Zakat dan Pajak di Indonesia Preferensi Masyarakat

2.6 Zakat dan Pajak di Indonesia

Di Indonesia dengan lebih dari 80 penduduk beragama Islam maka tidak sedikit peraturan-peraturan hukum dibuat dengan pertimbangan syariah didalamnya. Makin dirasakan kekuatan dari zakat penghasilan terutama dalam kesejahteraan masyarakat, maka peraturan ataupun UU yang dapat mendorong masyarakat Muslim untuk membayar zakat akan dibuat.UU no 17 tahun 2000 mengatur bahwa sejak tahun fiskal 2001 pembayar zakat dapat menjadikan pengurangan dalam pendapatan kena pajak senilai zakat yang dibayarkan pada tahun fiskal Fatima, 2002. Berdasarkan dalam UU ini bahwa zakat atas penghasilan dapat menjadi pengurang dalam penghasilan kena pajak, sehingga zakat juga berfungsi sebagai pengurang pajak yang dibayarkan. Adapula Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-542PJ2001 yang menjelaskan bahwa zakat penghasilan dapat dikurangkan atas penghasilan neto. Regulasi ini dapat memberi keuntungan untuk masyarakat Muslim yang bijak yang selalu membayar zakat tiap tahun dan di saat yang sama juga membayar pajak Syamsulhakim, 2002. Jadi dengan keputusan ini menyatakan jika seseorang membayar zakat secara bulanan zakat penghasilan zakatnya dapat juga menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Regulasi ini menjadi pendukung penggunaan cara pembayaran zakat secara bulanan yaitu zakat penghasilan. Jika dilihat pemerintah menjadikan zakat sebagai bentuk pengurang pajak dilihat dari zakat dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak. Sedangkan Malaysia menggunakan zakat sebagai pengurang langsung dari pajak. Jika melihat dari kenyataan bahwa zakat tidak dapat terkumpul maksimal, sepertinya UU diatas tersebut masih kurang efektif. Seperti yang disimpulkan oleh Siswantoro Universitas Sumatera Utara dan Anugrah 2011 bahwa zakat sebagai pengurang pajak penghasilan masih belum berdampak efektif di Indonesia.

2.7 Preferensi Masyarakat

Preferensi punya arti sifat yang lebih ditekankan pada pilihan seseorang terhadap suatu obyek yang lebih mereka sukai dibandingkan dengan obyek lainnya berdasarkan faktor-faktor tertentu. Al Barry 2001 mengatakan bahwa preferensi adalah pilihan keadaan yang lebih disukai, yaitu suatu alasan yang menyebabkan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau meninggalkannya, sehingga dari alasan tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan seseorang Fatah, 2006. Sehingga preferensi itu timbul jika terdapat pilihan yang dapat dipilih seseorang.Pada pilihan-pilihan yang tersedia akan pembayaran zakat, tentunya menimbulkan preferensi pada umat dalam menunaikan kewajiban zakatnya. Dengan adanya zakat penghasilan ini menimbulkan dua pilihan waktu bagi umat untuk membayar zakat, bulanan atau tahunan. Bagi umat yang mempunyai penghasilan bulanan dapat memilih untuk membayarkan zakatnya bulanan, namun jika ia ingin membayarkan zakat maal, ia dapat juga membayarkan zakatnya tahunan bahkan keduanya dapat menjadi pilihan, ia dapat membayar zakat bulan dan juga zakat secara tahunan. Dalam menentukan preferensi seseorang dibutuhkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Nurhadi 2004 menggunakan persepsi dan motivasi sebagai faktor dalam preferensi masyarakat dalam penelitiannya. Faktor-faktor tersebut dipilih dengan asumsi dari berbagai teori salah satunya dengan menggunakan teori Universitas Sumatera Utara Icek Ajzen dan Martin Fishbein 1980 dalam Brehm dan Kassin 1990 yang mengemukakan theory of reasoned action Teori Tindakan Beralasan bahwa: 1. Manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal 2. Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada, dan 3. Secara eksplisit maupun emplisit manusia memperhitungkan implikasi
tindakan m ereka . Dalam penelitian ini nantinya dapat melihat dengan adanya berbagai pilihan tersedia dalam menunaikan zakat sehingga terdapat preferensi dalam memilih institusi pembayaran zakat.

2.8 Institusi Zakat