dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.
2.1.7 Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah
Mudharabah sebagai sebuah kegiatan kerja sama ekonomi antara
dua pihak mempunyai beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam rangka mengikat jalinan kerja sama tersebut dalam kerangka hukum.
Menurut mazhab Hanafi, dalam kaitannya dengan kontrak tersebut, unsur yang paling mendasar adalah ijab dan qabul offer and acceptance. Artinya
bersesuaiannya keinginan dan maksud dari dua pihak tersebut untuk menjalin ikatan kerja sama Nyazee, 1997.
Rukun mudharabah ada empat, yaitu: 1.
Pelaku a.
Pelaku harus cakap hukum dan baligh b.
Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha
tetapi ia boleh mengawasi 2.
Objek Mudharabah Modal Kerja Objek Mudharabah meliputi modal dan usaha. Pemilik modal
menyerahkan modalnya sebagai objek mmudharabah. Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai
uangnya. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan dalam akad. Sementara itu, kerja yang diserahkan dapat berbentuk keahlian menghasilkan barang atau jasa, keahlian
mengelola, keahlian menjual, dan keahlian maupun keterampilan lainnya. Tanpa dua objek ini, mudharabah tidak dibenarkan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Nomor 7 Tahun 2000 tentang Investasi mudharabah
menyatakan bahwa kegiatan usaha oleh pengelola mudharib sebagai perimbangan modal yang disediakan oleh
penyedia dana harus memperhatikan hal –hal berikut : a.
Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan b.
Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah , yaitu keuntungan
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu
3. Ijab Qabul Ijab dan qabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam
mudharabah yang merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela an-
taraddin minkum. Dalam hal ini, kedua belah pihak harus secara rela
bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan peranannya untuk mengontribusikan dana,
Universitas Sumatera Utara
sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk mengontribusikan kerja.
Akad mudharabah pada dasarnya sama dengan akad-akad yang lain dalam aspek yang bersifat umum. Aspek yang bersifat umum tersebut
antara lain tentang identitas kedua pihak yang bertransaksi, besar pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, prasyarat pengambilan
pembiayaan, jaminan, ketentuan denda, pelanggaran atas syarat-syarat perjanjian, dan penggunaan Badan Arbitrase Syariah. Adapun hal
spesifik dalam akad mudharabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil revenue sharing atau profit sharing, besar nisbah
bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibull maal untuk menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian
mudharib , pernyataan hak bank untuk memasuki tempat usaha dan
tempat lainnya untuk mengadakan pengawasan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan
pembiayaan mudharabah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain akad yang ditandatangani oleh kedua belah pihak,
dalam praktik juga dilampiri dengan proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.
4. Nisbah keuntungan
Kesepakatan pembagaian keuntungan atau nisbah harus dinyatakan pada waktu kontrak. Dalam hal ini, juga perlu disepakati dasar bagi
hasil yang akan digunakan. Nisbah adalah besaran yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang
diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya.
Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua pihak, inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah
pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Jika memang dalam akad tersebut tidak dijelaskan masing-masing porsi, maka
pembagiannya menjadi 50 dan 50 . a.
Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
b. Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan
dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan riba.
Pada dasarnya pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal mudharabah, dan apabila terjadi maka
dianggap terjadi pelanggarana kecuali atas seizin pemilik dana. Apabila pengelola dana dibolehkan oleh pemilik dana untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabah maka pembagian keuntungan untuk kasus seperti ini, pemilik dana mendapatkan keuntungan sesuai dengan
kesepakatan antara dia dan pengelola dana pertama. Sementara itu bagian keuntungan dari pengelola dana pertam dibagi dengan pengelola dana yang
kedua sesuai dengan porsi bagian yang telah disepakati antara keduanya.
Universitas Sumatera Utara
Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada misconduct
, negligence atau violation, cara menyelesaikannya adalah sebagai berikut :
1 Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal.
2 Bila ada kerugian melebihi kentungan, maka baru diambil dari pokok modal.
2.1.8 Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah