menyenangkan Gambar 2.1. Hal ini menjadikan suatu anggapan pada masyarakat bahwa nilai estetika dalam suatu bangunan adalah hal yang selalu
membutuhkan biaya besar dalam penerapannya. Dalam menentukan kebutuhan unit hunian rumah susun, perancang
mempertimbangkan jumlah keluarga yang akan dipindahkan ke bangunan rumah susun. Lalu jumlah unit hunian yang akan dijualdisewa mengikuti KAK yang
menentukan jumlah lantai bangunan minimal 8 lantai. Penentuan tipe unit hunian berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan kemampuan ekonomi konsumer atau
penghuni baru. Pertimbangan tipe hunian penghuni lama tidak dilakukan mengingat besarnya luasan unit akan mempengaruhi penjualan unit kedepannya.
Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa tipe unit yang lebih kecil akan lebih mudah terjualdisewa dan pembagian unit bagi penghuni lama
tetap bisa dilakukan sesuai dengan tipe unit hunian lama dengan menggabungkan dua unit atau lebih hunian baru.
2.3. Potensi Tapak
Kondisi lingkungan di sekitar tapak diisi oleh aktivitas permukiman, perkantoran, komersial, rumah sakit, pendidikan dan instansi pemerintah. Kondisi
tapak sendiri terhadap lingkungan sekitar merupakan permukiman dengan aktivitas komersial di dalamnya. Tapak merupakan identitas yang penting bagi
kawasan sekitar karena adanya warung kuliner yang sudah menjadi ikon kawasan ini Gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Ikon Kawasan Tapak Sumber: Dok. Penulis 2014
Sebagai daerah pemukiman, tapak memiliki nilai tambah karena lokasinya yang dekat dengan pusat kota, memiliki akses kendaraan umum, sehingga mudah
dijangkau. Sedangkan dari sudut pandang ekonomi, tapak memiliki potensi sebagai daerah komersial untuk semua kalangan, baik menengah ke bawah
maupun menengah ke atas. Kondisi sosial masyarakat yang memiliki tingkat kekerabatan yang tinggi,
menjadikan tapak dengan penghuni di dalamnya memiliki kesan terbuka dengan lingkungan sekitar. Keadaan eksisting yang memiliki akses sirkulasi yang begitu
banyak dari segala arah juga mendukung kesan terbuka. Hal ini menjadi potensi tapak sebagai ruang sosialisasi masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat kota
medan pada umumnya. Tapak yang memiliki akses langsung ke Sungai Deli memiliki potensi
yang sangat besar sebagai daerah rekreasi perkotaan, seperti yang kita ketahui belum adanya sarana rekreasi perkotaan yang memanfaatkan Sungai Deli sebagai
Universitas Sumatera Utara
penarik minat pengunjung. Daerah tepian sungai apabila dirancang dengan tepat, selain sebagai daerah resapan bagi sungai, akan menjadi tempat yang sangat
menarik bagi masyarakat perkotaan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan kota.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III KAMPUNG KOTA: KOTA ATAU KAMPUNG?
Menemukan tema yang sesuai dengan konteks permasalahan pada kawasan merupakan masalah penting yang harus diselesaikan, karena tema ini
sangat berperan penting dalam perancangan yang nantinya akan diaplikasikan pada konsep rancangan. Dalam proses menemukan tema, perancang melakukan
studi literatur melalui berbagai media. Melalui rancangan yang telah ada, dan melalui penelitian dalam bentuk jurnal-jurnal yang ada dapat dilakukan studi
literatur. Dengan memahami permasalahan-permasalahan yang terdapat pada proyek penelitian jurnal-jurnal terkait, diharapkan dapat menemukan tema untuk
konsep perancangan kawasan. Mencari referensi tema dari proyek-proyek rancangan yang sudah ada
juga terus dilakukan demi mendapatkan tema yang benar-benar sesuai dengan konteks permasalahan tapak proyek. Hasil rancangan untuk sayembara dan proyek
tugas akhir yang sudah ada juga dapat dijadikan referensi untuk menemukan ide- ide baru yang dapat mempengaruhi penentuan tema yang akan digunakan.
