Konsep Massa Bangunan Pola Organik dalam Pembangunan Kampung Hamdan

Pada dasarnya bentuk permukiman terdiri dari dua jenis, yaitu permukiman terencana dan tidak terencana. Permukiman terencana merupakan permukiman yang dirancang oleh seorang tokoh, pola ini biasanya berbentuk grid, lingkaran atau poligon. Dengan sirkulasi jalan yang berbentuk radial dan berasal dari pusat permukiman. Jenis lain dari permukiman yaitu permukiman tidak terencana adalah permukiman yang berkembang tanpa adanya rancangan. Biasanya permukiman jenis ini berkembang sesuai dengan berjalannya waktu dan aktivitas-aktivitas masyarakat di dalamnya yang pada akhirnya membentuk permukiman tersebut. Hasil dari permukiman jenis ini adalah bentuknya yang tidak beraturan, sirkulasi jalan yang berliku-liku, dengan tikungan yang muncul secara tiba-tiba dan penempatan ruang luar atau ruang terbuka yang terjadi secara acak Kostof, 1991: 43. Permukiman jenis ini berkembang sesuai dengan pergerakan orang di dalamnya karena pergerakan manusia pada dasarnya dilakukan sesuai keinginan mereka sendiri Kostof, 1991: 48.

4.1. Konsep Massa Bangunan

Pola sirkulasi menjadi pembentuk massa bangunan, karena penyusunan unit-unit hunian juga akan mengikuti pola sirkulasi, sehingga bentuk bangunan akan mengikuti susunan unit-unit hunian ini. Ruang-ruang komunal akan ditempatkan menyebar pada setiap lantai hunian sebagai pengganti ruang luar pada pemukiman horizontal. Ruang bersama dapat merupakan ruang terbuka atau tertutup. Menurut Rustam Hakim 1987 ruang terbuka pada dasarnya merupakan Universitas Sumatera Utara suatu lingkungan baik secara individu atau secara kelompok dan dapat digunakan oleh publik setiap orang. Sirkulasi pada rancangan hunian diletakkan pada bagian dalam sehingga unit-unit rumah berada pada bagian luar atau tepi bangunan. hal ini dilakukan agar unit-unit rumah mendapatkan sinar matahari secara merata, dan sirkulasi udara di dalam unit rumah akan mengalir dengan lancar. Dalam mendapatkan gubahan massa yang paling tepat untuk tema ini perancang melalui proses yang bertahap. Namun konsep utama tetap mengadaptasi bentuk sirkulasi dan susunan hunian yang tidak beraturan. Gambar 4.2. Konsep Gubahan Massa Awal Sumber: Dok. Penulis 2014 Gambar 4.3. Aksonometri Gubahan Massa Awal Sumber: Dok. Penulis 2014 Gambar 4.4. Denah Massa Awal Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Ide awal gubahan massa adalah mengadaptasi bentuk asli dari pola sirkulasi dan susunan hunian Gambar 4.2. Sehingga menghasilkan bentuk yang benar-benar tidak beraturan Gambar 4.3. Konsep gubahan massa ini memiliki banyak kekurangan, di antaranya sirkulasi yang tidak efektif, terdapat ruang-ruang negatif, dan masalah struktur bangunan menjadi masalah utama karena bentuk massa akan menimbulkan kesulitan saat penerapan struktur di lapangan Gambar 4.4. Gambar 4.5. Konsep Gubahan Massa 2 Sumber: Dok. Penulis 2014 Gambar 4.6. Aksonometri Gubahan Massa 2 Sumber: Dok. Penulis 2014 Konsep gubahan massa selanjutnya mengadaptasi satu bentuk sirkulasi menjadi sebuah cluster, lalu cluster disusun secara menyebar sehingga terbentuk 6 clusterGambar 4.5. Kesan tidak beraturan di dapat melalui dua denah tipikal yang dibedakan oleh ada dan tidak adanya sirkulasi horizontal yang menghubungkan setiap cluster pada tiap lantai Gambar 4.6. Denah tipikal pertama dengan sirkulasi horizontal yang menghubungkan setiap cluster. Sedangkan denah tipikal kedua tanpa adanya sirkulasi horizontal yang menghubungkan setiap cluster. Universitas Sumatera Utara Kekurangan konsep gubahan massa ini terletak pada struktur yang digunakan terlalu boros karena banyaknya ruang negatif yang timbul akibat dua denah tipikal yang berulang. Dari segi estetika konsep gubahan massa ini juga tidak terlalu menggambarkan suasana kampung yang tidak beraturan. Kekurangan konsep sebelumnya memberikan pemikiran bagi perancang dalam usaha membentuk gubahan massa selanjutnya. Gambar 4.7. Konsep Gubahan Massa 3 Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Massa bangunan rumah susun yang dibentuk oleh sirkulasi kawasan eksisting yang diadaptasi ke dalam bangunan rumah susun Gambar 4.7. Bentuk sirkulasi yang diadaptasi tidak sepenuhnya mengikut bentuk asli, tetapi dengan perubahan yang menyesuaikan grid bangunan agar strukturnya tetap beraturan. Bentuk sirkulasi yang diambil merupakan bentuk adaptasi sirkulasi yang paling dominan membentuk kawasan ini, lalu diaplikasikan ke dalam bangunan dengan penyesuaian grid struktur. Untuk menyesuaikan kondisi kawasan eksisting, peletakan bangunan rumah susun ini diletakkan di tengah-tengah