Potensi Peternakan Ikan pada Rumah Susun Kampung Hamdan

(1)

POTENSI PETERNAKAN IKAN

PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN

SKRIPSI

OLEH

DWI OCTAVIANTY TANJUNG

100406009

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

POTENSI PETERNAKAN IKAN

PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

DWI OCTAVIANTY TANJUNG

100406009

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERNYATAAN

POTENSI PETERNAKAN IKAN

PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014 Penulis,


(4)

Judul Skripsi : Potensi Peternakan Ikan pada Rumah Susun Kampung Hamdan

Nama Mahasiswa : Dwi Octavianty Tanjung Nomor Pokok : 100406009

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc)

Koordinator Skripsi,

Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 14 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc Anggota Komisi Penguji : 1. Boy Brahmawanta, ST, MT, IAI


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR DIAGRAM viii

DAFTAR GAMBAR ix

KATA PENGANTAR xii

ABSTRAK xiv

PROLOG “A river runs through it” 1

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN 7

1.1 Aspek Topografi Lahan 10

1.2 Pohon dan Tanaman 12

1.3 Aspek Sosial 13

1.4 Aspek Ekonomi 14

1.5 Aspek Kebudayaan 16

1.6 Kondisi Pemukiman Warga 16

1.7 Kondisi Jalur Sirkulasi Warga 18

1.8 Peraturan UU dan Kepatuhan Hukum 19

BAB 2 ANALISA KAWASAN 21

2.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat 22

2.2 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat 23

2.3 Fungsi dan Pengolahan Lahan 23

2.4 Akses Kendaraan dan Parkir 25


(7)

2.7 Struktur Pemukiman Warga 28

2.8 Aspek Keberlanjutan Bangunan 29

2.9 Pasokan Energi Warga 31

2.10 Kepatuhan Hukum dan Peraturan 31

2.11 Analisis Investasi 32

BAB 3 PETERNAKAN IKAN VERTIKAL SEBAGAI POTENSI TAPAK 33

BAB 4 KOMPLEKSITAS FUNGSI RUANG 39

BAB 5 STRUKTUR BERKESINAMBUNGAN YANG TAHAN GEMPA 54

BAB 6 KEISTIMEWAAN UTILITAS BANGUNAN 68

6.1 Sistem Mekanikal pada Kolam 71

6.1 Sistem Elektrikal Bangunan 75

6.2 Sistem Mekanikal Bangunan 77

BAB 7 HAMDAN SEBAGAI KAMPUNG TEPIAN SUNGAI 81

LAMPIRAN 1 94

LAMPIRAN 2 95

LAMPIRAN 3 96

LAMPIRAN 4 97

LAMPIRAN 5 98

LAMPIRAN 6 99

LAMPIRAN 7 100

LAMPIRAN 8 101

EPILOG “A never-ending story” xvi


(8)

DAFTAR TABEL


(9)

DAFTAR DIAGRAM


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta lokasi proyek ... 2

Gambar 2 Keadaan ruang terbuka pada tapak ... 3

Gambar 3 Gambar masyarakat sekitar yang masih gemar memancing di tepi Sungai Deli . 4 Gambar 1.1 Keadaan tapak di tepi Sungai Deli ... 8

Gambar 1.2 Kondisi awal tapak ... 9

Gambar 1.3 Peta Kecamatan Medan Maimun ... 10

Gambar 1.4 Garis kontur pada kawasan ... 11

Gambar 1.5 Gambar kondisi ruang terbuka yang dijadikan tempat pembuangan sampah ... 12

Gambar 1.6 Gambar kondisi perumahan di sekitar Sungai Deli ... 13

Gambar 1.7 Gambar kegiatan masyarakat di tepi Sungai Deli ... 14

Gambar 1.8 Gambar warung Bakso Amat yang terletak pada tapak ... 15

Gambar 1.9 Gambar kegiatan ekonomi yang terjadi pada pinggiran tapak ... 15

Gambar 1.10 Gambar contoh material yang digunakan mayoritas bangunan ... 17

Gambar 1.11 Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir dan tengah tapak ... 17

Gambar 1.12 Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai ... 18

Gambar 1.13 Gambar situasi jalan pada tapak ... 19

Gambar 2.1 Gambar beberapa kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar kawasan ... 22

