Prosedur Percobaan Analisis Kimia Media Tanam

22 setiap siklus suhu. Primer yang digunakan adalah : Universal reverse primer UniB1 5-GGTTACGCTTGTTACGACTT-3 dan Eubacterial forward primer BacF1 5-AGAGTTTGATCACTGGCTCAG-3. Sebagai substrat adalah dNTP larutan stok 20 mM, larutan kerja 10 mM. Enzim yang digunakan adalah Taq DNA polimerase. Master mix dibuat dengan melebihkan 1 reaksi dari jumlah sampel yang akan di PCR. Pembuatan master mix dilakukan dengan mencampurkan buffer PCR 10x, BacF1 5 µM, UniB1 5 µM, dNTP 10mM, ddH 2 O dan Taq DNA polimerase 50 µL. Campuran dikocok dan master mix dibagi ke dalam tabung PCR masing-masing 40 µL, selanjutnya ditambahkan 1-10 µL DNA cetakan dan ditambahkan ddH 2 O hingga volume menjadi 50 µL. Tabung diputar agar semua larutan turun dan ditempatkan dalam mesin PCR. Denaturasi awal 94 o C selama 2 menit, denaturasi pada siklus amplifikasi 94 o C selama 1 menit, anealing 48 o C selama 1 menit, elongasi 72 o C selama 1 menit dan elongasi lanjutan 72 o C selama 10 menit. Segmen yang telah diamplifikasi selanjutnya diamati dengan elektroforesis gel agarose. Larutan yang harus disiapkan adalah larutan stok TBE 10x steril, ddH 2 O steril, EtBr Etidium Bromida, loading buffer dan agarose. Pertama-tama 0.4 g agarose ditimbang dan dilarutkan dalam 40 mL TBE 1x untuk mendapatkan gel agarose 1. Larutan agarose dipanaskan hingga mendidih dan dibiarkan hingga suhu sekitar 60 o C, selanjutnya ditambahkan 3 µL larutan EtBr. Larutan agarose dituangkan ke dalam rak elektroforesis yang telah disiapkan dan dibiarkan hingga dingin. Setelah dingin, penutup rak dan sisirnya dibuka dan ditempatkan pada chamber elektroforesis yang sudah berisi buffer TBE 1x. Larutan hasil PCR dimasukkan ke dalam sumur elektroforesis, begitu pula dengan marker sebagai penanda jarak. Elektroforesis dilakukan pada voltase 85 V selama 45 menit dan hasil elektroforesis diamati di bawah sinar UV. Pemurnian DNA hasil PCR dari gel dilakukan menggunakan GFX Purification Kit. Tabung 1.5 mL yang kosong ditimbang. Agarose yang mengandung fragmen DNA dipotong di bawah sinar UV menggunakan pisau steril dan dimasukkan ke dalam tabung yang sudah ditimbang. Selanjutnya tabung berisi gel ditimbang dan selisihnya dihitung. 10 µL buffer ditambahkan ke dalam setiap 10 mg bobot gel. Tabung ditutup dan diputar hingga isinya tercampur, diinkubasi pada 60 o C hingga semua agarose larut 5-15 menit. Selama inkubasi, satu kolom GFX ditempatkan pada tabung penampung. Setelah agarose larut semuanya, diputar sebentar untuk mengumpulkan larutan pada dasar tabung. Sampel dipindahkan ke kolom GFX dan diinkubasi selama 1 menit pada suhu ruang, selanjutnya diendapkan pada kecepatan maksimal selama 30 detik. Larutan pada tabung penampung dibuang dan kolom GFX ditempatkan kembali ke dalam tabung penampung. Ke dalam kolom ditambahkan 500 µL buffer dan diendapkan selama 30 detik pada kecepatan maksimal. Larutan pada tabung dibuang dan kolom GFX dipindahkan ke dalam tabung baru berukuran 1.5 mL. DNA dielusi dengan 50 µL ddH 2 O atau buffer elusi, diinkubasi pada 37 o C selama 3 menit, kemudian diendapkan pada kecepatan maksimum selama 1 menit. Konsentrasi hasil GFX diperiksa dengan elektroforesis gel agarose. Konsentrasi DNA hasil GFX dihitung 23 dengan membandingkannya dengan konsentrasi DNA marker yang sudah diketahui melalui elektroforesis gel agarose. Selanjutnya dilakukan sekuensing. Tahap pertama sekuensing serupa dengan teknik PCR yang memerlukan suhu berulang. Primer yang