Gambaran Perilaku dan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Angkatan 2009-2014 dalam Menghadapi Uji Kompetensi

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PERILAKU DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA FK USU TAHUN ANGKATAN 2009-2014 DALAM MENGHADAPI

UJI KOMPETENSI

Oleh :

DIO SYAHERMA

110100292

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

GAMBARAN PERILAKU DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA FK USU TAHUN ANGKATAN 2009-2014 DALAM MENGHADAPI

UJI KOMPETENSI

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

DIO SYAHERMA

110100292

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

ABSTRAK

GAMBARAN PERILAKU DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA FK USU TAHUN ANGKATAN 2009-2014 DALAM MENGHADAPI

UJI KOMPETENSI

Pendahuluan: Uji kompetensi (exit exam) adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa lulus dan menyandang gelar dokter. Terdapat 2 (dua) metode yaitu CBT (Computer Based Testing) dan OSCE (Objective Structural Clinical Examination). Persentase kelulusan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) pada tahun 2012 adalah 74.44%. Data terakhir pada bulan Mei 2013 masih terdapat lebih dari 1700 retaker. Diharapkan dengan adanya uji kompetensi dapat merangsang perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU.

Tujuan: Untuk mengetahui gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU tahun Angkatan 2009-2014 dalam menghadapi uji kompetensi.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan secara Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan di FK USU pada bulan September sampai bulan Desember 2014 dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 485 mahasiswa FK USU Angkatan 2009-2014. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan 10 pertanyaan pengetahuan, 5 pernyataan sikap, 5 pernyataan tindakan, dan 5 pernyataan motivasi. Teknik pengolahan data dengan menggunakan SPSS.

Hasil dan Diskusi: Pengetahuan mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori sedang sebesar 78.8% dikarenakan uji kompetensi sebagai exit exam

masih baru diadakan dan mulai berlaku pada bulan Februari 2013, yang mana pengetahuan mahasiswa saat ini masih belum banyak yang tahu mengenai uji kompetensi sebagai exit exam. Sikap mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori baik sebesar 48.7%, dikarenakan sikap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman, keyakinan, lingkungan ataupun sosial. Tindakan mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori sedang sebesar 50.5%, dikarenakan tindakan belum tentu sejalan dengan sikap, tindakan dapat terwujud jika ada fasilitas atau sarana prasarana. Motivasi belajar mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori sedang sebesar 57.3%, dikarenakan motivasi belajar dipengaruhi dalam diri maupun luar diri mahasiswa.


(5)

ABSTRACT

STUDENTS BEHAVIOR TOWARDS COMPETENCY TEST AND LEARNING MOTIVATION IN MEDICAL FACULTY, UNIVERSITY OF

SUMATERA UTARA

Introduction: Competency test (exit exam) is a form of standardization of medical graduates before they graduate and holds a medical degree. The test comprises of CBT (Computer Based Test) and OSCE (Objective Structural Clinical Examination). The total percentage of students certified competence in MF USU up to 2012 was 74.44%. There has been over 1700 retakers nationwide by May 2013. As assessment drives learning, it is expected that the competency test will stimulate students' behavior and learning motivation in MF USU.

Objective: To describe the behavior towards competency test and the learning motivation among students in MF USU of the batches 2009-2014.

Methods: A descriptive study with cross sectional approach has been carried out at MF USU from September to December 2014. There were 485 students from 6 batches involved by filling out questionnaires. The samples were obtained by using stratified random sampling technique. This questionnaire consisted of 25 items: 10 of knowledge, 5 of attitude, 5 of action, and 5 of motivational statements. Data was then analyzed using SPSS.

Results and Discussion: The average level of students’ knowledge is in the moderate category (78.8%), as the competency test an exit exam was just implemented in February 2013. The average student attitudes toward competency test in the good category (48.7%), since attitudes can be influenced by other factors such as experience, beliefs, or social environment. The average students’ action against the competency test in moderate category (50.5%), due to the fact that action is not necessarily in-line with the. The average students’ learning motivation towards the test is in moderate category (57.3%), since learning motivation can be either externally influenced or driven internally..

Keywords: knowledge, attitude, action, learning motivation, students, competency test, medical faculty


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Gambaran Perilaku dan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Angkatan 2009-2014 dalam Menghadapi Uji Kompetensi. Dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada

1. Prof dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Hemma Yulfi, DAP & E, M. Med. Ed, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Dwi Rita Anggraini, M. Kes, SpPA dan dr. Muara P. Lubis, SpOG selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang tua serta saudara-saudari penulis, yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ilmiah ini..

6. Teman-teman angkatan 2011 yang telah sama-sama berjuang dan memberi dukungan serta bantuan dalam menyiapkan penulisan penelitian karya tulis ilmiah ini.


(7)

7. Semua pihak yang terlibat baik itu angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 yang ikut terlibat dalam proses penelitian karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadarii bahwa penyusunan hasil penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan akibat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti dalam penyempurnaan proposal penelitian ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 09 Desember 2014

Peneliti


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak…. ... ii

Abstract ...iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Singkatan ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang…. ... 1

1.2. Rumusan Masalah… ... 2

1.3. Tujuan Penelitian… ... 2

1.4. Manfaat Penelitian… ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Uji Kompetensi ... 4

2.1.1 Pengertian Uji Kompetensi ... 4

2.1.2. Maksud dan Tujuan Uji Kompetensi ... 6

2.1.3. Uji Kompetensi Sebagai Uji Nasional ... 6

2.1.4. Persyaratan Peserta Batasan Keikutsertaan ... 7

2.1.5. Materi dan Metode Uji Kompetensi ... 8

2.1.6. Waktu Pelaksanaan dan Pembiayaan Uji Kompetensi ... 11

2.1.7. Tindak Lanjut Uji Kompetensi ... 12

2.2. Perilaku ... 13

2.2.1. Pengertian Perilaku ... 13

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 14


(9)

2.2.3.1. Pengetahuan ... 15

2.2.3.2. Sikap ... 15

2.2.3.3. Tindakan ... 15

2.3. Motivasi Belajar ... 16

2.3.1. Pengertian Motivasi Belajar ... 16

2.3.2. Aspek-Aspek Motivasi ... 17

2.3.3. Komponen-Komponen Motivasi Belajar ... 19

2.3.4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa ... …..20

2.3.5. Pentingnya Motivasi Belajar ... 21

2.4. Perilaku dan Motivasi Belajar Mahasiswa FK Menghadapi Uji Kompetensi... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 25

3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Rancangan Penelitian... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 30

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Hasil penelitian ... 32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 32

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 34

5.1.3.1. Pengetahuan Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi ... 34

5.1.3.2. Sikap Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi ... 36

5.1.3.3. Tindakan Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi ... 38

5.1.3.4. Motivasi Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi ... 40

5.2. Pembahasan ... 43

5.2.1. Pengetahuan ... 43

5.2.2. Sikap... 45

5.2.3. Tindakan ... 47


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Definisi Operasional 25

5.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Angkatan

33

5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

34

5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasakan Pengetahuan 35

5.4 Statistik Deskriptif Pengetahuan 36

5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

36

5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap 37

5.7. Statistik Deskriptif Sikap 38

5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Tindakan

38

5.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan 39

5.10. Statistik Deskriptif Tindakan 40

5.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Motivasi Belajar

41

5.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Motivasi

Belajar

42


(13)

Daftar Singkatan

FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

CBT Computer Based Testing

OSCE Objective Structured Clinical Examination

UKDI Uji Kompetensi Dokter Indonesia

AIPKI Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

Dirjen Dikti Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

IDI Ikatan Dokter Indonesia

KDPI Kolegium Dokter Primer Indonesia

.

SOR Stimulus Organisme Respon

SPSS Statistical Products and Service Solutions


(14)

Nomor Judul

1 Riwayat Hidup Peneliti

2 Lembar Penjelasan

3 Informed Consent

4 Kuesioner Penelitian

5 Analisa SPSS

6 Lembar Ethical Clearance

7 Surat Izin Penelitian


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Uji kompetensi (exit exam) adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa diwisuda profesi dokter. Uji kompetensi yang dilaksanakan sebelum sumpah dokter ini bertujuan untuk menyeleksi mahasiswa kedokteran agar menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. Mahasiswa yang berkompeten ini syaratnya adalah memenuhi nilai batas kelulusan yang telah ditentukan, sedangkan yang tidak lulus ujian kompetensi wajib mengikuti program remedial. Uji kompetensi ini dilaksanakan dengan metode Computer Based Testing (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) yang diadakan 4 (empat) kali dalam setahun.Metode CBT ini untuk menguji pengetahuan sedangkan metode OSCE digunakan untuk menguji kemampuan keterampilan klinik (Dikti, 2013).

