69
Tabel 15. Analisis Pendapatan Pabrik Kelapa Sawit Tahun 2005
No Uraian
PTPN VI PT BPP
A Penerimaan
1 Produksi minyak sawit Kg
45.568.489 39.409.645
2 Harga minyak sawit RpKg
3.341,64 3.230
Penerimaan minyak sawit Rp 152.273.485.582
127.293.153.350
3 Produksi inti sawit Kg
11.026.728 7.285.689
4 Harga inti sawit RpKg
2.187,38 2.120
Penerimaan inti sawit Rp 24.119.644.293
15.445.660.680 Penerimaan
total Rp
176.393.129.875 142.738.814.030
B
Biaya Rp 1 Biaya
Tunai 80.952.410.045
33.922.665.198 2 Biaya
Tidak Tunai
1.664.531.716 9.227.939.811
Total Biaya
82.616.941.761 43.150.605.009
C Pendapatan Atas Biaya Tunai 95.440.719.830
108.816.148.832 D
Pendapatan Atas Biaya Total 93.776.188.114
99.588.209.021
Sumber : PTPN VI dan PT BPP diolah
6.2. Analisis Imbangan Penerimaan terhadap Biaya RC
Imbangan penerimaan atas biaya adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Dengan analisis ini akan dapat diketahui apakah usaha
perkebunan kelapa sawit yang dilakukan efisien atau tidak. Usaha dikatakan efisien jika nilai RC yang didapat lebih dari satu dan tidak efisien jika nilai RC
yang didapat adalah kurang dari satu. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. RC
yang dihitung adalah RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total. Berdasarkan Tabel 16, diperoleh RC atas biaya tunai untuk kebun plasma PTPN VI adalah
3.19, artinya untuk setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 3,19 sedangkan untuk kebun plasma PT BPP diperoleh
RC atas biaya tunai sebesar 2.13 yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai
70 yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 2,13. Pengertian untuk
nilai RC atas biaya tunai untuk kebun inti dan pabrik kelapa sawit sama dengan penjelasan nilai RC atas biaya tunai pada kebun plasma.
Tabel 16. Nilai RC Kebun Plasma, Kebun Inti dan Pendapatan Pabrik Kelapa Sawit PTPN VI dan PT BPP
No Uraian Kebun Plasma
Kebun Inti PKS
PTPN VI
PT BPP PTPN
VI PT BPP
PTPN VI
PT BPP
1 RC Atas Biaya Tunai
3.19 2.13
3.42 1.90
2.18 4.21
2 RC Atas Biaya Total
2.82 1.47
3.29 1.41
2.14 3.31
Sumber : PTPN VI dan PT BPP diolah
RC atas biaya tunai pada pola kemitraan PTPN VI untuk petani plasma adalah 3.19 yang memiliki nilai lebih kecil dari kebun inti yaitu 3.42. Hal ini
berarti usaha kebun inti lebih menguntungkan dan lebih efisien. RC atas biaya tunai pada pola kemitraan PT BPP untuk petani plasma 2.13 lebih besar dari
kebun inti 1.90 yang berarti usaha kebun plasma PT BPP lebih efisien dibandingkan kebun intinya. Efisiensi kebun plasma PT BPP dipengaruhi oleh
biaya tunai yang dikeluarkan, karena biaya dihitung berdasarkan produksi yang dihasilkan seperti untuk angsuran kredit dan tenaga kerja upahan.
RC atas biaya total untuk kebun plasma PTPN VI adalah 2.82 yang berarti untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 2,82. Untuk petani plasma PT BPP diperoleh RC atas biaya total sebesar 1.47 yang berarti untuk setiap rupiah biaya tunai yang
dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,47. Pengertian untuk nilai RC atas biaya total untuk kebun inti dan pabrik kelapa sawit sama dengan
penjelasan nilai RC atas biaya total pada kebun plasma.
71 Hasil perhitungan nilai RC untuk PKS, PKS PT BPP didapat nilai RC
atas biaya tunai sebesar 4.21 dan RC atas biaya total sebesar 3.31 yang lebih besar dari nilai RC PKS PTPN VI 2.18 dan 2.14. Nilai RC ini
mengindentifikasikan bahwa usaha pabrik kelapa sawit PT BPP lebih efisien dan menguntungkan dari usaha Pabrik kelapa sawit Kebun Plasma PTPN VI
Keuntungan dari PKS inilah yang dimanfaatkn oleh PT BPP dalam membangun perkebunan kelapa sawit yang masih berlanjut hingga sekarang. Untuk PTPN VI
diperlukan perbaikan-perbaikan PKS karena umur pabrik dan peralatan yang sudah tua.
Dari keseluruhan hasil perhitungan RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total kebun plasma, kebun inti dan pabrik kelapa sawit diperoleh nilai yang
lebih besar dari satu yang berarti usaha perkebunan kelapa sawit pada pola kemitraan PTPN VI dan PT BPP yang dilakukan sudah efisien. Walaupun
sekarang PTPN VI lebih efisien pada kebun inti dan kebun plasma dari PT BPP tetapi PTPN VI memasuki tahap dimana perlu dilakukan peremajaan dengan
pendapatan dari kebun kelapa sawit sama dengan nol.
6.3. Penyerapan Tenaga Kerja