biasa digunakan untuk 16S rRNA diantaranya adalah 357F 5TACGGGAGGCAGCAG3. Ke dalam tabung 200 µL dimasukkan 200 ng sampel DNA, 2.4 pmol primer dan akuades steril sehingga volume total 9 µL. Campuran dalam tabung dicampur hingga merata. Tabung selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin PCR dan dilakukan denaturasi awal. Denaturasi dilakukan pada suhu 96 o C selama 30 detik, anealing 48 o C selama 15 detik dan elongasi 60 o C selama 4 menit. Setelah denaturasi awal, program dihentikan dan dimasukkan 6 µL campuran Dye Terminator Cycle Sequencing kit dengan AmpliTaq DNA Polimerase ke dalam masing-masing tabung. Proses reaksi sekuensing dilanjutkan sampai selesai. DNA hasil reaksi sekuensing selanjutnya dimurnikan dengan menggunakan Sephadex G-50. Sebanyak 600 µL larutan Sephadex G-50 2.5 g per 45 mL TE dimasukkan ke dalam kolom pemurnian steril dan fraksi diendapkan pada 5500 xg selama 1 menit. Penampung diganti dengan tabung 1.5 mL yang baru. Semua isi tabung dimasukkan menggunakan pipet ke permukaan kolom Sephadex G-50 dan fraksi diendapkan pada 5500 xg selama 1 menit. Hasil pemurnian dikeringkan pada suhu 45 o C kira-kira 45 menit. Sebanyak 4.5 µL loading buffer ditambahkan ke dalam tiap tabung yang berisi hasil pemurnian, selanjutnya dicampur dan disimpan dalam es. Selanjutnya dilakukan denaturasi dalam water bath 92 o C selama 2 menit dan disimpan dalam es. Sebanyak 4 µL sampel dimasukkan ke dalam sumur gel akrilamida dan siap disekuensing. Sekuen yang diperoleh dibandingkan dengan database yang tersedia dalam NCBI menggunakan Blast search engine http:blast.ncbi.nlm.nih.govBlast.cgi . Pohon filogenik dibuat menggunakan program ClustalW Mega 3.1 dengan membandingkan beberapa DNA sekuen dari spesies bakteri yang diperoleh dari database gen di NCBI. Pengujian Patogenisitas Rizobakteri Rizobakteri yang telah terseleksi selanjutnya diuji patogenisitasnya untuk memastikan bahwa mikrob tersebut aman bagi manusia, hewan maupun terhadap tanaman. Pengujian patogenisitas terhadap manusia dan hewan dilakukan secara in vitro dengan menggunakan media Blood Agar Suardana 2014. Biakan rizobakteri ditanam pada media Blood Agar dan diinkubasi selama 18 hingga 24 jam. Sementara itu, pengujian patogenisitas isolat bakteri terhadap tanaman dilakukan terhadap tanaman tembakau Arwiyanto 2007. Biakan bakteri dilarutkan dalam air steril, dimasukan ke dalam jarum suntik sebanyak kurang lebih 2 ml. Biakan tersebut disuntikkan pada daun tembakau diantara tulang-tulang daun. Diamati mulai jam ke-3 setelah perlakuan. Perubahan pada permukaan daun diamati secara organoleptik. Bila terdapat gelaja nekrosis pada daun menunjukkan bahwa isolat bakteri tersebut patogen terhadap tanaman. 24 3.2 Peranan FMA dan Rizobakteri dalam Meningkatkan Proses Fotosintesis, Pengambilan Hara, Pertumbuhan dan Kandungan Gula Sorgum Manis Sorghum bicolor L. Moench 3.2.1 Bahan yang Digunakan Benih tanaman yang digunakan adalah sorgum manis varietas Numbu yang diperoleh dari Balai Besar Serealia Maros. Media tanam adalah tanah ultisol yang diperoleh dari Desa Malangsari, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten. Sebagai campuran media tanam adalah pasir yang diperoleh dari sungai Cisadane, Cisauk, Tangerang, Banten. Bahan kimia yang digunakan untuk mensterilkan media tanam adalah Basamid-G dengan bahan aktif tetrahydro-3,5,-dimethyl-2H- 1,3,5-thiadiazine-2-thione. Pupuk kimia yang digunakan terdiri dari Urea 100 kg ha -1 , SP36 60 kg ha -1 dan KCl 60 kg ha -1 .

