yang mewajibkannya berzakat. Jika harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nishab, maka kekayaan tersebut wajib zakat, jika belum mencapai
nishab, maka tidak wajib zakat.
6. Mencapai haul
Haul, yaitu kekayaan yang dimiliki seseorang apabila
sudah m encapai satu tahun hijriyah atau telah mencapai jangka
23
w aktu yang mewajibkan seseorang mengeluarkan zakat. Sedangkan syarat sahnya adalah niat yang
menyertai
2.3 Penerima Zakat
Menurut pendapat para ulama dan para ahli hukum Islam ada delapan golongan yang berhak menerima zakat Zuhri, 2000, yaitu:
1. Fakir
Fakir adalah orang yang secara ekonomi berada pada garis yang paling bawah. Orang yang sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga
untuk memenuhi hidupnya. Fakir ini tidak ada penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam sehari-hari.
2. Miskin
Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Secara
keseluruhan ia tergolong orang-orang yang masih tetap kerepotan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
Universitas Sumatera Utara
3. Amil
Amil adalah orang yang mendapatkan amanah untuk pengumpulan dan pembagian zakat.
4. Muallaf
Muallaf adalah orang kafir yang ada harapan masuk islam, dan orang yang baru masuk islam akan tetapi imannya masih lemah.
5. Riqab Para Budak
Riqab artinya adalah orang dengan status budak. Dalampengertian ini dana zakat untuk kategori riqab berarti dana untuk usaha memerdekakan orang
atau kelompok yang sedang tertindas dan kehilangan haknya untuk menentukan arah hidupnya sendiri.
6. Gharimin
Gharimin adalah orang yang tertindih hutang karena untukkepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
7. Fi Sabilillah
Fi Sabilillah yaitu orang yang berjuang dijalan Allah untuk kepentingan membela agama Islam.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan perbekalan ketika
dalam
perjalanan, yang mana berpergiannya bukan untuk melakukan maksiat.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kadar, Nishab, dan Waktu Zakat Dibayarkan
Nishab adalah batasan suatu harta terkena wajib zakat. Islam tidak mewajibkan zakat atas seluruh harta benda, sedikit atau banyak, tetapi
mewajibkan zakat atas harta yang mencapai nishab, bersih dari hutang, serta lebih dari kebutuhan pokok pemiliknya Qardhawi, 2004. Hal itu diberlakukan untuk
menetapkan siapa yang tergolong seorang kaya yang wajib zakat dan untuk menetapkan mereka yang dijadikan sebagai sasaran zakat tersebut. Ulama
Muhammad Ghazali Qardhawi, 2004 cenderung menyarankan dengan ukuran tanaman dan buah-buahan, dengan menggunakan gandum. Nishab pertanian
adalah sebesar 5 wasaq atau 653 kg dimana 1 wasaq adalah 60 sha’ atau 2,175 kg Nurhayati dan Wasilah, 2009. Jadi jika memakai nishab pertanian, nishab zakat
penghasilan adalah sebesar harga pasar 653kg gandum pada saat zakat ingin dibayarkan. Ada pula yang mengatakan nishab zakat penghasilan sama dengan
emas. Salah satu ulama fikih kontemporer lainnya, Yusuf Al-Qardhawi, telah mengqiyaskan zakat penghasilan bahwa nisabnya dianalogikan dengan nisab emas
yaitu 85 gram emas. Qardhawi, 2004. Untuk nishab sekarang ini sudah disepakati dan dipakai dengan luas, nishab yang disepakati dengan penganalogian
zakat pertanian adalah 652,5 kg beras Nurhayati dan Wasilah, 2009. Tarif atau kadar zakat untuk zakat penghasilan juga merupakan sebuah
analogi dan penganalogiannya bersamaan dengan penganalogian untuk nishab. Jika Qardhawi 2004 menggunakan pertanian sebagai analogi untuk nishab,
namun dalam menganalogikan tarif beliau menyatakan sama dengan tarif emas. Ini dimungkinkan dengan analogi bahwa dulu uang terbuat dari emas dan nilai
tertera pada uang yang dari emas harus sama dengan nilai emas tersebut. Pada
Universitas Sumatera Utara
kesimpulannya kadar zakat untuk penghasilan adalah 2,5 dari penghasilan tiap kali didapat Nurhayati dan Wasilah, 2009.
Muchib Aman Aly, Muhammad Ghazali, dan Yusuf Al-Qardhawi merupakan ulama-ulama yang mengqiyaskan dalam zakat penghasilan bahwa tidak perlu
menunggu sampai satu haul untuk menunaikan zakat. Lukman 1997 menyatakan pada fikih zakat menurut Qardhawy, hadits-hadits yang menyatakan harus
menunggu satu haul dalam membayar zakat harta itu mempunyai kelemahan- kelemahan sehingga tidak bisa untuk dijadikan landasan hukum yang kuat hadis
shahih apalagi untuk dikenakan pada jenis harta penghasilan karena akan bentrok dengan apa yang pernah dilakukan oleh beberapa sahabat. Adanya perbedaan
pendapat di kalangan para sahabat tentang persyaratan setahun untuk zakat penghasilan juga mendukung ketidak-shahihan hadis-hadis tersebut. Qardhawi
berpendapat bila benar hadis-hadis tersebut berasal dari Nabi SAW, maka tentulah pengertian yang dapat diterima adalah harta benda yang sudah dikeluarkan
zakatnya tidak wajib lagi zakat sampai setahun berikutnya. Tetapi beberapa sahabat seperti Ibnu Mas’ud riwayat: Ibnu Mas’ud menceritakan bagaimana
harta penghasilan langsung dikeluarkan zakatnya ketika diterima tanpa menunggu setahun. Sehingga semakin dapat diyakini bahwa masa setahun bukan merupakan
syarat, namun hanya merupakan tempo antara dua pengeluaran zakat. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa penghasilan dari profesi modern
juga dapat diwajibkan terkena zakat dan dapat dibayarkan secara bulanan atau dengan perhitungan yang disetahunkan dan dibayar tahunan.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Manfaat dan Hikmah Zakat