KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA.

(1)

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)

NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dian Eka Nidyawati NIM 12110241041

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Kebanyakan orang tidak benar-benar ingin kebebasan, karena kebebasan melibatkan tanggung jawab, dan kebanyakan orang takut

tanggung jawab.” (Sigmund Frend)

“Human behavior flows from three main sources: desire, emotion, and knowledge” (Plato)


(6)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kehadirat-Nya yang telah memberikan nikmat serta anugerah-Nya, karya ini saya persembahkan untuk: 1. Orang tua saya tercinta, Ayahanda Gunadi dan Ibunda Suminah yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat, cinta, do’a, dukungan sehingga penulis berhasil menyusun karya tulis ini.


(7)

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM)

NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

Oleh

Dian Eka Nidyawati NIM 12110241041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep dan implementasi pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Pendiri, Kepala PKBM, Kepala Pendidikan Tingkat Dasar (SD), fasilitator Pendidikan Dasar, dan peserta didik Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM). Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis data Miles dan Hubberman yang meliputi, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data mengunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menyimpulkan, (1) Pendidikan berbasis alam yaitu proses belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan lingkungan alam sekitarnya; (2) Tujuan dari pendidikan berbasis alam yaitu agar anak menjadi dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing disesuaikan dengan capaian setiap kelas; (3) Karakteristik peserta didik yaitu anak bebas mengembangkan minat dan potensinya masing-masing, anak-anak tidak dipaksa oleh para orang tuanya sehingga anak-anak dengan senang hati belajar di Sanggar Anak Alam (SALAM); (4) Karakteristik pendidik yaitu bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis alam dengan memfasilitasi seluruh kebutuhan peserta didik dalam pembelajaran dan ada keinginan untuk belajar bersama-sama dengan anak maupun fasilitator yang lain; (5) Kurikulum yang digunakan dalam pengimplementasian pendidikan berbasis alam adalah kurikulum berbasis minat masing-masing peserta didik melalui daur belajar; (6) Metode pembelajaran yang digunakan yaitu menggunakan metode riset yang temanya ditentukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan sampai dengan persentasi; (7) Media yang digunakan peserta didik berbeda-beda dan disiapkan bersama orang tuanya sesuai dengan kebutuhan serta tema masing-masing peserta didik; (8) evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam dilakukan dengan review oleh fasilitator serta dalam proses pembelajaran melalui tahap-tahap daur belajar.

Kata kunci: Konsep pendidikan, Pendidikan berbasis alam, Sanggar Anak Alam (SALAM)


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berisi tentang “KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS ALAM DI SANGGAR ANAK ALAM (SALAM) NITIPRAYAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA” dengan baik dan lancar. Penulis menyadari, keberhasilan yang dapat diraih dalam penyusunan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari semua pihak, maka penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta dan dan dosen pembimbing akademik.

4. Ibu Dr. Rukiyati, M.Hum. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta menyetujui skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Kebijakan Pendidikan, Fakuktas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama mengenyam pendidikan strata 1.

6. Pendiri, ketua PKBM dan fasilitator Sanggar Anak Alam (SALAM) yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian.

7. Peserta didik yang telah memberikan kemudahan selama proses penelitian. 8. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mencurahkan segala perhatian, kasih

sayang serta do’a yang dipanjatkan selama ini demi kesuksesanku.

9. Adikku tercinta, Agung Dwi Widayanto yang selalu memberikan semangat dan do’a yang tulus.

10. Sahabat seperjuangan Agus Tina Nugraheni dan Desinta Kusumaningrum yang selalu memberikan dukungan dan do’a yang tulus.


(9)

11. Muhammad Faishal Rizaldy yang selalu memberikan semangat dan dukungan demi kelancaran skripsi ini.

12. Rekan-rekan Mahasiswa di Prodi Kebijakan pendidikan, Fakultas Ilmu pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan baik moril, materil selama penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umunya.

Yogyakarta, 17 April 2017 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam ... 10

1. Konsep Pendidikan ... 10

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan... 13

a. Fungsi Pendidikan ... 13

b. Tujuan Pendidikan... 15


(11)

4. Pengertian Implementasi ... 22

5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam ... 27

a. Latar Belakang Pendidikan Berbasis Alam ... 27

b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam ... 28

c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam ... 29

d. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam ... 31

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 39

1. Jenis Penelitian... 39

2. Pendekatan Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

2. Waktu Penelitian ... 40

C. Objek Penelitian ... 40

D. Subjek Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Observasi... 41

2. Wawancara ... 42

3. Dokumentasi ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

1. Pedoman Observasi ... 43

2. Pedoman Wawancara ... 44

3. Studi Dokumen ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

H. Keabsahan Data ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 50


(12)

3. Tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 52

4. Prinsip dan Perspektif Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 53

5. Sarana dan Prasarana ... 54

6. Struktur Kepengurusan ... 56

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 58

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 59

3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 61

4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 63

5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 66

6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 71

7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 74

8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)... 77

9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 80

C. Pembahasan ... 82

1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 82

2. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 84

3. Karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 85

4. Karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 87

5. Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 88


(13)

6. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan

berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 91

7. Media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 94

8. Evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)... 95

9. Hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi ... 44

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara ... 44

Tabel 3. Kisi-kisi studi dokumen ... 46


(15)

DAFTAR BAGAN

hal Bagan 1. Struktur Kepengurusan PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 56 Bagan 2. Daur Belajar Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 67 Bagan 3. Metode Pembelajaran Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 72 Bagan 4. Tahap Metode Riset ... 73


(16)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gedung depan ... 157

Gambar 2. Gedung Kelas ... 157

Gambar 3. Gedung Kesekertariatan dan Halaman Bermain Anak ... 158

Gambar 4. Fasilitas Bermain Anak ... 158

Gambar 5. Gedung Keterampilan ... 158

Gambar 6. Perpustakaan... 159

Gambar 7. Ruang Kesekertariatan ... 159

Gambar 8. Gedung Taman Anak, SMP, dan Dapur ... 159

Gambar 9. Lingkungan Sekitar Sanggar Anak Alam (SALAM) ... 160

Gambar 10. Gedung Belakang ... 160


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 108

Lampiran 2. Transkrip Hasil Wawancara ... 117

Lampiran 3. Reduksi Hasil Penelitan ... 135

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 147

Lampiran 5. Dokumentasi Foto... 157

Lampiran 6. Kurikulum ... 161

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari FIP ... 164


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan diluar jalur (atau sistem) pendidikan formal, baik dilembagakan maupun tidak dilembagakan, yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan atau terstuktur. (Undang-Undang Republik Indonesia No.20 th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Proses belajar terjadi secara terorganisasikan di luar sistem persekolahan, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar, dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. (Saleh Marzuki, 2010: 137).

Pendidikan nonformal merupakan suatu kebutuhan karena di negara mana pun pasti ada sekelompok orang yang memerlukan layanan pendidikan sebelum masuk sekolah, sesudah menyelesaikan sekolah, ketika tidak mendapat kesempatan sekolah, bahkan ketika sedang bersekolah. Pendidikan nonformal sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki tugas sama dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal) yakni memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan di luar sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan.

Sasaran pendidikan nonformal yang semakin beragam, tidak hanya sekedar melayani masyarakat miskin, masyarakat yang masih buta pendidikan


(19)

dasar, masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal,

masyarakat yang tidak terakses pendidikan formal seperti; suku terasing, masyarakat daerah pedalaman, daerah perbatasan, dan masyarakat pulau luar. Namun demikian masyarakat sasaran pendidikan nonformal terus meluas maju sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan lapangan kerja dan budaya masyarakat itu sendiri. Pada prinsipnya perluasan kegiatan/program pendidikan nonformal harus sejalan dengan pemikiran baru tentang konsep belajar (learning), di mana belajar

yang terkesan hanya berlangsung di sekolah (formal) kurang tepat lagi dan mulai bergeser ke luar setting persekolahan.

