21 jika dibandingkan dengan sektor pertambangan, listrik, gas dan air yang angka
produktivitasnya mencapai Rp 54,94 juta per orang Soegiharto, 2004. Angka produktivitas tersebut mengandung arti bahwa kondisi pekerja di sektor pertanian
sangat memprihatinkan dan dapat pula dikatakan bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh terhadap kesempatan kerja.
Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian dipengaruhi oleh kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan petani. Sebaran
tenaga kerja pertanian di luar perikanan dan kehutanan berdasarkan kelompok umur memperlihatkan bahwa, sebagian besar berada pada umur 25-44 tahun
46, kemudian kelompok umur diatas 45 tahun 38, dan kelompok umur kurang dari 25 tahun 16. Mengamati komposisi umur tenaga kerja tersebut
dikhawatirkan di masa depan akan kekurangan tenaga kerja pertanian. Sektor pertanian menunjukan trend aging agriculture , yaitu suatu kondisi dimana tenaga
kerja yang berada di pertanian adalah tenaga kerja yang berusia lanjut. Tenaga kerja pertanian sampai saat ini masih didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan SD ke bawah, yang jumlahnya mencapai 81 persen dari tenaga kerja pertanian.
2.4. Pendapatan Usaha
Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang diperoleh. Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya
yang telah dikeluarkan Soekartawi, 1995. Besarnya pendapatan yang diterima
22 merupakan balas jasa atas tenaga kerja, modal yang dipakai, dan pengelolaan yang
dilakukan. Balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu misalnya satu musim tanam atau satu tahun.
Pendapatan usaha yang diterima berbeda untuk setiap orang, perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini ada yang masih
dapat diubah dalam batas-batas kemampuan petani atau tidak dapat diubah sama sekali. Faktor yang tidak dapat diubah adalah iklim dan jenis tanah. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pendapatan dan dapat dilakukan perbaikan untuk meningkatkan pendapatan adalah luas lahan usaha, efisiensi kerja, dan efisiensi
produksi. Luas rata-rata usahatani di Indonesia amat kecil hal ini merupakan salah
satu penghambat untuk mengadakan perubahan dalam memilih jenis tanaman dan menggunakan alat mekanis. Efisiensi kerja yang merupakan jumlah pekerjaan
produktif yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja. Umumnya makin tinggi efisiensi kerja makin tinggi pendapatan petani. Meningkatkan pendapatan melalui
peningkatan efisiensi produksi dapat dilaksanakan dengan perbaikan cara-cara berusahatani, makin tinggi efisiensi produksi maka makin tinggi pendapatan
usahatani Soehardjo dan Patong, 1973. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi
pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan dari usaha yang dilakukan.
2.5. Penelitian Empiris Terdahulu