kawasan sesuai dengan pernyataan Kostof, permukiman diibaratkan sebagai organisme, ruang luar seperti taman merupakan paru-paru permukiman, pusat permukiman sebagai jantung yang menyalurkan darah melalui arteri yang disebut jalan Kostof, 1991: 52. Bangunan ini berbentuk organik, menyebar pada kawasan, dengan adanya jalur sirkulasi yang dipertahankan, yang membelah kawasan menjadi dua menyebabkan kawasan ini pada lantai dasar terpisah oleh sirkulasi kawasan lalu pada lantai satu bangunan ini disatukan dengan menggunakan jalur sirkulasi bangunan yang berupa jembatan. Bangunan ini dibuat dengan jumlah lantai yang berbeda-beda di beberapa tempat, ketinggian bangunan yang makin lama makin tinggi ke bagian tengah bangunan bertujuan untuk memberi keseimbangan dengan wilayah sekitar yang kebanyakan lantai bangunan tidak lebih dari 4 lantai Gambar 4.8. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8. Aksonometri Gubahan Massa 3 Sumber: Dok. Penulis 2014 Pada unit hunian akan diaplikasikan jendela usaha yang dapat digunakan untuk menampilkan barang dagangan bagi penghuni yang memiliki usaha warung kecil-kecilan seperti warung jajanan dan warung makanan. Konsep rancangan ini menjadi salah satu pengaplikasian tema sosial ekonomi yang dituntut pada rancangan ini. Konsep ini diangkat karena usaha-usaha kecil ini menjadi salah satu penopang hidup masyarakat di kawasan ini sehingga keberadaannya dirasakan begitu penting bagi masyarakat. Konsep rancangan pada tapak tetap mengikuti pola perkampungan eksisting yang memperlihatkan identitas kawasan pemukiman ini. peletakan area komersial pada kawasan di tepian jalan utama, yaitu jalan juanda dan jalan samanhudi. Konsep peletakan area komersial ini diharapkan menjadi salah satu daya tarik terbesar bagi pengunjung area kawasan ini. Konsep ini juga mempertimbangkan tingginya harga lahan pada lokasi ini sehingga lebih tepat digunakan sebagai area komersial. Hunian diletakkan di tengah kawasan sebagai pusat kegiatan dan inti dari kawasan ini. Permukiman diibaratkan sebagai organisme, ruang luar seperti taman merupakan paru-paru permukiman, pusat Universitas Sumatera Utara permukiman sebagai jantung yang menyalurkan darah melalui arteri yang disebut jalan Kostof, 1991: 52. Ruang terbuka umum pada kawasan akan diterjemahkan dalam bentuk jalan, taman, lapangan olahraga, plaza, serta promenade. Ruang terbuka umum adalah ruang yang mengandung unsur pemikiran tentang ruang yang diperuntukkan bagi masyarakat bersama, baik yang dikelola secara publik maupun privat. Ruang terbuka merupakan aset publik, yang merupakan bagian penting dari permukiman, ruang terbuka memiliki konstribusi nilai bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat permukiman ruang terbuka memberikan kesempatan bagi kita untuk mengalami interaksi bersama dengan masyarakat umum lainnya Gallacher, 2005 dalam Mrema, 2013. Taman sebagai paru-paru pemukiman diletakkan di sekitar bangunan secara menyebar. Taman ini juga difungsikan sebagai transisi area komersial dengan area hunian. Lapangan olahraga sebagai fasilitas kawasan diletakkan dekat dengan perbatasan kampung tetangga sehingga diharapkan fasilitas ini dapat digunakan bersama. Konsep ini ditujukan agar masyarakat yang berada pada kawasan sekitar tetapi tidak berada dalam kawasan proyek, tetap menyatu dengan kawasan rumah susun sehingga hubungan sosial yang sudah terjalin akan tetap kuat walaupun adanya perbedaan bentuk kampung. Promenade akan diletakkan pada tepian sungai, hal ini dilakukan sebagai daya tarik terhadap sungai sehingga sungai tidak lagi menjadi area belakang Gambar 4.9. Sungai akan berfungsi sebagai tempat rekreasi, dan diharapkan Universitas Sumatera Utara menjadi oase bagi kehidupan perkotaan yang penuh sesak dengan kepadatan yang tinggi, serta tekanan hidup yang cukup melelahkan. Gambar 4.9. Suasana Promenade Sumber: Dok. Penulis 2014 Di samping unit hunian rumah susun itu sendiri, bangunan rumah susun ini terdiri dari fasilitas-fasilitas pendukung dan fasilitas umum. Bentuk bangunan ini terkesan diangkat ke atas, seperti bentuk rumah panggung. Fungsi-fungsi pendukung yang diletakkan pada bagian bawah panggung bangunan terdiri dari, parkir, kantor pengelola, mushalla, ruang serba guna, ruang mekanikal elektrikal, taman kanak-kanak, dan tempat penitipan anak. Untuk unit hunian rumah susun terletak pada lantai dua dan seterusnya. Parkir kendaraan terdiri dari parkir mobil sebanyak 29 lot, sepeda motor sebanyak 55 lot, dan untuk parkir becak sebanyak 43 lot. Kantor pengelola yang diletakkan pada lantai dasar terdiri dari, ruang