Gambar 2.2 Gambar kegiatan sosial yang terjadi di sekitar kawasan ... 22

Gambar 2.3 Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai ... 24

Gambar 2.4 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak ... 27

Gambar 2.5 Keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ... 28

Gambar 4.1 Gambar skematik gubahan massa awal ... 40

Gambar 4.2 Gambar skematik gubahan massa kedua ... 41


(11)

Gambar 4.5 Zoning berdasarkan analisa matahari ... 44

Gambar 4.6 Zoning kawasan tapak ... 45

Gambar 4.7 Gambar gapura jalur masuk dan jalur keluar kawasan... 47

Gambar 4.8 Gambar perspektif massa bangunan ... 47

Gambar 4.9 Kondisi tepi sungai di dalam kawasan perancangan ... 47

Gambar 4.10 Gambar suasana pada tepian Jalan Juanda ... 48

Gambar 4.11 Gambar salah satu area hijau pada tapak ... 49

Gambar 4.12 Gambar potongan pada peternakan ikan di rumah susun ... 50

Gambar 4.13 Gambar denah tipikal rumah susun ... 50

Gambar 4.14 Gambar konsep tampak bangunan ... 52

Gambar 5.1 Gambar material bangunan awal pada tapak ... 54

Gambar 5.2 Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir dan tengah tapak ... 55

Gambar 5.3 Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai ... 55

Gambar 5.4 Gambar detail kolom bangunan ... 57

Gambar 5.5 Gambar konsep letak sirkulasi area kolam ... 57

Gambar 5.6 Gambar detail kolam pada bangunan ... 58

Gambar 5.7 Gambar tampak atap pada bangunan ... 59

Gambar 5.8 Gambar 3D bangunan rumah susun ... 59

Gambar 5.9 Gambar letak bangunan ME yang terpisah dari bangunan utama ... 60

Gambar 5.10 Gambar denah tipikal rumah susun ... 61

Gambar 5.11 Gambar arah angin dan cahaya pada denah bangunan ... 62

Gambar 5.12 Gambar detail dinding bangunan ... 63

Gambar 5.13 Gambar penyusunan batako pada dinding rumah susun ... 64

Gambar 5.14 Gambar detail lantai rumah susun ... 65

Gambar 5.15 Gambar 3D struktur bangunan ... 66


(12)

Gambar 6.4 Gambar jalur air per lantai pada kolam ... 72

Gambar 6.5 Gambar skematik sistem aquaponik pada kolam ... 72

Gambar 6.6 Gambar aplikasi sistem irigasi pada kolam ikan ... 73

Gambar 6.7 Gambar filter biologis di atas kolam ... 73

Gambar 6.8 Gambar skematik elektrikal pada bangunan rumah susun ... 76

Gambar 6.9 Gambar skematik plumbing pada bangunan rumah susun ... 79

Gambar 7.1 Gambar 3D kawasan site yang telah dirancang ... 81

Gambar 7.2 Gambar suasana memancing pada kawasan yang akan desain ... 84

Gambar 7.3 Gambar suasana tempat makan pada area tepi sungai ... 84

Gambar 7.4 Gambar detail grassblock pada landscape tepi sungai ... 85

Gambar 7.5 Gambar suasana tepian sungai ... 86

Gambar 7.6 Gambar sketsa potongan kolam pada bangunan rumah susun ... 87

Gambar 7.7 Zoning bangunan ... 88


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT

karena atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “

Potensi Peternakan Ikan pada Rumah Susun Kampung Hamdan

dengan baik. Shalawat beserta salam juga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya

hingga akhir zaman, amin.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Program Sarjana Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam proses

penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala. Namun berkat bantuan,

bimbingan, bantuan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak dan berkah dari

Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu penullis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada

Ibu Ir. Dwira N Aulia, M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak Ars. Boy

Brahmawanta, IAI selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus,

dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,

motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama

menyusun skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1.

Allah SWT yang selalu mencurahkan rizki-Nya kepada penulis sehingga

akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

2.

Ayah dan Ibu yang senantiasa selalu memberikan dukungan yang sangat

besar dan telah membantu baik materi maupun moril serta doanya.

3.

Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. Selaku Ketua Jurusan Arsitektur USU.

4.

Bapak Ir. Bauni Hamid, M.DesS.

dan Kak Ami selaku koordinator PA6

dan skripsi yang selalu memberikan arahan, informasi dan bimbingan

kepada penulis.

