dengan manajer. Manajer ingin agar dividen tidak dibagi secara penuh untuk dijadikan modal tambahan untuk produksi tahun selanjutnya atau rencana yang
lain seperti ekspansi perusahaan, sedangkan pemegang saham ingin agar dividen dibagikan seluruhnya sesuai dengan investasi yang telah ia tanamkan ke dalam
perusahaan. Konflik antara manajer dan pemegang saham tidak sedikit mengeluarkan biaya yang lazim desebut “agency cost”.
Mollah et.al. 2000:3, menjelaskan, “agency cost is nothing but an implicit manager and shareholder.” Maksudnya agency cost adalah biaya implisit
yang biasanya muncul karena adanya konflik antar manajer dan pemegang saham. Selain itu, Weston dan Brigham 1990:21, agency cost adalah biaya yang
berhubungan dengan monitoring tindakan manajer untuk meyakinkan bahwatindakan manajer konsisten dengan persetujuan kontrak antara manajer,
pemegang saham dan kreditor.
2.2.3.1. Insider Ownership Kepemilikan Orang Dalam
Menurut pandangan teori Keagenan Akhige dan Madura dalam jurnal Sabur Mollah, 2000 : 8, yang menyebutkan bahwa perusahaan membayar jumlah
deviden yang lebih tinggi sebagai sarana untuk mengawasi dan mengikat apabila orang dalam memiliki saham biasadalam prosentase yang lebih rendah atau
dengan kata lain jumlah saham biasa lebih banyak dimiliki oleh orang luar untuk mengurangi biaya keagenan perantara. Hal ini diasumsikan bahwa jika
prosentase saham biasa lebih banyak dimiliki oleh orang dalam yang menerapkan bahwa terdapat sedikit pengaruh dari orang luar dan dalam kasus seperti ini
manajemen biasanya meningkatkan keuntungan mereka sendiri misalnya dengan
jalan meningkatkan gaji direkturm meningkatkan gaji dan bonus karyaman dan lain-lain dibandingkan dengan membayararkan deviden. Rasio saham yang
dipegang oleh orang dalam ini diperhitungkan sebagai perkiraan atas kepemilikan orang dalam untuk meningkatkan biaya keagenan yanh nantinya akan
meningkatkan konflik antara manajer dengan pemegang saham. Untuk kasus seperti ini dicetuskan hipotesis yang menunjukkan adanya hubungan negatif
antara kepemilikan orang dalam dengan ratio deviden pay-out, karena semakin tinggi tingkat kepemilikan orang dalam maka akan memicu permasalahan
keagenan menjadi menurun, dengan demikian pembayaran deviden juga semakin rendah.
Variabel ini diukur dengan rumus :
Inside = r
YangBereda TotalSaham
tu isDanDirek
ikiKomisar mYangDimil
JumlahSaha
Sumber : Maqsudi dan Ambon, 2004 : 9
2.2.3.2. Free Cash Flow Aliran Kas Bebas
Hipotesis yang dikemukakan oleh jensen et.al 1986 dalam jurnal Sabur Mollah 2000 : 9, tentang aliran kas bebas adalan bahwa perusahaan yang
memiliki peluang pertumbuhan lebih tinggi akan memiliki aliran kas bebas yang lebih randah. Dengan demikian, hal ini mengharuskan pembayaran deviden yang
lebih randah untuk mengurangi biaya keagenan atas aliran kas bebas. Hipotesis Jensen terkait dengan aliran kas bebas ini didukung oleh Rozeff 1982, Jensen
et.al. 1992, Smith dan Wash 1999. Ratio aliran kas bebas terhadap aktiva total
diperhitungkan sebagai perkiraan atas aliran kas bebas. Hal ini menunjukkan adanya hipotesis yang mengindikasikan adanya hubungan positif antara aliran kas
bebas dengan ratio deviden pay-out karena perusahaan memiliki aliran kas bebas
lebih banyak, maka jumlah deviden pun akan lebih baik untuk dibagikan kepada pemegang saham atau membayarkan hutang, dan ini akan mengurangi biaya
keagenan. Variabel tersebut diukur dengan rumus :
FCF =
a TotalAktiv
su BebanPenyu
dividen ak
SetelahPaj LabaBersih
tan +
−
Sumber : Maqsudi dan Ambon, 2004 : 9
2.2.3.3. Collaterizable Asset Aktiva Yang Digunakan