karyawan, ruang pengelola, dan ruang administrasi. Kantor pengelola ini diletakkan di bagian bawah bertujuan memudahkan masyarakat berinteraksi dengan bagian pengelola bangunan. Mushalla berada pada lantai dasar untuk memudahkan penghuni dan pengunjung kawasan melaksanakan ibadah. Ruang serba guna digunakan untuk acara-acara besar seperti acara pernikahan, acara agama, dan lain-lain. Ruang serba guna ini Universitas Sumatera Utara diletakkan pada lantai dasar dan dekat dengan pintu masuk bangunan agar memudahkan pengguna untuk mencapai ruang tersebut. Unit hunian rumah susun terdiri dari tiga tipe, yaitu tipe 36, 45, dan 54. Jumlah unit tiap lantai berbeda-beda disebabkan jumlah lantai bangunan pada beberapa tempat yang berbeda. Pada lantai dua unit rumah susun berjumlah 71 unit, lantai tiga berjumlah 61 unit, lantai empat berjumlah 53 unit, lantai lima berjumlah 46 unit, lantai enam berjumlah 42 unit, lantai tujuh dan delapan masing-masing berjumlah 29 unit, dan lantai sembilan berjumlah 23 unit. Keseluruhan unit rumah susun berjumlah 354 unit yang terbagi-bagi dalam tiga tipe unit, dengan jumlah masing-masing tipe yang berbeda-beda, tipe 36 Gambar 4.10 berjumlah 100 unit, tipe 45 Gambar 4.12 berjumlah 120 unit, dan tipe 54 Gambar 4.11berjumlah 134 unit. Pada lantai tiga dan seterusnya, terdapat fasilitas ruang terbuka yang berupa roof garden yang dapat diakses pada masing-masing lantai. Gambar 4.10. Denah Unit Tipe 36 Sumber: Dok. Penulis 2014 Gambar 4.11. Denah Unit Tipe 54 Sumber: Dok. Penulis 2014 Gambar 4.12. Denah Unit Tipe 45 Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Jalur sirkulasi vertikal berupa tangga dan lift, diletakkan di beberapa tempat yang merupakan area berkumpulnya jalur sirkulasi. Tangga ini bersifat terbuka karena diletakkan di tengah-tengah dengan void agar, penghuni rumah susun lantai atas bisa berkomunikasi dengan penghuni rumah susun yang berada di lantai bawah. Bentuk adaptasi kampung eksisting terlihat dari susunan tipe unit hunian yang berbeda-beda dan penempatan ruang-ruang komunal yang berupa warung kopi pada beberapa tempat yang tersebar di setiap lantai bangunan. Untuk usaha kios pribadi, pada unit rumah susun akan disediakan jendela usaha yang bisa difungsikan untuk tempat menjual barang dagangan. Pada tiap unit hunian juga memiliki bentuk layout ruangan yang berbeda-beda, sesuai dengan bidang usaha masing-masing keluarga. Layout hunian yang berbeda-beda juga dipengaruhi oleh letak hunian yang menyesuaikan arah sinar matahari. Area komersial khususnya untuk usaha jajanan, diletakkan di tepian sungai Deli, hal ini agar keberadaan sungai Deli menjadi daya tarik kawasan, tidak lagi menjadi area belakang. Area promenade yang dirancang di tepi sungai akan melengkapi keberadaan area komersial khusus kuliner, tepi sungai juga dirancang memiliki fasilitas tempat duduk yang berbentuk anak tangga, sekaligus berfungsi untuk akses ke sungai Gambar 4.13. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13. Area Tepi Sungai Sumber: Dok. Penulis 2014 Area olahraga berupa lapangan basket dan lapangan bulutangkis serta lapangan voli Gambar 4.14 diletakkan pada wilayah dekat perbatasan antara kawasan rumah susun dan Kelurahan Hamdan yang tidak direvitalisasi, hal ini ditujukan agar penggunaan lapangan olahraga bisa digunakan oleh seluruh masyarakat kawasan Kelurahan Hamdan, dan hubungan sosial yang sebelumnya sudah terjalin tidak merenggang serta dapat semakin diperkuat. Area olahraga ini juga dilengkapi peralatan olah tubuh lainnya yang bebas digunakan masyarakat. Gambar 4.14. Area Olahraga Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Area taman ditempatkan menyebar di seluruh kawasan, pada area komersial terdapat taman-taman yang berfungsi untuk tempat beristirahat sejenak, pada jalur sirkulasi pejalan kaki yang membelah area kawasan terdapat taman sebagai area transisi dari jalan ke bangunan. Sirkulasi di dalam kawasan terfokus pada pejalan kaki, seluruh area kawasan dapat dilalui dengan berjalan kaki. Untuk akses kendaraan bermotor, hanya sebatas jalur masuk drop off dan parkir, akses masuk dan keluar melalui jalan Samanhudi. Jalur masuk dan keluar bagi kendaraan ini ditempatkan pada jalan Samanhudi dengan tujuan menghindarkan kemacetan lalulintas yang sering terjadi di jalan Juanda. Gambar 4.15 ini memperlihatkan rancangan tapak dan hubungannya dengan lingkungan sekitar. Gambar 4.15. Rancangan Tapak Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Tapak yang memiliki luas 30000m 2 atau tiga hektar ini terdiri dari bangunan utama yang berupa hunian rumah susun, dan bangunan