5.

Seluruh staff pengajar, Bapak Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Universitas

Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.

6.

Bang Yanda, Ika, Pia dan seluruh keluarga besar yang telah mendukung

dan memberi motivasi penulis dalam berbagai hal.

7.

Anggita Putri dan Syally Dwi Andrina sebagai sahabat penulis yang selalu

memberikan motivasi dan selalu ada setiap saat untuk penulis.

8.

Fanny Dyah Ningrum, Radita Ayu Utami, Adinda Dara A Lubis, dan Novi

Istighfarini yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis

kapanpun di manapun dalam suka maupun duka.

9.

Wahyu Ardhiningtika yang selalu membantu dan memberi semangat bagi

penulis serta telah sabar menghadapi penulis selama menyelesaikan skripsi


(14)

10.

Teman-teman kelompok E, Anggi, Meta, Rina, dan Utik serta teman

teman stambuk 2010 khususnya Iyan, Doni, Aisa, Fikar, Agung, Aldo,

Inka, Tutik, Jempa, dan lain-lain yang telah menemani saya selama

menempuh pendidikan di Arsitektur.

11.

Abang dan Kakak senior dan Adik-adik junior stambuk 2011, 2012, 2013

yang sudah banyak membantu penulis.

12.

Serta semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan pada kesempatan

kali ini karena keterbatasan penulis namun tidak mengurangi rasa hormat

dan terima kasih penulis.

Seperti kata pepatah bahwa tak ada gading yang tak retak, Penulis

menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan

terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juli 2014

Penulis


(15)

ABSTRAK

POTENSI PETERNAKAN IKAN PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya, tidak terkecuali di Kota Medan. Berangkat dari permasalahan tersebut, untuk mengatasi perumahan dan pemukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada tepi Sungai Deli tepatnya Kampung Hamdan, perlu suatu konsep penataan dan revitalisasi yang baik sehingga mendapatkan suatu peningkatan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan pemukiman di kota Medan.

Latar belakang pendapatan masyarakat pada kawasan Kampung Hamdan yang mayoritasnya merupakan masyarakat dengan penghasilan rendah merupakan salah satu alasan mengapa desain rumah susun yang akan dibangun ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi hunian dan fungsi komersial. Dengan kenyataan tersebut muncullah tema sosial ekonomi menjadi tema dari kelompok ini agar fungsi hunian yang akan dibangun diharapkan bersifat mandiri. Selain itu kebiasaan dari sebahagian besar masyarakat Kampung Hamdan yang salah satunya yaitu suka berinteraksi di area pinggiran sungai misalnya mandi di sungai, buang air, dan juga memancing. Mancing inilah yang akan penulis angkat menjadi potensi dari kawasan tersebut.

Sebuah hunian rumah susun dengan urban fish farming menjadi tema dari desain penulis yang berarti suatu rancangan penataan rumah susun di kawasan perkotaan yang menggunakan budidaya ikan sebagai subsektor, sehingga menghasilkan sebuah proyek rumah susun yang memiliki kegiatan sosial ekonomi yang berhubungan langsung dengan ikan, yang dapat mengubah sebidang tanah di tengah kota menjadi sebuah lahan peternakan ikan vertikal yang berkelanjutan. Konsep kolam ikan pada bangunan rumah susun ini yaitu “dari hulu ke hilir” maksudnya dari pembibitan, pemeliharaan, sampai mendapatkan hasil dari ikan tersebut. Bangunan ini juga memiliki beberapa fasilitas yaitu area pasar yang didominasi oleh penjualan ikan, serta rumah makan ataupun jajanan khas ikan, misalkan sate belut, ikan gurami, lele penyet, dan lain-lain sebagai kegiatan yang mendukung kegiatan sosial ekonomi warga. Selain itu juga terdapat area memancing yaitu area tepian sungai yang digunakan untuk memancing dan juga area berinteraksi warga dengan aktivitas kuliner.

Kata kunci : Pemukiman, Revitalisasi, Sungai Deli, Kampung Hamdan, Rumah Susun, Urban Farming, Budidaya ikan

ABSTRACT

Urban residential areas are categorized as slums in Indonesia continues to increase by leaps and bounds every year, especially in the city of Medan. Therefore, to overcome the housing and slum settlements in the city of Medan, especially Hamdan’s Village on the Deli’s Riverside, need a concept of structuring and revitalizing the better to get an increase in environmental quality and reinforce the spatial structure of urban space as well as provide solutions to the limited land settlement in the city of Medan.