Persentase kelulusan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) pada tahun 2012 adalah 74.44% (Dikti, 2013). Data terakhir pada bulan Mei 2013 menyebutkan bahwa masih terdapat lebih dari 1700 retaker (dokter yang belum lulus) (ISMKI, 2014). Ini menunjukkan masih banyaknya peserta uji kompetensi yang belum lulus, yang pada gilirannya diharapkan berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa fakultas kedokteran untuk lebih giat belajar agar dapat lulus dalam uji kompetensi tersebut.

Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang menyebabkan sesuatu bergerak. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri (intrinsik) dan dari luar diri (ekstrinsik). Motivasi instrinsik muncul karena individu senang melakukannya. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya. Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti adanya reward (hadiah) dan menghindari punishment (hukuman) (Milfayetty dkk, 2014). Uji kompetensi merupakan salah satu contoh motivasi ekstrinsik yang menjadi pemicu untuk


(16)

merangsang motivasi mahasiswa fakultas kedokteran agar siap menghadapi uji kompetensi tersebut.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan membandingkan gambaran sikap, pengetahuan dan tindakan mahasiswa FK USU tahun angkatan 2009 - 2014 dalam menghadapi uji kompetensi.

2) Untuk mengetahui dan membandingkan tingkat motivasi belajar mahasiswa FK USU tahun angkatan 2009 - 2014 dalam menghadapi uji kompetensi.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Institusi pendidikan, untuk menambah referensi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya.

2) Mahasiswa, memberi pengetahuan dan informasi khususnya bagi mahasiswa dalam meningkatkan motivasi belajar untuk menghadapi uji kompetensi.

3) Peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian.


(18)

ABSTRAK

GAMBARAN PERILAKU DAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA FK USU TAHUN ANGKATAN 2009-2014 DALAM MENGHADAPI

UJI KOMPETENSI

Pendahuluan: Uji kompetensi (exit exam) adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa lulus dan menyandang gelar dokter. Terdapat 2 (dua) metode yaitu CBT (Computer Based Testing) dan OSCE (Objective Structural Clinical Examination). Persentase kelulusan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) pada tahun 2012 adalah 74.44%. Data terakhir pada bulan Mei 2013 masih terdapat lebih dari 1700 retaker. Diharapkan dengan adanya uji kompetensi dapat merangsang perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU.

Tujuan: Untuk mengetahui gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU tahun Angkatan 2009-2014 dalam menghadapi uji kompetensi.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan secara Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan di FK USU pada bulan September sampai bulan Desember 2014 dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 485 mahasiswa FK USU Angkatan 2009-2014. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Penelitian ini menggunakan 10 pertanyaan pengetahuan, 5 pernyataan sikap, 5 pernyataan tindakan, dan 5 pernyataan motivasi. Teknik pengolahan data dengan menggunakan SPSS.

Hasil dan Diskusi: Pengetahuan mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori sedang sebesar 78.8% dikarenakan uji kompetensi sebagai exit exam

masih baru diadakan dan mulai berlaku pada bulan Februari 2013, yang mana pengetahuan mahasiswa saat ini masih belum banyak yang tahu mengenai uji kompetensi sebagai exit exam. Sikap mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori baik sebesar 48.7%, dikarenakan sikap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman, keyakinan, lingkungan ataupun sosial. Tindakan mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori sedang sebesar 50.5%, dikarenakan tindakan belum tentu sejalan dengan sikap, tindakan dapat terwujud jika ada fasilitas atau sarana prasarana. Motivasi belajar mahasiswa terhadap uji kompetensi berada pada kategori sedang sebesar 57.3%, dikarenakan motivasi belajar dipengaruhi dalam diri maupun luar diri mahasiswa.


(19)

ABSTRACT

STUDENTS BEHAVIOR TOWARDS COMPETENCY TEST AND LEARNING MOTIVATION IN MEDICAL FACULTY, UNIVERSITY OF

SUMATERA UTARA

Introduction: Competency test (exit exam) is a form of standardization of medical graduates before they graduate and holds a medical degree. The test comprises of CBT (Computer Based Test) and OSCE (Objective Structural Clinical Examination). The total percentage of students certified competence in MF USU up to 2012 was 74.44%. There has been over 1700 retakers nationwide by May 2013. As assessment drives learning, it is expected that the competency test will stimulate students' behavior and learning motivation in MF USU.

Objective: To describe the behavior towards competency test and the learning motivation among students in MF USU of the batches 2009-2014.

Methods: A descriptive study with cross sectional approach has been carried out at MF USU from September to December 2014. There were 485 students from 6 batches involved by filling out questionnaires. The samples were obtained by using stratified random sampling technique. This questionnaire consisted of 25 items: 10 of knowledge, 5 of attitude, 5 of action, and 5 of motivational statements. Data was then analyzed using SPSS.

Results and Discussion: The average level of students’ knowledge is in the moderate category (78.8%), as the competency test an exit exam was just implemented in February 2013. The average student attitudes toward competency test in the good category (48.7%), since attitudes can be influenced by other factors such as experience, beliefs, or social environment. The average students’ action against the competency test in moderate category (50.5%), due to the fact that action is not necessarily in-line with the. The average students’ learning motivation towards the test is in moderate category (57.3%), since learning motivation can be either externally influenced or driven internally..

Keywords: knowledge, attitude, action, learning motivation, students, competency test, medical faculty


(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Uji kompetensi (exit exam) adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa diwisuda profesi dokter. Uji kompetensi yang dilaksanakan sebelum sumpah dokter ini bertujuan untuk menyeleksi mahasiswa kedokteran agar menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. Mahasiswa yang berkompeten ini syaratnya adalah memenuhi nilai batas kelulusan yang telah ditentukan, sedangkan yang tidak lulus ujian kompetensi wajib mengikuti program remedial. Uji kompetensi ini dilaksanakan dengan metode Computer Based Testing (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) yang diadakan 4 (empat) kali dalam setahun.Metode CBT ini untuk menguji pengetahuan sedangkan metode OSCE digunakan untuk menguji kemampuan keterampilan klinik (Dikti, 2013).

Persentase kelulusan Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) pada tahun 2012 adalah 74.44% (Dikti, 2013). Data terakhir pada bulan Mei 2013 menyebutkan bahwa masih terdapat lebih dari 1700 retaker (dokter yang belum lulus) (ISMKI, 2014). Ini menunjukkan masih banyaknya peserta uji kompetensi yang belum lulus, yang pada gilirannya diharapkan berpengaruh terhadap motivasi mahasiswa fakultas kedokteran untuk lebih giat belajar agar dapat lulus dalam uji kompetensi tersebut.

Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang menyebabkan sesuatu bergerak. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri (intrinsik) dan dari luar diri (ekstrinsik). Motivasi instrinsik muncul karena individu senang melakukannya. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya. Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya seperti adanya reward (hadiah) dan menghindari punishment (hukuman) (Milfayetty dkk, 2014). Uji kompetensi merupakan salah satu contoh motivasi ekstrinsik yang menjadi pemicu untuk


(21)

merangsang motivasi mahasiswa fakultas kedokteran agar siap menghadapi uji kompetensi tersebut.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku terdiri atas tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoadmodjo, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa FK USU dalam menghadapi uji kompetensi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan membandingkan gambaran sikap, pengetahuan dan tindakan mahasiswa FK USU tahun angkatan 2009 - 2014 dalam menghadapi uji kompetensi.

2) Untuk mengetahui dan membandingkan tingkat motivasi belajar mahasiswa FK USU tahun angkatan 2009 - 2014 dalam menghadapi uji kompetensi.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Institusi pendidikan, untuk menambah referensi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya.

2) Mahasiswa, memberi pengetahuan dan informasi khususnya bagi mahasiswa dalam meningkatkan motivasi belajar untuk menghadapi uji kompetensi.

3) Peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uji Kompetensi

2.1.1. Pengertian Uji Kompetensi

Uji kompetensi adalah bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa lulus dan menyandang gelar dokter. Bentuk standarisasi ini berupa uji pengetahuan dan uji keterampilan untuk mendapatkan mahasiswa yang berkompeten berdasarkan nilai batas kelulusan. Soal atau materi yang diujikan tidak berasal dari masing-masing fakultas kedokteran, tetapi sudah distandarisasi dan seragam untuk tingkat nasional (Dikti, 2013).

Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar propesi (Primadi, 2012). Dengan adanya uji kompetensi ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan baik dibidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Merujuk pada Surat Ederan ketua AIPKI, pentingnya untuk mempertahankan academic professional environtment, dan pengalaman baik dari pelaksanaan UKDI selama ini, maka dapat diketahui bahwa uji kompetensi dapat dilaksanakan pada akhir pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter sebagai exit exam. Implementasi uji kompetensi sebagai exit exam akan mengurangi dampak negative dari banyaknya jumlah peserta yang belum lulus (retaker) saat ini, karena persiapan uji kompetensi serta pembinaan retaker akan dilakukan langsung dibawah tanggung jawab fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter. Dengan demikian langkah pencegahan terhadap praktik dokter secara illegal (tanpa Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik) dapat diwujudkan, sehingga kualitas pelayanan semakin meningkat.

Kebijakan uji kompetensi sebagai exit exam, tercantum pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 88/E/DT/2013 pada Februari 2013. Pada surat itu dinyatakan bahwa dalam


(24)

rangka penjaminan mutu kelulusan pendidikan tinggi khususnya pendidikan tinggi kedokteran secara merata, maka diperlukan standarisasi lulusan melalui uji kompetensi. Untuk itu, perlu diimplementasikan uji kompetensi yang merupakan bagian dari proses evaluasi pembelajaran yang terintegrasi dalam sistem pendidikan, sehingga pelaksanaan uji kompetensi dilaksanakan sebelum kelulusan peserta didik.

Sehubungan dengan itu, terhitung mulai periode Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) I tahun 2013 (periode Februari 2013), diberlakukan ketentuan sebagai berikut :

a) Bidang Kedokteran memerlukan uji kompetensi dengan standar nasional sebagai bagian dari sistem pejaminan mutu yang bertujuan pada penjaminan keselamatan pasien

b) Uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan profesi sebagai exit exam, dengan mempertimbangkan :

• Pentingnya academic professional environment.

• Peran uji kompetensi sebagai feedback mutu proses pembelajaran • Mendukung integrasi sistem pendidikan-pelayaran

c) Uji kompetensi memerlukan metode yang tepat dalam menguji

attitude, knowledge, dan skill, melalui Computer Based Testing (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE).

d) Uji kompetensi dengan metode CBT dan OSCE berlaku sejak Periode UKDI I Tahun 2013 (Februari 2013). Bagi peserta uji kompetensi yang belum lulus sebelum tahun 2013, hanya diwajibkan mengikuti uji kompetensi dengan metode CBT. Sedangkan untuk para peserta uji yang belum lulus pada uji kompetensi Periode I tahun 2013, wajib mengulang uji kompetensi (dengan metode CBT dan OSCE) pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus. Pada peserta UKDI I dan II 2013 (Februari dan Mei), OSCE masih bersifat formatif. Bagi peserta didik yang telah lulus uji kompetensi berhak mendapatkan ijazah dan sertifikat kompetensi.


(25)

f) Hasil uji kompetensi akan dipublikasikan sebagai bentuk akuntabilitas publik serta memberikan umpan balik bagi institusi pendidikan dalam perbaikan proses pembelajaran.

Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa uji kompetensi adalah kebutuhan akan standarisasi lulusan kedokteran, sehingga dengan dilaksanakannya uji kompetensi sebagai uji nasional pada tahap akhir program pendidikan sebelum mengambil sumpah sebagai dokter maka pengetahuan dan keterampilan lulusan dokter akan terstandar secara nasional.

2.1.2. Maksud dan Tujuan Uji Kompetensi

Maksud dan tujuan dilaksanakan uji kompetensi pada Surat Edaran Dirjen Dikti No.88/E/DT/2013 untuk lulusan pendidikan tinggi kesehatan adalah :

1) Uji kompetensi ditujukan untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi kesehatan yang berkompeten dan terstandar secara nasional sehingga bisa melindungi masyarakat.

2) Uji kompetensi untuk menguji pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar untuk praktik kedokteran dan mendorong pembelajaran sepanjang ayat.

3) Uji kompetensi sebagai asesmen kompetensi dalam pengelolaan pasien yang aman dan efektif.

2.1.3. Uji Kompetensi sebagai Uji Nasional

Uji kompetensi sebagai uji nasional dilaksanakan pada tahap akhir program pendidikan. Uji kompetensi sebagai sistem penjaminan mutu lulusan dokter telah diatur secara tersurat dalam Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran, yang menjelaskan tentang sertifikat kompetensi sebagai tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi yang dikeluarkan oleh kolegium terkait (Dikti,2013).


(26)

Uji kompetensi sebagai uji kelulusan akhir program pendidikan profesi dokter dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut :

1) Uji kompetensi dilaksanakan pada tahap akhir pendidikan sebelum dilakukan sumpah dokter.

2) Uji kompetensi dilaksanakan secara nasional oleh Panitia Nasional yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

3) Uji kompetensi dilaksanakan berdasarkan blueprint yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

4) Uji kompetensi dilaksanakan dengan melibatkan fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter sebagai kompartemen ujian sebagaimana diatur dalam pedoman pelaksanaan CBT dan OSCE. 5) Soal ujian disiapkan oleh Panitia Nasional dan akan dibawa oleh

petugas khusus yang telah ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Ketua Panitia Nasional.

6) Panitia Nasional uji kompetensi tahun 2013 adalah Panitia Uji Kompetensi IDI-KDPI-AIPKI, hingga terbentuknya lembaga nasional yang berwenang.

7) Penentuan kelulusan uji kompetensi melalui proses standard setting

secara nasional dan hasilnya disampaikan kepada peserta melalui fakultas kedokteran atau program studi pendidikan dokter masing-masing.

2.1.4. Persyaratan Peserta dan Batasan Keikutsertaan

Uji kompetensi berlaku setiap calon lulusan pendidikan profesi dokter dengan persyaratan sebagai berikut (Dikti,2013) :

1) Mahasiswa pendidikan profesi dokter yang telah menyelesaikan dan lulus tahap kepaniteraan klinik dibuktikan dengan surat keterangan oleh Dekan/Ketua Program Studi Profesi Dokter.

2) Memenuhi persyaratan administratif sebagaimana ditetapkan oleh Panitia Nasional.


(27)

a) Telah mengikuti program remediasi yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari institusi pendidikan pelaksana program remediasi.

b) Belum melampaui batas maksimal keikutsertaan uji kompetensi. Sedangkan batasan keikutsertaan semua calon lulusan pendidikan dokter dengan ketentuan :

1) Calon lulusan dokter yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu tidak diperkenankan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi ataupun melakukan sumpah dokter.

2) Calon lulusan pendidikan dokter yang belum lulus pada uji kompetensi pada periode uji tertentu diwajibkan mengikuti uji kompetensi pada periode uji selanjutnya hingga dinyatakan lulus. 3) Calon lulusan pendidikan dokter dapat mengikuti uji kompetensi

maksimal hingga 2 (dua) kali masa studi pendidikan profesi normal sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku pada masing-masing institusi.

2.1.5. Materi dan Metode Uji Kompetensi

Materi uji kompetensi merujuk pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Uji kompetensi dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dalam menguji sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keahlian (skills). Materi uji kompetensi disusun berdasarkan cetak biru (blueprint). Masing-masing metode baik untuk metode uji CBT maupun uji OSCE memiliki

blueprint yang selanjutnya menjadi dasar dalam pelaksanaan uji kompetensi dokter (Dikti, 2013).

1)Blueprint Uji CBT dibagi dalm 7 (tujuh) tinjauan sebagai berikut: a) Tinjauan 1: Standar Kompetensi Profesi Dokter

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Ketrampilan dasar klinis


(28)

• Aplikasi biomedis, behavior, clinical, & epidemiologi pada kedokteran keluarga

• Komunikasi efektif

• Manajemen masalah kesehatan primer

• Penelusuran, kritisi, dan manajemen informasi • Profesionalisme, moral, dan etika praktik kedokteran • Kesadaran, pemeliharaan, dan pengembangan

personal

b) Tinjauan 2: Kognitif, Psikomotor, Konatif

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Kognitif

Procedural knowledge • Konatif

c) Tinjauan 3: Recall & Application

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Recall

Reasoning

d) Tinjauan 4: Aspek perjalanan penyakit

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Saraf dan perilaku

• Kepala dan leher

• Endokrin dan Metabolisme

• Saluran cerna, hepatobilier, dan pancreas • Saluran pernapasan

• Ginjal dan saluran kemih

• Jantung, pembuluh darah dan sistem limfatik • Darah dan sistem kekebalan tubuh

• Kulit, otot, tulang dan jaringan lunak • Reproduksi


(29)

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai patogenesis penyakit meliputi:

• Pertumbuhan, perkembangan, dan degenerasi • Kelainan genetik dan congenital

• Penyakit Infeksi dan Imunologi • Penyakit neoplasma

• Penyakit akibat trauma atau kecelakaan

f) Tinjauan 6: Tindakan layanan kesehatan yang dilakukan

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit • Penapisan/Diagnosis

• Manajemen/Terapi • Rehabilitasi

• Aspek hukum dan etika

g) Tinjauan 7: Tingkat layanan kesehatan yang dilakukan

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Individu

• Keluarga • Masyarakat 2)Blueprint OSCE

Secara garis besar blueprint terdiri atas 2 (dua) tinjauan meliputi:

a) Berdasarkan kompetensi

Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi: • Anamnesis

• Pemeriksaan fisik

• Melakukan tes/prosedur klinik atau interpretasi data untuk menunjang diagnosis banding/diagnosis

• Menentukan diagnosis atau diagnosis banding • Tatalaksana non farmakoterapi dan farmakoterapi • Komunikasi dan edukasi pasien


(30)

• Perilaku professional

b) Berdasarkan sistem organ dan lokasi tubuh Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi:

• Endokrin dan metabolism • Hematologi dan onkologi • Psikiatri

• Sistem gastrointestinal • Sistem kardiovaskuler • Sistem musculoskeletal • Sistem genitourinaria • Sistem pengindraan • Sistem reproduksi • Sistem respirasi • Sistem saraf • Kepala leher • Lain-lain

Pelaksanaan UKDI menggunakan metode Computed Based Testing

(CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Metode CBT untuk menguji pengetahuan berupa pertanyaan sedangkan OSCE digunakan untuk menguji keterampilan klinik.

2.1.6. Waktu Pelaksanaan dan Pembiayaan Uji Kompetensi

Uji kompetensi dilaksanakan secara periodik sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Untuk tanggal yang pasti, dapat kita lihat di internet (Dikti, 2013).

Sedangkan pembiayaan uji kompetensi sudah menjadi bagian dari pembiayaan pendidikan yang berlaku sejak periode uji kompetensi tahun 2014 dan masuk dalam biaya pendidikan untuk ajaran tahun 2013/2014 (Dikti, 2013).


(31)

Besarnya biaya uji kompetensi yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi tahun 2013 sebesar :

• CBT : Rp 400.000 per peserta ujian. • OSCE : Rp 600.000 per peserta ujian.

Biaya yang dikelola oleh Panitia Nasional untuk uji kompetensi ini meliputi biaya dalam metode uji CBT dan metode uji OSCE.

2.1.7. Tindak Lanjut Uji Kompetensi

Hasil uji kompetensi akan diumumkan secara terbuka dapat dilihat pengumumannya dalam bentuk online melalui website Panitia Nasional yang akan tercantum nama dan institusi serta hasil ujian dan diumumkan 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan uji kompetensi. Ini berguna untuk diketahui masyarakat dan sebagai umpan balik bagi institusi pendidikan terutama untuk evaluasi dan perbaikan dalam proses pendidikan (Dikti, 2013).

Peserta uji kompetensi yang belum lulus dalam ujian tersebut akan diberlakukan program penanganan retaker yang menjadi tanggung jawab institusi pendidikan dan wajib mengikuti program remediasi. Dalam pelaksanaan program remediasi, retakerakan dibimbing oleh pembimbing dengan rasio pembimbing dan retaker maksimal 1:5 (satu berbanding lima) dan sama-sama harus mengisi buku log sesuai dengan panduannya secara lengkap dan pengisian buku log harus bisa mencerminkan tahapan kegiatan dan kemajuan proses remediasi pembelajaran retaker. Frekuensi bimbingan minimal 1 (satu) minggu 1 (satu) kali. Pada akhir proses bimbingan remediasi, keseluruhan instrument yang telah diisi dikumpulkan kepada koordinator pembimbingan yang akan dibuat laporan hasil kegiatan kepada dekan. Dekan akan menyampaikan hasil laporan pembimbingan kepada AIPKI Wilayah serta membuat surat pengantar yang menyatakan retaker tersebut telah menyelesaikan program remediasi sehingga bisa mengikuti uji pada periode terkait.


(32)

2.2. Perilaku

2.2.1. Pengertian Perilaku

Menurut Skiner (1938) dalam buku Notoatmodjo (2010) merumuskan bahwa motivasi merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus lalu mempengaruhi organisme dan diakhiri dengan bentuk respon, sehingga teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respon). Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua, yakni:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh : Mahasiswa FK tahu uji kompetensi diadakan sebelum sumpah dokter, yang merupakan pengetahuan (knowledge). Kemudian mahasiswa tersebut bertanya kepada dosen tentang perihal uji kompetensi itu, yang selanjutnya disebut sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar. Contoh : seseorang mahasiswa melihat contoh-contoh soal uji kompetensi, dalam bentuk tindakan atau praktik.

Aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni: a) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya: berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagaimana. b) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).


(33)

Menurut MdM (2009), pengetahuan adalah seperangkat pemahaman, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan, lalu sikap adalah posisi yang terpusat kepada kecenderungan dan yang terakhir praktek adalah perilaku yang diamati atau tindakan individu dalam menanggapi stimulus.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku.

Dari uraian-uraian sebelumnya telah disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respon merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah merupakan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya dimana seseorang tersebut berada. Misalnya seorang dosen memberikan suatu arahan tentang bagaimana persiapan menghadapi uji kompetensi. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu memberi respon terhadap stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya. Misalnya mahasiswa akan memperhatikan dosennya apabila diberikan arahan tentang uji kompetensi (Notoatmodjo, 2010).

2.2.3. Aspek perilaku

Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), maupun perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah merupakan keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal tersebut (Notoatmodjo, 2010). Notoatmodjo membagi perilaku menjadi 3 tingkat yaitu:


(34)

2.2.3.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindaraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

2.2.3.2. Sikap

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

2.2.3.3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang mahasiswa sudah tahu bahwa uji kompetensi merupakan syarat kelulusan dalam pendidikan fakultas kedokteran maka mahasiswa itu ada niat (sikap) untuk lebih giat belajar. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka mahasiswa itu belajar sungguh-sungguh serta melatih diri agar siap dalam uji kompetensi tersebut.


(35)

2.3. Motivasi Belajar

2.3.1.Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang meyebabkan sesuatu bergerak. Menurut Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu prilaku.

Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan individu dalam belajar. Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan ketidakseimbangan antara yang dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dalam belajar. Dorongan berorientasi pada tujuan belajar. Tujuan belajar inilah yang menjadi inti motivasi belajar. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh sesorang individu. Tujuan belajar mengarahkan perilaku belajar individu.

Motivasi mahasiswa dapat dilihat dari perilakunya. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari minat, perhatian, dan kemauan yang kuat untuk ikut serta dalam proses belajar. Sedangkan mahasiswa yang memiliki motivasi yang rendah malah sebaliknya, kurang minat, kurang perhatian, dan kurang kemauan untuk ikut serta dalam proses belajar itu.

Uno (2003) menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk


(36)

mencapai tujuan (Mc Donald dalam Milfayetty, 2014). Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, sebagai berikut:

a) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem neurofisiologis dalam organ manusia, misalnya mahasiswa yang sedang belajar tiba-tiba merasa lapar, maka ia akan langsung mencari makanan.

b) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal).

Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang sebagai dorongan. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. Contohnya pada sesorang mahasiswa terlibat dalam suatu diskusi, dia tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, maka dia akan bersuara/mengemukakan pendapatnya.

c) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Pribadi yang termotivasi memberikan respon-respon kearah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Contohnya apabila mahasiswa ingin dapat lulus uji kompetensi, maka harus lebih giat lagi belajar.

2.3.2.Aspek-Aspek Motivasi

Aspek-aspek motivasi menurut Santrock (2006) terdiri atas 2 (dua) macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik yaitu menujukkan penentuan nasib sendiri dengan melakukan sesuatu untuk kepentingan sendiri. Berarti, motivasi instrinsik ini dipengaruhi oleh keputusan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan demi kepentingan pribadi dalam belajar. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya (Hama, 2008), yang berasal dari dalam diri sendiri atau internal, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, menambah pengetahuan, pemahaman dan


(37)

mengembangkan sikap, untuk mendapatkan status sosial yang baik, agar dapat diterima oleh orang lain, dan sebagainya. Meningkatnya motivasi instrinsik apabila mereka diberikan beberapa pilihan pribadi. Jadi berarti diri sendirilah yang menentukan seberapa besar tingkat motivasi yang berasal dari dalam diri tersebut terhadap kebutuhan yang diinginkan. Dalam hal ini, motivasi instrinsik tidak dipengaruhi dengan adanya pujian/hadiah dan hukuman.

