Pasal 20 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat
7. Dalam melaksanakan tugasnya badan amil zakat memberikan laporan tahunan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatnya Pasal 31 Keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat
2.9 Macam Macam Institusi Zakat
2.9.1. Lembaga Zakat Milik Negara BAZ Diera reformasi, pemerintah berupaya menyempurnakan sistem pengelolaan
zakat di tanah air agar potensi zakat dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi bangsa yang terpuruk akibat resesi ekonomi dunia dan
krisis multi dimensi yang melanda IndonesiaHafinudin, 2007. Untuk itulah pada tahun 1999, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat DPR telah
menerbitkan Undang – Undang Nomor 38 tahun 1999 tentangpengelolaan zakat, kemudian diikuti Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, serta keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Zakat. Berdasarkan undang – undang Nomor 38 tahun 1999 ini, pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat BAZ yang dibentuk oleh pemerintah yang
terdiri dari masyarakat dan unsur pemerintah untuk tingkat kewilayahan dan
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Amil Zakat LAZ yang dikelola oleh masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas Organisasi Masyarakat Islam, yayasan, dan institusi
lainnya. Sebagai konsekuensi Undang – Undang, pemerintah tingkat pusat sampai
tingkat daerah wajib menfasilitasi terbentuknya lembaga pengelolaan zakat, yaitu Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS untuk tingkat pusat dan Badan Amil
Zakat Daerah BAZDA untuk tingkat daerah.BAZNAS dibentuk berdasarkan Kepres no. 82001, tanggal 17 januari 2001.
Sesuai Undang – Undang pengelolaan zakat, hubungan BAZNAS dengan Badan Amil Zakat lain bersifat kordinatif, konsultatif, dan informatif.BAZNAS
dan bazda – bazda bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat LAZ, baik yang bersifat nasional maupun daerah. Dengan demikian, maka Undang-Undang
Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat telah melahirkan paradigma baru pengelolaan zakat yang antara lain mengatur bahwa pengelolaan zakat dilakukan
oleh satu wadah, yaitu Badan Amil Zakat BAZ yang dibentuk oleh pemerintah bersama masyarakat dan Lembaga Amil Zakat LAZ yang sepenuhnya dibentuk
oleh masyarakat yang terhimpun dalam ormas maupun yayasan – yayasan. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat maka yang dimaksud pengelolaan zakat adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan dan dalam
pelayanan ibadah zakat. Sebagaimana realitas yang ada dimasyarakat bahwa
Universitas Sumatera Utara
sebagian besar umat Islam yang kaya mampu belum menunaikan ibadah zakatnya, ini mungkin dikarenakan belum ada undang – undang yang
mewajibkan umat Islam yang mampu untuk membayar zakat.
2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Zakat merupakan salah satu institusi yang dapat dipakai untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat atau menghapuskan derajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya keadilan distribusi harta. Karena
zakat itu dipungut dari orang – orang kaya untuk kemudian didistribusikan kepada fakir miskin didearah dimana zakat itu dipungut.
3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Diharapkan setiap lembaga
zakat sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan mustahiq. Profil muzakki perlu didata untuk mengetahui potensi – potensi atau peluang untuk
melakukan sosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki.
Pemerintah berhak melakukan peninjauan ulang pencabutan ijin bila lembaga zakat tersebut melakukan pekanggaran – pelanggaran terhadap
pengelolaan dana yang dikumpulkan masyarakat. Fakhruddin,1985. Menurut perangkat perundang – undangan yang ada, bahwa zakat yang
dibayarkan melalui Badan Amil Zakat BAZ atau Lembaga Amil Zakat LAZ yang mendapat sertifikasi dari pemerintah dapat digunakan sebagai faktor
Universitas Sumatera Utara
pengurang penghasilan kena pajak yang bersangkutan dengan menggunakan bukti setoran yang sah.
Dalam Undang – Undang Dasar Negara RI tahun 1945, pasal 29, dinyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk beribadah
menurut agamanya masing – masing. Jaminan tersebut tersebut bukannya jaminan yang bersifat pasif, melainkan jaminan yang bersifat aktif, dimana negara
berkewajiban menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban beribadah menurut agamanya Hafidhudin,2007. Upaya
memperkuat lembaga amil zakat dalam rangka melaksanakan syari’ah islam dibidang ekonomi perlu didorong oleh pemerintah dan lembaga legislatif serta
memberikan dukungan maksimal.
2.3.2. Lembaga Zakat Swasta LAZ 1.
Organisasi Sosial Lembaga Zakat Swasta LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang
dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak memilki hubungan dengan BAZ.BAZ dan LAZ masing – masing berdiri sendiri dalam pengelolaan zakat.Saat ini sudah
banyak LAZ yang memiliki jaringan nasional, seperti Dompet Dhuafa Republika Jakarta No. SK Menag: 439 tahun 2001.Hanya LAZ yang dikukuhkan oleh
pemerintah saja yang diakui bukti setorannya zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari muzakki yang membayarkan dananya.Jika sebuah
LAZ tidak lagi memenuhi persyaratan pengukuhan dan tidak melaksanakan kewajibannya, pengukuhannya dapat ditinjau ulang bahkan dicabut.
Universitas Sumatera Utara
Pencabutan pengukuhan tersebut akan mengakibatkan: a Hilangnya hak pembinaan, perlindungan, dan pelayanan dari pemerintah.
b Tidak diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkannya sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
c Tidak dapat melakukan pengumpulan dana zakat. Aturan – aturan seperti diuraikan diatas diberlakukan agar pengelolaan dana
– dana zakat, infaq, shadaqah, dan lainnya, baik oleh lembaga pemerintah maupun yang sepenuhnya diprakarsai oleh masyarakat, dapat lebih profesional, amanah,
dan transparan sehingga dapat berdampak positif terhadap pemberdayaan dan kesejahteraan umat.
Dewasa ini permasalahannya adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat, sehingga masyarakat lebih memilih
menyalurkan zakat secara langsung daripada lewat lembaga.Padahal saat ini banyak lembaga penyaluran zakat yang cukup kompeten dan profesional untuk
menyalurkan zakat, tetapi menyalurkan secara langsung pun harus tepat sasaran dan tidak menimbulkan kemudharatan.Maka dari itu dapat digunakan model
manajemen sederhana yang dipelopori oleh James Stoner, sebagai proses perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengarahan actuating,
dan pengawasan controlling.
2. Organisasi Agama Selain organisasi sosial yang membentuk lembaga zakat, organisasi agama
pun juga membentuk kepanitiaan kelembagaan dalam pengelolaan zakat, salah
Universitas Sumatera Utara
satunya adalah lembaga takmir masjid.Takmir masjid merupakan perkumpulan jama’ah disekitar masjid yang membentuk suatu wadah organisasi di masjid
Sunaryo,2009. Takmir Masjid yang sering dijumpai di masyarakat Indonesia adalah merupakan organisasi ke-Islam-an yang bertempat di Masjid yang
berfungsi untuk menjaga, melindungi, melestarikan, dakwah, serta menampung segala keluhan-keluhan masalah keagamaan masyarakat,tak terkecuali dalam
menampung I’tikad baik dari penduduk dalam mengeluarkan zakat, seperti mengatur sirkulasi atau penyaluran benda zakat terhadap mustahiq secara merata
dan adil.Biasa organisasi ini disebut dengan REMAS remaja masjid.
2.10 Penelitian Terdahulu