Background of people's income in areas where the majority of Kampung Hamdan was a low-income communities is one reason why the design of flats to be built has two functions, they are the function of residential and commercial functions. With this fact the


(16)

functions are expected to be independent. Additionally habit of village communities were largely Hamdan, one of which is rather interact in riparian areas, for example in a river bathing, waste water, and then fishing. Fishing is what will be the author adopted the potential of the region.

A residential flats with the theme of “urban fish farming” is an arrangement plan flats in urban areas using fish farming as a sub-sector, resulting in a flats project that has social and economic activities that relate directly to the fish, which can transform a piece of land in the city center into a sustainable vertical fish farm land. The concept of a fish pond at the flat with the theme of “urban fish farming” is "upstream and downstream" means of breeding, raising, to get the results of the fish. This building has multiple facilities. They are dominated by market area that selling a fish, as well as the typical fish meal or snack, for example eel satay, carp, lele penyet, as activities that promote social and economic activities residents. There are also fishing areas are riparian area is used for fishing and also area residents interact with culinary activity.

Keywords: Settlements, Revitalization, Deli’s River, Hamdan’s Village, Flats, Urban Farming, Fish Farming


(17)

“A RIVER RUNS THROUGH”

Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat terpisahkan adalah Air. Tidak hanya penting bagi manusia air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tumbuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia ini karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup. Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air.

Sungai merupakan salah satu sumber air yang terdapat pada suatu kawasan. Salah satu manfaat sungai yaitu sebagai sumber cadangan air bersih bagi manusia, terutama masyarakat perkotaan. Sejak dahulu manfaat sungai bagi manusia antara lain untuk keperluan minum, makan, mandi, mencuci, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Namun air sungai di beberapa tempat terutama di kota-kota besar sudah cukup tercemar, tidak terkecuali Sungai Deli di Kota Medan. Sungai Deli yang digunakan sebagai jalur perdagangan pada masa Kerajaan Deli, mengambil peran yang cukup penting bagi perkembangan Kota Medan. Keberadaan sungai yang menjadi jalur transportasi menyebabkan pembentukan pemukiman warga Kota Medan yang berorientasi ke sungai.

Orientasi sungai yang mengalami perubahan ini menyebabkan penurunan kualitas dan fungsi sungai bagi kehidupan kota. Kebiasaan masyarakat yang bermukim di tepian sungai menyebabkan peningkatan terhadap pencemaran air sungai yang dapat dilihat dengan perubahan fungsi sungai sebagai area belakang atau area servis. Masyarakat yang


(18)

hidup pada pemukiman tepian Sungai Deli menggunakan air sungai tanpa memperhatikan kualitasnya. Sungai yang seharusnya dimanfaatkan sebagai pemandangan yang baik untuk masyarakat di sekitarnya untuk melepas penat ataupun berekreasi, kini digunakan sebagai area belakang atau area servis bagi masyarakat.

Semakin pesatnya pembangunan Kota Medan dengan semboyan Kota Metropolitan, memberikan pengaruh bagi perkembangan di sekitar pusat kota, salah satunya adalah kawasan pemukiman padat Kampung Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Gambar 1. Peta lokasi proyek

Sumber. Google (2014)

Gambar di atas merupakan peta lokasi proyek dilihat dari udara. Area yang ditandai dengan warna merah dapat dilihat pada Gambar 1 merupakan kawasan dari Kampung Hamdan yang akan didesain. Kawasan ini terletak pada Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan, tepatnya berlokasi di simpang Jalan Ir. H. Juanda dan Jalan Samanhudi.

Mengenai data kependudukan dari tapak tersebut, daerah ini terdiri dari seratus Kepala Keluarga (KK). Mengenai peraturan perundang-undangan, tapak ini memiliki Garis Sempadan Sungai (GSS) sebesar lima belas meter dengan kedalaman tiga sampai


(19)

empat meter serta memiliki lebar lima belas sampai dua puluh tujuh meter. Koefisien Dasar Hijau (KDH) pada tapak ini yaitu dua puluh lima persen dengan tata guna lahan yang digunakan sebagai area perumahan warga. Data di atas berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Medan Maimun tahun 2005.