3.2.2 Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan klorofil adalah Chlorophyll Content Meter CCM-200, sedangkan untuk mengukur pertukaran gas CO 2 digunakan LI-6400XT Portable Photosynthesis System LI-COR Biosciences, Lincoln, Nebrasca, US. Sementara itu, alat yang digunakan untuk mengukur kandungan fosfor dalam daun dan kandungan gula dalam nira batang sorgum manis adalah Spectrophotometer UV- VIS Shimadzu 160A. Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan kalium dalam daun adalah Flame Photometer Corning 405, sedangkan untuk mengukur kandungan Mg dalam daun adalah Atomic Absorbtion Spectrophotometer AAS.

3.2.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Agromikrobiologi dan Laboratorium Analisis Kimia Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Serpong Tangerang Banten dari bulan Desember 2011 s.d. Mei 2012.

3.2.4 Prosedur Percobaan Analisis Kimia Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah ultisol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 vv. Terdapat 2 perlakuan media tanam, yaitu media tanam disterilisasi dan media tanam tak disterilisasi. Sebelum digunakan media tanam perlakuan 1 disterilisasi dengan menggunakan bahan kimia Basamid G dan dianalisis sifat-sifat kimianya. Berdasarkan hasil analisis kimia media tanam tersebut diketahui bahwa pH H 2 O 4.5, pH KCl 3.9, kandungan C 0.92, N 0.09, rasio CN 10, P 2 O 5 HCl 18 mg per 100g, K 2 O HCl 12 mg per 100g, P 2 O 5 Bray 2.7 ppm, K 2 O Morgan 63 ppm, Ca 3.05 cmol kg -1 , Mg 0.62 cmol kg -1 , K 0.12 cmol kg - 1 , Na 0.06 cmol kg -1 , KTK 14.62, KB 26, kandungan Al + 2.36 cmol kg -1 dan H + 0.31 cmol kg -1 . Sementara itu, hasil analisis kimia dari media tanam tak disterilisasi adalah sebagai berikut : pH H 2 O 4.3, pH KCl 3.7, kandungan C 0.78, N 0.08, 25 rasio CN 10, P 2 O 5 HCl 11 mg per 100g, K 2 O HCl 5 mg per 100g, P 2 O 5 Bray 1.7 ppm, K 2 O Morgan 18 ppm, Ca 1.77 cmol kg -1 , Mg 0.37 cmol kg -1 , K 0.03 cmol kg - 1 , Na 0.04 cmol kg -1 , KTK 9.53, KB 23, kandungan Al + 4.62 cmol kg -1 dan H + 1.48 cmol kg -1 . Persiapan Inokulan Penelitian ini menggunakan 2 jenis FMA Gigaspora sp. MDL40 dan Glomus sp. MDL38 dan 2 jenis rizobakteri Mycobacterium senegalense LR73 dan Bacillus firmus JR80. Inokulan FMA yang digunakan sebanyak 40 spora per tanaman. Sementara itu, sebanyak 10 mL masing-masing biakan bakteri diendapkan pada 7000 xg selama lima menit. Sel bakteri yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan dalam 1 mL akuades steril dan digunakan sebagai inokulan. Populasi tiap inokulan bakteri adalah 1.0 x 10 8 CFU mL -1 . Pengujian Efektivitas Pengujian efektivitas FMA dan rizobakteri serta kombinasinya dengan pupuk kimia dilakukan di Laboratorium Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang, Banten. Media tanam terdiri atas campuran tanah ultisol dan pasir dengan komposisi 1:1 vv. Terdapat 2 perlakuan media tanam yaitu media tanam disterilisasi dan tak disterilisasi. Media tanam disterilisasi dengan cara mencampurkannya dengan Basamid-G dan diinkubasi selama seminggu sebelum digunakan. Sebelum ditanam benih terlebih dahulu disterilisasi dengan cara direndam dalam HClO 4 2 selama sepuluh detik, kemudian dibilas dengan akuades sebanyak tiga kali untuk menghilangkan sisa HClO 4. Penelitian ini menggunakan rancangan petak-petak terbagi Split Plot dalam pola Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Petak utama adalah perlakuan sterilisasi yaitu tak disterilisasi S0 dan disterilisasi S1. Anak petak adalah perlakuan pupuk kimia yaitu tanpa pupuk C0 dan perlakuan pupuk C1. Pupuk kimia yang digunakan adalah Urea 3 g per polybag, SP36 1.8 g per polybag dan KCl 1.8 g per polybag yang diberikan 3 kali selama masa tanam, yaitu 13 bagian pada saat tanam, 13 bagian pada 1 minggu setelah tanam dan 13 bagian lagi pada 3 minggu setelah tanam. Sedangkan anak-anak petak adalah inokulasi FMA A dan inokulasi rizobakteri B. Faktor A terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa FMA A0, Gigaspora sp. MDL40 A1, Glomus sp. MDL38 A2 dan A1 + A2 A3. Faktor B terdiri dari 4 taraf tanpa rizobakteri B0, Mycobacterium senegalense LR73 B1, Bacillus firmus JR80 B2 dan B1 + B2 B3. Pengukuran Peubah Pertumbuhan Tanaman Peubah pertumbuhan tanaman yang diukur adalah tinggi tanaman yang diukur setiap 2 minggu sekali, bobot akar dan bobot batang yang diukur setelah panen, yaitu pada 75 hari setelah tanam. 26 Pengukuran Asimilasi Karbon, Konsentrasi CO 2 Interselular dan Konduktansi Stomata Pengukuran asimilasi karbon, konsentrasi CO 2 interseluler dan konduktansi stomata dilakukan pada hari ke 75 setelah tanam, dimana tanaman sorgum manis baru mulai berbunga untuk menghindari translokasi karbon dari batang ke biji. Pengukuran dilakukan pada saat matahari cerah dengan intensitas sinar matahari dalam rumah kaca adalah 800 lux dengan kelembaban 24 dan suhu udara 34.5 o C dengan menggunakan LI-6400XT Portable Photosynthesis System LI-COR Biosciences, Lincoln, Nebrasca, US. Suhu di dalam chamber adalah 27 ± 1 °C, konsentrasi CO 2 udara 400 µL L -1 dengan kecepatan alir 500 µmol menit -1 . Selama pengukuran, intensitas cahaya secara konstan dipertahankan sebesar 800 µmol m -2 detik -1 dari sumber cahaya merah - biru LI-COR 6400-02 LED Light Source. Penetapan Kandungan Klorofil Daun Pengukuran kandungan klorofil daun sorgum manis menggunakan alat Chlorophyll Content Meter CCM-200, seperti yang digambarkan oleh Ghasemi et al. 2011. Penetapan Kandungan Gula Penetapan kandungan gula dalam batang sorgum manis dilakukan dengan metode Anthrone Yemm dan Willis 1954. Metode ini dapat diterapkan untuk berbagai jenis sampel. Anthrone 9,10-dihydro-9-oxanthracene merupakan hasil reduksi anthraquinone. Prinsip dasar dari metode anthrone adalah senyawa anthrone akan bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan yang khas. Pereaksi yang digunakan pada metode antrone adalah : anthrone 0.1 dalam asam sulfat pekat. Pereaksi tersebut dibuat hanya pada waktu hari akan digunakan sebab tidak stabil dan hanya tahan satu hari. Pereaksi lainnya adalah larutan glukosa standar 0.2 mg mL -1 . Glukosa standar dibuat dengan cara melarutkan 200 mg glukosa dalam 100 mL akuades, selanjutnya diambil 10 mL dan diencerkan menjadi 100 mL 1 mL = 0.2 mg glukosa. Untuk membuat kurva standar, ke dalam tabung reaksi dimasukkan 0 blanko, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, dan 1 mL larutan glukosa standar. Air ditambahkan sampai total volume masing-masing tabung reaksi 10 mL. Pereaksi anthrone ditambahkan dengan cepat sebanyak 5 mL ke dalam masing-masing tabung reaksi, selanjutnya ditutup, dicampur merata dan ditempatkan dalam water bath pada suhu 100 o C selama 12 menit. Tabung selanjutnya didinginkan dengan cepat menggunakan air mengalir dan segera diukur absorbansinya pada panjang gelombang 630 nm. Untuk penetapan konsentrasi sampel, dimasukkan 1 mL sampel ke dalam tabung reaksi, selanjutnya dilakukan tahap-tahap seperti pada pembuatan kurva standar. Selanjutnya ditentukan konsentrasi total gula dalam sampel. 27 Penetapan Kandungan Hara Daun Penetapan hara dilakukan pada sampel daun ketiga dari pucuk. Hara yang ditetapkan dalam jaringan daun tanaman adalah hara N, P, K dan Mg melalui proses destruksi basah Sulaeman et al. 2005. Sampel yang berasal dari lapangan sebelum dianalisis terlebih dahulu dicuci dengan air bebas ion untuk menghilangkan debu dan kotoran lainnya yang dapat memberikan kesalahan pada hasil analisis. Sampel tanaman dikeringkan dalam oven pada suhu 70 o C, digiling dan disaring menggunakan saringan 0.5 mm. Untuk pembuatan deret standar PO 4 -3 0-20 ppm, ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan standar dengan konsentrasi 0, 1, 2, 4, 6, 8 dan 10 mL standar 20 ppm PO 4 -3 . Selanjutnya ditambahkan larutan standar 0 ppm hingga volume masing-masing menjadi 10 mL. Untuk membuat deret standar K 0-250 ppm dan Mg 0-50 ppm, dipipet larutan standar sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8 dan 10 mL, selanjutnya masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dijadikan 10 mL dengan larutan HClO 4 0.6. Penetapan N-total dilakukan dengan cara destilasi N-Kjeldahl. Sampel tanaman berukuran 0.5 mm sebanyak 0.25 g dimasukkan ke dalam tabung digestion, selanjutnya ditambahkan campuran selen dan 2.5 mL H 2 SO 4 p.a. Campuran diratakan dan dibiarkan satu malam. Disiapkan pula blanko dengan memasukkan hanya 1 g campuran selen dan 2.5 mL H 2 SO 4 p.a. ke dalam tabung digestion. Setelah dibiarkan 1 malam, campuran dipanaskan dalam blok digestion hingga suhu 350 o C. Destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih sekitar 4 jam. Selanjutnya tabung diangkat, didinginkan dan ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 mL. Tabung dikocok hingga homogen dan dibiarkan semalam agar partikel mengendap. Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran kandungan nitrogen total. Sebanyak 10 mL ekstrak sampel dimasukkan ke dalam labu didih, ditambahkan sedikit serbuk batu didih dan akuades hingga setengah volume labu. Penampung NH 3 yang dibebaskan disiapkan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 mL asam borat 1 ditambah 2 tetes indikator Conway berwarna merah dan dihubungkan dengan alat destilasi. NaOH 40 sebanyak 10 mL ditambahkan ke dalam labu didih yang berisi sampel dan secepatnya ditutup. Destilasi dilakukan hingga volume penampung mencapai 50– 75 mL berwarna hijau. Destilat dititrasi dengan H 2 SO 4 0.05 N hingga warna merah muda. Pada penetapan kandungan hara P, sampel tanaman ukuran 0.5 mm sebanyak 0.5 g dimasukkan ke dalam tabung digestion. Selanjutnya ditambahkan 5 mL HNO 3 p.a. dan 0.5 mL HClO 4 p.a. dan biarkan satu malam. Satu hari kemudian dipanaskan dalam blok digestion dengan suhu 100 o C selama satu jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 150 o C. Setelah uap kuning habis suhu blok digestion ditingkatkan menjadi 200 o C. Destruksi selesai setelah keluar asap putih dan sisa ekstrak kurang lebih 0.5 mL. Tabung diangkat dan dibiarkan dingin. Ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga volume tepat 50 mL dan dikocok hingga homogen. Sebanyak 1 mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung kimia dan ditambahkan 9 mL air bebas ion dan dikocok pengenceran 10x. Sebanyak 2 mL 28 ekstrak encer dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL pereaksi pewarna P, dikocok hingga homogen dan dibiarkan selama 30 menit. P dalam larutan diukur dengan alat Spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm. Untuk penetapan kandungan hara Mg, ekstrak sampel disiapkan seperti pada penetapan kandungan P. Selanjutnya, dimasukkan 1 mL ekstrak atau deret standar masing-masing ke dalam tabung kimia, ditambahkan 9 mL larutan La 0.25 66.8376 g LaCl3.7H2O + 10 ml HCl 25. Konsentrasi Mg diukur dengan menggunakan AAS Atomic Absorpstion Spectrophotometer. Untuk penetapan kandungan K, ekstrak sampel disiapkan seperti pada penetapan kandungan P dan Mg. Selanjutnya dimasukkan 1 mL ekstrak atau deret standar masing-masing ke dalam tabung kimia, ditambahkan 9 mL larutan La 0.25 dan dikocok hingga homogen. Kandungan kalium diukur dengan menggunakan alat Flame Photometer dengan deret standar sebagai pembanding. Penetapan Derajat Kolonisasi Mikoriza Derajat kolonisasi mikoriza dihitung dengan menggunakan metode gridline intersection Giovannetti dan Mosse 1980.

3.2.5 Analisis Data

Data percobaan yaitu parameter-parameter yang berhubungan dengan pertukaran gas fotosintesis, kandungan klorofil, kandungan gula, kandungan hara N, P, K, Mg, tinggi tanaman, bobot batang serta derajat kolonisasi mikoriza dianalisis dengan Analisis Keragaman. Jika terdapat pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui besarnya perbedaan rata-rata antar perlakuan. Semua pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0 untuk Window. 3.3 Peranan FMA dan Rizobakteri dalam Meningkatkan Efisiensi Penyerapan Hara Sorgum Manis Sorghum bicolor L. Moench

3.3.1 Bahan yang Digunakan

Benih tanaman yang digunakan adalah sorgum manis varietas Numbu yang diperoleh dari Balai Besar Serealia Maros. Pupuk kimia yang digunakan adalah Urea 100 kg ha -1 , SP36 60 kg ha -1 dan KCl 60 kg ha -1 .

3.3.2 Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan klorofil adalah Chlorophyll Content Meter CCM-200, sedangkan untuk mengukur pertukaran gas CO 2 digunakan LI-6400XT Portable Photosynthesis System LI-COR Biosciences, Lincoln, Nebrasca, US. Sementara itu, alat yang digunakan untuk mengukur kandungan fosfor tanaman dan kandungan gula dalam nira batang sorgum manis adalah Spectrophotometer UV- VIS Shimadzu 160A. Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan kalium tanaman adalah Flame Photometer Corning 405. 29

3.3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Agromikrobiologi dan Laboratorium Analisa Kimia Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Serpong Tangerang Banten, serta Laboratorium Bioteknologi Tanah IPB Bogor, dari Juni 2012 s.d. April 2013.

3.3.4 Prosedur Percobaan Persiapan Inokulan

Penelitian ini menggunakan campuran FMA Gigaspora sp. MDL40 dan Glomus sp. MDL38 dan dua jenis rizobakteri Mycobacterium senegalense LR73 dan Bacillus firmus JR80. Inokulan FMA yang digunakan sebanyak 40 spora per tanaman. Sementara itu sebanyak 10 mL masing-masing biakan bakteri disentrifugasi pada 7000 xg selama lima menit. Sel bakteri yang dihasilkan selanjutnya dilarutkan dalam 1 mL akuades steril dan digunakan sebagai inokulan. Populasi tiap inokulan bakteri adalah 1.0 x 10 8 CFU mL -1 . Pengujian Efektivitas Penelitian dilakukan di daerah Serpong Tangerang Banten. Berdasarkan hasil analisis media tanam diperoleh bahwa tanah memiliki tekstur pasir 47 debu 33 dan liat 20. Sifat-sifat kimia tanah adalah sebagai berikut : C total 1.50, N total 0.15, CN 10, P total 6 mg per 100 g, K total 8 mg per 100 g, P tersedia 7 ppm, K tersedia 23 ppm, Ca 9.40 cmol kg -1 , Mg 1.51 cmol kg -1 , Na 0.63 cmol kg -1 , AL 3+ 0.00 cmol kg -1 , KTK 11.06 cmol kg -1 , KB 100, pH H2O 5.8 dan pH HCl 5.0. Berdasarkan pedoman pengharkatan hasil analisa kesuburan tanah, tanah yang digunakan pada penelitian ini termasuk ke dalam tanah dengan tingkat kesuburan sangat rendah hingga rendah. Tanah termasuk jenis masam tetapi memiliki kejenuhan basa yang tinggi. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dalam pola Rancangan Acak Kelompok dengan lima ulangan dan tiga faktor, yaitu : Faktor FMA A : A0 = tanpa FMA A1 = Gigaspora sp. MDL40 + Glomus sp. MDL38 Faktor rizobakteri B : B0 = tanpa rizobakteri B1 = Mycobacterium senegalense LR73 B2 = Bacillus firmus JR80 Faktor pupuk kimia C : C0 = tanpa pupuk kimia C1 = 50 dosis C2 = 75 dosis C3 = 100 dosis Pupuk kimia yang digunakan adalah Urea 100 kg per ha, SP36 60 kg per ha dan KCl 60 kg per ha yang diberikan 3 kali selama masa tanam, yaitu 13