Bagaimana cara seorang arsitek dalam menemukan permasalahan dan menentukan solusi yang tepat dapat dipelajari dari karya-karya hasil rancangan
mereka. Asistensi dengan dosen pembimbing mengenai tema yang dipilih
menghasilkan pandangan-pandangan dan ide-ide baru yang memungkinkan ditemukannya tema yang lebih tepat. Pemikiran dari dosen pembimbing membuka
Universitas Sumatera Utara
pemikirkan baru yang memunculkan tema lain yang lebih tepat sehingga membutuhkan pencarian lagi referensi yang bisa menjadi dasar tema yang akan
dipilih. Dalam menemukan tema apa yang sesuai dengan kawasan, harus dipahami
dengan benar permasalahan ataupun potensi yang dimiliki kawasan, sehingga tema ini nantinya hanya bisa diterapkan pada kawasan setempat yang akan
menjadi ciri khas dari kawasan. Proses menentukan tema ini tidak mudah dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Setelah menemukan permasalahan-
permasalahan pada kawasan, hal yang harus dilakukan adalah menentukan permasalahan yang paling penting untuk diangkat dan diselesaikan dengan
perancangan arsitektur. Penentuan permasalahan ini akan mempengaruhi tema yang akan digunakan pada rancangan. Sesuai dengan tema kelompok yaitu sosial
ekonomi, tema rancangan yang diangkat harus mencakup hal-hal mengenai sosial ekonomi kawasan proyek rancangan.
Menentukan tema untuk rancangan kawasan dilakukan dengan menulusuri permasalahan tema besar dari kawasan ini yaitu Arsitektur Muka Air atau dikenal
dengan Riverfront Architecture, lalu dihubungkan dengan tema kelompok sosial ekonomi. Riverfront Architecture merupakan pendekatan arsitektur yang
memasukkan unsur sungai dalam pertimbangan rancangan. Berkaitan dengan sungai sebagai sumber air yang harus dijaga.
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sangat diperlukan tetapi keberadaannya terbatas. Air banyak digunakan untuk pertanian,
industri, pembangkit energi, rumah tangga, transportasi, rekreasi dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena kegunaannya, air memiliki peran penting sepanjang sejarah pendirian dan pembentukan pemukiman.
Sejarah peradaban dunia dimulai dari pinggir sungai. Orang-orang kuno mencari sumber air untuk hidup, lalu hidup berkoloni, membangun keluarga,
membangun budaya dan terbentuk sebuah bangsa. Sungai sebagai salah satu sumber air menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan bagi tumbuh dan
berkembangnya suatu peradaban. Peradaban-peradaban lama nan agung tumbuh dari pinggir sungai, Nil, Eufrat
– Tigris, Sungai Kuning dan Indus. Peradaban sungai adalah bentuk peradaban tua yang masih ditemui sampai sekarang, bisa
dibilang, peradaban ini adalah awal mula peradaban, sebelum kemudian berkembang menjadi peradaban yang lebih maju lagi.
Di Indonesia pun jejak-jejak peradaban sungai ini masih ada sampai sekarang. Walaupun sebenarnya munculnya peradaban di Indonesia lebih beragam
karena banyak juga jejak sejarah yang membuktikan bahwa peradaban di Indonesia muncul dari pantai atau juga dari sisa-sisa kebudayaan sangat kuno,
sisa-sisa kebudayaan berburu dan meramu. Beberapa sejarah peradaban besar yang tumbuh dari sisi sungai yang pernah tercatat di Indonesia adalah
Tarumanegara yang konon tumbuh di sisi Sungai Citarum, dan atau juga kompleks agung Muaro Jambi yang berkibar di sisi sungai Batanghari.