Gambar 2. Keadaan ruang terbuka pada tapak Sumber. Penulis (2014)

Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai area resapan banjir, serta tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bagi sampah menjadi masalah utama untuk direvitalisasinya kawasan ini. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Keadaan ini merupakan keadaan yang terjadi pada sebagian besar ruang terbuka pada tapak.

Untuk itu, pada tugas kali ini akan mengangkat sebuah perancangan “Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana dan Area Komersial”. Diharapkan agar desain ini lebih banyak memiliki area hijau sebagai area resapan tapi tetap mengutamakan fungsi hunian walaupun sudah berbeda bentuk dari pemukiman padat menjadi sebuah rumah susun yang juga direncanakan menciptakan sebuah area sosial ekonomi yang berpengaruh bagi warga kampung pada khususnya dan warga kota Medan pada umumnya untuk meningkatkan pendapatan penduduk setempat.

Latar belakang pendapatan masyarakat yang mayoritas merupakan masyarakat berpenghasilan rendah merupakan salah satu alasan mengapa desain rumah susun yang


(20)

akan dibangun ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi hunian dan fungsi komersial. Dengan kenyataan tersebut munculah tema sosial ekonomi menjadi tema dari kelompok ini agar fungsi hunian yang akan dibangun diharapkan bersifat mandiri, yang direncanakan besarannya dengan kondisi fisik yang demikian sehingga telah diperhitungkan kelayakan nilai ekonominya sepenuhnya dengan tidak membebani keuangan Pemerintah Kota Medan. Salah satu contoh fasilitas yang disediakan misalnya pasar tradisional, area jajanan, ataupun area komersial. Fasilitas-fasilitas ini nantinya akan dikembangkan dan dikelola sendiri oleh penghuni rumah susun ini, tapi tetap dipantau oleh pengelola dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan dengan adanya kantor pengelola dan kantor Dinas Perikanan dan Kelautan pada bangunan rumah susun ini.

Gambar 3. Gambar masyarakat sekitar yang masih gemar memancing di tepi Sungai Deli Sumber. Penulis (2014)

Kebiasaan dari sebahagian besar masyarakat Kampung Hamdan salah satunya yaitu suka berinteraksi di area pinggiran Sungai Deli. Kegiatannya antara lain mandi di sungai, buang air, dan juga memancing. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 3. Mancing inilah yang akan penulis angkat menjadi potensi dari kawasan tersebut.

Memancing secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau di tengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target ikan.


(21)

Berangkat dari pembahasan di atas Urban fish farming akan menjadi tema dari perancangan rumah susun ini yang menggunakan konsep dari tema “Urban farming”. Maksud dari urban fish farming sendiri yaitu rumah susun yang memiliki peternakan ikan di kawasan perkotaan yang diinginkan dapat berfungsi ganda yaitu sebagai rumah susun dan pasar yang dapat mengubah sebidang tanah di tengah kota menjadi sebuah lahan peternakan ikan vertikal yang berkelanjutan.

Hal ini juga menjadi solusi bagi permalasahan di kota-kota besar dimana lahannya cenderung lebih sulit untuk dijadikan lahan peternakan. Urban fish farming juga adalah suatu rancangan penataan rumah susun perkotaan yang menggunakan budidaya ikan sebagai subsektor, sehingga menghasilkan sebuah proyek rumah susun yang memiliki kegiatan sosial ekonomi yang berhubungan langsung dengan ikan.

Urban farming menurut Balkey M (1987) adalah sebuah rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan yang dilakukan menggunakan metoda menggunakan dan penggunaan kembali sumber alam yang ada serta pemanfaatan limbah perkotaan. Selain itu metode ini juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura.

Dalam arti luas, urban farming menggambarkan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Urban farming biasanya dilakukan untuk meningkatkan aktivitas memproduksi sebuah bahan pangan untuk dikonsumsi oleh keluarga, dan di beberapa tempat juga dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi alam. Kesadaran mengenai pencemaran lingkungan di dalam perkotaan akibat relokasi sumber daya untuk melayani populasi perkotaan telah menjadikan insiprasi untuk berbagai skema pertanian di negara maju dan negara berkembang dan mendatangkan berbagai bentuk pertanian perkotaan.