Ada beberapa fungsi pendidikan nonformal dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai substitusi pendidikan sekolah, komplemen pendidikan sekolah, suplemen pendidikan sekolah, jembatan memasuki dunia kerja, dan sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan. (Ishak dan Ugi, 2012: 25). Hunter (dalam Saleh Marzuki, 2010: 147) menyatakan bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengatasi kesenjangan yang ada di masyarakat antara lain kesenjangan pekerjaan, efisiensi, permintaan serta penyediaan, populasi, bayaran sebagai pendapatan, persamaan hak, beradaptasi, dan harapan.

Dalam kasus di Indonesia, kebutuhan belajar, bidang pelajaran dan pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah adalah garapan dan tanggung jawab pendidikan nonformal. Banyak masalah dan kebutuhan belajar individu dan masyarakat yang memiliki keterbatasan tempat, ruang, waktu serta sarana


(20)

dan prasarana. Adanya kebutuhan belajar atau masalah sosial yang membutuhkan sentuhan pendidikan di luar sistem persekolahan, maka disitu pendidikan nonformal perlu hadir. (Ishak dan Ugi, 2012: 35-36)

Di Indonesia masih banyak orang yang membutuhkan pendidikan nonformal karena tidak dapat menempuh pendidikan formal dengan berbagai sebab, di antaranya karena tidak mampu mengikuti pendidikan formal di sekolah, tidak mampu secara ekonomi untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah, dan peserta didik yang memang tertarik dengan pendidikan nonformal. Salah satu problema pendidikan yang terjadi di Indonesia adalah terdapatnya kesenjangan yang cukup lebar antara pengetahuan yang dimiliki para siswa dengan sikap dan perilakunya. Kebanyakan mereka hafal dengan materi pelajarannya, tetapi tidak mampu mengaplikasikan pengetahuannya bagi peningkatan kualitas hidup, seolah tidak mengetahui makna belajar yang sesungguhnya. Penerapan sistem pendidikan yang sudah tidak lagi berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya merupakan masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Banyak yang tidak menyadari bahwa sistem pendidikan yang diterapkan selama ini dapat menghambat berkembangnya potensi besar peserta didik dan cenderung hanya mengedepankan pada aspek kognitif. Sekolah menjadi tempat kompetisi, bersaing, dan saling menggungguli sejak dini, padahal setiap orang memiliki potensi dan persoalan masing-masing. Tidak layak ketika setiap orang diperlakukan sama dan diminta mengikuti adu pertandingan untuk mencapai ranking tertinggi, padahal lingkungan, modal, asupan gizi dan fasilitasnya


(21)

tidak semua sama. Pada dasarnya sekolah merupakan tempat siswa memahami potensi, mengerti perkembangan pengetahuan dan kemampuannya. (Sylvia Tiwon, 2015: 12).

Hasil dari proses panjang pendidikan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sekelompok orang yang berkepentingan dan para penguasa. Sekolah (paradigma industri menempatkan anak sebagai bahan mentah, diolah disekolah menjadi komoditas yang dibutuhkan penguasa dalam menjaga kelestarian kekuasaannya) merupakan lahan subur bagi kekuasaan untuk menanamkan ideologi kekuasaan secara berlebihan. (Antonio dalam Isjoni, 2009: 79-80). Sistem pendidikan di era kekinian lebih banyak dibangun atas keputusan kebijakan yang mereproduksi ideologi penguasa, bukan lahir dari “rahim” kesadaran pembangunan masyarakat baru secara “revolusioner” dan “visioner”. (Imam dan Ahmad, 2004: 130).

Belum optimalnya penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia memicu munculnya sekolah-sekolah alternatif sebagai inovasi baru dalam memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu pendidikan alternatif dengan harapan bisa mencapai tujuan pendidikan secara kognitif, afektif dan psikomotor adalah pendidikan nonformal yang berbasis alam. Alam merupakan salah satu media pembelajaran potensial yang saat ini hampir dilupakan oleh praktisi pendidikan. Kurang ada kesadaran bahwa alam bermanfaat sebagai tempat untuk melakukan proses belajar. Belajar dari alam bukan berarti kita hanya sibuk memperhatikan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh alam atau mengamati apa saja yang dihasilkan oleh alam. Belajar dari


(22)

alam adalah alam digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar mengajar, dan apa yang bisa kita gunakan dari alam sebagai alat peraga atau pendukung dalam proses belajar. Siswa tidak hanya memahami materi yang diberikan oleh guru sebatas pada alam ide, tetapi juga bisa mempelajari secara empiris.

Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta merupakan sekolah nonformal dan salah satu sekolah alternatif. Di sekolah tersebut anak belajar di gubuk dan halaman, para pendidik dan anak-anak tidak memakai seragam tetapi memakai pakaian bebas atau santai setiap harinya. Di setiap kelas terdapat 2 pendidik yang mereka sebut sebagai fasilitator bukan guru. Selain itu terdapat pula kebun ditanami berbagai macam tanaman organik dan sayuran yang dirawat anak-anak SALAM, tanaman organik dan sayuran tersebut dijadikan makanan olahan sehat yang diolah sendiri oleh anak-anak untuk bahan praktik serta dikonsumsi sebagai kudapan saat istirahat dan makan siang. Setelah makan siang anak-anak mencuci piring dan gelas mereka masing-masing.

SALAM mencoba mewujudkan ide-ide pendidikan yang sesungguhnya dengan memberikan ruang seluas-luasnya bagi anak untuk tumbuh berkembang, bebas berekspresi dan berekplorasi dalam menemukan suatu pengetahuan dengan memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai media belajar. Berdasarkan wawancara dengan Pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM) Bantul Yogyakarta menyatakan bahwa banyaknya anak putus sekolah, pernikahan dini, pengangguran serta banyak orang hidup di tanah


(23)

yang subur tetapi miskin menjadi latar belakang berdirinya SALAM. Walaupun dalam skala kecil SALAM berusaha membentuk pendidikan kritis, menggerakan perekonomian dan dapat hidup di lingkungan sekitar. Di SALAM peserta didik belajar tentang pergaulan, hak-hak dasar, pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Anak tidak dipaksa-paksa, anak dihargai, diberi kesempatan dan tidak membandingkan anak satu dengan yang lain. Anak merupakan makhluk hidup yang secara kodrati akan tumbuh dan berkembang, mempunyai pribadi yang unik, selalu menuju pada proses perkembangan, ingin berjalan ke depan, ingin tahu dan selalu ingin berhasil. Banyak peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif karena langsung menerima informasi dari pendidik, sehingga sulit untuk diajak berdiskusi atau tanya jawab dalam pembelajaran. Peserta didik juga kurang berani dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide serta pendapat dalam proses pembelajaran. Yang diperlukan adalah situasi dan ruang agar anak mampu mengolah kesulitan-kesulitan, mampu mengalahkan kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya, depresi, dan kondisi psikologis lainnya hingga menemukan jati dirinya. Intinya sekolah merupakan tempat untuk memproses kecerdasan dan potensi yang ada dalam diri anak masing-masing. SALAM menyusun Kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan anak dan menyesuaikan usia anak, hanya mengambil indikator dari kurikulum Nasional tetapi selebihnya dikembangkan sendiri oleh para pendidik SALAM.


(24)

Selain itu berdasarkan wawancara dengan Kepala PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) menyatakan bahwa anak mempunyai keunikan dan potensi yang berbeda-beda, maka harus diberikan wadah untuk berkembang sesuai dengan keunikan dan potensi mereka masing-masing. Di SALAM mempunyai program aktivitas dalam dan luar kelas, makanan sehat, kesehatan, lingkungan, seni dan budaya dengan kurikulum yang menitikberatkan pada proses eksplorasi anak terhadap lingkungan sekitarnya, yang menyenangkan, menghargai perbedaan dan lokalitas. SALAM juga mempunyai slogan “mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan saya paham, menemukan sendiri saya kuasai”.

Berdasarkan studi pendahuluan, hasil wawancara dan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan judul “Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada sebagaimana dikemukakan pada latar belakang, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Banyaknya anak putus sekolah, pernikahan dini, pengangguran serta

banyak orang hidup di tanah yang subur tetapi miskin.

2. Anak mempunyai keunikan dan potensi yang berbeda-beda, maka harus diberikan wadah untuk berkembang sesuai dengan keunikan dan potensi masing-masing.


