85
Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang sebesar 72,9, dan sisanya sekitar 27,1, dipengaruhi oleh faktor lain.
4.4 Analisis dan Pembahasannya
4.4.1 Kepemimpinan Kepala Balai Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang X
1
Hasil pengolahan data pada variabel Kepemimpinan Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang menunjukkan kondisi yang
bersifat tidak homogen. Secara umum pandangan widyaiswara terhadap kepala Balai Diklat dalam memimpin cenderung tidak berpendapat sama. Mereka masih
berbeda-beda dalam berpendapat antara satu dengan yang lainnya. Ketidaksamaan pandangan tersebut tentu berdasarkan alasannya masing-masing. Bagi yang
kurang terkena dampak dari persoalan yag muncul cenderung memandang positif, sebaliknya yang merasakan dampaknya cenderung negatif atau acuh-tak acuh.
Ditinjau dari segi pengelompokkan kategori, semua komunitas memberikan persepsi pada kategori di atas cukup. Dalam hal ini Kepemimpinan Kepala Balai
Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang terhadap Kinerja widyaiswara mempunyai pengaruh yang cukup. Jadi walaupun para widyaiswara memandang
terhadap Kepemimpinan Kepala Balai diklat tidak begitu kompak berargumentasi, namun secara umum mereka mempunyai pandangan bahwa kepemimpinan
Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang dengan kategori cukup. Artinya mereka memandang bahwa kepemimpianya efektif juga tidak,
tidak efektif pun juga tidak, sehingga hanya menunjukkan cukup. Kalaupun
86
dinyatakan baik, tidak baik, maka widyaiswara memandang bahwa pimpinannya cukup, yaitu antara baik dan tidak baik.
Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa kepemimpinan akan mendapatkan penilaian dari anggotanya. Apalagi para widyaiswara merupakan
sosok sumber daya manusia yang memiliki berbagai pengalaman dalam hal kediklatan sehingga nilai kritisnya cukup tinggi terhadap situasi dan kondisi
lingkungannya.
4.4.2 Etos Kerja Widyaiswara X
2
Dari hasil pengolahan data, kondisi etos kerja menunjukkan sedang. Para widyaiswara selama ini dalam bekerja hanya dalam kondisi sedang-sedang saja.
Tidak tinggi dan juga tidak rendah. Tentu hal ini tidak lepas bahwa ada yang memiliki eos tinggi, namun ada juga yang rendah. Namun demikian, secara umum
menujukkan etos kerja yang sedang. Etos kerja yang menunjukkan adanya semangat, kebiasaan, perilaku dalm
menghadapi tugas-tugas dihadapi secara sederhana. Apa yng dapat dilakukan tentu juga dilakukan. Pemanfaatan waktu, kreatifitas, dan lainnya tidaklah tinggi
sehingga ada gambaran bahwa widyaiswara asal melaksanakan tugas yang diberikan sehingga kurang menunjukkan adanya seangat dalam bertugas.
4.4.3 Kinerja Widyaiswara