(22)

Kualitas dari proyek ini nantinya juga bersifat mendidik dengan adanya peternakan ikan di area rumah susun warga. Selain itu, proyek ini juga ramah lingkungan karena limbah dari satu sistem berfungsi sebagai makanan bagi makhluk hidup yang ada pada sistem yang lainnya. Area ini juga memiliki area pasar yang didominasi oleh penjualan ikan, serta rumah makan ataupun jajanan khas ikan, misalkan sate belut, ikan gurami, lele penyet, dan lain-lain dimana pengunjung juga dapat memilih sendiri ikan yang ingin disantapnya.

Selain itu juga terdapat area memancing yaitu area tepian sungai yang digunakan untuk memancing dan juga area berinteraksi warga dengan aktivitas kuliner, karena disana juga diberikan ruang untuk jajanan kaki lima yang menggunakan gerobak. Jadi masyarakat sekitar maupun masyarakat kota Medan tetap dapat menikmati sungai dengan memancing ataupun menyantap hidangan yang disediakan di area tersebut.


(23)

ABSTRAK

POTENSI PETERNAKAN IKAN PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya, tidak terkecuali di Kota Medan. Berangkat dari permasalahan tersebut, untuk mengatasi perumahan dan pemukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada tepi Sungai Deli tepatnya Kampung Hamdan, perlu suatu konsep penataan dan revitalisasi yang baik sehingga mendapatkan suatu peningkatan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan pemukiman di kota Medan.

Latar belakang pendapatan masyarakat pada kawasan Kampung Hamdan yang mayoritasnya merupakan masyarakat dengan penghasilan rendah merupakan salah satu alasan mengapa desain rumah susun yang akan dibangun ini memiliki dua fungsi, yaitu fungsi hunian dan fungsi komersial. Dengan kenyataan tersebut muncullah tema sosial ekonomi menjadi tema dari kelompok ini agar fungsi hunian yang akan dibangun diharapkan bersifat mandiri. Selain itu kebiasaan dari sebahagian besar masyarakat Kampung Hamdan yang salah satunya yaitu suka berinteraksi di area pinggiran sungai misalnya mandi di sungai, buang air, dan juga memancing. Mancing inilah yang akan penulis angkat menjadi potensi dari kawasan tersebut.

Sebuah hunian rumah susun dengan urban fish farming menjadi tema dari desain penulis yang berarti suatu rancangan penataan rumah susun di kawasan perkotaan yang menggunakan budidaya ikan sebagai subsektor, sehingga menghasilkan sebuah proyek rumah susun yang memiliki kegiatan sosial ekonomi yang berhubungan langsung dengan ikan, yang dapat mengubah sebidang tanah di tengah kota menjadi sebuah lahan peternakan ikan vertikal yang berkelanjutan. Konsep kolam ikan pada bangunan rumah susun ini yaitu “dari hulu ke hilir” maksudnya dari pembibitan, pemeliharaan, sampai mendapatkan hasil dari ikan tersebut. Bangunan ini juga memiliki beberapa fasilitas yaitu area pasar yang didominasi oleh penjualan ikan, serta rumah makan ataupun jajanan khas ikan, misalkan sate belut, ikan gurami, lele penyet, dan lain-lain sebagai kegiatan yang mendukung kegiatan sosial ekonomi warga. Selain itu juga terdapat area memancing yaitu area tepian sungai yang digunakan untuk memancing dan juga area berinteraksi warga dengan aktivitas kuliner.

Kata kunci : Pemukiman, Revitalisasi, Sungai Deli, Kampung Hamdan, Rumah Susun, Urban Farming, Budidaya ikan

ABSTRACT

Urban residential areas are categorized as slums in Indonesia continues to increase by leaps and bounds every year, especially in the city of Medan. Therefore, to overcome the housing and slum settlements in the city of Medan, especially Hamdan’s Village on the Deli’s Riverside, need a concept of structuring and revitalizing the better to get an increase in environmental quality and reinforce the spatial structure of urban space as well as provide solutions to the limited land settlement in the city of Medan.

Background of people's income in areas where the majority of Kampung Hamdan was a low-income communities is one reason why the design of flats to be built has two functions, they are the function of residential and commercial functions. With this fact the


(24)

functions are expected to be independent. Additionally habit of village communities were largely Hamdan, one of which is rather interact in riparian areas, for example in a river bathing, waste water, and then fishing. Fishing is what will be the author adopted the potential of the region.