Di masa sekarang, sisa-sisa peradaban sungai di masa lampau telah berubah menjadi kota-kota besar, Medan salah satunya. Medan adalah salah satu
kota yang pada asal mulanya pusat kegiatan pemerintahan bergantung pada sungai, di Medan Sungai Deli tak sekedar sungai. Sungai Deli adalah simbol
Universitas Sumatera Utara
pemberi hidup, masyarakat tumbuh dari sungai, masyarakat bergantung dari sungai. Sungai Deli yang merupakan urat nadi perdagangan pada masa kerajaan
Deli, mengambil peranan penting bagi perkembangan kota Medan. Di masa lalu, Kesultanan Deli pun dibangun di pinggir sungai, sekarang
masih bisa terlihat istana kesultanannya yang dikenal dengan Istana Maimun. Letaknya di sisi sungai selain strategis juga memberikan perlindungan alami
apabila terjadi serangan. Keberadaan sungai yang menjadi jalur transportasi penting menyebabkan terjadinya pembentukan pemukiman yang berorientasi ke
sungai. Kini Pesatnya perkembangan kota, dengan pembangunan jalur transportasi darat menyebabkan pertumbuhan pemukiman berorientasi pada jalan dan
menjadikan sungai sebagai area belakang, sungai tidak lagi menjadi jalur transportasi yang penting bagi kota.
Seharusnya peradaban itu menjadi besar, megah dan anggun. Tapi di Indonesia, peradaban sungai telah musnah kegemilangannya berabad-abad yang
lalu. Yang tinggal sekarang adalah ironi dari pinggir sungai. Apa yang didengar pertama kali dari pinggir sungai? bantaran sungai? Kumuh, ketidakteraturan,
sampah dan berbagai hal negatif lainnya. Di Indonesia area pinggir sungai adalah area yang dipinggirkan, tempat bagi mereka yang tidak mendapatkan ruang yang
layak dan tinggal seadanya menyambung nyawa. Perubahan orientasi pemukiman berdampak terhadap penurunan kualitas
dan fungsi sungai bagi kehidupan kota. Budaya masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai berperan besar terhadap peningkatan pencemaran sungai yang
ditandai dengan perubahan fungsi sungai sebagai areal servis. Hal ini dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
sungai bagi masyarakat saat ini berfungsi sebagai fasilitas pemukiman. Masyarakat yang hidup pada permukiman bantaran sungai Deli cenderung
menggunakan sungai tanpa memperhatikan kualitasnya. Hal ini berdampak pada timbulnya banjir tahunan yang merendam kawasan bantaran sungai Deli.
Hal ini terjadi pada kawasan Kelurahan Hamdan, yang merupakan kawasan pemukiman yang berada di bantaran sungai Deli. Kawasan ini
merupakan daerah pemukiman padat penduduk yang menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas sungai Deli. Rumah-rumah penduduk yang berada pada
sempadan sungai menyebabkan berkurangnya daerah resapan sungai sehingga meningkatkan resiko banjir.
