memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh
terputus. Mencari pekerjaan adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan memperoleh pekerjaan. Kegiatan mencari pekerjaan tidak terbatas dalam
jangka waktu seminggu yang lalu masih menunggu jawaban. Jadi dalam kategori ini termasuk mereka yang telah memasukkan lamaran dan sedang
menunggu hasilnya. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang
belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah
mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak penuh
Irawan dan Suparmoko, 1987 : 85 .
2.2.1.3 Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja di pengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh banyak faktor seperti jumlah penduduk dalam usia kerja,
struktur umum, jumlah penduduk yang bersekolah dan mengurus rumah tangga, tingkat penghasilan keluarga-keluarga relative terhadap
kebutuhannya, tingkat upah, tingkat pendidikan dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Fungsi penawaran untuk suatu daerah tertentu pada
dasarnya mengikuti pola fungsi penawaran dari satu keluarga yaitu bahwa 1 fungsi penawaran merupakan fungsi dari tingkat upah, 2 fungsi
penawaran mempunyai
titik belok
dan tingkat
upah kritis.
Simanjuntak,1985:89
Gambar 1 : Fungsi Penawaran Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak, 1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia, hal : 88.
Pada gambar diatas menjelaskan penawaran tenaga kerja dalam daerah tertentu sebagai penjumlahan dari tiap-tiap keluarga A, B, C, D, E untuk
tingkat upah W1, tidak ada keluarga yang menawarkan jasanya untuk bekerja maka penawaran tenaga kerja di daerah tersebut juga menjadi nol.
Untuk tingkat upah W, keluara A menawarkan W2A, keluarga B menawarkan W2B, dan keluarga C menawarkan W3C yang sama dengan
keluarga D menawarkan W3D dan keluarga Emenawarkan W3E. dengan demikian hal yang serupah terus untuk beberapa tingkat upah yang
Sn E
B A
C D
W3 W2
W1 Tingkat Upah
Jumlah orangJam kerja
berbedah, kurva penawaran tenaga kerja untuk daerah yang bersangkutan dapat dilukiskan, misalnya Sn.
2.2.1.4 Permintaan Tenaga Kerja
Besarnya permintaan tenaga kerja pada dasarnya tergantung pada besarnya permintan masyarakat terhadap barang dan jasa. Fungsi
permintaan ini biasanya didasarkan pada teori Neo Klasik mengenai Marginal physical of labor. Berlawanan dengan fungsi penyediaan tenaga
kerja, maka permintaan terhadap tenaga kerja berkurang bila tingkat upah naik. Besarnya elastisitas tersebut tergantung pada : 1 kemungkinan
subtitusi tenaga kerja dengan factor produksi yang lain, 2 elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan, 3 proporsi biaya karyawan
terhadap seluruh biaya produksi, dan 4 elastisitas persediaan factor produksi pelengkap lainnya. Perubahan permintaan jangka panjang
terhadap tenaga kerja dapat terjadi dalam bentuk loncatan atau shift. Perubahan ini di akibatkan oleh adanya perubahan pada konsumsi
masyarakat, peningkatan
produktifitas tenaga
kerja, perubahan
penggunaan tehnologi dan metode produksi makro. Permintaan akan tenaga kerja dapat diperkirakan dengan mengetahui laju pertumbuhan dan
daya serap masing-masing sector ekonomi. Konsep elastisitas kesempatan kerja dapat di gunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga kerja
dan menyusun simulasi kebijaksaan pembangunan untuk ketenagakerjaan. Simanjuntak, 1985 : 85 .
Gambar 2 : Fungsi Permintaan Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak, 1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Hal : 75.
Pada Gambar menunjukan tingkat upah W1 maka permintaan tenaga kerja akan berkurang sebesar A, untuk tingkat upah W2
maka permintaan tenaga kerja akan bertambah sebesar B, dan untuk tingkat upah W menunjukan keseimbangan antara tingkat upah dengan
jumlah permintaan tenaga kerja sebesar N. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui
penyediaan dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Seseorang dalam pasar kerja berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi, apakah
dia sedang bekerja atau mencari pekerjaan. Besarnya penempatan jumlah orang yang bekeja atau tingkat employment di pengaruhi oleh faktor
D
D = MPP
L
x P W
1
W W
2
A N
B
Penempatan
Upah WMPP
L
kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut. Selanjutnya, besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja di pengaruhi oleh tingkat upah.
