merangsang motivasi mahasiswa fakultas kedokteran agar siap menghadapi uji kompetensi tersebut.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan,
sikap dan tindakan Notoadmodjo, 2010. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran perilaku dan motivasi belajar
mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi. 1.3.2. Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui dan membandingkan gambaran sikap, pengetahuan dan tindakan mahasiswa FK USU tahun angkatan 2009 - 2014 dalam
menghadapi uji kompetensi. 2 Untuk mengetahui dan membandingkan tingkat motivasi belajar
mahasiswa FK USU tahun angkatan 2009 - 2014 dalam menghadapi uji kompetensi.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1 Institusi pendidikan, untuk menambah referensi perpustakaan dan menjadi
data awal bagi peneliti selanjutnya.
2 Mahasiswa, memberi pengetahuan dan informasi khususnya bagi mahasiswa dalam meningkatkan motivasi belajar untuk menghadapi uji
kompetensi.
3 Peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uji Kompetensi
2.1.1. Pengertian Uji Kompetensi
Uji kompetensi adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa lulus dan menyandang gelar dokter. Bentuk standarisasi ini
berupa uji pengetahuan dan uji keterampilan untuk mendapatkan mahasiswa yang berkompeten berdasarkan nilai batas kelulusan. Soal atau materi yang
diujikan tidak berasal dari masing-masing fakultas kedokteran, tetapi sudah distandarisasi dan seragam untuk tingkat nasional Dikti, 2013.
Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar propesi
Primadi, 2012. Dengan adanya uji kompetensi ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang bertujuan untuk meningkatkan
mutu tenaga kesehatan baik dibidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Merujuk pada Surat Ederan ketua AIPKI, pentingnya untuk
mempertahankan academic professional environtment, dan pengalaman baik dari pelaksanaan UKDI selama ini, maka dapat diketahui bahwa uji
kompetensi dapat dilaksanakan pada akhir pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter sebagai exit exam. Implementasi uji kompetensi sebagai exit
exam akan mengurangi dampak negative dari banyaknya jumlah peserta yang belum lulus retaker saat ini, karena persiapan uji kompetensi serta
pembinaan retaker akan dilakukan langsung dibawah tanggung jawab fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Dengan demikian
langkah pencegahan terhadap praktik dokter secara illegal tanpa Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik dapat diwujudkan, sehingga kualitas
pelayanan semakin meningkat. Kebijakan uji kompetensi sebagai exit exam, tercantum pada Surat
Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Dirjen Dikti Nomor 88EDT2013 pada Februari 2013. Pada surat itu dinyatakan bahwa dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka penjaminan mutu kelulusan pendidikan tinggi khususnya pendidikan tinggi kedokteran secara merata, maka diperlukan standarisasi lulusan
melalui uji kompetensi. Untuk itu, perlu diimplementasikan uji kompetensi yang merupakan bagian dari proses evaluasi pembelajaran yang terintegrasi
dalam sistem pendidikan, sehingga pelaksanaan uji kompetensi dilaksanakan sebelum kelulusan peserta didik.