Kawasan pinggiran sungai ini banyak diminati oleh pendatang yang ingin mengadu nasib di ibukota, karena biaya yang cukup rendah dibandingkan
kawasan lain. Kondisi ini menyebabkan sosial ekonomi masyarakat di kawasan ini cukup beragam, tetapi kebanyakan merupakan pelaku wirausaha. Kondisi
sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Hamdan yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang merupakan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Aktivitas ekonomi tersebar di beberapa titik di wilayah ini, sekaligus menjadi tempat interaksi sosial masyarakat dikarenakan kurangnya ruang terbuka di
kawasan ini. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa kawasan Kelurahan Hamdan memiliki potensi sebagai ruang aktivitas sosial ekonomi bagi masyarakat
di sekitarnya. Budaya bermukim masyarakat kampung kota yang diwarnai oleh nilai-
nilai tradisional dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
sikap mereka dalam berinteraksi. Budaya bermukim yang kental dengan kekerabatan adalah potensi yang menjadi perekat kohesi masyarakat dan
merupakan modal sosial yang sudah seharus nya dipelihara. Pola-pola kehidupan tradisional yang masih terbawa, menjadi potensi identitas kampung yang berada
pada kehidupan modern perkotaan. Interaksi sosial yang terjadi pada kawasan ini banyak dilakukan di jalan,
pinggir sungai, dan warung. Hal ini dikarenakan kebiasaan interaksi warga yang berkomunikasi ketika bertemu dengan tetangga dimanapun berada. Sehingga tidak
memperhatikan apakah ruang tersebut layak atau tidak dijadikan sebagai ruang interaksi sosial. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak yang bermain di area tapak,
yaitu di jalanan dan di badan sungai, ruang interaksi sosial ini dirasa tidak aman bagi anak-anak karena dapat membahayakan keselamatan. Area bermain yang
aman bagi anak-anak sangat dibutuhkan karena berdampak pada perkembangan psikologi anak.
Penataan lingkungan permukiman tepi sungai merupakan salah satu upaya mengembalikan kualitas sungai. Penataan lingkungan pejmukiman ini salah
satunya adalah dengan merancang rumah susun. Rumah susun diharapkan dapat menjadi jawaban atas permasalahan kepadatan hunian di kawasan ini.
Berbagai permasalahan dan potensi kawasan menjadi titik tolak perancang dalam menentukan tema yang akan digunakan dalam perancangan kawasan. Studi
literatur dari berbagai media ilmu pengetahuan juga mempengaruhi perancang dalam penentuan tema ini.
Universitas Sumatera Utara
Kampung vertikal merupakan ide awal yang muncul dalam benak perancang dalam melihat potensi-potensi yang dimiliki tapak. Dalam bahasa
Minangkabau kampung berkaitan dengan kehidupan yang sarat dan konsisten akan penerapan nilai-nilai tradisional. Sehingga kampung vertikal dapat diartikan
sebagai suatu bentuk kehidupan pemukiman yang menerapkan nilai-nilai tradisional dalam bentuk pemukiman vertikal.
Tema ini dipilih untuk merepresentasikan bentuk-bentuk kehidupan kampung yang masih dimiliki oleh warga setempat. Perilaku-perilaku tradisional
yang dimiliki akan diadaptasi menjadi fungsi ruang pada bangunan rumah susun. Dengan pemikiran bahwa perilaku-perilaku tradisional ini akan tetap berlaku pada
bangunan rumah susun. Bentuk-bentuk pemukiman juga diadaptasi ke dalam bentuk bangunan sehingga bentuk hunian akan berbeda-beda.
Seiring dengan proses asistensi bersama dosen pembimbing maupun konsultan ahli, tema ini dirasa terlalu luas dan juga tidak cukup menarik untuk
merepresentasikan konsep kampung pada rancangan bangunan. Dikarenakan tidak ada ciri khas baru yang muncul dari tema ini. Tema ini dirasa terlalu umum dan
sudah banyak digunakan dalam rancangan bangunan rumah susun. Karena representasi tema ini hanya pada perilaku penghuni, tidak banyak terlihat dalam
keseluruhan rancangan. Setelah melakukan studi literatur dari berbagai sumber dan dengan
pertimbangan kondisi kawasan kasus proyek, akhirnya tema yang dipilih adalah Pattern of Existing Kampong yang berasal dari teori arsitektur organik, diusung
oleh Frank Lloyd Wright. Fleming, Honour Pevsner 1999 dalam Penguin
Universitas Sumatera Utara
Dictionary of Architecture mendeskripsikan bahwa ada dua pengertian mengenai Organic Architecture: 1 istilah untuk bangunan yang didesain berdasarkan
analogi biologi atau natural, 2 istilah untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling harmonis, terintegrasi dengan tapak, dan merefleksikan
kepedualian arsitek terhadap proses dan bentuk alam sekitar . Perancang
mencoba merealisasikan
tema ini
dengan konsep
mempertahankan keadaan dan suasana kampung eksisting sehingga revitalisasi yang akan dilakukan tidak merubah identitas kawasan Kelurahan Hamdan ini.