Dalam ekonomi Neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Ini
di lukiskan dalam garis SS pada gambar diatas. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini di
lukiskan pada garis DD pada gambar tersebut. Simanjuntak, 1985 : 3
2.2.2 Pengertian Industri
Pengertian industri dalam industri ekonomi sangat berbeda artinya dengan pengertian industri yang pada umumnya dimengerti orang.
Dalam pengertian yng umum pengertian industri pada hakekatnya mengan dung arti perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam bidang kegiatan
ekonomi yang tergolong kedalam sektor sekunder. Kegiatan seperti itu antara lain ialah pabrik tekstil, pabrik perakit atau pembuat mobil dan
pabrik pembuat rokok . Dalam teori ekonomi istilah industri diartikan sebagai kumpulan dari perusahaan – perusahaan barang sama atau sangat
bersamaan yang terdapat dalam satu pasar. Sebagai contoh kalau dikatakan industri mobil maka yang dimaksud adalah berbagai perusahaan mobil
yang ada dalam pasar yang sedang dianalisa, sedangkan kalu dikatakan industri beras maka yang dimaksudkan adalah seluruh produsen beras yng
ada dalam pasar Sukirno, 1997 : 152
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1984, definisi industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi untuk menjadikan barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaannya,termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri. Penggolongan industri dibedakan menjadi 4 lapisan berdasarkan
jumlah tenaga kerja per unit usaha, yaitu : 1. Industri besar : bekerja 100 orang atau lebih.
2. Industri sedang : berpekerja antara 20 orang sampai 99 orang. 3. Industri kecil : berpekerja antara 5 orang sampai 19 orang, dan
4. Industri kerajinan rumah tangga : berpekerja 5 orang Dumairy, 1997 : 232
Dari berbagai penjelasan mengenai definisi industri di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari perusahaan yang
menjalankan kegiatan dalam bidang ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, barang – barang jadi agar
menjadi barang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi intuk penggunaannya dalam proses produksi.
2.2.2.1. Macam – Macam Industri
Untuk mengetahui macam macam industri ini bias dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu pengelompokan industri yang dilakukan
oleh departemen Perindustrian dan perdagangan di bagi 3 kelompok besar yaitu :
1. Industri Besar Yang meliputi kelompok industri Mesin dan Logam Dasar IMDL dan
kelompok kimia dasar. Dari misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu perjalan struktur industri dan bersifat padat modal.
Teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya
industri namun hilir dan kegiatan ekonomilainya. Dalam industri besar tersebut diperlukan modal antara Rp. 500 juta sampai tidak terbatas.
1. Industri Kecil
Antara lain industri pangan, industri sedang dan industri kulit, industri kimia dan bahan – bahan bangunan, industri galian bukan logam dan
industri logam. Kelompok industri ini mempunyai misi melaksanakan pemerataann teknologi yang digunakan menengah atau sederhana dan
padat karya. Pembagian industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan memanfaatkan pasar dalam negeri maupaun pasar
luar negeri. Industri kecil ini diperlukan modal antara Rp. 100 juta sampai Rp. 500 juta.
