145 Gambar 24. Siswa membuat
soal berdasarkan kartu pecahan Gambar 25. Siswa mengerjakan soal
cerita dari teman Dari hasil observasi,wawancara dan dokumentasi dapat
disimpulkan bahwa fasilitator melakukan penilaian hasil seperti mengukur kemampuan siswa dalam mengerjakan soal pecahan dari
teman atau fasilitator, membuat dan mengerjakan soal yang dibuat sendiri.
d. Hambatan Pembelajaran Inkuiri
Hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran dengan teknik inkuiri sebagaimana hasil dari pengamatan peneliti adalah pada kegiatan
permainan berhitung fasilitator kurang menjelaskan secara detail peraturan dalam permainan tersebut sehingga siswa menempelkan kartu pecahan
dimana saja ditempat yang mereka sukai seperti di pohon, di dekat aliran irigasi, di tiang sekolah bahkan dibawah sandal. Hal tersebut tentunya
membuat siswa lain kesulitan dalam mencari kartu jawaban dan soal yang harus mereka temukan. Selain itu, hambatan juga muncul pada kegiatan
Pasar Senin Legi yang merupakan teman riset kelas IV. Dalam kegiatan tersebut siswa selain berperan sebaga penjual, pembeli dan petugas pasar
juga harus melakukan wawancara dengan fasilitator untuk mengumpulkan
146 data yang terkait dengan tugas yang telah disepakati bersama. Namun,
siswa lebih fokus untuk menjalankan peran sehingga fasilitator perlu mengingatkan agar siswa segera mengumpulkan data.
Hambatan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya adalah ketika diskusi bersama untuk membahas tugas Pasar Senin Legi. Dalam diskusi
tersebut fasilitator cukup lama untuk menunggu siswa agar siap diskusi karena banyak siswa yang masih asyik bermain dan berbicara dengan
teman sehingga fasilitator harus mengingatkan dan menegur siswa agar diskusi dapat dilanjutkan. Untuk mendukung hasil penelitian berikut juga
dilakukan wawancara dengan fasilitator mengenai hambatan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut.
Peneliti: “Adakah hambatan dalam kegiatan tersebut?” Mvn: “Paling kalok gamenya karna ada yang nyembunyiin soal
dibawah sandal dan kita lupa untuk memposisikan dimana agar temannya gak kesulitan. Kurang pada kesepakatan yang
lebih detail, kurang terprosedur mungkin harus lebih rinci, lebih detail pada gamenya karenakan kita kemaren lebih
fokus pada soal. Jadi, lebih banyak belajar pada game
sebelumnya.” CW.04. Peneliti: “Apa saja hambatan saat diskusi klasikal?”
Mvn: “Mungkin hanya awal pengkondisian karena jumlah siswa banyak dan beragam. Terkadang juga mereka masih sibuk
sendiri, ngobrol sama temannya jadi perlu kita ingatkan kembali.”
Peneliti: “Apa saja hambatan dalam implementasi pembelajaran PLAS dengan teknik inkuiri?
” Mvn: “Iya kadangkan dalam pengumpulan data ada siswa yang
bertugas sehingga mereka juga harus pintar membagi waktu kapan mereka bertugas dan kapan mencari data.”
Peneliti: “Apakah hambatan dari evaluasi yang digunakan fasilitator?
” Mvn:
“Kurang mendokumentasikan secara detail jadi terkadang lupa.” CW.05.
147 Dari hasil wawancara dengan fasilitator Mvn diketahui bahwa
hambatan dalam kegiatan pembelajaran seperti dalam permainan pecahan yaitu kurang terprosedurnya permainan tersebut sehingga siswa kesulitan
dalam mencari kartu pecahan. Selain itu hambatan juga dimuncul dalam kegiatan diskusi dan waktu untuk pengumpulan data sehingga siswa harus
pintar dalam membagi waktu. Hambatan juga muncul dalam penilaian yaitu fasilitator kurang mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan
siswa karena penilaian yang digunakan adalah penilaian proses dengan melihat bagaimana kegiatan siswa dalam pembelajaran yang disajikan
dalam bentuk narasi brdasarkan skala usaha siswa. Selain fasilitator peneliti juga melakukan wawancara dengan ketua PKBM yaitu sebagai
berikut. Peneliti:“Apasaja yang menjadi hambatan ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung di sekitar lingkungan sekolah? ”
Catatan Wawancara.07. Myd: “Enggak ada, karena hambatan itu kita jadikan sebagai media,
peristiwa belajar bukan hambatan.” Peneliti: “Apakah yang menjadi hambatan dalam penilaian dengan
teknik inkuiri? ”
Myd: “Paling dokumentasi dalam proses pembelajaran.”
Dari wawancara dengan ketua PKBM Myd diketahui bahwa tidak ada yang menjadi hambatan dalam pembelajaran yang berlangsung di
sekitar sekolah karena hambatan tersebut dapat dijadikan media atau peristiwa belajar sehingga dimana pun proses pembelajaran dapat
dilakukan tergantung bagaimana fasilitator memanfaatkan hambatan tersebut untuk dijadikan peristiwa belajar. Tidak hanya itu, dalam
penilaian pun juga terdapat hambatan yaitu dokumentasi proses
148 pembelajaran siswa karena penilaian yang dilakukan adalah narasi
sehingga harus mengetahui secara detail kemampuan belajar yang dimiliki siswa.
Peneliti juga mengamati bahwa dalam perencanaan kegiatan fasilitator juga harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan banyak
memberikan aktifitas kepada siswa sehingga perlu perencanaan pembelajaran yang matang sebagaimana hasil wawancara berikut.
Peneliti:“Fasilitator harus kreatif untuk menciptakan kegiatan pembelajaran?”
Mvn: “Iya, soalnya kan kadang kalok pembelajarannya cuma biasa mereka kadang podo sibuk dewe, jadi ya mau enggak mau
kita harus menciptakan pembelajaran yang menarik agar mereka lebih tertarik belajar. Kalok ngajar dengan cara
konvensional kayaknya udah gak bakal didengerin Mbak.” CW.04.
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa fasilitator menciptakan kegiatan yang kreatif agar siswa lebih tertarik untuk belajar. Dengan
begitu materi dapat disampaikan dengan cara yang lebih efektif dan lebih terperhatikan oleh siswa. Untuk memperkuat hasil penelitian mengenai
hambatan pembelajaran maka juga ditambahkan hasil dokumentasi sebagai berikut.
Gambar 26. Siswa menempelkan kartu jawaban di tiang sekolah
149 Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi diperoleh data
bahwa hambatan yang muncul dalam pembelajaran inkuiri adalah kurangnya penjelasan prosedur permainan yang lebih detail agar siswa
tidak kesulitan dalam mencari kartu, pengkondisian siswa untuk siap diskusi, menciptakan pembelajaran yang menarik kurangnya dokumentasi
proses pembelajaran dan pembagian waktu untuk siswa mengumpulkan data. Selain itu dari pengamatan peneliti juga menemukan hambatan dalam
pembelajaran seperti pada tahap persiapan waktu kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat berjalan sesuai dengan perencaan karena banyak
materi yang diulang sehingga melebihi dari waktu perencanaan selain itu pada langkah pembelajaran inkuiri tahap mengajukan dan menguji
hipotesis banyak siswa yang belum berani dalam mengajukan hipotesisnya sehingga hanya sebagian anak saja yang aktif dalam mengajukan hipotesis.
150
B. Pembahasan