komersial yang berada di tepian kawasan yang berhadapan dengan jalan dan sungai, selain itu kawasan ini juga memiliki sarana olahraga yang berupa lapangan basket, bulutangkis, dan voli, serta dilengkapi dengan alat-alat kebugaran jasmani yang dapat digunakan masyarakat luas. Sirkulasi pada tapak ditujukan khusus untuk para pejalan kaki. Akses masuk ke dalam kawasan bagi para pejalan kaki terdapat di beberapa tempat yaitu dari jalan Juanda langsung ke area tepi sungai Deli, dan pada area komersial. Untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan bermotor dapat melalui area parkir. Dan untuk masyarakat kanpung Hamdan yang berbatasan langsung dengan kawasan rumah susun dapat menggunakan sirkulasi eksisting yang dipertahankan yang berhubungan langsung dengan. Sirkulasi kendaraan bermotor sebatas jalur keluar-masuk ke area parkir kendaraan. Peletakan taman pada kawasan ini tersebar di beberapa tempat, khususnya pada area komersial. Taman ini dibuat untuk memberikan kenyamanan bagi para penghuni rumah susun maupun para pengunjung area komersial dan tepi sungai. Hal ini juga sesuai dengan Persyaratan Kenyamanan Pandangan yang salah satunya adalah untuk mendapatkan kenyamanan pandangan visual harus mempertimbangkan kenyamanan pandangan dari dalam bangunan ke luar dan dari luar ke dalam bangunan. Kenyamanan pandangan visual dari dalam bangunan ke Universitas Sumatera Utara luar harus mempertimbangkan pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan RTH. 2 Bangunan hunian rumah susun terdiri dari 9 lantai dengan luas lantai dasar ± 4.828 m 2 , luas ini di konversikan ke dalam bentuk ruang-ruang yang terdiri dari, ruang parkir, ruang pengelola, ruang serbaguna, ruang mekanikal elektrikal, gudang, mushalla, tempat penitipan anak, dan taman kanak-kanak, serta sirkulasi dalam bangunan. Gambar 4.16. Denah Lantai Dasar Sumber: Dok. Penulis 2014 Lantai dasar bangunan terbagi menjadi dua wilayah dikarenakan jalur sirkulasi tapak yang membagi kawasan menjadi dua wilayah Gambar 4.16. Jalur sirkulasi ini menjadi salah satu pola yang dipertahankan pada kawasan, sehingga pengalaman ruang yang dirasakan merupakan usaha mempertahankan suasana 2 Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi Universitas Sumatera Utara kawasan eksisting. Jalur ini dipertahankan karena dianggap punya ciri khas tersendiri, dimulai dari tepian jalan Multatuli sampai ke tepian Sungai Deli. Sebagai respon terhadap jalur sirkulasi ini, di sepanjang jalur terdapat taman- taman kecil yang dapat digunakan sebagai ruang berinteraksi sesama warga Gambar 4.17. Gambar 4.17. Jalur Sirkulasi Eksisting Sumber: Dok. Penulis 2014 Bagian utara hanya diisi oleh ruang parkir, sisanya terletak pada bagian selatan bangunan. Ruang parkir dengan luas ± 1983 m 2 memuat 29 lot parkir roda empat, 55 lot parkir roda dua, dan 43 lot parkir roda tiga. Ruang parkir ini menghabiskan hampir separuh luasan lantai dasar bangunan dan terletak di bagian utara bangunan. Parkir ini ditujukan untuk penghuni rumah susun dan pengunjung kawasan. Pada area parkir terdapat satu akses sirkulasi vertikal yang berupa tangga untuk memudahkan penghuni maupun pengunjung mencapai area unit hunian rumah susun. Konsep area parkir yang terbuka tanpa dinding, memungkinkan penghuni dan pengunjung serta masyarakat sekitar dapat saling menjaga keamanan bagi masing-masing kendaraan. Pada area parkir terdapat Universitas Sumatera Utara fasilitas tempat pembuangan sampah sementara untuk memudahkan penyaluran sampah kepada pihak pengelola sampah. Ruang pengelola memiliki luasan ± 297 m 2 yang terdiri dari ruang pengelola seluas 54 m 2 , ruang administrasi seluas 72 m 2 dan ruang karyawan seluas 90 m 2 . Letak ruang pengelola ini berada dekat pintu masuk bangunan dan dekat dengan ruang serba guna untuk memudahkan masyarakat melakukan kegiatan administrasi dengan pihak pengelola bangunan. Ruang mekanikal elektrikal terdiri dari ruang pompa dengan luas 135 m 2 , ruang panel dengan luas 72 m 2 , dan ruang genset dengan luas 108 m 2 yang terletak dekat dengan jalur masuk kendaraan untuk memudahkan pemasangan ataupun perawatan bagian mekanikal dan elektrikal. Ruang serbaguna yang terletak di bagian tengah dan dekat dengan area pintu masuk ini berukuran 855 m 2 dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, di dalamnya juga terdapat ruang peralatan untuk menyimpan peralatan acara, peletakan ruang serba guna di area ini ditujukan untuk memudahkan pengunjung mencapai ruangan. Pada bagian selatan bangunan ini juga terdapat mushalla sebagai tempat beribadah bagi masyarakat yang beragama Islam serta tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak sebagai fasilitas pendidikan bagi anak- anak usia dua sampai lima tahun. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.18. Denah Lantai Satu Sumber: Dok. Penulis 2014 Pada lantai satu dan seterusnya terdapat unit hunian rumah susun atau biasa disebut satuan rumah susun sarusun dengan tiga model tipe yang berbeda Gambar 4.18. Tipe 36 dengan luas 36 m 2 ditujukan untuk keluarga dengan jumlah anggota maksimal empat orang. Tipe 45 dengan luas 45 m 2 untuk keluarga dengan jumlah anggota maksimal lima orang. Dan tipe 54 dengan luas 54 m 2 ditujukan untuk keluarga dengan jumlah anggota maksimal enam orang. Luasan ini sesuai dengan standar Kepmen PU 9 m 2 orang. 3 Pada setiap unit hunian rumah susun terdapat satu ruang keluarga, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur serta balkon. Di setiap lantai bangunan juga tersedia ruang-ruang komunal sebagai tempat berinteraksi antar sesama penghuni, ruang-ruang komunal berada pada jalur-jalur sirkulasi yang menyesuaikan kebiasaan masyarakat setempat. Pada 3 Permen PU Nomor 60PRT1992 tentang Persyaratan Teknik Pembangunan Rumah Susun. Universitas Sumatera Utara tempat tertentu ruang-ruang komunal diterjemahkan dalam bentuk warung- warung kopi yang banyak terdapat pada lingkungan kawasan eksisting. Di beberapa lantai bangunan dirancang ruang komunal yang berupa roof garden. Roof garden ini dapat diartikan sebagai taman yang berada di atas bangunan atau atap bangunan yang difungsikan menjadi taman. Pada keadaan perkotaan yang minim lahan, roof garden ini dapat menjadi alternatif pengadaan taman sebagai bentuk ruang terbuka hijau yang sangat penting. Rancangan hunian rumah susun dengan bentuk yang tidak beraturan mengambil konsep sirkulasi kawasan yang tidak beraturan. Peletakan hunian yang mengikuti bentuk sirkulasi berada di sekeliling bangunan dengan konsep pencahayaan mendapatkan sinar matahari langsung pada tiap unit hunian rumah susun. Pada kawasan, area komersial di bagian tepi jalan Samanhudi dan jalan Juanda dipertahankan, dengan perbaikan bangunan komersial yang sesuai peraturan bangunan, tidak melewati garis sempadan bangunan, dan dengan rancangan bangunan yang sama antara satu sama lain. Bangunan komersial yang terletak pada pinggiran kawasan yang menghadap ke jalan Samanhudi dan Juanda ditujukan untuk kegiatan komersial dari kawasan ini. Bangunan komersial ini dibuat dengan ukuran luas 32 m 2 dengan jumlah dua lantai per unit. Rancangan ini dimaksudkan agar bangunan komersial ini dapat sekaligus menjadi tempat tinggal bagi penyewa apabila tidak mampu menyewa tempat tinggal yang berbeda bagi keluarganya. Perancangan bangunan komersial ini diharapkan dapat menjadi acuan ataupun pedoman bagi bangunan komersial di sekitar kawasan ini sehingga Universitas Sumatera Utara tercipta keselarasan visual saat berada ataupun melewati kawasan ini Gambar 4.19. Gambar 4.19. Area Komersial Sumber: Dok. Penulis 2014 Pada area tepi sungai Deli juga dirancang bangunan komersial dengan ukuran luas 16 m 2 . Bangunan komersial ini ditujukan khusus untuk fungsi kuliner. Pada area kuliner ini bangunan komersial dilengkapi dengan area makan yang berada di luar bangunan. Area makan ini menghadap ke arah sungai Deli untuk memanfaatkan pemandangan sungai Deli yang dapat memberikan kenyamanan, sehingga membuat pengunjung menikmati suasana makan di kawasan ini Gambar 4.20. Gambar 4.20. Area Komersial Kuliner Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara Pada area tepi sungai Deli dirancang jalur pejalan kaki untuk menikmati pemandangan tepi sungai Deli. Area ini sering juga disebut Promenade yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI merupakan tempat untuk berjalan-jalan. Promenade ini dirancang dengan lebar ± 7 m dari tepi sungai, untuk menampung berbagai aktivitas masyarakat dan memberikan ruang bagi pedagang informal untuk beraktivitas di area ini tanpa mengganggu aktivitas pengunjung lainnya. Sarana olahraga yang ada di kawasan ini berupa lapangan basket dengan ukuran standar 28 x 15 m yang juga bisa digunakan untuk lapangan futsal serta terdapat lapangan bulutangkis dan voli. Area olahraga ini dilengkapi dengan fasilitas tempat duduk untuk menyaksikan pertandingan olahraga yang sering dilakukan oleh masyarakat kawasan ini. Setelah presentasi awal rancangan dilakukan, ada beberapa saran yang diperoleh dari dosen pembimbing maupun arsitek pembimbing serta arsitek penguji untuk perbaikan ataupun pengembangan rancangan. Saran ini diberikan dengan beberapa pertimbangan yang berkenaan dengan bentuk gubahan massa, sistem pencahayaan dan sirkulasi udara, faktor keamanan, serta unsur tropis dalam bangunan. Bentuk gubahan massa yang tidak beraturan mengadaptasi bentuk asli kawasan eksisting dikhawatirkan memerlukan tambahan biaya yang besar dalam pengerjaan struktur bangunan karena dengan bentuk rancangan yang seperti ini, presentase sirkulasi yang dibutuhkan juga akan meningkat. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rancangan bentuk gubahan massa rumah susun Universitas Sumatera Utara kampung Hamdan ini perlu dilakukan revisi kembali, sehingga menghasilkan bentuk gubahan massa yang lebih baik Gambar 4.22. Gambar 4.21. Adaptasi Sistem Node Sumber: Dok. Penulis 2014 Revisi dilakukan dengan mengadaptasi bentuk node pada rancangan sebelumnya, karena node ini merupakan pusat sirkulasi setiap cluster Gambar 4.21. Pada node ini terdapat sirkulasi vertikal yang berupa tangga yang berada di tengah-tengah, dikelilingi oleh sirkulasi horizontal yang diikuti oleh unit hunian sehingga membentuk satu cluster. Di setiap node juga terdapat tangga kebakaran dan ruang komunal. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.22. Konsep Bentukan Massa Akhir Sumber: Dok. Penulis 2014 Hunian Ruang terbuka Sirkulasi Hunian Ruang terbuka Sirkulasi Universitas Sumatera Utara Gambar 4.23. Sistem Node Sumber: Dok. Penulis 2014 Pada revisi rancangan terdapat enam node dengan susunan unit hunian yang lebih teratu Gambar 4.23. Dengan permainan bentuk denah unit yang berbeda, bentuk massa terlihat seakan-akan tidak teratur. Pola penyusunan unit yang berbeda setiap cluster berdasarkan kebutuhan penghuni kawasan yang memiliki hunian dengan tipe yang berbeda-beda, sehingga pada saat pembagian unit hunian bisa tetap disesuaikan dengan tipe hunian sebelumnya Gambar 4.24. Pola ini juga mengadaptasi bentuk kampung yang susunan setiap tipe huniannya bercampur tanpa ada pengelompokan berdasarkan tipe hunian. Hal ini yang diharapkan nantinya menciptakan suasana rumah susun seperti layaknya keadaan kampung yang memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi tanpa membeda- bedakan status ekonomi masing-masing penghuni. Node Universitas Sumatera Utara Gambar 4.24. Konsep Bentukan Tipe Unit Hunian Sumber: Dok. Penulis 2014 Perancang mengadaptasi beberapa kata kunci dari rancangan sebelumnya sebagai referensi bagi perancang untuk menghasilkan bentuk baru dengan referensi tema yang sama. Kata kuncinya adalah pengalaman ruang dan arsitektur organik. Bentuk dalam konsep arsitektur organik tidak berarti murni mengadaptasi bentuk yang ada di alam secara harafiah, melainkan bentuk yang tepat dari lingkungan sekitar. Bentuk yang tepat tidak harus kubus atau tegak lurus, namun juga tidak berarti menolak geometri seperti yang dikatakan Franck 2000, “As in nature, where everything has its own order, where spontaneity, beauty, and even wilderness are based on biologic- mathematical system…” Bentuk hunian diambil dari bentuk umum hunian yaitu persegi dengan grid 3x3 Gambar 4.24 berdasarkan standar ruang hunian rumah susun per orang Universitas Sumatera Utara 9m 2 . 4 Perancang mengambil bentuk kotakkubus atau bujur sangkar sebagai bentuk dasar dari geometri bangunan, karena bentuk bujur sangkar adalah benjtuk yang paling statis, netral, dan tidak mempunyai arah tertentu Ching, 1993: 57. Berdasarkan grid ini dihasilkan beberapa bentuk unit hunian sesuai dengan tipe masing-masing 36, 45, dan 54. Gambar 4.25. Konsep Susunan Hunian 1 Sumber: Dok. Penulis 2014 Gambar 4.26. Konsep Susunan Hunian 2 Sumber: Dok. Penulis 2014 4 Permen PU Nomor 60PRT1992 tentang Persyaratan Teknik Pembangunan Rumah Susun. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.27. Konsep Susunan Hunian 3 Sumber: Dok. Penulis 2014 Lalu unit hunian ini disusun mengelilingi sirkulasi node dengan beberapa bentuk susunan yang berbeda mengadaptasi suasana kampung sebelumnya Gambar 4.25, 4.26, 4.27. Sesuai tema yang diusung pada perancangan ini, yaitu pola organik yang dalam pemaknaannya merupakan perwujudan dari arsitektur organik berdasarkan perkataan Frank Lloyd Wright, “By organic architecture I mean as an architecture that develops from within outward in harmony with the condition of it’s being as distinguished from one that is applied from without” dalam Collins, 1965: 152. Arsitektur organik yang dimaksud Wright adalah arsitektur yang harmonis dengan tapak atau site, terbentuk dari dalam ke luar secara integral seperti tumbuhan, dan menghasilkan ruang-ruang yang mengalir dan mengutamakan perasaan bebas di dalam ruang seperti kebebasan yang ada di