Motivasi ekstrinsik yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Berarti, motivasi ekstrinsik ini dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti dengan adanya pujian/hadiah dan hukuman. Dengan adanya pujian/hadiah, maka seseorang akan terdorong atau termotivasi untuk mendapatkan itu. Begitu pula sebaliknya agar menghindari hukuman, maka seseorang akan berusaha untuk menghindai hukuman itu. Contohnya saja pada seseorang mahasiswa yang tidak tahu jawaban atas pertanyaan dosennya, sehingga dosennya menyuruh untuk mencari jawaban tersebut dan besoknya akan ditanya kembali oleh dosennya, apabila tidak dapat jawaban, maka tidak akan diperbolehkan untuk ikut ujian. Maka dari contoh diatas mahasiswa tersebut akan termotivasi untuk mencari jawaban agar terhindar dari hukuman tersebut. Motivasi ekstrinsik ini adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya atau eksternal.

Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik biasanya dapat bersamaan.dalam situasi tertentu. Dalam motivasi ekstrinsik biasanya dapat berubah menjadi motivasi instrinsik. Perbedaan esensial motivasi instrinsik dan motivasi seseorang adalah alasan orang tersebut bertindak. Artinya, apakah letak penyebab tindakan itu berada didalam dan diluar dirinya. Bila letaknya internal, motivasinya instrinsik dan bila letaknya eksternal maka motivasinya ekstrinsik. Maka dari itu, keduanya sangat saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam proses belajar baik itu berupa motivasi extrinsik maupun motivasi yang instrinsik.


(38)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Lepper (2005) mengatakan bahwa hubungan motivasi pada anak baik instrinsik maupun ekstrinsik menghasilkan korelasi yang negatif yang artinya saling bertentangan.

2.3.3. Komponen-Komponen Motivasi Belajar

Keller dan kopp mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya sebagai model ARCS. Yaitu, attention (perhatian),

relevansi (relevansi), confidence (kepercayaan diri) dan satisfaction

(kepuasan) (Milfayetty, 2014).

(a) Attention (perhatian) pelajar terhadap pelajaran didorong oleh rasa ingin tahu.

(b) Relevansi, menunjukan adanya hubungan materi pelajaraan dengan kondisi pelajar. Motivasi belajar akan terpelihara apabila mereka menganggap pelajaran yang dipelajarinya akan memenuhi kebutuhan pribadinya, bermanfaat untuk dirinya serta sesuai dengan nilai yang dianutnya.

(c) Confidence (percaya diri) yaitu perasaan mampu dalam diri mahasiswa yang merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungannya. Hal ini berhubungan dengan keyakinan pelajar bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu agar mencapai keberhasilan. Motivasi ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa lalu.

(d) Satisfaction (kepuasan). Usaha belajar yang dilakukan pelajar dipengaruhi hasil yang diterimanya. Hasil yang diterima sesuai dengan tingkat usaha dan ketekunan pelajar yang memberikan kepuasan. Selanjutnya kepuasan ini menjadi dorongan dan termotivasi untuk mendapatkan hasil yang serupa.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa attention


(39)

satisfaction (kepuasan) adalah komponen penting yang berpengaruh terhadap motivasi belajar.

2.3.4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang mengalami perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis mahasiswa. Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyati (2002) dalam buku psikologi pendidikan adalah cita-cita atau aspirasi mahasiswa, kemampuan mahasiswa, kondisi mahasiswa, kondisi lingkungan mahasiswa, unsur-unsur dianamis dalam belajar dan pembelajaran serta upaya dosen dalam membelajarkan mahasiswa.

1) Cita-cita atau aspirasi mahasiswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan prilaku belajar. Seorang mahasiswa fakultas kedokteran untuk menjadi dokter akanberusaha untuk rajin membaca buku kedokteran, melatih skill, sering bertanya ke dosen, diskusi, dan tekun belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar instrinsik dan ekstrinsik.

2) Kemampuan mahasiswa berpengaruh terhadap motivasi belajar. Seorang mahasiswa yang percaya akan kemampuannya akan dengan senang hati belajar karena sudah dari dalam diri merasa mampu agar mendapatkan pujian. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan masih kurang, juga akan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan, dalam hal ini untuk menghindari hukuman.

3) Kondisi mahasiswa yang meliputi kesehatan jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi mahasiswa. Mahasiswa yang sedang sakit, akan sulit untuk belajar. Mahasiswa yang marah akan sulit untuk memusatkan perhatiannya dalam belajar.

4) Kondisi lingkungan mahasiswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan masyarakat, organisasi sekolah yang diikuti mahasiswa juga mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa.


(40)

Lingkungan yang aman, tentram, nyaman, tertib, indah akan memperkuat semangat dan motivasi belajar mahasiswa.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Banyak yang mempengaruhi dalam belajar salah satunya yaitu unsur dinamis seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran mahasiswa yang akan mengalami perubahan dalam proses belajar. Jika seseorang merasa senang dalam pembelajaran itu, maka akan lebih mudah untuk belajar, sedangkan mahasiswa yang banyak yang dipikirkannya, maka susah untuk memusatkan perhatian kepelajaran. 6) Upaya dosen dalam pembelajaran mahasiswa.

Dengan adanya dosen, maka sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Upaya dosen dalam pembelajaran mahasiswa akan memberi pengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa. Dengan adanya pembinaan dari dosen, pengawasan, penyelenggaraan tata tertib dan peraturan sekolah maka mahasiswa secara tidak langsung diajarkan untuk termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dari uraian diatas, diketahui bahwa banyak aspek-aspek yang berpengaruh terhadap motivasi belajar baik motivasi ektrinsik maupun instrinsik. Aspek-aspek ini sangat berpengaruh pada mahasiswa yang dapat dilihat dari perilaku dan usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar.

2.3.5. Pentingnya Motivasi Belajar

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, motivasi belajar penting bagi mahasiswa dan dosen (Dimyati, 2002). Bagi mahasiswa motivasi belajar sangat penting sebagai upaya awal kegiatan pembelajaran agar terwujud apa yang menjadi tujuan. Selain itu motivasi belajar pada mahasiswa dapat menginformasikan tentang perbandingan kekuatan motivasi dalam belajar dengan teman sebaya. Informasi ini dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar dan menyadarkan tentang


(41)

adanya perjalanan belajar dan usaha belajar yang berkesinambungan (Wilfayetty, 2014).

Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya. Uraian diatas menunjukan bahwa motivasi mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi adalah:

1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukanh cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

2.4. Perilaku dan Motivasi Belajar Mahasiswa FK Menghadapi Uji

Kompetensi

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa perilaku itu terbentuk didalam diri seseorang dari dua fakor utama yakni stimulus dan respon. Jadi uji kompetensi disini sebagai stimulus atau rangsangan kepada mahasiswa yang akan memberikan respon terhadap uji kompetensi tersebut baik dalam bentuk pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Perilaku yang dilihat tentu saja akan berbeda-beda tiap masing-masing pribadi dan diharapkan dengan adanya uji kompetensi tersebut dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa kedokteran.

Motivasi terdiri atas dua aspek yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri. Uji kompetensi termasuk kedalam aspek motivasi ekstrinsik karena ujian kompetensi ini sebagai pemicu motivasi yang berasal dari luar diri dan secara tidak langsung merangsang mahasiswa fakultas kedokteran untuk belajar lebih giat.


(42)

Uji kompetensi ini sangat penting untuk mahasiswa kedokteran yang mana untuk dinyatakan lulus dari institusi pendidikan maka mahasiswa harus lulus dalam uji kompetensi itu, dalam artian uji kompetensi itu adalah ujian terakhir atau ujian kelulusan (exit exam) pada pendidikan profesi. Jika mereka tidak lulus, maka mereka tidak dapat melakukan sumpah dokter dan tidak akan menerima sertifikat kompetensi sebagai persyaratan registrasi. Demi mencapai cita – cita menjadi dokter dan dengan adanya peserta dari tahun-tahun sebelumnya yang banyak tidak lulus, maka dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa baik pengetahuan, sikap dan tindakan serta dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi uji kompetensi itu, agar dapat lulus pada uji kompetensi itu. Ujian kompetensi ini merangsang mahasiswa untuk mengetahui apa-apa saja yang akan dipersiapkan untuk ujian itu, baik bidang yang akan diujikan, maupun pengetahuan dan keterampilan yang akan dipersiapkan. Salah satunya dengan cara bertanya pada dosen. Dengan bertanya pada dosen maka secara langsung sudah merangsang mahasiswa dalam bentuk ketertarikan. Apabila dosen tersebut membangkitkan semangat mahasiswa, maka motivasi mahasiswa terhadap uji kompetensi itu akan meningkat. Mahasiswa akan mencari informasi tentang ujian itu dengan cara bertanya kepada peserta yang telah ikut ujian itu, dan membaca buku-buku tentang uji kompetensi beserta kumpulan soal-soalnya yang merupakan tindakan dalam berperilaku.. Dari sana akan mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan mahasiswa terhadap uji kompetensi itu dan akhirnya uji kompetensi itu menjadi kebutuhan bagi mahasiswa tersebut.

Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik. Dengan adanya unsur-unsur diluar diri seperti adanya uji kompetensi sebagai pemicu dan dengan adanya konsekuensi terhadap ujian tersebut, maka akan menimbulkan motivasi ekstrinsik sedangkan ketertarikan akan menimbulkan motivasi instrinsik yang berupa perilaku dalam menanggapi uji kompetensi tersebut. Berarti, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat berjalan bersamaan dalam situasi tertentu.


(43)

Ronald M. Epstein (2007) mengatakan dalam jurnalnya yang berjudul

Assessment in Medical Education yakni kompetensi bukanlah prestasi melainkan kebiasaan untuk belajar seumur hidup. Kompetensi adalah konstektual yang mencerminkan hubungan antara kemampuan seseorang dan tugas dia sebagai dokter dalam situasi tertentu di dunia. Kompetensi juga merupakan perkembangan, kebiasaan dalam berpikir dan berprilaku, dan praktek dapat diperoleh melalui praktek yang disengaja maupun refleksi dari pengalaman. Mahasiswa lulusan diharapkan dapat berkompetensi, tapi jika kompetensi itu pada dokter yang belum berpengalaman, mungkin sangat rentan terhadap pengaruh stress.


(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Defenisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “defenisi operasional” sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat

Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Motivasi Belajar Dorongan atau keinginan mahasiswa FK USU untuk Menggunakan Skala Likert sebanyak 10 pertanyaan. Favourable

Skor 4 : selalu

Kuesioner Ordinal Jumlah skor yang diperoleh dengan kategori : Baik : Uji Kompetensi Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Tindakan Motivasi Belajar - Baik - Sedang - Kurang


(45)

belajar. Skor 3: sering Skor 2 : kadang – kadang

Skor 1 : tidak pernah

Unfavourable

Skor 1 : selalu Skor 2 : sering

Skor 3 : kadang

kadang

Skor 4 : tidak pernah. 15-20 Sedang : 14-10 Kurang : 5-9

Pengetahuan Pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap uji kompetensi. Pengukuran dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah 10 pertanyaan.

Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika skor 8-10 2. Cukup jika skor 4-7 3.Kurang jika skor 0-3

Sikap Respon

tertutup atau pendapat mahasiswa terhadap uji kompetensi. Menggunakan Skala likert sebanyak 10 pertanyaan. Favourable

Skor 4 : selalu Skor 3: sering Skor 2 : kadang – kadang

Skor 1 : tidak pernah

Unfavourable

Skor 1 : selalu Skor 2 : sering

Skor 3 : kadang

kadang

Skor 4 : tidak pernah.

Kuesioner Ordinal Jumlah skor yang diperoleh dengan kategori : Baik : 15-20 Sedang : 10-14 Kurang : 5-9


(46)

mahasiswa

FK USU dalam

menghadapi uji

kompetensi.

Skala likert sebanyak 10 pertanyaan.

Favourable

Skor 4 : selalu Skor 3: sering Skor 2 : kadang – kadang

Skor 1 : tidak pernah

Unfavourable

Skor 1 : selalu Skor 2 : sering

Skor 3 : kadang

kadang

Skor 4 : tidak pernah.

skor yang diperoleh dengan kategori : Baik : 15-20

Sedang : 10-14 Kurang : 5-9


(47)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yakni pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan pada waktu yang sama. Pendekatan ini relatif murah, mudah untuk diteliti dan hasilnya cepat didapatkan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2014 sampai Desember 2014.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun angkatan 2009-2014. Jumlah populasi pada tahun angkatan 2009 sebanyak 476 orang, tahun angkatan 2010 sebanyak 409 orang, tahun angkatan 2011 sebanyak 534 orang, tahun angkatan 2012 sebanyak 544 orang, tahun angkatan 2013 sebanyak 486 orang, dan tahun angkatan 2014 sebanyak 250 orang. Perhitungan jumlah sampel pada setiap populasi yang diperlukan untuk penelitian ini menggunakan rumus Slovin :

n = N

1+ Ne2

• Jumlah sampel untuk tahun angkatan 2009: n = 476

1+476 x (0.1)2


(48)

• Jumlah sampel untuk tahun angkatan 2010: n = 409

1+409 x (0.1)2

= 80,35 dibulatkan menjadi 80 orang • Jumlah sampel untuk tahun angkatan 2011:

n = 524

1+524 x (0.1)2

= 83,97 dibulatkan menjadi 84 orang • Jumlah sampel untuk tahun angkatan 2012:

n = 544 1+544 x (0.1)2

= 84,47 dibulatkan menjadi 84 orang • Jumlah sampel untuk tahun angkatan 2013:

n = 486 1+486 x (0.1)2

= 82,93 dibulatkan menjadi 83 orang • Jumlah sampel untuk tahun angkatan 2014:

n = 250 1+250 x (0.1)2

= 71,4 dibulatkan menjadi 71 orang

Keterangan :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

e = Batas Toleransi Kesalahan (10%)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara acak stratifikasi (Stratified Ramdom Sampling) karena setiap populasi mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga masing-masing populasi tersebut diambil sampel yang mewakili setiap populasi tersebut secara acak.


(49)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui kuesioner yang diberikan ke responden. Pembagian kuesioner dilakukan oleh peneliti kepada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 - 2014. Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat ukur, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Responden yang digunakan untuk uji coba penelitian ini harus memiliki ciri-ciri yang sama dengan responden dari tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan.

a) Validitas

Suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment”.

b) Reliabilitas

Indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Teknik yang akan digunakan adalah teknik tes-tes ulang yang mana melakukan uji tes kuesioner yang sama pada responden yang sama sebanyak dua kali.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2010) data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Hasil angket yang diperoleh harus dilakukan pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, pemeriksaan jawaban dan lainnya.


(50)

b) Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean, kode pertanyaan pada penelitian ini jika selalu kode 1, sering kode 2, kadang-kadang kode 3, tidak pernah kode 4.Dan untuk hasil ukur baik kode 1, sedang kode 2, kurang kode 3.

c) Memasukkan Data

Memasukan data kedalam computer dengan menggunakan program SPSS.

d) Pembersihan Data

Pengecekkan kembali data yang telah dimasukkan untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan kode, ketidaklengkapan dan lainnya.

Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel.


(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang berlokasi di jalan Dr. T. Mansyur No. 5 Medan, Indonesia. Fakultas Kedokteran USU ini berdiri pada tanggal 20 Agustus 1952, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.

FK USU melaksanakan Uji Kompetensi sebanyak 4 (empat) kali dalam setahun. Metode Uji Kompetensi ini ada metode Computer Based Testing (CBT) untuk menguji pengetahuan dan metode Objective Structural Clinical Examination (OSCE) untuk menguji kemampuan keterampilan klinik. Tingkat kelulusan Uji Kompetensi di Indonesia pada UKDI XXII sebesar 71.52%, sedangkan UKDI pada tahun 2012 sebesar 74.44 %. Uji Kompetensi pada tanggal 15 Februari 2014 diikuti 3000 peserta seluruh tanah air baik itu Fakultas Kedokteran Negeri maupun Swasta. Penerimaan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU lebih kurang 400 orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur PMP, UMB, SNMPTN tertulis maupun undangan, Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak Universitas.

5.1.2 Deskriptif Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2009 sampai 2014 dengan jumlah responden sebanyak 485 orang. Adapun karakteristik responden meliputi jenis kelamin dan tingkat Angkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(52)

Tabel 5.1.

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Angkatan

No. Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persen (%)

1 Jenis Kelamin

Laki-Laki 183 37.7

Perempuan 302 62.3

Jumlah 485 100.0

2. Tingkat Angkatan

2009 83 17.1

2010 80 16.5

2011 84 17.3

2012 84 17.3

2013 83 17.1

2014 71 14.6

Jumlah 485 100.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin responden terbanyak yaitu responden dengan jenis kelamin perempuan 302 orang (62.3%) dan laki-laki 183 orang (37.7%). Pada penelitian ini jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi. Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat gambaran perilaku dan motivasi belajar mahasiswa dalam menghadapi uji kompetensi, peneliti tidak membandingkan perilaku dan motivasi belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelamin.