Sehubungan dengan itu, terhitung mulai periode Uji Kompetensi Dokter Indonesia UKDI I tahun 2013 periode Februari 2013, diberlakukan
ketentuan sebagai berikut : a Bidang Kedokteran memerlukan uji kompetensi dengan standar
nasional sebagai bagian dari sistem pejaminan mutu yang bertujuan pada penjaminan keselamatan pasien
b Uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan profesi sebagai exit exam, dengan mempertimbangkan :
• Pentingnya academic professional environment. • Peran uji kompetensi sebagai feedback mutu proses pembelajaran
• Mendukung integrasi sistem pendidikan-pelayaran
c Uji kompetensi memerlukan metode yang tepat dalam menguji attitude, knowledge, dan skill, melalui Computer Based Testing CBT
dan Objective Structured Clinical Examination OSCE. d Uji kompetensi dengan metode CBT dan OSCE berlaku sejak
Periode UKDI I Tahun 2013 Februari 2013. Bagi peserta uji kompetensi yang belum lulus sebelum tahun 2013, hanya diwajibkan
mengikuti uji kompetensi dengan metode CBT. Sedangkan untuk para peserta uji yang belum lulus pada uji kompetensi Periode I tahun 2013,
wajib mengulang uji kompetensi dengan metode CBT dan OSCE pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus. Pada peserta
UKDI I dan II 2013 Februari dan Mei, OSCE masih bersifat formatif. Bagi peserta didik yang telah lulus uji kompetensi berhak
mendapatkan ijazah dan sertifikat kompetensi. e Pembiayaan uji kompetensi masuk dalam pembiayaan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
f Hasil uji kompetensi akan dipublikasikan sebagai bentuk akuntabilitas publik serta memberikan umpan balik bagi institusi
pendidikan dalam perbaikan proses pembelajaran. Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa uji kompetensi adalah
kebutuhan akan standarisasi lulusan kedokteran, sehingga dengan dilaksanakannya uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir
program pendidikan sebelum mengambil sumpah sebagai dokter maka pengetahuan dan keterampilan lulusan dokter akan terstandar secara nasional.
2.1.2. Maksud dan Tujuan Uji Kompetensi
Maksud dan tujuan dilaksanakan uji kompetensi pada Surat Edaran Dirjen Dikti No.88EDT2013 untuk lulusan pendidikan tinggi kesehatan
adalah : 1 Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi
kesehatan yang berkompeten dan terstandar secara nasional sehingga bisa melindungi masyarakat.
2 Uji kompetensi untuk menguji pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar untuk praktik kedokteran dan mendorong pembelajaran
sepanjang ayat. 3 Uji kompetensi sebagai asesmen kompetensi dalam pengelolaan pasien
yang aman dan efektif.
2.1.3. Uji Kompetensi sebagai Uji Nasional
Uji kompetensi sebagai uji nasional dilaksanakan pada tahap akhir program pendidikan. Uji kompetensi sebagai sistem penjaminan mutu lulusan
dokter telah diatur secara tersurat dalam Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran, yang menjelaskan tentang sertifikat kompetensi
sebagai tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium terkait Dikti,2013.
Universitas Sumatera Utara
Uji kompetensi sebagai uji kelulusan akhir program pendidikan profesi dokter dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut :
1 Uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter.
2 Uji kompetensi dilaksanakan secara nasional oleh Panitia Nasional yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.
3 Uji kompetensi dilaksanakan berdasarkan blueprint yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
4 Uji kompetensi dilaksanakan dengan melibatkan fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter sebagai kompartemen ujian
sebagaimana diatur dalam pedoman pelaksanaan CBT dan OSCE. 5 Soal ujian disiapkan oleh Panitia Nasional dan akan dibawa oleh
petugas khusus yang telah ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Panitia Nasional.
6 Panitia Nasional uji kompetensi tahun 2013 adalah Panitia Uji Kompetensi IDI-KDPI-AIPKI, hingga terbentuknya lembaga
nasional yang berwenang. 7 Penentuan kelulusan uji kompetensi melalui proses standard setting
secara nasional dan hasilnya disampaikan kepada peserta melalui fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter masing-
masing.
2.1.4. Persyaratan Peserta dan Batasan Keikutsertaan
Uji kompetensi berlaku setiap calon lulusan pendidikan profesi dokter dengan persyaratan sebagai berikut Dikti,2013 :
1 Mahasiswa pendidikan profesi dokter yang telah menyelesaikan dan lulus tahap kepaniteraan klinik dibuktikan dengan surat keterangan
oleh DekanKetua Program Studi Profesi Dokter. 2 Memenuhi persyaratan administratif sebagaimana ditetapkan oleh
Panitia Nasional. 3 Persyaratan khusus bagi peserta retaker:
Universitas Sumatera Utara
a Telah mengikuti program remediasi yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari institusi pendidikan pelaksana program
remediasi. b Belum melampaui batas maksimal keikutsertaan uji kompetensi.
Sedangkan batasan keikutsertaan semua calon lulusan pendidikan dokter dengan ketentuan :
1 Calon lulusan dokter yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu tidak diperkenankan untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi ataupun melakukan sumpah dokter. 2 Calon lulusan pendidikan dokter yang belum lulus pada uji
kompetensi pada periode uji tertentu diwajibkan mengikuti uji kompetensi pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus.
3 Calon lulusan pendidikan dokter dapat mengikuti uji kompetensi maksimal hingga 2 dua kali masa studi pendidikan profesi normal
sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku pada masing-masing institusi.
2.1.5. Materi dan Metode Uji Kompetensi
Materi uji kompetensi merujuk pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Uji
kompetensi dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dalam menguji sikap attitude, pengetahuan knowledge, dan keahlian skills.
Materi uji kompetensi disusun berdasarkan cetak biru blueprint. Masing- masing metode baik untuk metode uji CBT maupun uji OSCE memiliki
blueprint yang selanjutnya menjadi dasar dalam pelaksanaan uji kompetensi dokter Dikti, 2013.
1 Blueprint Uji CBT dibagi dalm 7 tujuh tinjauan sebagai berikut: a Tinjauan 1: Standar Kompetensi Profesi Dokter
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Ketrampilan dasar klinis
Universitas Sumatera Utara
• Aplikasi biomedis, behavior, clinical,
epidemiologi pada kedokteran keluarga • Komunikasi efektif
• Manajemen masalah kesehatan primer • Penelusuran, kritisi, dan manajemen informasi
• Profesionalisme, moral, dan etika praktik kedokteran • Kesadaran, pemeliharaan, dan pengembangan
personal b Tinjauan 2: Kognitif, Psikomotor, Konatif
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Kognitif
• Procedural knowledge • Konatif
c Tinjauan 3: Recall Application Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:
• Recall • Reasoning
d Tinjauan 4: Aspek perjalanan penyakit Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:
• Saraf dan perilaku • Kepala dan leher
• Endokrin dan Metabolisme • Saluran cerna, hepatobilier, dan pancreas
• Saluran pernapasan • Ginjal dan saluran kemih
• Jantung, pembuluh darah dan sistem limfatik • Darah dan sistem kekebalan tubuh
• Kulit, otot, tulang dan jaringan lunak • Reproduksi
e Tinjauan 5: Organ sistemstruktur organ
Universitas Sumatera Utara
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai patogenesis penyakit meliputi:
• Pertumbuhan, perkembangan, dan degenerasi • Kelainan genetik dan congenital
• Penyakit Infeksi dan Imunologi • Penyakit neoplasma
• Penyakit akibat trauma atau kecelakaan
f Tinjauan 6: Tindakan layanan kesehatan yang dilakukan Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:
• Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit • PenapisanDiagnosis
• ManajemenTerapi • Rehabilitasi
• Aspek hukum dan etika
g Tinjauan 7: Tingkat layanan kesehatan yang dilakukan Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:
• Individu • Keluarga
• Masyarakat
2 Blueprint OSCE Secara garis besar blueprint terdiri atas 2 dua tinjauan meliputi:
a Berdasarkan kompetensi
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Anamnesis
• Pemeriksaan fisik • Melakukan tesprosedur klinik atau interpretasi data
untuk menunjang diagnosis bandingdiagnosis • Menentukan diagnosis atau diagnosis banding
• Tatalaksana non farmakoterapi dan farmakoterapi • Komunikasi dan edukasi pasien
Universitas Sumatera Utara
• Perilaku professional b
Berdasarkan sistem organ dan lokasi tubuh Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:
• Endokrin dan metabolism • Hematologi dan onkologi
• Psikiatri • Sistem gastrointestinal
• Sistem kardiovaskuler • Sistem musculoskeletal
• Sistem genitourinaria • Sistem pengindraan
• Sistem reproduksi • Sistem respirasi
• Sistem saraf • Kepala leher
• Lain-lain
Pelaksanaan UKDI menggunakan metode Computed Based Testing CBT dan Objective Structured Clinical Examination OSCE. Metode
CBT untuk menguji pengetahuan berupa pertanyaan sedangkan OSCE digunakan untuk menguji keterampilan klinik.