alam. Alam itu hidup dan berkembang, terus mengalami perubahan baik secara fisik maupun tidak yang disebabkan oleh natural forces. Agar bangunan mengalami sebuah perubahan layaknya alam, maka perancang juga memberikan forces terhadap bentuk dasar geometri bangunan tersebut. Forces yang pearancang berikan adalah copying, moving, and rotating yang dilakukan secara Universitas Sumatera Utara vertikal Gambar 4.28. Perancang memberikan forces tersebut agar membuat bentuk dasar ini tersusun menjadi sebuah kesatuan, dimana kesatuan hadir dalam beberapa cara, terutama melalui Parker, 2003: 1. Harmoni atau persatuan beberapa elemen yang bekerja sama. 2. Keseimbangan dari elemen-elemen yang kontras atau bertentangan. 3. Perkembangan atau evolusi suatu proses menuju akhir atau klimaks; terdapat sekuens dimana elemen-elemen berurutan menuju kepada suatu akhir atau hasil. Gambar 4.28. Hasil Copying dan Moving Sumber: Dok. Penulis 2014 Forces terakhir yang perancang berikan pada kesatuan bentuk massa bangunan tersebut adalah movement. Perancang memberikan gaya berputar pada kesatuan bentuk tersebut untuk memenuhi kata kunci yang pertama, yaitu pengalaman ruang. Dengan bentuk yang berputar akan menyamarkan geometrinya sendiri, dimana secara keseluruhan geometri tersebut terlihat seakan-akan terus berkembang. Dengan adanya force ini pula yang membuat manusia susah untuk merasakan batas dari bentuk tersebut. Tidak ada batas yang fixed atau yang statis, semua batas bergerak sehingga manusia akan merasakan pengalaman ruang yang Universitas Sumatera Utara berbeda meskipun tetap berada di tempat yang sama. Kombinasi dari force inilah yang membuat geometri ini akan semakin “hidup” karena menghasilkan sebuah pengalaman ruang bagi manusia di sekitarnya Gambar 4.29. Gambar 4.29. Hasil Kombinasi Forces Sumber: Dok. Penulis 2014 Bentuk massa bangunan ini juga menggambarkan keadaan yang seolah- olah tidak teratur, tidak memiliki pola, seakan-akan acak mengingatkan kondisi kampung eksisting yang keberadaannya menjadi ciri khas dari kawasan sekitar. Pembangunan rumah susun ini juga merupakan konsep sebuah “kampung susun”, artinya pendekatan yang diterapkan pada fisik maupun sistem penghuninya mengacu tidak jauh dari kehidupan kampung sebenarnya Eko Budihardjo. 1991. Keberadaan “rumah susun’ nantinya tidak akan banyak menimbulkan masalah psikologis. Sebab dilihat dari calon penghuni nampaknya mereka memang sudah terbiasa hidup dilingkungan kumuh ML, Oetomo, 1991. Universitas Sumatera Utara Oleh karena sistem penyusunan unit hunian yang berbeda-beda, maka jumlah unit pada masing-masing cluster berbeda setiap lantainya Tabel 4.1. Tabel 4.1. Pembagian Unit Hunian Lantai 1 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit A 5 A 6 A - B 3 B 5 B 2 C 3 C 2 C 5 D 3 D 4 D 1 E 3 E 2 E 5 F 4 F 6 F - Lantai 2 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit A 5 A 5 A 1 B 4 B 5 B 1 C 3 C 2 C 5 D 2 D 5 D 1 E 4 E 1 E 5 F 4 F 5 F 1 Lantai 3 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit A 5 A 5 A 1 B 4 B 4 B 2 C 4 C 1 C 5 D 5 D 2 D 1 E 4 E 2 E 4 F 5 F 4 F 1 Universitas Sumatera Utara Lantai 4 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit A 5 A 5 A 1 B 5 B 4 B 1 C 3 C 2 C 5 D 3 D 3 D 2 E 4 E 2 E 4 F 4 F 5 F 1 Lantai 5 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit B 3 B 5 B 2 C 3 C 2 C 5 D 3 D 4 D 1 E 3 E 2 E 5 Lantai 6 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit B 4 B 5 B 1 C 3 C 2 C 5 D 2 D 5 D 1 E 4 E 1 E 5 Universitas Sumatera Utara Lantai 7 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit C 4 C 1 C 5 D 5 D 2 D 1 Lantai 8 Tipe 36 Tipe 45 Tipe 54 Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit Cluster Jumlah unit C 3 C 2 C 5 D 3 D 3 D 2 Sumber: Dok. Penulis 2014 Unit hunian disusun mengikuti bentuk sirkulasi yang terpusat pada satu cluster, sehingga hunian berada di sekeliling tangga dengan selasar sebagai sirkulasi horizontal. Bangunan rumah susun terdiri dari enam buah node yang masing-masing terhubung melalui sirkulasi vertikal sehingga seluruh cluster dapat diakses oleh penghuni rumah susun pada setiap lantainya. Hal ini mengadaptasi kondisi sosial eksisting yang memiliki tingkat kekeluargaan yang tinggi, sehingga jarak yang memisahkan tiap unit hunian tidak menghalangi penghuni untuk melakukan interaksi sosial antar sesama. Untuk kebutuhan ruang komunal, setiap cluster dilengkapi dengan area terbuka sebagai tempat berinteraksi, berkumpul para penghuni. Beberapa area terbuka dapat digunakan sebagai tempat usaha warung kopi Gambar 4.30. Universitas Sumatera Utara Gambar. 