Penelitian Empiris Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

22 merupakan balas jasa atas tenaga kerja, modal yang dipakai, dan pengelolaan yang dilakukan. Balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu misalnya satu musim tanam atau satu tahun. Pendapatan usaha yang diterima berbeda untuk setiap orang, perbedaan pendapatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor ini ada yang masih dapat diubah dalam batas-batas kemampuan petani atau tidak dapat diubah sama sekali. Faktor yang tidak dapat diubah adalah iklim dan jenis tanah. Beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan dan dapat dilakukan perbaikan untuk meningkatkan pendapatan adalah luas lahan usaha, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi. Luas rata-rata usahatani di Indonesia amat kecil hal ini merupakan salah satu penghambat untuk mengadakan perubahan dalam memilih jenis tanaman dan menggunakan alat mekanis. Efisiensi kerja yang merupakan jumlah pekerjaan produktif yang berhasil diselesaikan oleh seorang pekerja. Umumnya makin tinggi efisiensi kerja makin tinggi pendapatan petani. Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan efisiensi produksi dapat dilaksanakan dengan perbaikan cara-cara berusahatani, makin tinggi efisiensi produksi maka makin tinggi pendapatan usahatani Soehardjo dan Patong, 1973. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan dari usaha yang dilakukan.

2.5. Penelitian Empiris Terdahulu

23 Secara umum penelitian terhadap analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pada kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk mengetahui apakah pola kemitraan ini menguntungkan petani atau tidak. Oleh karena itu akan dilihat penelitian-penelitian sejenis pada komoditas kelapa sawit. Menurut Muchtar 1987, dari penelitiannya yang berjudul ”Dampak Ekonomi Perusahaan Inti Rakyat Kelapa Sawit Ophir Terhadap Pengembangan Wilayah Pasaman Barat” dengan analisis basis ekonomi dan analisis pendapatan. Hasil analisis basis ekonomi diperoleh nilai multiplier sebesar 100 Artinya setiap investasi Rp 1,00 akan memberikan multiplier sebesar Rp 100,00. Pendapatan petani sebelum menjadi peserta PIR adalah Rp 283.020,00 sedangkan pendapatan setelah PIR adalah Rp 1.123.120, Pendapatan petani sebelum menjadi peserta PIR dibandingkan dengan pendapatan setelah ikut PIR meningkat 396 persen. Data yang ada juga memperlihatkan bahwa pendapatan kepala keluarga peserta PIR 230 persen lebih besar dari pendapatan kepala keluarga tidak peserta PIR. Mangkuprawira et al 1989 melakukan penelitian mengenai pendapatan petani di lokasi perkebunan inti rakyat di Jawa Barat. Dalam analisis pendapatan ini dibandingkan pendapatan petani PIR kelapa sawit, kelapa dan karet begitu juga untuk alokasi jam kerja petani. Pelaksanaan pola perkebunan inti rakyat ini belum mencapai target dari pemerintah yaitu masih di bawah 1.500 dolar Amerika dan alokasi jam kerja petani lebih tinggi pada petani perkebunan kelapa sawit daripada perkebunan kelapa dan karet. Yudistira 2003, meneliti analisis finansial dan ekonomi kelapa sawit PT. Mesa Inti Kebun. Analisis ini menunjukkan perkebunan di PT. Mesa Inti Kebun layak dilaksanakan. Dari hasil penelitian menggunakan faktor diskonto sebesar 11 24 persen untuk analisis finansial kebun inti diperoleh NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 29.391.962.210, net BC sebesar 1,37, IRR sebesar 14,40 persen dan MPI selama 10 tahun 11 bulan. Analisis finansial kebun plasma pada faktor diskonto sebesar 11 persen diperoleh NPV sebesar Rp 22.876.791.670, net BC sebesar 1,20, IRR sebesar 12,60 persen dan MPI selama 12 tahun 8 bulan. Analisis ekonomi kebun inti pada tingkat diskonto 11 persen diperoleh NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 208.638.607.670, net BC sebesar 4,02, IRR sebesar 29,87 persen dan MPI selama 8 tahun 10 bulan sedangkan untuk kebun plasma diperoleh NPV sebesar Rp 52.686.057.040, net BC sebesar 1.49, IRR sebesar 14,80 persen dan MPI selama 11 tahun 4 bulan. Perkebunan PT. Mesa Inti Kebun, kebun plasma maupun kebun inti layak dilaksanakan karena memenuhi kriteria kelayakan investasi secara finansial dan ekonomi. Daliman 2005 meneliti dampak perkebunan kelapa sawit dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Hasil analisis pendapatan menyimpulkan penghasilan petani plasma tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum seorang pekerja tidak termasuk keluarganya, yakni rata-rata perbulan Rp 148.500,00 per kapling ± 2 Ha. Pendapatan tunai petani meningkat pada 3 - 4 bulan pertama dalam setahun tetapi untuk pendapatan tidak tunai mengalami penurunan antara 40 - 60 persen. Penelitian sebelumnya belum pernah membandingkan pola kemitraan perkebunan kelapa sawit pada perusahaan milik swasta dan negara. Penelitian ini akan melihat pendapatan petani plasma dan perusahaan inti serta penyerapan tenaga kerja pada dua perusahaan tersebut.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Pembangunan Perkebunan Rakyat dengan Kemitraan Usaha

Suatu kegiatan pertanian yang menyeluruh dan saling berkaitan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan produksi pertanian, pendapatan petani dan menciptakan nilai tambah. Upaya ini secara luas akan mempunyai dampak terhadap peningkatan devisa melalui ekspor dan subsitusi impor. Kelemahan petani pada umumnya meliputi teknologi, modal, akses pasar, pengolahan hasil, sumberdaya manusia, kelembagaan dan produktivitas. Kebijaksanaan pembangunan perkebunan yang dikembangkan harus berkaitan dengan kesempatan kerja, pemasok bahan baku industri, peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan. Keberhasilan kemitraan usaha sangat tergantung kepada pihak yang bermitra. Pengusaha harus menyadari para petani memerlukan berbagai upaya pemberdayaan. Kemitraan usaha perkebunan mengacu pada terciptanya keseimbangan, keselarasan, keterampilan, dan interdependensi yang dilandasi saling percaya dengan keterbukaan. Kemitraan akan terwujud dengan terciptanya : 1 Saling membutuhkan atau intervedensi artinya pengusaha memerlukan pasokan bahan baku, sedang petani memerlukan bimbingan teknologi, pemasaran, dan processing, 2 Saling menguntungkan artinya kedua bilah pihak harus dapat memperoleh nilai tambah dari kerjasama, dan 3 Saling memperkuat artinya kedua belah pihak sama-sama memahami hak dan kewajiban.