2.1.6. Waktu Pelaksanaan dan Pembiayaan Uji Kompetensi
Uji kompetensi dilaksanakan secara periodik sebanyak 4 empat kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.
Untuk tanggal yang pasti, dapat kita lihat di internet http:uk.aipki-kdpi.org Dikti, 2013.
Sedangkan pembiayaan uji kompetensi sudah menjadi bagian dari pembiayaan pendidikan yang berlaku sejak periode uji kompetensi tahun
2014 dan masuk dalam biaya pendidikan untuk ajaran tahun 20132014 Dikti, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya biaya uji kompetensi yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi tahun 2013 sebesar :
• CBT : Rp 400.000 per peserta ujian. • OSCE : Rp 600.000 per peserta ujian.
Biaya yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi ini meliputi biaya dalam metode uji CBT dan metode uji OSCE.
2.1.7. Tindak Lanjut Uji Kompetensi
Hasil uji kompetensi akan diumumkan secara terbuka dapat dilihat pengumumannya dalam bentuk online melalui website Panitia Nasional
yang akan tercantum nama dan institusi serta hasil ujian dan diumumkan 1 satu bulan setelah pelaksanaan uji kompetensi. Ini berguna untuk diketahui
masyarakat dan sebagai umpan balik bagi institusi pendidikan terutama untuk evaluasi dan perbaikan dalam proses pendidikan Dikti, 2013.
Peserta uji kompetensi yang belum lulus dalam ujian tersebut akan diberlakukan program penanganan retaker yang menjadi tanggung jawab
institusi pendidikan dan wajib mengikuti program remediasi. Dalam pelaksanaan program remediasi, retakerakan dibimbing oleh pembimbing
dengan rasio pembimbing dan retaker maksimal 1:5 satu berbanding lima dan sama-sama harus mengisi buku log sesuai dengan panduannya secara
lengkap dan pengisian buku log harus bisa mencerminkan tahapan kegiatan dan kemajuan proses remediasi pembelajaran retaker. Frekuensi bimbingan
minimal 1 satu minggu 1 satu kali. Pada akhir proses bimbingan remediasi, keseluruhan instrument yang telah diisi dikumpulkan kepada
koordinator pembimbingan yang akan dibuat laporan hasil kegiatan kepada dekan. Dekan akan menyampaikan hasil laporan pembimbingan kepada
AIPKI Wilayah serta membuat surat pengantar yang menyatakan retaker tersebut telah menyelesaikan program remediasi sehingga bisa mengikuti uji
pada periode terkait.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Perilaku
2.2.1. Pengertian Perilaku
Menurut Skiner 1938 dalam buku Notoatmodjo 2010 merumuskan bahwa motivasi merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
rangsangan dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus lalu mempengaruhi organisme dan diakhiri dengan bentuk
respon, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” stimulus-organisme- respon. Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat
dikelompokan menjadi dua, yakni: a. Perilaku tertutup covert behavior
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk
perilaku yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh : Mahasiswa FK tahu uji kompetensi diadakan sebelum sumpah dokter,
yang merupakan pengetahuan knowledge. Kemudian mahasiswa tersebut bertanya kepada dosen tentang perihal uji kompetensi itu,
yang selanjutnya disebut sikap. b. Perilaku terbuka overt behavior
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
luar. Contoh : seseorang mahasiswa melihat contoh-contoh soal uji kompetensi, dalam bentuk tindakan atau praktik.
Aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat aktivitas manusia
tersebut dikelompokkan menjadi 2 dua yakni: a Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dan
sebagaimana. b Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain dari luar misalnya: berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya Notoatmodjo,
2010.