4.30. Ruang Komunal Sumber: Dok. Penulis 2014 Setiap unit hunian terdiri dari ruang-ruang utama seperti, kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, dan balkon tempat menjemur pakaian. Unit tipe 36 memiliki satu kamar tidur dengan ukuran 3x3 m, satu kamar mandi dengan ukuran 1.5x2 m, dapur dan ruang keluarga yang menyatu dan balkon dengan ukuran 1.5x3 m. Unit tipe 45 memiliki dua kamar tidur dengan ukuran masing- masing 3x3 m, satu kamar mandi dengan ukuran 1.5x2 m, dapur dan ruang keluarga yang menyatu dan balkon dengan ukuran 1.5x3 m. Unit tipe 54 memiliki dua kamar tidur dengan ukuran masing-masing 3x3 m, satu kamar tidur dengan ukuran 2x3 m, satu kamar mandi dengan ukuran 1.5x2 m, dapur dan ruang keluarga yang menyatu dan balkon dengan ukuran 1.5x3 m. Ruang keluarga yang dibiarkan bebas tanpa penyekat ruangan dapat difungsikan sebagai area usaha warga yang memiliki usaha rumahan, seperti warung jajanan, reparasi barang elektronik, dll. Pada ruang keluarga ini terdapat jendela usaha yang dapat Universitas Sumatera Utara digunakan untuk menampilkan usaha yang dimiliki masing-masing penghuni rumah susun Gambar 4.31. Gambar 4. 31. Jendela Usaha Sumber: Dok. Penulis 2014 Konsep ketinggian bangunan yang bertingkat diterapkan pada rancangan untuk merespon keadaan lingkungan sekitar kawasan yang rata-rata bangunannya memiliki ketinggian maksimal 4 lantai. Ketinggian bangunan dibuat bertahap sampai batas 8 lantai, hal ini dimaksudkan agar ketinggian bangunan tidak terlalu kontras dengan lingkungan sekitarnya. Bentuk massa yang mengalami perubahan mempengaruhi keadaan tapak sehingga rancangan tapak memerlukan perubahan di beberapa bagian. Area parkir untuk penghuni dan pengunjung kawasan berada pada area yang berbeda. Parkir penghuni terletak pada lantai dasar bangunan sebelah utara sedangkan parkir pengunjung kawasan terletak pada lantai dasar bangunan sebelah selatan beserta fasilitas pendukung dan fasilitas umum. Universitas Sumatera Utara Beberapa revisi pada rancangan tapak juga dilakukan dengan tetap menyesuaikan tema rancangan. Diantaranya yaitu area komersial khusus kuliner yang berada di tepian sungai menjadi terbatas hanya pada bagian depan, hal ini dikarenakan massa bangunan yang menyebar sehingga membutuhkan lahan yang lebih luas dari sebelumnya. Jalur pejalan kaki yang membelah tapak kawasan menjadi dua bagian tetap dipertahankan dengan bentuk yang menyesuaikan massa bangunan, pada jalur ini terdapat taman bermain yang dapat digunakan untuk tempat berinteraksi warga. Gambar 4.32. Taman Bermain Sumber: Dok. Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara 81 BAB V MATERIAL RINGAN TAHAN GEMPA Rancangan skematik menampilkan rancangan bangunan dengan pengukuran yang tepat, dimulai dari rencana blok dan lingkungan pada tapak sampai rencana sistem struktur bangunan. Rancangan skematik dilakukan setelah rancangan konseptual disetujui oleh dosen pembimbing dan konsultan ahli. Agar rancangan bangunan rumah susun ini dapat direalisasikan maka dibutuhkan suatu sistem struktur yang sesuai untuk menahan beban bangunan selama penggunaan di masa yang akan datang, sebagaimana yang disebutkan Schodek 2013 dalam bukunya Struktur, struktur dalam arti sederhana merupakan sarana untuk menyalurkan beban akibat penggunaan dan kehadiran bangunan di tanah dan di dalam tanah. Struktur berfungsi sebagai suatu kesatuan dari serangkaian unsur-unsur yang berbeda-beda. Unsur-unsur ini ditempatkan dan di interelasikan dengan cara tertentu agar seluruh struktur mampu berfungsi dalam memikul beban baik yang beraksi secara vertikal maupun horizontal ke dalam tanah. Tujuan merencanakan struktur bangunan adalah menjamin kestabilan bangunan pada segala kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Kondisi pembebanan yang dialami bangunan pada masa penggunaan terdiri dari gaya statis dan gaya dinamis. Gaya Statis terdiri dari :  Beban hidup : Beban penggunaan, beban lingkungan hujan , salju Universitas Sumatera Utara  Beban tetap tidak pindah : berat sendiri elemen struktur dan berat elemen gedung tertentu.  Gaya akibat penurunan , efek suhu tegangan ,dsb Gaya dinamis terdiri dari :  Gaya menerus : gaya inersia gerak tanah pada saat gempa bumi dan gaya angin.  Gaya impak diskkret misalnya ledakan Sistem struktur adalah suatu cara penyaluran beban bangunan dengan menggunakan elemen-elemen struktur seperti kolom, balok, dll. Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton bertulang, baja maupun komposit, selalu ada komponen subsistem yang dapat dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral.

5.1. Gaya Gravitasi