(25)

3. Peserta didik kurang berani dalam mengajukan atau menjawab pertanyaan dan mengungkapkan ide serta pendapat dalam proses pembelajaran.

4. Peserta didik cenderung menunjukkan sikap pasif karena langsung menerima informasi dari pendidik, sehingga sulit untuk diajak berdiskusi atau tanya jawab dalam pembelajaran.

5. Peserta didik kurang mampu dalam mengolah kesulitan-kesulitan, mengalahkan kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya, dan depresi sehingga belum menemukan jati dirinya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah melalui beberapa uraian di atas, agar pembahasan lebih fokus aspek yang diteliti oleh peneliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Cakupan masalah pada penelitian ini terkait dengan potensi peserta didik yang berbeda-beda, maka peserta didik berkembang sesuai dengan potensi masing-masing melalui pendidikan berbasis alam di SD Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?


(26)

2. Bagaimana implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

2. Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori pendidikan serta dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan Kebijakan Pendidikan Non Formal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sanggar Anak Alam (SALAM)

Memberikan masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

b. Bagi Dinas Pendidikan

Memberikan sumbangsih informasi dan pemikiran terhadap pengembangan Kebijakan mengenai Pendidikan Non Formal.


(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam 1. Konsep Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat luas.

Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogik”. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata “pais” yang

berarti “anak” dan kata “ago” yang berarti “aku membimbing”. Jadi

paedagogike berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaan

membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut ”paedagogos”. (Soedomo, 2008: 17).

Pengertian pendidikan tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta


(28)

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas tersebut menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses seseorang belajar untuk mengetahui, mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

Pendidikan merupakan proses sepanjang hayat dan upaya perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam pemenuhan semua komitmen manusia sebagai individu, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk Tuhan. (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 55-56).

Ahmadi dan Uhbiyati (2003 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar, disengaja, dan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga terjadi interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang diharapkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Ngalim Purwanto (2011: 11) bahwa pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Kedewasaan yang dimaksud adalah orang yang benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuat, baik


(29)

atau burukkah itu, mau mempertanggungjawabkan keadaannya dan segala perbuatannya. Secara moral telah menyesuaikan diri (mengidentifikasi diri) dengan norma-norma kesusilaan.

Ki Hadjar Dewantara (Imam Barnadib, 1989: 28) berpendapat bahwa pendidikan dimulai dari lahir sampai mati, dengan istilah pendidikan seumur hidup (Life long Education). Hal ini senada dengan

yang dinyatakan oleh Philip H. Coombs (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 52) bahwa pendidikan dalam arti luas disamakan dengan belajar tanpa memperhatikan dimana, atau pada usia berapa belajar terjadi. Pendidikan sebagai proses sepanjang hayat (life long process), dan seseorang

dilahirkan hingga akhir hidupnya.

Beberapa konsep pendidikan yang telah dipaparkan tersebut meskipun terlihat berbeda, namun sebenarnya memiliki kesamaan dimana di dalamnya terdapat kesatuan unsur-unsur yaitu: pendidikan merupakan suatu proses, ada hubungan antara pendidik dan peserta didik, terkandung pembinaan, pengembangan, peningkatan, memiliki tujuan, serta aktivitas pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk membantu seseorang untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, baik secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat yang berlangsung seumur hidup.


(30)

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan a. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilakukan oleh pendidikan. (Dirto Hadisusanto, dkk, dalam Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 24). Tugas atau misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik maupun kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup. Bagi dirinya sendiri, pendidikan berfungsi menyiapkan dirinya sendiri agar menjadi manusia secara utuh, sehingga dapat menunaikan tugas hidupnya secara baik dan dapat hidup wajar sebagai manusia. Fungsi pendidikan terhadap masyarakat setidak-tidaknya ada dua bagian besar yaitu fungsi preserveratif dan fungsi direktif. Fungsi

preserveratif dilakukan dengan melestrikan tata sosial dan tata nilai

yang ada dalam masyarakat, sedangkan fungsi direktif dilakukan

oleh pendidikan sebagai agen pembaharuan sosial, sehingga daat mengantisipasi masa depan. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi (1) menyiapkan sebagai manusia, (2) menyiapkan tenaga kerja dan (3) menyiapkan warga negara yang baik. (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 24).

Di Indonesia, menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 (dalam Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 25), fungsi pendidikan ditetapkan sebagai berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang


(31)

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ...” Di sini tersirat ada fungsi sebagai nation and character building, yang

selama ini banyak dikritik agak terabaikan.

Jeane H. Balantine (dalam Sumitro, dkk, 1998: 60) menyatakan bahwa fungsi pendidikan bagi masyarakat meliputi (1) fungsi sosialisasi, (2) fungsi seleksi, latihan dan alokasi, (3) fungsi inovasi dan perubahan sosial, (4) fungsi pengembangan pribadi dan sosial. Hal ini juga sebagaimana yang dinyatakan oleh Alex Inkeles (dalam Sumitro, dkk, 1998: 60) bahwa fungsi pendidikan itu adalah sebagai berikut: (1) menindahkan nilai-nilai budaya, (2) fungsi nilai pengajaran, (3) fungsi meningkatkan mobilitas sosial, (4) fungsi stratifikasi, (5) fungsi latihan jabatan, (6) fungsi mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan sosial, (7) fungsi membentuk semangat kebangsaan dan (8) fungsi mengasuh bayi.

Dari bermacam-macam fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengemban fungsi yang sangat luas karena menyentuh segala segi kehidupan manusia. Pendidikan juga mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.


(32)

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Tanpa sadar tujuan, maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya. Moore, T.W. (dalam Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 26) menyatakan bahwa dalam tujuan pembangunan, pendidikan merupakan sesuatu yang mendasar terutama pada pembentukan kualitas sumber daya manusia. Todaro & Smith (2003: 404) menjelaskan bahwa pendidikan memiliki peran kunci dalam membentuk kemampuan manusia untuk menyerap teknologi modern, dan mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Langeveld (dalam Ahmadi dan Uhbiyati, 2003: 105-108) mengemukakan ada beberapa tujuan pendidikan, antara lain:

1) Tujuan Umum, tujuan ini juga disebut tujuan total, tujuan yang sempurna atau tujuan akhir untuk membentuk manusia sempurna.

2) Tujuan Khusus, tujuan-tujuan pendidikan yang telah disesuaikan dengan keadaan-keadaan tertentu, dalam rangka untuk mencapai tujuan umum pendidikan inilah yang dimaksud dengan tujuan khusus.

3) Tujuan tak lengkap, setiap aspek pendidikan mempunyai tujuan-tujuan pendidikan sendiri-sendiri. Tujuan dari aspek-aspek pendidikan inilah yang dimaksud tujuan pendidikan tak lengkap.


(33)

Sebab masing-masing aspek pendidikan itu menganggap seolah-olah dirinya terlepas dari aspek pendidikan yang lain. Pada hal masing-masing pendidikan itu hanyalah merupakan bagian-bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu tujuan dari masing-masing aspek itu harus dilengkapi dengan tujuan dari aspek-aspek yang lain.

4) Tujuan insidental : (tujuan seketika atau sesaat), tujuan ini timbul secara kebetulan , secara mendadak dan hanya bersifat sesaat.

5) Tujuan sementara, tujuan yang ingin dicapai dalam fase tertentu dalam pendidikan. Tujuan sebenarnya ialah agar anak dapat memiliki ilmu pengetahuan tertentu. Memiliki ilmu pengetahuan merupakan tujuan sementara dan begitulah seterusnya. Demikian tujuan-tujuan sementara ini semakin meningkat untuk menuju kepada pengetahuan umum, tujuan total atau tujuan akhir.

6) Tujuan perantara, tujuan perantara disebut juga tujuan intermediet. Tujuan inilah adalah merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain.

Berbagai macam uraian dari tujuan pendidikan di atas maka dapat di simpulkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan manusia agar memiliki ketrampilan dan mampu bersaing dan berdaya guna bagi bangsa dan negara.