Universitas Sumatera Utara
Menurut MdM 2009, pengetahuan adalah seperangkat pemahaman, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan, lalu sikap adalah posisi yang terpusat
kepada kecenderungan dan yang terakhir praktek adalah perilaku yang diamati atau tindakan individu dalam menanggapi stimulus.
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku.
Dari uraian-uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni stimulus
merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut faktor eksternal, dan respon merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan faktor
internal. Faktor eksternal atau stimulus adalah merupakan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia
adalah faktor sosial dan budaya dimana seseorang tersebut berada. Misalnya seorang dosen memberikan suatu arahan tentang bagaimana persiapan
menghadapi uji kompetensi. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu memberi respon terhadap stimulus dari luar adalah perhatian,
pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Misalnya mahasiswa akan memperhatikan dosennya apabila diberikan arahan tentang
uji kompetensi Notoatmodjo, 2010.
2.2.3. Aspek perilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup covert, maupun perilaku terbuka overt seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi
sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah merupakan
keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal tersebut Notoatmodjo, 2010.
Notoatmodjo membagi perilaku menjadi 3 tingkat yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.1. Pengetahuan knowledge
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata,
hidung, telinga, dan sebagainya. Dengan sendirinya pada waktu pengindaraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran telinga, dan indra penglihatan mata. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda.
2.2.3.2. Sikap
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik- tidak baik dan sebagainya. Notoatmodjo 2010 mengatakan bahwa
sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.
2.2.3.3. Tindakan atau Praktik Practice
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak praktik. Sikap belum tentu terwujud
dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang
mahasiswa sudah tahu bahwa uji kompetensi merupakan syarat kelulusan dalam pendidikan fakultas kedokteran maka mahasiswa itu
ada niat sikap untuk lebih giat belajar. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka mahasiswa itu belajar sungguh-sungguh serta
melatih diri agar siap dalam uji kompetensi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Motivasi Belajar
2.3.1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang meyebabkan sesuatu bergerak. Menurut Woolfolk 2007 menyebutkan
bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu prilaku.
Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan individu dalam belajar. Wloodkowski 2007 menyebutkan bahwa motivasi belajar
adalah arah dan tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama
motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan ketidakseimbangan antara yang
dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dalam belajar.
Dorongan berorientasi pada tujuan belajar. Tujuan belajar inilah yang menjadi inti motivasi belajar. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh
sesorang individu. Tujuan belajar mengarahkan perilaku belajar individu. Motivasi mahasiswa dapat dilihat dari perilakunya. Seorang
mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari minat, perhatian, dan kemauan yang kuat untuk ikut serta dalam proses belajar.
Sedangkan mahasiswa yang memiliki motivasi yang rendah malah sebaliknya, kurang minat, kurang perhatian, dan kurang kemauan untuk ikut
serta dalam proses belajar itu. Uno 2003 menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai tujuan Mc Donald dalam Milfayetty, 2014. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, sebagai berikut:
a Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada
sistem neurofisiologis dalam organ manusia, misalnya mahasiswa yang sedang belajar tiba-tiba merasa lapar, maka ia akan langsung
mencari makanan. b Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan affective arousal.
Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang sebagai
dorongan. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. Contohnya pada sesorang mahasiswa terlibat dalam suatu diskusi,
dia tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, maka dia akan bersuaramengemukakan pendapatnya.
c Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang termotivasi memberikan respon-respon kearah suatu
tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Contohnya
apabila mahasiswa ingin dapat lulus uji kompetensi, maka harus lebih giat lagi belajar.