Konsep ini diangkat berdasarkan pola perilaku interaksi warga yang banyak dilakukan di jalanan dan pada area komersial. Dalam hal ini sirkulasi menjadi hal
penting yang membentuk pola pemukiman di area tapak ini. Karena interaksi sosial yang ditekankan pada konsep ini, maka diharapkan dapat meningkatkan
nilai sosial dan kemanusiaan pada kawasan karena akan mewadahi aktivitas sosial ekonomi warga sekitar kawasan.
Area komersial yang banyak digunakan sebagai ruang interaksi sosial, juga akan diadaptasi ke dalam konsep ruang pada bangunan rumah susun
sehingga pada bangunan rumah susun nantinya terdapat area komersial yang dapat digunakan untuk tempat berkumpul dan dapat menjadi area warung kopi bagi
warga yang memiliki usaha tersebut. Pada setiap hunian rumah susun terdapat jendela usaha yang dapat berfungsi sebagai tempat menampilkan usaha masing-
masing warga. Konsep rancangan kawasan yang terbuka merupakan adaptasi dari
keadaan kampung eksisting yang memiliki banyak jalur sirkulasi ke dalam
Universitas Sumatera Utara
kawasan. Dalam hal keamanan, konsep ini menjadi tanggung jawab bersama karena setiap warga dapat mengawasi kawasan pemukiman mereka. Ruang
terbuka yang cukup disediakan di beberapa tempat pada kawasan diharapkan menjadi ruang penyelamatan saat terjadi bencana.
Pada tapak kawasan, sesuai dengan tema yang digunakan, area komersial yang berada di tepi jalan kawasan akan dipertahankan dengan merencanakan
pengaturan bagi bangunan komersial yang akan dibangun kembali. Pada area komersial ini juga akan dilengkapi dengan fasilitas area bagi pejalan kaki. Untuk
area tepi sungai, akan direncanakan ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan olahraga bagi masyarakat sekitar.
Universitas Sumatera Utara
44
BAB IV EKSPRESI KAMPUNG KOTA
Setelah menemukan tema yang sesuai, tahapan yang harus dilakukan selanjutnya adalah rancangan konseptual. Melalui tema ini, perancang memulai
tahap perancangan konsep proyek yang telah dijelaskan sebelumnya, menerjemahkan pola pemukiman kampung eksisting ke dalam rancangan baru
kawasan. Rancangan awal untuk bangunan hunian dibuat berdasarkan pola sirkulasi jalan, unit rumah serta ruang terbuka, dengan mengambil pola-pola
tertentu yang memungkinkan untuk diterjemahkan ke dalam bentuk bangunan Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Pola Sirkulasi dan Pemukiman Tapak Sumber: Dok. Penulis 2014
Dalam suatu permukim terdapat pola-pola di dalamnya, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan ruang luar utama dan komponen dasar dari
permukiman Oktay, 1998. Seperti halnya pola sirkulasi jalan di permukiman Solid: Bangunan
Void: Sirkulasi Ruang Terbuka
Universitas Sumatera Utara
yang tidak terencana, cenderung lurus namun sering menikung di sudut-sudut yang tak terduga secara acak. Sesuai dengan permukimannya yang tidak
terencana, maka pola sirkulasi jalannya juga tidak terencana, biasa muncul diakibatkan pergerakan manusia di dalam permukiman. Namun pola sirkulasi
jalan yang tidak beraturan itu akan memberi kesan yang menyenangkan, penasaran dan kebahagiaan. Dibandingkan dengan sirkulasi jalan yang lurus yang
memberi kesan untuk selalu memandang ke depan tanpa memperhatikan apa yang ada di sekitarnya Kostof, 1991: 74.