(34)

3. Komponen-Komponen Pendidikan

Sebagaimana dikemukakan dalam bagian pendidikan sebagai sistem, bahwa suatu sistem memiliki komponen-komponen (subsistem). Pendidikan sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Komponen-komponen penting dalam pendidikan, antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa/murid/santri/warga belajar/peserta didik), kurikulum, metode pembalajaran, media pembelajaran, dan lingkungan.

Rulam Ahmadi (2015: 63-79) mengemukakan beberapa komponen-komponen pendidikan, antara lain:

a. Peserta didik

Peserta didik adalah seseorang yang ingin belajar atau memperoleh pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan (pembelajaran) dari pemerintah atau masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Mereka memiliki kerakteristik yang berbeda-beda dan memengaruhi proses belajarnya. Peserta didik memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga menjadi insan yang unik. Kedua, individu yang sedang berkembang, perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Ketiga, individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.


(35)

Keempat, individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Manusia dilahirkan dengan potensinya masing-masing dan kemampuan masing-masing dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.

b. Pendidik

Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan peserta didik. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik adalah guru di sekolah, orang tua, dan masyarakat. Pendidik utama dalam konteks rumah tangga adalah orang tua, sedangkan dalam konteks pendidikan di sekolah menjadi tanggung jawab utama guru. Masyarakat baik secara individual, kolektif, maupun, lembaga juga memiliki peranan penting dalam proses pendidikan. Akan tetapi, dalam konteks uraian ini pendidik lebih ditekankan pada guru di sekolah. Guru yang baik memiliki beberapa sifat. Ada sebelas sifat utama guru yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Alan Haskvitz, yaitu: tidak puas, harapan yang tinggi, menciptakan kemandirian, berpengetahuan luas, humor, berwawasan, fleksibel, berbeda, tidak menerima, tidak menyesuaikan (unconforming), dan seorang komunikator.

c. Kurikulum

Rusly Ahmad (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 68) mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang mempunyai arti dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu di bawah pengawasan


(36)

sekolah. Pendapat lain menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu alat yang sangat penting dalam meralisasi dan mencapai tujuan pendidikan sekolah (Oemar Hamalik dalam Rulam Ahmadi, 2015: 68). Dalam arti luas, kurikulum dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat memengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Kurikulum harus direncanakan agar pengaruhnya terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya.

d. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pendidikan (pembelajaran). Dengan metode yang tepat, pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika penggunaan metode tidak tepat bisa berpengaruh negatif pada pembelajaran. metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dalam mencapai tujuan (Darwyn Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73). Fungsi metode pembelajaran adalah: 1) metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, 2) metode sebagai strategi pengajaran, 3) metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Zain dalam Rulam Ahmadi, 2015: 73). Ada beberapa jenis metode yang digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:

1) Metode ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada


(37)

sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 74). Pada dasarnya, hampir dan bahkan semua pembelajaran menggunakan metode ceramah walaupun tidak sebagai metode inti. Penerapan metode diskusi, misalnya tetap juga menyertakan metode ceramah terutama pada saat memberi pengantar atau penjelasan.

2) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Penggunaan metode ini mengembangkan keterampilan mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, membuat kesimpulan, menerapkan, dan mengomunikasikan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran. (Djamarah dalam Rulam Ahmadi, 2015: 75).

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).

Metode ini juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).


(38)

e. Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan. Media pembelajaran sangat bermanfaat untuk memperlancar proses pembelajaran dan belajar siswa di dalam kelas. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Yusufhadi Miarso (dalam Rulam Ahmadi, 2015: 77) bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan materi pelajaran pada siswa sehingga memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif.

Dari beberapa komponen-komponen pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen tersebut (peserta didik, pendidik, kurikulum, metode pembelajaran, dan media pembelajaran) sangat menentukan kelancaran pelaksanaan dan keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan (pembelajaran).


(39)

4. Pengertian Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sempurna. Berikut ini adalah pengertian tentang implementasi menurut para ahli.

Hanifah (Harsono, 2002: 67) menyatakan bahwa implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Usman (2002: 70) mengemukakan bahwa implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Setiawan (2004: 39) berpendapat bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Definisi lain tentang implementasi diberikan oleh Lineberry (Putra, 2003: 81) yaitu tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta secara individu atau kelompok yang diarahkan pada pencapaian tujuan serta sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan suatu kebijakan. 3 (tiga) kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi menurut Tangkilisan (2003: 18) adalah :


(40)

1. Penafsiran, yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima serta dijalankan.

2. Organisasi, yaitu unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan suatu kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lainya.

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Winarno (2002: 125) mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, salah satunya yaitu teori George C. Edward. Dalam pandangan Edward III, ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan, antara lain:

a. Komunikasi

Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam komunikasi yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan (clarity).

Transmisi adalah keputusan kebijakan dan perintah yang telah diteruskan kepada personil yang tepat. Kejelasan merupakan perintah yang akan dilaksanakan dan harus jelas misalkan melalui petunjuk pelaksanaan. Konsistensi yaitu perintah tersebut harus jelas


(41)

dan tidak bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses implementasi dapat berjalan dengan efektif.

b. Sumber-sumber

Suatu perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas, dan konsisten tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, maka implementasi ini cenderung tidak efektif. Adapun sumber-sumber yang penting meliputi :

1) Staf

Jumlah staf yang terlalu banyak otomatis mendorong implementasi tidak berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf, namun di sisi lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan jumlah pelaksanaan yang memadai untuk melaksanakan suatu kebijakan. Para pelaksana juga harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.

2) Wewenang

Setiap wewenang mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Jika para pejabat/badan pelaksana kebijakan mempunyai keterbatasan wewenang untuk melaksanakan kebijakan maka


(42)

diperlukan kerjasama dengan pelaksana/badan lain agar program berhasil.

3) Fasilitas

Fasilitas fisik adalah sumber yang penting pula dalam suatu proses implementasi. Tanpa bangunan, sebagai kantor untuk melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapan dan perbekalan, maka kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.

4) Struktur Birokrasi

Ada 2 (dua) karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran dasar atau sering disebut sebagai

Standard Operating Procedure (SOP) berkembang sebagai

tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi merupakan tekanan di luar unit-unit birokrasi, seperti komite legislatif, kelompok kepentingan, pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah.

Subarsono (2005: 99) mengemukakan teori dari van Meter dan Van Horn mengenai 6 (enam) variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:


(43)

a. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan tidak teratur, maka akan mudah menimbulkan konflik diantara para pelaksana implementasi.

b. Sumber daya

Sumber daya diperlukan dalam sebuah implementasi kebijakan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

Dukungan dan koordinasi dengan instansi lain diperlukan dalam implementasi program untuk keberhasilan suatu program.

d. Karekteristik Agen Pelaksana

Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, Standard Operating

Procedure (SOP), norma-norma, dan pola-pola hubungan yang

terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni:

1) Respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan

2) Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan

3) Intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang dimiliki oleh implementor.


(44)

f. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

5. Konsep Pendidikan Berbasis Alam

a. Latar belakang Pendidikan Berbasis Alam

Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan. (Khaeruddin, dkk, 2007: 3). Pada bidang pendidikan konsepsi sekolah merupakan salah satu unsur penting keberlangsungan sistem pendidikan nasional. Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolah-sekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu bentuk sistem pendidikan yang digagas untuk merubah keadaan dunia pendidikan Indonesia saat ini, dan mulai dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan berbasis alam. (Satmoko Budi, 2010: 13). Alam adalah sumber pengetahuan yang luas dan berlimpah. Beberapa penemu


(45)

terkenal di dunia mampu menghasilkan karya-karya fenomenal lantaran memanfaatkan alam.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya, pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang, itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah saat ini. (Nurhadi, 2002: 1). Berdirinya sekolah berbasis alam terutama dilatar belakangi sebuah gagasan bagaimana menciptakan sistem belajar mengajar yang menyenangkan yang bisa menempa kecerdasan natural anak dengan kualitas menjadi nomor terdepan sehingga mampu menarik minat anak didik untuk terus belajar.