A residential flats with the theme of “urban fish farming” is an arrangement plan flats in urban areas using fish farming as a sub-sector, resulting in a flats project that has social and economic activities that relate directly to the fish, which can transform a piece of land in the city center into a sustainable vertical fish farm land. The concept of a fish pond at the flat with the theme of “urban fish farming” is "upstream and downstream" means of breeding, raising, to get the results of the fish. This building has multiple facilities. They are dominated by market area that selling a fish, as well as the typical fish meal or snack, for example eel satay, carp, lele penyet, as activities that promote social and economic activities residents. There are also fishing areas are riparian area is used for fishing and also area residents interact with culinary activity.

Keywords: Settlements, Revitalization, Deli’s River, Hamdan’s Village, Flats, Urban Farming, Fish Farming


(25)

KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar 1,37% per tahun, dan telah mencapai 57.800 hektar pada tahun 2012. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, diperkirakan Indonesia memiliki 67.100 hektar pemukiman kumuh pada tahun 2020.

Menurut Badan Pusat Statistik Medan, Kota Medan tepatnya pada tahun 2008 memiliki beberapa kawasan kumuh yang menyebar di 7 kecamatan dan 18 kelurahan dengan luas sekitar 403 hektar, luas daerah kumuh di Medan mencapai 1,5 persen per tahun dari total keseluruhan luas daerah tersebut. Daerah ini meliputi tujuh kecamatan antara lain Medan Area dengan luas daerah kumuh 24,55 hektar dengan 1.625 penduduk miskin, Medan Denai 207.4 hektar dengan 6.849 penduduk miskin, Medan Perjuangan 14.30 hektar dengan 1.067 penduduk miskin, Medan Belawan 61.35 hektar dengan penduduk miskin 17.716 warga, Medan Deli 112.2 hektar dengan penduduk miskin 25.280 orang, Medan Labuhan 56,5 hektar dengan penduduk miskin 20.599 dan Medan Marelan 27 hektar dengan 11.931 penduduk miskin.

Berangkat dari permasalahan di atas, untuk mengatasi perumahan dan pemukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada bantaran sungai, perlu suatu konsep penataan dan revitalisasi yang baik sehingga mendapatkan suatu peningkatan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan pemukiman di Kota Medan.

Penataan dan revitalisasi kawasan muka sungai merupakan rangkaian upaya atau cara untuk menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati. Meningkatkan


(26)

nilai-nilai vitalitas dari suatu kawasan untuk menggali lagi potensi serta pengendalian lingkungan kawasan. Penataan ini dilakukan melalui pengembangan kawasan yang layak untuk direvitalisasi baik dari segi fisik yaitu bangunan atau ruang kawasan, kualitas lingkungan, maupun sarana prasarana yang mendukung aktivitas sosial ekonomi warga.

Dalam konteks Kota Medan, permasalahan revitalisasi kawasan muka sungai ini belum menemukan penerapan ideal yang dianggap berhasil mengakomodasi kepentingan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah, pengembang, ataupun masyarakat. Kawasan muka sungai sangat identik dengan kesan kumuh, tidak sehat, dan jauh dari kata bersih. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan adanya konsep yang tertanam pada masyarakat yang menjadikan sungai sebagai area belakang yang difungsikan menjadi pembuangan akhir dari limbah maupun sampah.

Kondisi ini menimbulkan tekanan yang sangat kuat terhadap kualitas lingkungan, serta penyediaan sarana dan prasarana perkotaan. Permasalahan menjadi lebih kompleks mengingat cepatnya perubahan lahan produktif menjadi berbagai keperluan seperti pemukiman, prasarana umum, serta area komersial yang dapat menciptakan suasana sosial dan ekonomi antar manusia terjalin.

Sungai Deli yang dahulunya merupakan urat nadi perdagangan pada masa Kesultanan Deli di Kota Medan juga tidak terlepas dari permasalahan tersebut. Dijadikannya sungai sebagai area belakang dan tercemarnya air sungai menjadi masalah utama area tersebut.