Untuk karakteristik responden berdasarkan tingkat Angkatan, jumlahnya tidak sama dikarenakan responden diambil berdasarkan tingkatan yang berbeda-beda mulai dari Angkatan 2009 sampai 2014 yang jumlah populasi antar Angkatan berbeda. Berdasarkan perhitungan jumlah populasi masing-masing dari Angkatan maka menghasilkan jumlah sampel yang berbeda-beda pula seperti pada tabel 5.1 diatas.


(53)

5.1.3 Hasil Analisis Data

5.1.3.1 Pengetahuan Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang uji kompetensi. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket pengetahuan telah diuji validitas isi (content validation) dan reliabilitasnya sehingga pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden terhadap uji kompetensi. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No. Pertanyaan Benar Salah Total

F % F % F %

1. Pengertian Uji Kompetensi 374 77.1 111 22.9 485 100.0

2 Maksud dan Tujuan dilaksanakan Uji Kompetensi

287 59.2 198 40.8 485 100.0

3. Kapan Uji Kompetensi diadakan 398 82.1 87 17.9 485 100.0

4. Metode yang diujikan dalam Uji Kompetensi

465 95.9 20 4.1 485 100.0

5. Kepanjangan OSCE 163 33.6 322 66.4 485 100.0

6. Pengertian Retaker 397 81.9 88 18.1 485 100.0

7. Kapan Uji Kompetensi dinyatakan sebagai exit exam

149 30.7 336 69.3 485 100.0

8. Dimanakah tercantum kebijakan Uji Kompetensi sebagai exit exam

145 29.9 340 70.1 485 100.0

9. Undang-Undang Praktik Kedokteran 175 36.1 310 63.9 485 100.0

10. Berapa kali Uji Komptensi diadakan dalam setahun

169 34.8 316 65.2 485 100.0

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan jawaban benar yaitu pertanyaan pada nomor 1,3,4, dan 6 yaitu sebesar 77.1%, 82.1%, 95.9%, dan 81.9%. Sedangkan pertanyaan yang paling


(54)

banyak dijawab dengan jawaban salah adalah pertanyaan nomor 7 dan 8 yaitu sebesar 69.3% dan 70.1%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawab 8-10 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan berpengetahuan sedang bila menjawab 4-7 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila hanya menjawab lebih kecil sama dengan 3 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel 5.3. dibawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasakan Pengetahuan

Angkatan Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

F % F % F % F %

2009 3 3.6 68 81.9 12 14.4 83 100

2010 12 15.0 61 76.3 7 8.8 80 100

2011 5 6.0 61 72.6 18 21.4 84 100

2012 10 11.9 70 83.3 4 4.8 84 100

2013 6 7.2 71 85.5 6 7.2 83 100

2014 6 8.5 51 71.8 14 19.7 71 100

Total 61 12.6 382 78.8 42 8.7 485 100

Berdasarkan tabel diatas kategori pengetahuan baik yang tertinggi pada Angkatan 2011 yaitu sebesar 21.4%, sedangkan kategori sedang yang tertinggi adalah Angkatan 2013 yaitu sebesar 85.5%, dan kategori pengetahuan kurang tertinggi pada Angkatan 2010 yaitu sebesar 15.0%.


(55)

Tabel 5.4. Statistik Deskriptif Pengetahuan

Mean Median Mode SD Min Max Sum

5.61 6.00 5 1.639 1 10 2719

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pada semua Angkatan yang terbanyak berada dalam kategori pengetahuan sedang dengan rata-rata 5.61.

5.1.3.2 Sikap Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi

Pada penelitian ini dalam lembar angket penelitian terdapat 5 pernyataan mengenai sikap dalam menghadapi uji kompetensi. Pernyataan-pernyataan yang ada didalam angket tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan r hitungnya lebih besar dari r tabel (>0.497). Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No Pernyataan Sikap

Jawaban Responden Tidak

Pernah

Kadang-kadang

Sering Selalu

f % f % F % f %

1. Uji Kompetensi itu sangat menarik perhatian saya sehingga saya merasa uji kompetensi itu perlu diadakan.

99 20.4 168 34.6 142 29.3 76 15.7

2 Saya tidak berharap untuk mengikuti program remedial dalam uji kompetensi tersebut.

49 10.1 42 8.7 63 13.0 331 68.2

3 Ada hal-hal yang merangsang rasa ingin tahu saya tentang uji kompetensi.

53 7.2 174 35.9 165 34.0 111 22.9

4 Saya senang jika dosen memberikan pengarahan tentang uji kompetensi.

21 4.3 104 21.4 139 28.7 221 45.6

5 Saya mempersiapkan diri untuk menghadapi uji kompetensi itu mulai dari sekarang.


(56)

Dari tabel di atas terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab adalah kategori selalu pada pernyataan nomor 2 (68.2%) dan nomor 4 (45.6), dan pernyataan yang paling sedikit dijawab adalah kategori tidak pernah nomor 3 (7.2%) dan nomor 4 (4.3%).

Penilaian sikap berdasarkan jawaban yang diberikan, apabila responden menjawab selalu maka skor diberikan adalah 4, sering adalah 3, kadang-kadang adalah 2 dan tidak pernah adalah 1. Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan sikap baik bila jumlah skornya antara 15-20, sedangkan seorang responden dikatakan sikap sedang bila jumlah skornya antara 10-14, dan seorang responden dikatakan sikap kurang bila jumlah skornya antara 5-9. Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel 5.6. dibawah ini:

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap

Angkatan Sikap Total

Kurang Sedang Baik

F % F % F % F %

2009 4 4.8 41 49.4 38 45.8 83 100.0

2010 13 16.3 29 36.3 38 47.5 80 100.0

2011 4 4.8 45 53.6 35 41.7 84 100.0

2012 1 1.2 49 58.3 34 40.5 84 100.0

2013 2 2.4 30 36.1 51 61.4 83 100.0

2014 0 0 31 43.7 40 56.3 71 100.0

Total 24 4.9 225 46.4 236 48.7 485 100.0

Berdasarkan tabel diatas Angkatan yang memiliki sikap baik tertinggi persentasenya dalam menghadapi uji kompetensi adalah Angkatan 2013 yaitu 61.4%, sedangkan Angkatan yang memiliki sikap sedang tertinggi persentasenya adalah Angkatan 2012 yaitu 58.3%, dan Angkatan yang memiliki sikap kurang


(57)

tertinggi persentasenya dalam menghadapi uji kompetensi adalah Angkatan 2010 yaitu 16.3%.

Tabel 5.7. Statistik Deskriptif Sikap

Mean Median Mode SD Min Max Sum

14.22 14.00 15 3.019 5 20 6896

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata setiap Angkatan memiliki sikap yang baik dalam menghadapi uji kompetensi yaitu sebesar 14.22.

5.1.3.3 Tindakan Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 5 pernyataan mengenai tindakan dalam menghadapi uji kompetensi. Pernyataan-pernyataan yang ada didalam angket tersebut telah diuji validitas dan reliabilitas dengan r hitungnya lebih besar dari r tabel (>0.497). Distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel tindakan dapat dilihat pada tabel 5.6. di bawah ini:

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Tindakan

No Pertanyaan Tindakan

Jawaban Responden Tidak

Pernah

Kadang-kadang

Sering Selalu

F % F % F % F %

1 Saya mencari informasi tentang uji kompetensi.

72 15.1 235 48.5 112 23.1 65 13.4

2 Saya belajar agar dapat lulus dalam uji kompetensi tersebut.

18 3.7 130 26.8 158 32.6 178 36.9

3 Saya ikut serta dalam latihan soal-soal uji kompetensi bersama teman dengan dosen.

193 39.8 140 28.9 93 19.2 59 12.2

4 Saya melatih keterampilan (skills) dengan sungguh-sungguh agar saya dapat lulus OSCE nasional.

31 6.4 111 22.9 154 31.8 189 39.0

5 Saya datang ke kampus untuk kegiatan kuliah, skill lab, dan tutorial sebagai persiapan diri untuk uji kompetensi.


(58)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pernyataan tindakan yang paling banyak dijawab adalah kategori selalu pada pernyataan nomor 5 yaitu sebesar 48.7% dan kategori kadang-kadang pada pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 48.5%. Pernyataan yang paling sedikit dijawab adalah kategori tidak pernah pada pernyataan nomor 2 yaitu sebesar 3.7%.

