Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kinerja Widyaiswara

48 Para pemimpin hendaknya memberikan teladan pada bawahannya dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Jangan mengabaikan posisi anda. Bawahan anda akan dipengaruhi oleh sikap, perilaku, dan kinerja pribadi anda. Anda selalu perlu memberikan teladan yang baik pada orang lain. Jika tidak, anda tidak akan mendapat keterlibatan dan dukungan penuh mereka dan pencapian tujuan akan terbengkelai Stemp, 1993:2. Dengan rendahnya keterlibatan maka cenderung untuk menimbulkan rendahnya kinerja. Kepatuhan atau ketaatan, tanggung jawab, maupun kerjasama dalam bentuk semu. Inisiatif prakarsa rendah, dan cenderung statis. Pegawai tidak nyaman dalam bekerja. Suasana kerja menjadi kaku dan komunikasi menjadi tidak kondusif.

2.5 Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kinerja Widyaiswara

Kinerja merupakan gambaran hasil kerja bawahan atau pegawai tidak lepas dari kondisi psikisnya. Seorang pegawai negeri sipil seperti pegawai negeri sipil yang bekerja di lembaga kediklatan dapat menunjukkan semangat kerja, motivasi, kualitas, kedisiplinan, loyalitas, keinginan berprestasi kerja yang cukup tinggi. Kondisi tersebut sangat konsisten, dalam arti tidak hanya dalam kurun tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pegawai negeri sipil tersebut memiliki etos kerja. Implikasinya, tingkat kinerjanya pun juga cukup tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika pegawai negeri sipil memiliki etos kerja yang rendah atau tidak memiliki etos kerja, tentu akan menghasilkan kinerja yang rendah pula. Menyimak Walton dan Kossen dalam Nafiudin 2004:14 bahwa kinerja dapat dipengaruhi paling tidak delapan faktor, yaitu: 1. Kompensasi yang memadahi dan wajar; 2. Kondisi kerja yang aman dan sehat; 3. Kesempatan untuk mengembangkan kemampuan; 4. Kesempatan untuk pertumbuhan berlanjut dan ketenteraman; 5. Rasa ikut memiliki; 49 6. Hak-hak karyawan; 7. Ruang kehidupan kerja; 8. Relevansi sosial dan kehidupan kerja. Maka, faktor-faktor tersebut terdapat indikator yang menunjukkan pada kriteria seorang pegawai yang memiliki etos kerja. Dengan kata lain, pegawai yang tenteram dalam kerja, rasa memiliki, ingin berprestasi dengan kesediaan adanya manajemen atau pimpinan memberi kesempatan mengembangkan diri, mencitrakan kinerja pada diri pegawai tersebut cukup baik. Bagi pegawai negeri sipil Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan, merasa nyaman dalam bekerja, berkualitas dalam melaksanakan tugas baik sebagai panitia diklat atau tidak sebagai bagian dari rasa memiliki terhadap lembaga kediklatan, hingga menunjukkan prestasi kerja seperti menghindari komplain dari peserta diklat ketika memberikan pelayanan dalam pelaksanaan diklat, serta tepat menyusun laporan, menunjukkan kinerja yang cukup tinggi. Sebaliknya, jika pegawai tidak menunjukkan adanya etos kerja, seperti kurang bergairah kerja karena tidak menjadi panitia, memberikan pelayanan seadanya, menyusuan laporan pelaksanaan diklat tertunda-tunda, menggambarkan kinerjanya yang rendah. Kesemuanya dapat terbentuk karena tidak adanya etos kerja. Bertolak dari uraian sebelumnya tentang kinerja, kepemimpinan maupun etos kerja di atas, memberikan suatu pemahaman yang komprehensif bahwa kepemimpinan Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang, etos kerja widyaiswara Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan serta kinerja widyaiswara Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang cenderung saling mempengaruhi. Bila digambarkan dalam skema seperti berikut: 50

2.6 Pengajuan Hipotesis