Selain sirkulasi jalan, pola lain yang ada di dalam suatu permukiman adalah ruang luar atau ruang terbuka. Ruang luar terdiri dari tiga hal utama yaitu
bentuk, struktur dan fungsi. Setiap organisme memiliki unsur bentuk, struktur dan fungsi, dan ketiga hal ini saling berhubungan satu sama lain Lefebvre,
1991dalam Eriksson, 2013. Dengan pendekatan arsitektur organik diharapkan pola kehidupan
kampung yang biasanya terjadi dalam bentuk pemukiman yang horizontal dapat dipertahankan ke dalam bentuk pemukiman vertikal. Pendekatan arsitektur
organik mengambil unsur-unsur hubungan dengan lingkungan dan manusia. Arsitektur organik menyesuaikan dengan pikiran dan perasaan umat manusia.
Mereka menggambarkan perbedaan yang fundamental dari prinsip prinsip dan gagasan penampilan yang ekspresif jadi paham dalam arsitektur organik. Menurut
Hugo Haring; arsitektur organik dihubungkan dengan pertumbuhan kehidupan, ekspresi dari tatanan organik mendekati tuntutan-tuntutan fungsional.
Universitas Sumatera Utara
Agar tercipta harmoni dengan lingkungan dan manusia, teori ini memiliki prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh perancang. Prinsip dasar
arsitektur organik menurut Frank Lloyd Wright : Bentuk organik bukan diartikan sebagai bentuk imitasi dari alam akan
tetapi sebuah pengertian dasar yang abstrak dari prinsip-prinsip alam. Arsitektur organik adalah ekspresi kehidupan dari semangat hidup
manusia. Arsitektur organik adalah arsitektur kebebasan sebagai batas ideal dari demokrasi.
Sebagai arsitek yang mengaplikasikan teori arsitektur organik ini, Wright memiliki filosofi pribadi mengenai arsitektur organik. Filosofi Frank Lloyd
Wright: Bentuk dan fungsi adalah satu.
Ornamen yang terpadu bukan hanya sebagai penempelan melainkan struktural yang konstruksional.
Bangunan yang baik harus mempunyai hubungan dengan lingkungan. Atap dari bidang diciptakan sebagai pelindung serta menghargai manusia
di dalamnya. Dengan prinsip dan filosofi di atas, perancang berusaha untuk
mengaplikasikan pola sirkulasi dan unit rumah ke dalam rancangan hunian. Pola sirkulasi yang acak dan tidak teratur sesuai dengan keadaan kawasan. karena Pola
pemukiman yang tidak teratur menjadi ciri dari kawasan pemukiman kampung kota ini.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya bentuk permukiman terdiri dari dua jenis, yaitu permukiman terencana dan tidak terencana. Permukiman terencana merupakan
permukiman yang dirancang oleh seorang tokoh, pola ini biasanya berbentuk grid, lingkaran atau poligon. Dengan sirkulasi jalan yang berbentuk radial dan berasal
dari pusat permukiman. Jenis lain dari permukiman yaitu permukiman tidak terencana adalah permukiman yang berkembang tanpa adanya rancangan.
Biasanya permukiman jenis ini berkembang sesuai dengan berjalannya waktu dan aktivitas-aktivitas masyarakat di dalamnya yang pada akhirnya membentuk
permukiman tersebut. Hasil dari permukiman jenis ini adalah bentuknya yang tidak beraturan, sirkulasi jalan yang berliku-liku, dengan tikungan yang muncul
secara tiba-tiba dan penempatan ruang luar atau ruang terbuka yang terjadi secara acak Kostof, 1991: 43. Permukiman jenis ini berkembang sesuai dengan
pergerakan orang di dalamnya karena pergerakan manusia pada dasarnya dilakukan sesuai keinginan mereka sendiri Kostof, 1991: 48.
4.1. Konsep Massa Bangunan