Penilaian tindakan sama dengan penilaian sikap yang mana berdasakan jawaban yang diberikan, apabila responden menjawab selalu maka skor diberikan adalah 4, sering adalah 3, kadang-kadang adalah 2 dan tidak pernah adalah 1. Penilaian tindakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan tindakan baik bila jumlah skornya antara 15-20, sedangkan seorang responden dikatakan tindakan sedang bila jumlah skornya antara 10-14, dan seorang responden dikatakan tindakan kurang bila jumlah skornya antara 5-9. Berdasarkan hasil uji tersebut maka gambaran tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel 5.9. dibawah ini:

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tindakan

Angkatan Tindakan Total

Kurang Sedang Baik

F % F % F % F %

2009 8 9.6 37 44.6 38 45.8 83 100.0

2010 14 17.5 37 46.3 29 36.3 80 100.0

2011 7 8.3 48 57.1 29 34.5 84 100.0

2012 8 9.5 46 54.8 30 35.7 84 100.0

2013 3 3.6 44 53.0 36 43.4 83 100.0

2014 6 8.5 33 46.5 32 45.1 71 100.0

Total 46 9.5 245 50.5 194 40.0 485 100.0

Berdasarkan tabel diatas Angkatan yang memiliki tindakan kategori baik tertinggi persentasenya dalam menghadapi uji kompetensi adalah Angkatan 2009 yaitu sebesar 45.8%. Sedangkan Angkatan yang memiliki tindakan kategori


(59)

sedang tertinggi persentasenya dalam menghadapi uji kompetensi adalah Angkatan 2011 yaitu sebesar 57.1%. Dan Angkatan yang memiliki tindakan kategori kurang tertinggi dalam menghadapi uji kompetensi adalah Angkatan 2010 yaitu sebesar 17.5%.

Tabel 5.10. Statistik Deskriptif Tindakan

Mean Median Mode SD Min Max Sum

13.65 14.00 13 3.338 5 6 6622

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata setiap Angkatan memiliki tindakan tertinggi pada kategori sedang yaitu sebesar 13.65.

5.1.3.4. Motivasi Belajar Mahasiswa FK USU dalam Menghadapi Uji Kompetensi

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 5 pernyataan mengenai motivasi dalam menghadapi uji kompetensi. Pernyataan-pernyataan yang ada didalam angket tersebut telah diuji validitas dan reliabilitas dengan r hitungnya lebih besar dari r tabel (>0.497). Sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dapat mewakili motivasi responden dalam menghadapi uji kompetensi. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel motivasi dapat dilihat pada tabel 5.11. dibawah ini:


(60)

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Variabel Motivasi Belajar

No Pertanyaan Motivasi Belajar

Jawaban Responden Tidak

Pernah

Kadang-kadang

Sering Selalu

F % F % F % F %

1 Uji Kompetensi tidak mempengaruhi keinginan saya belajar.

192 39.6 141 29.1 80 16.5 72 14.8

2 Dorongan untuk sukses uji kompetensi membuat saya selalu ingin belajar dengan baik.

27 5.6 127 26.2 145 29.9 186 38.4

3 Pengalaman senior baik yang lulus atau yang tidak lulus membuat saya ingin berhasil dalam uji kompetensi.

21 4.3 61 12.6 146 30.1 257 53.0

4 Hasil ujian UAS yang memuaskan membuat saya semakin bersemangat belajar dan yakin dapat lulus uji kompetensi.

38 7.8 119 24.5 149 30.7 179 36.9

5 Saya belajar untuk dapat menyelesaikan tugas dan lulus ujian blok/semester/kepaniteraan klinik.

14 2.9 61 12.6 166 34.2 244 50.3

Dari tabel diatas terlihat bahwa pernyataan motivasi dalam menghadapi uji kompetensi yang paling banyak dijawab adalah kategori selalu pada pernyataan nomor 3 yaitu sebesar 53.0% dan pernyataan nomor 5 yaitu sebesar 50.3. Sedangkan pernyataan motivasi dalam menghadapi uji kompetensi yang paling sedikit dijawab adalah kategori tidak pernah pada pernyataan nomor 5 sebesar 2.9%.

Penilaian motivasi sama dengan penilaian sikap dan tindakan yang mana berdasarkan jawaban yang diberikan. Untuk pernyataan favourable pada nomor 2, nomor 3, dan nomor 4, apabila responden menjawab selalu maka skor diberikan adalah 4, sering adalah 3, kadang-kadang adalah 2 dan tidak pernah adalah 1. Kecuali pada pernyataan nomor 1 dan nomor 5 karena pernyataannya bersifat


(61)

adalah 1, sering 2, kadang-kadang adalah 2, dan tidak pernah adalah 4. Penilaian motivasi dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan motivasi baik bila jumlah skornya antara 15-20, sedangkan seorang responden dikatakan motivasi sedang bila jumlah skornya antara 10-14, dan seorang responden dikatakan motivasi kurang bila jumlah skornya antara 5-9. Berdasarkan hasil uji tersebut maka gambaran motivasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat dikategorikan pada tabel 5.12. dibawah ini:

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Motivasi Belajar

Angkatan Motivasi Belajar Total

Kurang Sedang Baik

F % F % F % f %

2009 2 2.4 56 67.5 25 30.1 83 100.0

2010 5 6.3 50 62.5 25 31.3 80 100.0

2011 4 4.8 49 58.3 31 36.9 84 100.0

2012 3 3.6 49 58.3 32 38.1 84 100.0

2013 0 0 43 51.8 40 48.2 83 100.0

2014 1 1.4 31 43.7 39 54.9 71 100.0

Total 15 3.1 278 57.3 192 39.6 485 100.0

Berdasarkan tabel diatas Angkatan yang memiliki motivasi tertinggi dalam kategori baik adalah Angkatan 2014 yaitu sebesar 54.9%, sedangkan Angkatan yang memiliki motivasi sedang tertinggi adalah Angkatan 2009 yaitu sebesar 67.5%, dan Angkatan yang memiliki motivasi kurang tertinggi adalah Angkatan 2010 yaitu sebesar 6.3%.


(62)

Tabel 5.13. Statistik Deskriptif Motivasi

Mean Median Mode SD Min Max Sum

13.91 14.00 14 2.225 6 20 6746

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata setiap Angkatan memiliki motivasi tertinggi dalam menghadapi uji kompetensi pada kategori sedang yaitu sebesar 13.91.

5.2Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan

Dari hasil penelitian dengan jumlah responden sebanyak 485 responden (100%) diperoleh bahwa sebanyak 374 responden (77.1%) mengetahui tentang pengertian uji kompetensi yaitu suatu bentuk standarisasi lulusan kedokteran sebelum mahasiswa lulus dan menyandang gelar dokter. Sebanyak 287 responden (59.2%) menjawab benar dari pertanyaan yang bukan maksud dan tujuan dilaksanakan uji kompetensi. Seperti dijelaskan dalam Surat Edaran Dirjen Dikti No.88/E/DT/2013 maksud dan tujuan uji kompetensi ada 3 (tiga) yaitu untuk menjamin lulusan pendidikan tinggi kesehatan yang berkompeten dan terstandar secara nasional, menguji pengetahuan dan keterampilan sebagai dasar untuk praktik kedokteran dan sebagai assesmen kompetensi dalam pengelolahan pasien yang aman dan efektif (Dikti, 2013).

Sebanyak 398 responden (82.1%) mengetahui kalau uji kompetensi itu diadakan sebelum dilakukan sumpah dokter. Pengetahuan mahasiswa tentang metode yang diujikan dalam uji kompetensi adalah CBT dan OSCE sebanyak 465 responden (95.9), ini merupakan jawaban benar dengan jumlah paling banyak diantara semua pertanyaan, hanya 20 responden (4.1%) yang menjawab salah. Namun sebaliknya, mahasiswa yang hanya mengetahui kepanjangan OSCE dengan jawaban Objective Structural Clinical Examination hanya 163 responden (33.6%), lebih banyak yang menjawab salah yaitu sebesar 322 respoden (66.4%).

Sebanyak 397 responden (81.9%) mengetahui bahwa retaker adalah mahasiswa yang belum lulus uji kompetensi dan hanya 149 responden (30.7%)


(1)

Tindakan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak pernah 18 3.7 3.7 3.7

kadang-kadang 130 26.8 26.8 30.5

sering 158 32.6 32.6 63.1

selalu 179 36.9 36.9 100.0

Total 485 100.0 100.0

Tindakan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak pernah 193 39.8 39.8 39.8

kadang-kadang 140 28.9 28.9 68.7

sering 93 19.2 19.2 87.8

selalu 59 12.2 12.2 100.0

Total 485 100.0 100.0

Tindakan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak pernah 31 6.4 6.4 6.4

kadang-kadang 111 22.9 22.9 29.3

sering 154 31.8 31.8 61.0

selalu 189 39.0 39.0 100.0

Total 485 100.0 100.0

Tindakan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak pernah 33 6.8 6.8 6.8

kadang-kadang 74 15.3 15.3 22.1


(2)

80

selalu 241 49.7 49.7 100.0

Total 485 100.0 100.0


(3)

(4)

82


(5)

(6)

84