Diharapkan inspirasi dari hadirnya pendidikan berbasis alam menjadi alternatif dalam menciptakan susana belajar yang menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan bukan sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan.

b. Pengertian Pendidikan Berbasis Alam

Pendidikan berbasis alam dapat menjadi alternatif pendidikan yang bisa membawa anak menjadi lebih kreatif, berani mengungkapkan keinginannya dan mengarahkan anak pada hal-hal yang positif. Pendidikan berbasis alam cenderung membebaskan


(46)

keinginan kreatif anak sehingga anak akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan berlebih yang dimilikinya. (Satmoko Budi, 2010: 13).

Sebagai pendidikan berbasis alam, pemandangan sekolah adalah jantung sekolah. Menyatu dengan jiwa sekolah dan harmoni dengan alam. (Septriana, 2009: 78). Hakikat dari konsepnya merupakan sekolah dengan berbasis konsep pendidikan yang memanfaatkan alam semesta.

Pendidikan berbasis alam merupakan salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Pendidikan berbasis alam menjadi sebuah impian yang jadi kenyataan bagi mereka yang mengangankan dan menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan. Diharapkan dari adanya alternatif pendidikan alam tidak sekedar perubahan sistem, metode dan target pembelajaran melainkan paradigma pendidikan yang akan mengarah pada perbaikan mutu dan hasil dari pendidikan itu sendiri. Target strategisnya adalah anak didik dapat menjadi investasi sumber daya manusia untuk masa depan yang menghargai dan bersahabat dengan alam.

c. Pembelajaran Pendidikan Berbasis Alam

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan


(47)

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2001: 7). Mulyasa (2004: 100) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.

Alam semesta yang dimanfaatkan antara lain sebagai media pendidikan, observasi dan riset. (Septriana, 2009: 81). Kondisi fisiologis peserta didik ketika belajar di alam terbuka juga akan sangat berpengaruh terhadap keefektifan cara belajar mereka. Suasana dan kondisi lingkungan yang menyenangkan (Fun

Learning), akan sangat mendukung dalam proses pembelajaran ini.

Berdasarkan hal tersebut, sangatlah penting bagi kita untuk mengkonsep sebuah pendidikan yang menyelenggarakan sistem belajar mengajar yang menghargai setiap potensi yang ada. Dalam pembelajaran dapat diselaraskan dengan kondisi psikologis siswa, sehingga otak mereka akan sangat mudah untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran dan proses belajar pun akan menjadi sangat optimal dan efektif.

Dalam pembelajarannya konsep pendidikan berbasis alam yang dipakai adalah dengan cara belajar sambil bermain dengan


(48)

harapan orientasi fokusnya mengembangkan kelebihan yang dimiliki anak dengan metode pencarian yang tak baku dan relatif menyenangkan diterima anak dalam bentuk permainan tertentu. Metodologi pembelajaran yang dipakai cenderung mengarah pada pencapaian logika berpikir inovatif yang baik dalam bentuk action

learning (praktik nyata). (Satmoko Budi, 2010: 14).

Yang menarik dari pendidikan berbasis alam adalah tidak hanya siswa yang belajar guru pun dituntut untuk terus belajar, bisa dari murid atau guru-guru lain. Yang sangat penting dalam pembelajaran adalah penanaman dasar bahwa semua makhluk berkewajiban untuk belajar, belajar dalam konteks toleransi sosial. Bahkan yang lebih dalam proses pelajaran, bukanlah hanya mengejar nilai, namun bagaimana memahami seberapa jauh proses belajar dapat dinikmati dan diterapkan dengan baik. Dengan kata lain, antara kurikulum, toleransi sosial, dan pemanfaatan kehidupan keseharian dapat ditarik benang merah transformasi ilmu secara teknis, moral, kemanusiaan dan lain-lain.

d. Tujuan Pendidikan Berbasis Alam

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan berarti apa-apa, ibarat seseorang yang bepergian tidak tentu arah. Pendidikan berbasis alam merupakan pendidikan yang menawarkan konsep pendidikan nilai dan peduli terhadap lingkungan. Pendidikan dalam konsep berbasis alam merupakan usaha yang dilakukan secara


(49)

sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya tidak kehilangan arah dan pijakan. Keberadaan sekolah berbasis alam pada dasarnya dalam tujuan kurikulumnya mencakup penciptaan akhlak yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan dan penciptaan pemahaman kepemimpinan yang memadai. (Satmoko Budi, 2010: 18). Apapun latar belakang dari murid yang bersangkutan, sekolah berbasis alam sebagai tempat belajar adalah muara penciptaan akhlak yang baik.

Peserta didik diharapkan dapat menguasai pengetahuan dengan baik. Meskipun belajar di sekolah yang berbasis kurikulum alam, Peserta didik juga dituntut menguasai ilmu pengetahuan yang memadai. Satu hal yang tak bisa dilewatkan dari keberdaan sekolah berbasis alam adalah komitmennya pada penciptaan pemahaman kepemimpinan yang memadai. Mereka diarahkan menjadi inovator yang mempunyai jiwa kepemimpinan. Konteks kepemimpinan disini tidak hanya mampu memimpin secara sosial, namun juga untuk dirinya sendiri.

Pendidikan berbasis alam menjadikan anak lebih ramah, menghargai lingkungann dan lebih memfokuskan pada kelebihan yang dimiliki anak dengan metodologi action learning. Peserta didik

diharapkan dapat menciptakan dan membuat sesuatu yang baru dari bahan-bahan yang tersedia di alam, baik berupa pohon-pohonan, buah, atau yang lain. Sehingga dalam dunia nyata target out come,


(50)

peserta didik mampu menjadi anak yang mempunyai kriteria cinta lingkungan, menjadi inovator dalam segi kepemimpinan team work

dan sekaligus mampu berbisnis dalam praktek nyata. (Septriana, 2009: 90).

Dari uraian di atas tujuan pendidikan berbasis alam bila ditelaah dari target kolektif adalah berupaya untuk menghasilkan orang-orang luar biasa untuk membangun peradaban. Subtansi dari pendidikan berbasis alam yaitu mengajarkan empat hal utama, yaitu akhlak yang bersifat universal, logika ilmu, kepemimpinan, dan kewirausahaan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khafidhatul Khasanah dengan judul Konsep dan Implementasi Sekolah Berbasis alam di SD Alam SMART

KIDS Dusun Pewarakan Bawang Banjarnegara Jawa Tengah (UIN 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep sekolah berbasis alam di SD Alam SMART KIDS menggunakan konsep alam mengenai fungsi alam

dijadikan sebagai ruang belajar, media, objek, bahan ajar, dan untuk mewujudkan konsep sekolah alam, SD Alam SMART KIDS

menggunakan empat pilar proses pembelajaran yaitu pengembangan akhlak melalui teladan, pengembangan logika dan daya cipta melalui

ekpreriantal learning, pengembangan kepemimpinan dengan metode


(51)

Implementasi sekolah berbasis alam terwujud dalam kurikulum SD Alam

SMART KIDS yaitu meliputi tujuan pendidikan, isi materi,

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan, dan instrumen evaluasi. Faktor pendukung dari aspek internal yaitu situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang sangat strategis, sedangkan dari aspek eksternal adalah respon masyarakat yang positif dari masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Adapun faktor penghambat dari internal adalah belum tersusunnya administrasi sekolah dengan baik dan belum lengkapnya sarana prasarana, sedangkan faktor penghambat dari eksternal yaitu belum siapnya yayasan untuk memberikan bantuan berupa dana untuk pembangunan sekolah dan masih minimnya pemahaman masyarakat mengenai sekolah alam.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti Wijayanti dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran Sains Kelas III di SD Alam dan SD Non Alam Yogyakarta pada Tahun Pembelajaran 2008/2009 (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi guru kelas III dalam pelaksanaan pembelajaran sains di SD Alam lebih baik daripada kemampuan guru kelas III di SD Non Alam, skor total kompetensi guru yang diperoleh guru-guru kelas II di SD Alam sebesar 96,83 (kategori baik), sedangkan skor total kompetensi guru-guru di SD Non Alam sebesar 68,75 (kategori cukup). Aktivitas siswa kelas III di SD Alam lebih tinggi daripada aktivitas siswa di SD Non Alam, SD Alam memperoleh rerata skor aktivitas siswa sebesar 33,1 (kategori tinggi) dan


(52)

di SD Non Alam memperoleh rerata skor aktivitas siswa sebesar 23,6 (kategori sedang). Prestasi belajar siswa kelas III di SD Alam lebih tinggi daripada prestasi siswa kelas III di SD Non Alam. Prestasi siswa di SD Alam yaitu 59,95 lebih besar daripada hasil prestasi siswa kelas III di SD Non Alam yaitu 59,02.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rukiyati dengan judul Pendidikan Nilai Holistik untuk Membangun Karakter Anak di SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa landasan ontologis pendidikan nilai holistik Islam adalah monisme multifaset dengan titik tolak adalah manusia sebagai hamba Allah dan pemimpin di muka bumi. Landasan epistemologis pendidikan nilai holistik Islam adalah teori pengetahuan yang mengaku berbagai sumber pengetahuan: wahyu, akal, pengalaman, intuisi dan otoritas. Landasan aksiologis pendidikan nilai dalam Islam adalah nilai-nilai dasar: kebebasan, persamaan, keadilan, persaudaraan, dan perdamaian. Pendidikan nilai holistik Islam bertujuan untuk membentuk manusia berakhlak mulia. Konsep pendidikan nilai di SDIT Alam Nurul Islam adalah pendidikan Islam terpadu dengan alam. Subjek didik dibiasakan berinteraksi dengan alam agar dapat merasakan dan memikitkan keberadaan dirinya sebagai bagaian dari alam ciptaan Tuhan sehingga tumbuh kesadaran, perasaan, dan tindakan moral untuk menjadi hamba Allah dan pemimpin di muka bumi. Tujuan pendidikan nilai di SDIT Alam Nurul Islam adalah membentuk karakter: sholih, ilmuwan dan pemimpin. Kurikulum bersifat


(53)

terpadu bersumber dari kurikulum nasional, kurikulum sekolah alam dan kurikulum sekolah Islam terpadu. Metode pendidikan nilai yang digunakan adalah penaneman nilai, peragaan nilai, pembiasaan nilai, fasilitasi nilai, dan keterampilan nilai dengan strategi yang beragam. Interaksi guru dan siswa bersifat demokratis/egaliter, terbuka, dilandasi rasa ukhuwah yang kuat dan saling menghargai. Karakter subjek didik mencerminkan anak yang sedang tumbuh menjadi orang saleh, sadar diri, terbuka, demokratis, percaya diri, aktif, kreatif, cepat tanggap, pintar, senang bekerja sama dan mandiri. Karakter alumni mencerminkan pribadi remaja saleh, sadar diri, percaya diri, santun, menggemari kegiatan di alam, mempunyai orientasi hidup dan cita-cita yang jelas, mandiri, senang belajar dan berorganisasi. Ada keterbukaan sikap dari pendidik mengenai adopsi metode pembelajaran nilai terbaru yang sejalan dengan Islam. Ada kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah untuk mendukung proses pembelajaran nilai. Ada sedikit hambatan pendidikan nilai di sekolah berupa ketidaksamaan pembiasaan yang dilakukan sebagaian orang tua dengan pembiasaan di sekolah. Terdapat keselarasan antara teori pendidikan nilai holistik Islam dan praktiknya di SDIT Alam Nurul Islam mengenai tujuan pendidikan nilai, metode pendidikan nilai, dan evaluasi pendidikan nilai. Selain itu terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dalam hal: siswa kurang memahami konsep sekolah alam, dan adanaya hukuman untuk siswa.


(54)

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, dikembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

2. Apa tujuan dari pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

3. Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

4. Bagaimana karakteristik fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

5. Bagaimana kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

6. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?

7. Bagaimana media pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta?


(55)

8. Bagaimana evaluasi dari pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) ?

9. Bagaimana hasil dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM)?


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu memahami fenomena-fenomena yang dirasakan oleh pelaku dalam melakukan penelitian. Fenomena-fenomena tersebut seperti perilaku, persepsi, tindakan subjek yang diteliti. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut kemudian dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010 : 6).

Penelitian kualitatif dapat berarti bahwa penelitian yang datanya berbentuk kata-kata, gambaran bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang diperoleh meliputi interview, cacatan lapangan, foto, dokumen dan sebagainya

(Sudarwan Danim, 2002 : 51).

Definisi di atas dapat ditegaskan bahwa penelitian kualitatif hanya menjelaskan atau menyuguhkan data yang berbentuk kata-kata bukan angka-angka, yang didasarkan pada fakta-fakta yang ada dilapangan yang didapatkan melalui subjek dan objek saat penelitian berlangsung.


(57)

2. Pendekatan Penelitian

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) secara mendalam dan komprehensif.

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Agustus sampai Desember 2016 dari tahap prasurvei hingga dilaksanakan penelitian. C. Objek Penelitian

Objek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada objek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang

(actors) yang ada pada tempat (place) tertentu (Sugiyono, 2007: 215).

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.


(58)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang diminta informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2002: 107).

Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik dan pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM), kepala PKBM Sanggar Anak Salam (SALAM), Kepala Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM), fasilitator Pendidikan Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM), dan peserta didik Pendidikan Tingkat Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Sugiyono (2005: 63) menyatakan bahwa terdapat beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Observasi

W. Gulo (2002: 116) berpendapat bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Kegiatan observasi yang dilakukan yaitu merupakan observasi partisipan, sehingga peneliti terjun langsung kelapangan, dalam penelitian ini peneliti melihat kegiatan kemudian mencatat hal-hal yang perlu dan


(59)

relevan dengan yang diteliti di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan Kasihan Bantul Yogyakarta.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua pihak, yaitu dua pihak yang bertanya (interviewer) dan yang

memberikan jawaban (interview) (Moleong, 2005: 186). Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui mengenai hal- hal responden secara lebih mendalam.

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian sehingga data yang diperoleh dapat akurat melalui sumber terpercaya. Wawancara dilakukan oleh 2 orang yaitu pewawancara dan nara sumber (informan). Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara terstruktur dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk mengumpulkan data. Wawancara akan dilakukan dengan pendiri Sanggar Anak Alam (SALAM), kepala Pendidikan Dasar Sanggar Anak Alam (SALAM) dan fasilitator Pendidikan Dasar Sanggar Alam (SALAM).

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan bahwa metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku,


(60)

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005: 133) menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip-arsip terkait dengan tujuan dan fokus permasalahan penelitian ini dan digunakan sebagai penyempurna dari data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.

F. Instruman Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun spesial yang ingin diamati. (Sugiyono, 2004: 97). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, dokumentasi, dan observasi secara langsung kelapangan. Adapun kisi-kisi instrumen adalah meggunakan :

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi berupa pertanyaan secara garis besar terhadap hal-hal yang akan diobservasi, kemudian diperinci dan dikembangkan selama pelaksanaan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui data tertulis mengenai pendidikan berbasis alam.


(61)

Tabel 1. Kisi-kisi pedoman observasi

No. Aspek yang

dikaji Indikator yang dikaji Sumber Data 1. Sarana dan

Prasarana

a. Letak Geografis Sekolah

b. Bangunan sekolah c. Lingkungan sekitar

sekolah

Pengamatan Peneliti 2. Pendidikan

Berbasis Alam

a. Aktivitas pendidik b. Aktivitas peserta

didik

c. Situasi interaksi di Sekolah d. Pelaksanaan pembelajaran e. Pelaksanaan pendidikan berbasis alam

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk mempermudah peneliti dalam menyusun pertanyaan wawancara secara garis besar, kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan secara mendalam untuk mendapatkan suatu gambaran subjek dan pemaparan gejala yang tampak sebagai suatu fenomena.