2.3.2. Aspek-Aspek Motivasi
Aspek-aspek motivasi menurut Santrock 2006 terdiri atas 2 dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik yaitu menujukkan penentuan nasib sendiri dengan melakukan sesuatu untuk kepentingan sendiri. Berarti, motivasi instrinsik ini
dipengaruhi oleh keputusan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan demi kepentingan pribadi dalam belajar. Motivasi ini sering disebut motivasi
murni atau motivasi yang sebenarnya Hama, 2008, yang berasal dari dalam diri sendiri atau internal, misalnya keinginan untuk mendapatkan
keterampilan tertentu, menambah pengetahuan, pemahaman dan
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan sikap, untuk mendapatkan status sosial yang baik, agar dapat diterima oleh orang lain, dan sebagainya. Meningkatnya motivasi
instrinsik apabila mereka diberikan beberapa pilihan pribadi. Jadi berarti diri sendirilah yang menentukan seberapa besar tingkat motivasi yang berasal
dari dalam diri tersebut terhadap kebutuhan yang diinginkan. Dalam hal ini, motivasi instrinsik tidak dipengaruhi dengan adanya pujianhadiah dan
hukuman. Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain. Berarti, motivasi ekstrinsik ini dipengaruhi oleh faktor- faktor dari luar situasi belajar seperti dengan adanya pujianhadiah dan
hukuman. Dengan adanya pujianhadiah, maka seseorang akan terdorong atau termotivasi untuk mendapatkan itu. Begitu pula sebaliknya agar
menghindari hukuman, maka seseorang akan berusaha untuk menghindai hukuman itu. Contohnya saja pada seseorang mahasiswa yang tidak tahu
jawaban atas pertanyaan dosennya, sehingga dosennya menyuruh untuk mencari jawaban tersebut dan besoknya akan ditanya kembali oleh
dosennya, apabila tidak dapat jawaban, maka tidak akan diperbolehkan untuk ikut ujian. Maka dari contoh diatas mahasiswa tersebut akan
termotivasi untuk mencari jawaban agar terhindar dari hukuman tersebut. Motivasi ekstrinsik ini adalah dorongan terhadap perilaku individu yang
bersumber dari luar dirinya atau eksternal. Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik biasanya dapat
bersamaan.dalam situasi tertentu. Dalam motivasi ekstrinsik biasanya dapat berubah menjadi motivasi instrinsik. Perbedaan esensial motivasi instrinsik
dan motivasi seseorang adalah alasan orang tersebut bertindak. Artinya, apakah letak penyebab tindakan itu berada didalam dan diluar dirinya. Bila
letaknya internal, motivasinya instrinsik dan bila letaknya eksternal maka motivasinya ekstrinsik. Maka dari itu, keduanya sangat saling berhubungan
dan saling mempengaruhi dalam proses belajar baik itu berupa motivasi extrinsik maupun motivasi yang instrinsik.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lepper 2005 mengatakan bahwa hubungan motivasi pada anak baik instrinsik maupun ekstrinsik
menghasilkan korelasi yang negatif yang artinya saling bertentangan.
2.3.3. Komponen-Komponen Motivasi Belajar
Keller dan kopp mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya sebagai model ARCS. Yaitu, attention perhatian,
relevansi relevansi, confidence kepercayaan diri dan satisfaction kepuasan Milfayetty, 2014.
a Attention perhatian pelajar terhadap pelajaran didorong oleh rasa ingin tahu.
b Relevansi, menunjukan adanya hubungan materi pelajaraan dengan kondisi pelajar. Motivasi belajar akan terpelihara apabila mereka
menganggap pelajaran yang dipelajarinya akan memenuhi kebutuhan pribadinya, bermanfaat untuk dirinya serta sesuai
dengan nilai yang dianutnya. c Confidence percaya diri yaitu perasaan mampu dalam diri
mahasiswa yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. Hal ini berhubungan dengan
keyakinan pelajar bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu agar mencapai keberhasilan. Motivasi ini akan meningkat seiring
dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa lalu.
d Satisfaction kepuasan. Usaha belajar yang dilakukan pelajar dipengaruhi hasil yang diterimanya. Hasil yang diterima sesuai
dengan tingkat usaha dan ketekunan pelajar yang memberikan kepuasan. Selanjutnya kepuasan ini menjadi dorongan dan
termotivasi untuk mendapatkan hasil yang serupa. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa attention
perhatian, relevansi relenvansi, confidence kepercayaan diri, dan
Universitas Sumatera Utara
satisfaction kepuasan adalah komponen penting yang berpengaruh terhadap motivasi belajar.
2.3.4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa
Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang mengalami perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis
mahasiswa. Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyati 2002 dalam buku psikologi pendidikan adalah cita-cita atau aspirasi
mahasiswa, kemampuan mahasiswa, kondisi mahasiswa, kondisi lingkungan mahasiswa, unsur-unsur dianamis dalam belajar dan pembelajaran serta
upaya dosen dalam membelajarkan mahasiswa. 1 Cita-cita atau aspirasi mahasiswa untuk menjadi seseorang akan
memperkuat semangat belajar dan mengarahkan prilaku belajar. Seorang mahasiswa fakultas kedokteran untuk menjadi dokter
akanberusaha untuk rajin membaca buku kedokteran, melatih skill, sering bertanya ke dosen, diskusi, dan tekun belajar. Cita-cita akan
memperkuat motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik. 2 Kemampuan mahasiswa berpengaruh terhadap motivasi belajar.
Seorang mahasiswa yang percaya akan kemampuannya akan dengan senang hati belajar karena sudah dari dalam diri merasa mampu agar
mendapatkan pujian. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan masih kurang, juga akan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan,
dalam hal ini untuk menghindari hukuman. 3 Kondisi mahasiswa yang meliputi kesehatan jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi mahasiswa. Mahasiswa yang sedang sakit, akan sulit untuk belajar. Mahasiswa yang marah akan sulit untuk
memusatkan perhatiannya dalam belajar. 4 Kondisi lingkungan mahasiswa seperti keadaan alam, tempat tinggal,
pergaulan sebaya, kehidupan masyarakat, organisasi sekolah yang diikuti mahasiswa juga mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan yang aman, tentram, nyaman, tertib, indah akan memperkuat semangat dan motivasi belajar mahasiswa.
5 Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Banyak yang mempengaruhi dalam belajar salah satunya yaitu unsur
dinamis seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran mahasiswa yang akan mengalami perubahan dalam proses belajar.
Jika seseorang merasa senang dalam pembelajaran itu, maka akan lebih mudah untuk belajar, sedangkan mahasiswa yang banyak yang
dipikirkannya, maka susah untuk memusatkan perhatian kepelajaran. 6 Upaya dosen dalam pembelajaran mahasiswa.
Dengan adanya dosen, maka sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Upaya dosen dalam pembelajaran mahasiswa
akan memberi pengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dengan adanya pembinaan dari dosen, pengawasan,
penyelenggaraan tata tertib dan peraturan sekolah maka mahasiswa secara tidak langsung diajarkan untuk termotivasi dalam kegiatan
pembelajaran. Dari uraian diatas, diketahui bahwa banyak aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap motivasi belajar baik motivasi ektrinsik maupun instrinsik. Aspek-aspek ini sangat berpengaruh pada mahasiswa yang dapat
dilihat dari perilaku dan usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar.
2.3.5. Pentingnya Motivasi Belajar
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, motivasi belajar penting bagi mahasiswa dan dosen Dimyati, 2002. Bagi mahasiswa motivasi belajar
sangat penting sebagai upaya awal kegiatan pembelajaran agar terwujud apa yang menjadi tujuan. Selain itu motivasi belajar pada mahasiswa dapat
menginformasikan tentang perbandingan kekuatan motivasi dalam belajar dengan teman sebaya. Informasi ini dapat digunakan untuk mengarahkan
kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar dan menyadarkan tentang
Universitas Sumatera Utara
adanya perjalanan belajar dan usaha belajar yang berkesinambungan Wilfayetty, 2014.
Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Uraian diatas
menunjukan bahwa motivasi mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi adalah:
1 Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2 Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
3 Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukanh
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
2.4. Perilaku dan Motivasi Belajar Mahasiswa FK Menghadapi Uji
Kompetensi
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa perilaku itu terbentuk didalam diri seseorang dari dua fakor utama yakni stimulus dan respon. Jadi
uji kompetensi disini sebagai stimulus atau rangsangan kepada mahasiswa yang akan memberikan respon terhadap uji kompetensi tersebut baik dalam
bentuk pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Perilaku yang dilihat tentu saja akan berbeda-beda tiap masing-masing pribadi dan diharapkan dengan
adanya uji kompetensi tersebut dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa kedokteran.
Motivasi terdiri atas dua aspek yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri. Uji
kompetensi termasuk kedalam aspek motivasi ekstrinsik karena ujian kompetensi ini sebagai pemicu motivasi yang berasal dari luar diri dan secara
tidak langsung merangsang mahasiswa fakultas kedokteran untuk belajar lebih giat.
Universitas Sumatera Utara
Uji kompetensi ini sangat penting untuk mahasiswa kedokteran yang mana untuk dinyatakan lulus dari institusi pendidikan maka mahasiswa harus
lulus dalam uji kompetensi itu, dalam artian uji kompetensi itu adalah ujian terakhir atau ujian kelulusan exit exam pada pendidikan profesi. Jika
mereka tidak lulus, maka mereka tidak dapat melakukan sumpah dokter dan tidak akan menerima sertifikat kompetensi sebagai persyaratan registrasi.
Demi mencapai cita – cita menjadi dokter dan dengan adanya peserta dari tahun-tahun sebelumnya yang banyak tidak lulus, maka dapat mempengaruhi
perilaku mahasiswa baik pengetahuan, sikap dan tindakan serta dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk mempersiapkan diri
menghadapi uji kompetensi itu, agar dapat lulus pada uji kompetensi itu. Ujian kompetensi ini merangsang mahasiswa untuk mengetahui apa-
apa saja yang akan dipersiapkan untuk ujian itu, baik bidang yang akan diujikan, maupun pengetahuan dan keterampilan yang akan dipersiapkan.
Salah satunya dengan cara bertanya pada dosen. Dengan bertanya pada dosen maka secara langsung sudah merangsang mahasiswa dalam bentuk
ketertarikan. Apabila dosen tersebut membangkitkan semangat mahasiswa, maka motivasi mahasiswa terhadap uji kompetensi itu akan meningkat.
Mahasiswa akan mencari informasi tentang ujian itu dengan cara bertanya kepada peserta yang telah ikut ujian itu, dan membaca buku-buku tentang uji
kompetensi beserta kumpulan soal-soalnya yang merupakan tindakan dalam berperilaku.. Dari sana akan mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan
mahasiswa terhadap uji kompetensi itu dan akhirnya uji kompetensi itu menjadi kebutuhan bagi mahasiswa tersebut.
Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik. Dengan adanya unsur-unsur diluar diri seperti adanya uji kompetensi sebagai pemicu
dan dengan adanya konsekuensi terhadap ujian tersebut, maka akan menimbulkan motivasi ekstrinsik sedangkan ketertarikan akan menimbulkan
motivasi instrinsik yang berupa perilaku dalam menanggapi uji kompetensi tersebut. Berarti, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat berjalan
bersamaan dalam situasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Ronald M. Epstein 2007 mengatakan dalam jurnalnya yang berjudul Assessment in Medical Education yakni kompetensi bukanlah prestasi
melainkan kebiasaan untuk belajar seumur hidup. Kompetensi adalah konstektual yang mencerminkan hubungan antara kemampuan seseorang dan
tugas dia sebagai dokter dalam situasi tertentu di dunia. Kompetensi juga merupakan perkembangan, kebiasaan dalam berpikir dan berprilaku, dan
praktek dapat diperoleh melalui praktek yang disengaja maupun refleksi dari pengalaman. Mahasiswa lulusan diharapkan dapat berkompetensi, tapi jika
kompetensi itu pada dokter yang belum berpengalaman, mungkin sangat rentan terhadap pengaruh stress.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep