66 kebun plasma masing-masing perusahaan. Kebun inti PTPN VI dengan harga
TBS sebesar Rp 696,16Kg dan untuk kebun inti PT BPP adalah Rp 637,88Kg. Penerimaan kebun inti PTPN VI adalah Rp 25.510.546,15 dan kebun inti
PT BPP adalah Rp 22.860.788,65. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh kebun inti PTPN VI adalah sebesar Rp 18.052.907,00 dan kebun inti PT BPP
adalah Rp 10.831.221,00. Pendapatan atas biaya total untuk kebun inti PTPN VI adalah Rp 17.764.367,00 dan PT BPP adalah Rp 6.613.297,00. Selisih pendapatan
atas biaya total antara kebun inti PTPN VI dan PT BPP sebesar Rp 11.151.070,00. Hal ini disebabkan biaya tunai yang cukup tinggi dan biaya
penyusutan yang cukup besar pada kebun inti PT BPP.
Tabel 14. Analisis Pendapatan Perkebunan Kelapa Sawit Kebun Inti Per 2 Ha Tahun 2005
No Uraian PTPN
VI PT
BPP A
Penerimaan
1 Produksi TBS
Kg 36.644,48
35.838,59 2 Harga
TBS RpKg
696,16 637,88
Penerimaan TBS
25.510.546,15 22.860.788,65
B Biaya 1 Biaya
Tunai 7.457.639
12.029.568 2
Biaya Tidak Tunai 288.540
4.217.953 Total Biaya
7.746.179 16.247.521
C Pendapatan Atas Biaya Tunai
18.052.907 10.831.221
D Pendapatan Atas Biaya Total
17.764.367 6.613.267
Sumber : PTPN VI dan PT BPP diolah
6.1.3. Pendapatan Kebun Plasma dan Kebun Inti
Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total pada kebun plasma PTPN VI Rp 22.341.737,00 dan Rp 20.976.576,000 lebih tinggi dari
pada pendapatan kebun inti Rp 18.052.907,00 dan Rp 17.764.367,00. Hal ini berarti petani plasma telah mampu mengadopsi teknologi perusahaan inti dalam
67 meningkatkan produksi dan tujuan pola kemitraan menyetarakan produktivitas
kebun plasma dapat setara dengan produktivitas kebun intinya telah tercapai. Pada pola kemitraan di PT BPP, diperoleh pendapatan untuk kebun plasma
baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total Rp 3.823.423,00 dan Rp 2.290.423,00 lebih kecil dari kebun inti Rp
10.831.221,00 dan Rp 6.613.297,00. Hal ini berarti perusahaan inti dalam membina kebun plasma pada pola kemitraan yang dilaksanakan belum mampu
meningkatkan produktivitas kebun plasma setara dengan kebun inti.
6.1.4. Pendapatan Pabrik Kelapa Sawit PKS
Pabrik kelapa sawit adalah bangunan yang terdiri dari stasiun-stasiun dan beberapa unit peralatan teknis tempat pengolahan mulai dari penerimaan bahan
baku TBS sampai menjadi minyak sawit dan inti sawit. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan 3 tahun setelah tanam.
PTPN VI berhasil membangun kebun kelapa sawit seluas 8.056 hektar yang terdiri atas kebun inti seluas 3.256 hektar dan kebun plasma seluas 4.800
hektar. Penanaman kebun kelapa sawit dimulai tahun 1982. Pada awalnya kebun menghasilkan produksi TBS yang masih rendah dan pengolahannya dilakukan
hanya dengan PKS pionir berkapasitas 10 ton TBSjam. Meningkatnya produksi TBS dari tahun ketahun sehingga telah dipasang dua lini PKS dengan kapasitas 20
ton TBSjam. Pada tahun 1993 kapasitas pabrik ditingkatkan dari 40 ton TBSjam menjadi 50 ton TBSjam atau 1000-1100 ton TBShari dengan melakukan
penambahan instalasi pabrik.
68 PT BPP sampai tahun 2005 berhasil membangun kebun kelapa sawit
seluas 12.580,41 hektar yang terdiri atas kebun inti seluas 8.125,4 hektar dan kebun plasma seluas 4.455 hektar. PKS sebagai pengolah hasil produksi kebun
selesai dibangun bulan Mei 1996 dengan kapasitas 60 ton TBSjam. PKS menghasilkan minyak sawit dan inti sawit sebagai penerimaan.
Pendapatan PKS berasal dari volume minyak sawit dan inti sawit dikalikan dengan harga minyak sawit dan inti sawit yang diterima perusahaan. Minyak
sawit dan inti sawit berasal dari bahan baku TBS plasma, inti, pihak III dan mitra binaan. Volume produksi minyak dan inti sawit PTPN VI lebih besar dari
PT BPP karena PKS PT BPP hanya menerima bahan baku dari kebun inti dan kebun plasma. Volume produksi minyak dan inti sawit kedua perusahaan ini dapat
dilihat pada Tabel 15. Biaya tunai PTPN VI terdiri dari pembelian bahan baku, gaji dan tunjangan, pajak, laboratorium, keamanan, biaya listrik, air, telepon dan
lain-lain. Biaya tidak tunai pada PKS adalah penyusutan bangunan rumah, mesin dan instalasi, aktiva hak guna usaha dan lain-lain Lampiran 3.
Penerimaan PKS PTPN VI adalah Rp 176,39 milyar dan PKS PT BPP adalah Rp 142,74 milyar. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh PKS PTPN
VI adalah sebesar Rp 95,44 milyar dan PKS PT BPP adalah Rp 108,82 milyar. Pendapatan atas biaya total untuk PKS PTPN VI adalah Rp 93,78 milyar dan PT
BPP adalah Rp 99,59 milyar. Selisih pendapatan atas biaya total antara PKS PTPN VI dan PT BPP sebesar Rp 5,81 milyar dimana pendapatan PKS PT BPP
lebih besar dari PTPN VI, hal ini disebabkan PKS PTPN VI memerlukan biaya yang lebih besar daripada PKS PT BPP.
69
Tabel 15. Analisis Pendapatan Pabrik Kelapa Sawit Tahun 2005
No Uraian
PTPN VI PT BPP
A Penerimaan
1 Produksi minyak sawit Kg
45.568.489 39.409.645
2 Harga minyak sawit RpKg
3.341,64 3.230
Penerimaan minyak sawit Rp 152.273.485.582
127.293.153.350
3 Produksi inti sawit Kg
11.026.728 7.285.689
4 Harga inti sawit RpKg
2.187,38 2.120
Penerimaan inti sawit Rp 24.119.644.293
15.445.660.680 Penerimaan
total Rp
176.393.129.875 142.738.814.030
B
Biaya Rp 1 Biaya
Tunai 80.952.410.045
33.922.665.198 2 Biaya
Tidak Tunai
1.664.531.716 9.227.939.811
Total Biaya
82.616.941.761 43.150.605.009
C Pendapatan Atas Biaya Tunai 95.440.719.830
108.816.148.832 D
Pendapatan Atas Biaya Total 93.776.188.114
99.588.209.021
Sumber : PTPN VI dan PT BPP diolah
6.2. Analisis Imbangan Penerimaan terhadap Biaya RC