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara

No. Aspek yang

dikaji Indikator yang dikaji Sumber Data 1. Konsep

Pendidikan Berbasis Alam

a. Pemahaman tentang pendidikan berbasis alam

b. Tujuan pendidikan berbasis alam

a. Pendiri Sekolah b. Kepala PKBM c. Kepala

Pendidikan Tingkat Dasar d. Pendidik


(62)

e. Peserta didik 2. Implementasi

Pendidikan Berbasis Alam

a. Program-program pendidikan berbasis alam

b. Kriteria peserta didik dan pendidik dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam

c. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan berbasis alam

d. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan

pendidikan berbasis alam

e. Media yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis alam f. Evaluasi pelaksanaan pendidikan berbasis alam

g. Hasil dalam pelaksanaan

pendidikan berbasis alam dilaksanakan

a. Pendiri Sekolah b. Kepala PKBM c. Kepala

Pendidikan Tingkat Dasar d. Pendidik e. Peserta didik

3. Studi Dokumen

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, arsip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2002: 206). Metode dokumentasi dalam penelitian untuk mengetahui data dokumen mengenai pendidikan berbasis alam.


(63)

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman studi dokumen

No. Aspek yang

dikaji Indikator yang dikaji Sumber data 1. Profil Sekolah a. Sejarah sekolah

b. Struktur Organisasi Sekolah

c. Jumlah Pendidik d. Jumlah Peserta

Didik

e. Visi dan Misi Sekolah

Dokumen/Arsip foto-foto

2. Sarana dan Prasarana

a. Bangunan Sekolah b. Luas Sekolah

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat

uraian dari hasil wawancara. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001: 103), analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Menurut Milles & Hubberman (Moleong, 2005: 282-283), yaitu sebagai berikut :


(64)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan menulis seluruh data yang diperoleh dari lapangan secara terperinci. Setelah seluruh data telah dicatat dilakukan pemilihan data-data yang penting-penting. Dalam reduksi data ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian membuang data-data yang tidak penting.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah dilakukan reduksi data, maka selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Melalui penyajian data tersebut maka data akan tersusun secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami, dan memudahkan langkah kerja selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclution Drawing and

Verification)

Langkah ketiga dalam melakukan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Milles & Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara, apabila selanjutnya ada data tambahan maka kesimpulan awal yang telah dikemukakan akan menjadi lebih valid.

Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas

analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran


(65)

keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan, dokumen pribadi, dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi.

H. Keabsahan Data

Tahap akhir dalam penelitian, dilakukan triangulasi data yakni untuk memeriksa kembali kebenaran pada data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Menurut (Sugiyono, 2010: 372) terdapat beberapa macam bentuk triangulasi data, yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data hasil wawancara dari narasumber dibandingkan kesamaan dan perbedaannya, kemudian dikategorikan. Data yang sama akan semakin memperkuat informasi yang diperoleh.


(66)

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas dan dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data hasil wawancara akan dibandingkan dengan data dokumentasi.


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Sanggar Anak Alam (SALAM)

Sanggar Anak Alam (SALAM) didirikan oleh Sri Wahyaningsih pada tanggal 17 Oktober 1988 di Desa Lawen, Kecamatan Pandanarum, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada awalnya, Sanggar Anak Alam (SALAM) prihatin terhadap kondisi anak-anak SD yang tidak dapat membaca dengan lancar dan memahami kata atau kalimat dengan baik, meskipun mereka sudah hampir lulus. Masalah yang lain yang terkait dengan pendidikan adalah tingginya jumlah pernikahan dini yang menyebabkan masalah kesehatan seperti tingginya angka keguguran dan kematian ibu melahirkan. Di lingkungan masyarakat desa Lawen, Sanggar Anak Alam (SALAM) memprakarsai terbentuknya kelompok tani untuk menyediakan tenaga kerja murah dan melawan lintah darat serta pengijon. Selain itu, bekerjasama dengan PUSKESMAS setempat, Sanggar Anak Alam (SALAM) memulai pelatihan dukun bayi dan tenaga kesehatan. Saat ini, aktivitas tersebut sudah dilakukan oleh komunitas mayarakat setempat.

Tahun 2000, Sanggar Anak Alam (SALAM) memulai aktivitasnya di Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul, sebuah kampung yang terletak diperbatasan antara Kodya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Sebagian besar anak di kampung Nitiprayan adalah anak petani dan buruh. Anak-anak tersebut mendapat pendidikan


(68)

formal di sekolah. Sanggar Anak Alam (SALAM) melakukan desain ulang untuk menyesuaikan kondisi di Kampung Nitiprayan, terutama tingkat kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak cukup rendah. Selain itu, perhatian terhadap pendidikan anak usia dini juga sangat kurang. Dibantu oleh beberapa relawan, Sanggar Anak Alam (SALAM) mengadakan pendampingan belajar bagi anak usia sekolah, berupa kegiatan tambahan di sore hari yang dilakukan untuk mengenalkan nilai-nilai lokal melalui pembelajaran langsung dari lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil musyawarah orang tua murid dan kebutuhan masyarakat sekitar, pada tahun 2004 Sanggar Anak Alam (SALAM) mendirikan Kelompok Bermain, untuk usia anak 2-4 tahun, yang diselenggarakan pagi hari layaknya sekolah umum. Fasilitator Kelompok Bermain berasal dari orang tua murid dan beberapa relawan. Pada tahun 2006, orang tua yang anaknya telah selesai berkegiatan di kelompok bermain kemudian berinisiatif mengadakan kegiatan Taman Anak (masyarakat umum menyebutnya TK). Orang tua murid yang anaknya belajar di Taman Anak tidak berhenti di level ini saja, kegelisahan mereka terhadap kebutuhan akan sekolah untuk anak mereka setelah lulus dari TA Sanggar Anak Alam (SALAM) nanti: tempat belajar yang kondusif dan sekolah yang sejalan dengan misi Sanggar Anak Alam (SALAM) di kelompok Bermain dan Taman Anak, akhirnya Sanggar Anak Alam (SALAM) dengan dukungan orang tua murid mendirikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2008. Usia peserta didik untuk Sekolah


(69)

Dasar (SD) yaitu 6 tahun keatas dengan jumlah peserta didik 15 anak di setiap kelas. Waktu belajar yang diterapkan di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu hari Senin-Jumat, pukul 08.00-13.00 WIB. Untuk gaji fasilitator di Sanggar Anak Alam (SALAM) yaitu sebesar Rp 500.000,-. Berikut adalah jumlah rupiah kebutuhan minimal setiap peserta didik di Sanggar Anak Alam (SALAM):

Uang pendaftaran : Rp 50.000,- Uang pangkal (minimal) : Rp 2.500.000,- Uang makan & kudapan : Rp 172.500,-/bulan Uang SPP (minimal) : Rp 212.700,-/bulan Uang buku : Rp 10.000,-/bulan

Sanggar Anak Alam (SALAM) terdaftar di Dinas Pendidikan Non Formal sebagai PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) pada tahun 2010. Tahun 2011 mulai mempersiapkan adanya SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan tahun 2012 pembukaan angkatan pertama SMP. 2. Visi dan Misi Sanggar Anak Alam (SALAM)

Setiap PKBM tentunya memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai pedoman untuk mewujudkan tujuan, prinsip serta harapan. Visi dan misi PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM)sebagai berikut:

a. Visi

Terwujudnya sebuah komunitas sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan pendekatan alam lingkungan serta sosial budaya setempat.


(70)

b. Misi

 Menyelenggarakan pendidikan alternatif yang berbasis alam, lingkungan sosial dan budaya setempat.

 Menyelenggarakan pendidikan keterampilan yang berbasis kehidupan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat.

3. Tujuan Sanggar Anak Alam (SALAM)

Tujuan PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah sebagai berikut:

a. Anak didik mampu membaca, menulis dan menghitung yang terkait dengan kehidupan, lingkungan sehari-hari.

b. Mengembangkan budi pekerti, dalam pengertian proses membangun watak yang selaras dengan tanggung jawab sehari-hari (misalnya; menyapa, pamit, mengatur waktu, tukar menukar makanan yg dibawa dari rumah, dan lain-lain).

c. Mengembangkan kemampuan pergaulan di masyarakat (seluruh kegiatan Sekolah selalu melibatkan anak, orang tua, guru dan lingkungan).

d. Mengenalkan ketrampilan yang bersifat pengolahan yang terkait dengan penalaran, kepekaan, empati terhadap kehidupan disekitarnya.

e. Upaya-upaya menciptakan tata belajar yang mengarah pada tanggung jawab mengurus diri sendiri (misalnya, sejak gosok gigi,


(71)

berpakaian, kebersihan, selalu mengembalikan barang-barang pada tempatnya dan lain-lain).