2. Industri Hilir
Kelompok aneka industri yang meliputi antara lain : Industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas.Termasuk di dalam industri
hilir ini adalah merupakan industri pengolahan atau industri manufaktur. kelompok industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja tidak padat
modal dan teknologi maju. Dari pengertian tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa industri dalah proses merubah bahan dan barang agar
menjadi lebih tinggi nilainya bagi masyarakat dan pemakai barang dalam industri ini diperlukan modal antara Rp. 10.000 sampai Rp. 100 juta
Arsyad, 1999 : 306
2.2.3 Industri Kecil
Salah satu kesulitan dalam memperbincangkan peranan industri kecil IK di indonesia adalah karena adanya kenyataan bahwa berbagai
badan atau instansi pemerintah yang berlainan yang menggunakan definisi IK yang berbeda-beda. Definisi yang paling sering digunakan adalah
definisi Biro Pusat Statistik BPS yang menggunakan jumlah pekerja per badan usaha sebagai kriteria untuk membedakan berbagai kategori
industri. Menurut BPS, IK adalah industri yang memperkerjakan 5 sampai
19 orang pekerja. Selain itu, Departemen Perindustrian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM menggunakan besarnya modal
yang ditanam sebagai kriteria pokok. Menurut definisi ini, IK adalah badan usaha yang penanaman modalnya dalam badan usaha berupa mesin,
peralatan, dan gedung dengan kekecualian penanaman modal berupa lahan tidak melebihi Rp 200 juta sekitar US 100.000 menurut kurs
bulan oktober 1991. Selain itu, pemilik usaha kecil harus seorang warga negara Indonesia Presiden RI 1989. Bank Indonesia mempunyai definisi
IK yang lain lagi, yakni industri yang asset nettonya bernilai kurang dari Rp 100 juta Pangestu, 1996:91
2.2.3.1 Klasifikasi Industri Kecil
Karena industri kecil menurut definisi Departemen Perindustrian meliputi banyak jenis industri manufaktur, kiranya bermanfaat bila kita
mengacu ke berbagai kategori industri kecil menurut definisi Departemen Perindustrian. Dengan cara ini, dapat dibuat perkiraan mengenai perkiraan
relatif berbagai kategori SI Small Industry dan juga keekfetifan berbagai program bantuan teknis yang dirancang untuk berbagai kategori SI ini.
Departemen Perindustrian membedakan kategori-kategori SI sebagai berikut ini Direktorat Jenderal Industri Kecil.
a. Industri Kecil Modern
1. Menggunakan Teknologi proses madya Intermediate Process
Tecnologies. 2.
Mempunyai skala produksi yang terbatas 3.
Tergantung pada
dukungan Litbang
dan usaha-usaha
kerekayasaan Industri Besar 4.
Diberikan dalam sistem produksi industri besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor
5. Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal
lainnya. Dengan kata lain, SI yang modern itu mempunyai akses untuk
menjangkau sistem pemasaran yang relatif telah berkembang baik di pasar domestik atau di pasar ekspor. SI yang modern ini juga
mempunyai akses ke sumber informasi teknologi yang berkaitan
dengan kebutuhannya. Pada umumnya, mengenai jumlah industrinya SI yang modern mencapai kira-kira 5 dari total jumlah total SI di
indonesia. b.
Industri Kecil Tradisional 1.
Teknologi Proses yang digunakan secara sederhana 2.
Teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Teknis UPT yang disediakan oleh Departemen Perindustrian sebagai bagian dari
program bantuan teknisnya kepada SI. 3.
Mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif sederhana.
4. Lokasinya di daerah pedesaan
5. Akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungan langsungnya
yang berdekatan terbatas Jumlah industri yang disebut sebagai SI Tradisional ini meliputi
sebagian besar SI yang ada mencapai hampir 75 dari jumlah total SI di indonesia.
c. Industri Kerajinan Kecil
SI kerajinan meliputi berbagai SI yang sangat beragam mulai dari SI yang menggunakan proses yang sederhana sampai SI yang
menggunakan teknologi proses madya atau malahan teknologi proses yang maju. Selain potensinya untuk menyediakan lapangan kerja dan
kesempatan untuk memperoleh pendapatan bagi kelompok-kelompok yang berpendapatan rendah, terutama di daerah pedesaan, SI
kerajinan juga didorong atas landasan budaya mengingat peranan pentingnya dalam pelestarian warisan budaya indonesia.
Jumlah SI kerajinan ini kira-kira 20 dari jumlah total SI yang ada Pangestu, 1996:111
2.2.3.2 Jenis Industri Kecil