pengganti BBM dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
Biofuel sebagai bahan bakar alternatif.
9 Sorgum manis memiliki daya adaptasi luas mulai dari dataran rendah, sedang
sampai dataran tinggi. Sorgum manis dikenal sebagai tanaman yang tahan tumbuh pada kondisi kekeringan. Permukaan daun sorgum manis yang mengandung lapisan
lilin dan sistem perakaran yang ekstensif dan dalam cenderung membuat tanaman tersebut efisien dalam penyerapan dan pemanfaatan air Baheshti dan Fard 2010;
Tingting et al. 2010; Unlu dan Steduto 2000; Wang et al. 2014. Disamping itu, sorgum manis memiliki sifat tahan terhadap kadar garam tinggi Almodares et al.
2008; Netondo et al. 2004 dan keracunan aluminium Baligar et al. 1993; Janssen et al. 2010.
Seiring dengan program yang dicanangkan pemerintah mengenai pencarian dan pengembangan sumber energi baru dan terbarukan, maka pada tahun 2007,
Perhutani Jawa Tengah telah mulai melakukan penanaman 4000 ha sorgum manis sebagai bagian dari program alokasi 78000 ha lahan untuk tanaman penghasil
bioenergi www.inaplas.org. Sementara itu, Departemen Pertanian menargetkan pengembangan sorgum manis pada tahun 2007 sebanyak 57000 ton dengan luas
lahan 19000 ha dan pada tahun 2009 menargetkan terjadi peningkatan produksi sebanyak 75000 ton. Pada bulan Juni 2008, tim pengembangan Bahan Bakar Nabati
BBN melaporkan telah dilakukan pengembangan 20 ha lahan budidaya sorgum manis sebagai langkah awal dari program budidaya tanaman bioenergi
www.detikfinance.com. Dengan demikian, pengembangan bididaya tanaman sorgum manis ke depan akan makin terus ditingkatkan seiring kebutuhan akan
sumber bahan bakar nabati yang akan terus berkembang.
Gambar 2.1 Sorgum manis Sorghum bicolor L. Moench
2.2 Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskular FMA
Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara fungi myces dan perakaran
rhiza tumbuhan tingkat tinggi. Fungi mikoriza arbuskular FMA bersifat obligat murni, dimana fungi tersebut hanya dapat hidup dan berkembang pada akar