4. Prinsip dan Perspektif Sanggar Anak Alam (SALAM)

Menciptakan kehidupan belajar yang merdeka dimana seluruh proses pendidikan dibangun atas dasar kebutuhan dan kesepakatan bersama seluruh warga belajar. Dalam penyelenggaraan proses belajar selalu berangkat dari kekuatan, kemampuan yang dimiliki (mandiri). Terbuka untuk bantuan dari luar namun bersifat tidak mengikat serta tidak merusak prinsip kemandirian yang senyatanya menjadi kekuatan. Kemandirian yang dimaksud terkait dengan antara lain:

1) Cara pandang

2) Metode belajar mengajar 3) Sumber-sumber pendanaan

4) Adat istiadat yang bersumber dari komunitas setempat

Sanggar Anak Alam (SALAM) sebagai sekolah kehidupan, kehidupan yang paling dekat adalah kehidupan manusia yang bermasyarakat. Paling tidak ada 4 hal yang mendasar yang selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat. Maka, Sanggar Anak Alam (SALAM) mengambil itu sebagai perspektif yang bisa dikembangkan dalam proses pembelajarannya antara lain:

1) Pangan 2) Kesehatan 3) Lingkungan


(72)

4) Sosial – Budaya 5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan sebuah komponen yang penting untuk mendukung terlaksananya kegiatan yang dimiliki Sanggar Anak Alam (SALAM). Sarana dan prasarana yang dimiliki Sanggar Anak Alam (SALAM) adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Sarana dan Prasarana 1. Status Lahan/

Bangunan Luas Tanah Luas Bangunan ... m2 ... m2 Milik sendiri/ sewa/pinjam pakai

2. Rincian Bangunan

• Ruang Tamu • Ruang Sekretariat • Ruang Kantor Pengurus • Ruang Belajar Teori

• Ruang Praktik Keterampilan • Ruang Usaha/Produksi • Ruang Perpustakaan/Taman

• 1 ruang • 1 ruang • 1 ruang • 9 ruang • 2 ruang • 1 ruang • 1 ruang 3. Sarana

Kesekretariatan

• Kursi Tamu • Meja-kursi kerja

• Lemari arsip/filling cabinet

• Komputer/laptop • Printer

• Mesin faksimile/telepon

• 2 set • 2 set • 5 unit • 9 unit • 2 unit • 1 unit 4. Sarana

Pembelajaran

• Meja-kursi belajar • Papan tulis

• Buku/modul/bahan ajar • Media pembelajaran

• 50 set • 10 buah • Banyak • Banyak 5. Sarana

Keterampilan

• Alat keterampilan • Banyak


(73)

6. Struktur Kepengurusan

Bagan 1. Struktur Kepengurusan PKBM Sanggar Anak Alam (SALAM)

Sumber: Dokumentasi Profil Sanggar Anak Alam (SALAM)

Struktur kepengurusan yang terdapat di Sanggar Anak Alam (SALAM) terdapat kerabat SALAM mitra dari Sanggar Anak Alam (SALAM) serta adanya ketua PKBM, sekretaris dan bendahara yang

Fasilitator Kelas 7 Nur Febrian

Jiwadhari Fasilitator Kelas 8

Nurul Abidah, Briliyan Firman,

Nugroho Fasilitator Kelas 9 Zita Wahyu Larasati Fasilitator Kelas 1

Windarki Rahayu Fasilitator Kelas 2

Rosmery Calvyn Fasilitator Kelas 3

Kuspriyani, Erna Iswati Fasilitator Kelas 4

Amanah Oktaviandari, Andrean Eka

Setiawan Fasilitator Kelas 5 Heppy Hendaryani, Erwin Yanuaris Fasilitator Kelas 6

Maria Priska Yetti Nuryawati Fasilitator Kelas Hesti Sunarsih, Irianti, Widhi Pratiwi Fasilitator Kelas Ani Kurnia, Panca Widhati

P, Eni Sri Warsini

Kepala Sekolah Sekolah Menengah

Pertama Rika Iffati Fariah Kepala Sekolah Sekolah Dasar Rosmery Calvyn, Windarki Rahayu Kepala Sekolah Taman Anak Hesti Sunarsih Kepala Sekolah Kelompok Bermain Ani Kurnia PERKUMPULAN SALAM KERABAT SALAM PENGAWAS SEKOLAH FORUM ORANG TUA MURID SEKOLAH/PKBM Ketua : Yudhistira Aridayan Sekertaris : Kuspriyani,

Rohmad Banuari Bendahara : Hesti Sunarsih,

Suparno, Rosmery Calvyn


(74)

bertanggung jawab dalam menjalankan program-program yang ada di Sanggar Anak Alam (SALAM) bersama forum orang tua dan pengawas sekolah. Kemudian disetiap jenjang pendidikan terdapat kepala sekolah yang bertanggung jawab mengkoordinasi para fasilitator di masing-masing jenjang.

B. Hasil Penelitian

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik purposive

terhadap 5 orang narasumber kunci yang dilakukan di Sanggar Anak Alam (SALAM) Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Narasumber yang berhasil diwawancarai secara intensif dengan nama menggunakan inisial, yaitu WY, YT, WD, EW, dan DN.

Wawancara dengan narasumber inisial YT dilaksanakan pada hari Selasa, 06 Desember 2016; narasumber dengan inisial EW dan DN dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Desember 2016; narasumber dengan inisial WD dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Desember 2016; sedangkan narasumber dengan inisial WY dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Desember 2016.

Data yang tidak terungkap melalui wawancara, dilengkapi dengan data hasil observasi langsung secara partisipatif yang dilakukan rentang waktu pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2016. Untuk memperkuat substansi data hasil wawancara dan observasi, maka dilakukanlah penelusuran terhadap dokumen dan arsip yang ada. Semua data hasil penelitian ini diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(75)

1. Konsep Pendidikan Berbasis Alam di Sanggar Anak Alam (SALAM) Peneliti melakukan teknik wawancara untuk memperoleh data mengenai konsep pendidikan berbasis alam di Sanggar Anak Alam (SALAM). Pendidikan berbasis alam merupakan proses belajar manusia secara kodrat dan alamiah melalui kehidupan dan lingkungan alam sekitarnya. Anak belajar di alam terbuka yang memang menjadi salah satu media belajar. Pendidikan yang menganggap anak sebagai subjek dan menjadi dirinya sendiri, selain itu memberikan keleluasaan untuk menentukan sendiri apa yang ingin mereka pelajari. Sebagaimana pernyataan dari Ibu WY dalam wawancara sebagai berikut ini:

“Pendidikan berbasis alam itu ya anak-anak diberi tempat dan bisa menentukan apa yang harus dilakukan hari ini, dan pendekatannya melalui objek penelitian yang ditentukan oleh anak itu sendiri seperti itu. Nah, orang tua dan fasilitator itu sekedar memberi stimulan dan mengerucutkan yang menjadi kemauan anak, anak benar-benar menjadi subjek...”(WY, 28 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Saudara YT dalam wawancara berikut ini: “Alam itu termasuk alamiah, secara kodrat dan alamiah manusia belajar dari kehidupan maka apapun yang ada dalam kehidupan itu menjadi sumber belajar yang paling dekat, itu yang mesti dipelajari, termasuk alam disitu...”(YT, 06 Desember 2016). Disampaikan juga oleh Ibu WD dalam wawancara sebagai berikut:

“pendidikan yang bisa menganggap anak sebagai subjek bukan objek...”(WD, 14 Desember 2016).

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu EW dalam wawancara berikut ini: “pendidikan berbasis alam itu dimana anak yang belajar di alam terbuka. Bukan berarti sekolah alam tetapi memang alam salah satu media belajar anak-anak, kebetulan tempatnya di tengah sawah jadi apapun yang ada disitu untuk media belajar, untuk


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)