Pembuatan Fenol Secara Kimiawi Pembuatan Fenol Melalui Proses Pirolisis

2.4.1 Pembuatan Fenol Secara Kimiawi

Pembuatan fenol melalui sintesis kimia dapat dilakukan dengan proses-proses sebagai berikut: a. Cumene Hidroperoksida Process Hock Process Reaksi oksidasi cumene berlangsung pada temperatur 130 o C dan tekanan 1 atm dengan ditambahkan larutan alkali membentuk CHP. Larutan yang mengandung CHP, cumene yang tidak bereaksi dan alkali dilarutkan ke reaktor yang ke dua. Reaksi yang terjadi dalam reaktor berpengaduk ini adalah dekomposisi CHP menjadi aseton dan fenol, dengan katalis H 2 SO 4 pada temperatur 95 o C dan tekanan 3 atm. Crude fenol yang dihasilkan dari rekator kedua ini selanjutnya didinginkan dalam cooler sebelum dipisahkan dari produk sampingnya untuk memperoleh kemurnian 99,9 yield yang dihasilkan dari proses cumene ini adalah 93. b. Oksidasi Asam Benzoat Oksidasi asam benzoat dipopulerkan pada tahun 1962 oleh Dow Chemical of Canada yang berlangsung dalam Asam Benzoat yang mengandung garam copper dan katalis. Oksidasi asam benzoat berlangsung pada temperatur 250 o C dan tekanan atmosfir dengan katalis CuMg menjadi benzil salisilat acid yang selanjutnya dihidrolisa menjadi asam salisilat dan asam benzoat atau dekarboxylate menjadi phenil benzoat. Hidrolisa phenil benzoat menjadi fenol dan asam benzoat. c. Klorinasi Benzen Proses ini dikenalkan oleh Dow dan Bayer dimana reaksi dimulai dengan klorinasi benzen menjadi Monochlorobenzen, HCl dengan katalis FeCl 3 . Selanjutnya hidrolisa monochlorobenzen dengan 10 – 15 larutan soda kaustik pada temperatur 360 – 390 o C dan tekanan 280 – 300 atm menghasilkan sodium phenat. Kemudian sodium phenat dicampur dengan HCl untuk mendapatkan fenol dan sodium chlorida. Ullmann’s, 2005

2.4.2 Pembuatan Fenol Melalui Proses Pirolisis

Pirolisis adalah proses dekomposisi termal tanpa adanya oksigen. Pada pirolisis, molekul hidrokarbon besar biomassa dipecah menjadi molekul hidrokarbon yang lebih Universitas Sumatera Utara kecil. Pirolisis cepat menghasilkan bahan bakar cair, yang dikenal sebagai bio-oil dan menghasilkan gas dan arang padat salah satu dari bahan bakar yang paling kuno, digunakan untuk pemanasan dan ekstraksi logam sebelum discovery batubara. Pirolisis merupakan konversi biomassa limbah menjadi bahan yang lebih berguna. Basu, 2010 Bio oil yang dihasilkan dari proses pirolisis dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, turbin dan boiler. Tetapi, jika bio oil diproses lebih lanjut dengan proses ekstraksi maka akan diperoleh bahan-bahan kimia salah satunya yaitu fenol. Bridgwater, 2004 Indonesia memiliki keunggulan dalam hal biomassa lignoselulosa dibandingkan negara-negara beriklim dingin. Kalau negara-negara Eropa mencari bahan baku, di sini malah kebalikannya. Biomassa lignoselulosa di Indonesia, melimpah, murah, tapi juga banyak yang disia-siakan. Ada banyak potensi biomassa lignoselulosa di Indonesia. Sumber biomassa lignoselulosa antara lain adalah sebagai berikut: 1. Limbah pertanianindustri pertanian: jerami, tongkol jagung, sisa pangkasan jagung, onggok, dan lain-lain. 2. Limbah perkebunan: tandan kosong kelapa sawit TKKS, bagase, sisa pangkasan tebu, kulit buah kakao, kulit buah kopi, dan lain-lain. 3. Limbah kayu dan kehutanan: sisa gergajian, limbah sludge pabrik kertas, dan lain-lain. 4. Sampah organik: sampah rumah tangga, sampah pasar, dan lain-lain. Isroi, 2008

2.5 Pemilihan Proses