Gambar 1.1. Keadaan tapak di tepi Sungai Deli Sumber. Penulis (2014)


(27)

Sungai yang harusnya menjadi area yang bisa dinikmati bersama oleh masyarakat kota, kini dijadikan sebagai area privasi bagi warga kampung tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) baik sampah maupun limbah. Keadaan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Seiring dengan pesatnya pembangunan Kota Medan, memberikan pengaruh bagi perkembangan di sekitar pusat kota, salah satunya adalah kawasan pemukiman padat Kampung Hamdan Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan.

Gambar 1.2. Kondisi awal tapak Sumber. Penulis (2014)

Tapak kawasan yang akan didesain ini berbatasan dengan pemukiman padat penduduk yang berada di Utara tapak, Jalan Ir. H. Juanda di Selatan tapak, Jalan Multatuli dan Jalan Samanhudi di sebelah Barat tapak, dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli pada Timur tapak, dapat dilihat pada Gambar 1.2.


(28)

Gambar 1.3. Peta Kecamatan Medan Maimun Sumber. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (2014)

Gambar 1.3 di atas merupakan peta lokasi dari tapak yang akan didesain dilihat dari peta Kecamatan Medan Maimun. Kawasan ini terletak antara Kecamatan Medan Kota dengan Medan Petisah. Pada kawasan Medan Kota dan Medan Petisah banyak terjadi aktivitas ekonomi dengan jumlah penduduk yang lumayan banyak. Jadi, diharapkan dengan kenyataan tersebut kawasan Kampung Hamdan ini bukan hanya dapat menarik pengunjung dari daerah sekitar saja, melainkan dapat menarik beberapa pengunjung dari kecamatan sekitar ataupun penduduk Kota Medan secara umum.

1.1. Aspek Topografi Lahan

Berdasarkan segi topografi, kawasan Kampung Hamdan memiliki garis kontur yang cukup banyak menunjukkan perbedaan 1 m dari setiap levelnya.


(29)

Gambar 1.4. Garis kontur pada kawasan Sumber. Google (2014)

Permukaan tertinggi pada tapak terdapat pada ketinggian lebih dari dua puluh enam meter, sedangkan daerah permukaan yang paling rendah berada di area pinggiran sungai yang berada pada ketinggian lebih dari dua puluh tiga meter pada tapak dapat dilihat pada Gambar 1.4. Kondisi ini menunjukkan bahwa kawasan Kampung Hamdan ini memiliki tanah yang cukup berkontur sehingga bisa dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah termasuk dreinase, karena menggunakan ilmu fisika mengenai sifat dari air yang mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah. Selain itu tanah yang berkontur ini bisa dimanfaatkan untuk pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami dalam bangunan yang akan dibangun.

Namun walaupun kawasan ini memiliki tanah yang berkontur, pada saat musim hujan air sungai pasti akan meluap sehingga menggenangi pemukiman warga. Hal ini dapat terjadi karena sistem aliran dreinase dari kawasan yang kurang baik, serta kurangnya area hijau sebagai area resapan air juga menjadi permasalahan yang cukup rumit di kawasan pemukiman padat penduduk ini.


(30)

1.2. Pohon dan Tanaman

Area hijau yang dimiliki Kampung Hamdan ini juga bisa dikatakan sangat minim. Pohon atau tanaman yang biasanya sengaja ditumbuhkembangkan di area pekarangan rumah, sebahagian besar tidak tampak pada kawasan ini.

Gambar 1.5. Gambar kondisi ruang terbuka yang dijadikan tempat pembuangan sampah Sumber. Penulis (2014)

Ruang terbuka yang biasanya banyak ditanami oleh pohon-pohon rindang sebagai area yang digunakan untuk bermain anak-anak ataupun area bercengkrama warga malah digunakan sebagai tempat untuk menumpuk barang-barang yang tidak terpakai lagi, bahkan sebagai tempat pembuangan sampah oleh warga, dapat dilihat pada Gambar 1.5. Hal ini menyebabkan sirkulasi udara di sekitar kawasan menjadi kurang nyaman dan terasa sangat panas ketika siang hari. Bukan hanya dipemukimannya saja, pinggiran sungai yang terdapat di kawasan ini yang seharusnya ditanami banyak pohon sebagai area resapan air yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau sehingga bisa digunakan sebagai area pendukung dari aktivitas sosial warga masyarakat sekitar, kebanyakan pada tapak ini justru dijadikan sebagai lahan pemukiman bagi warga. Ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran penduduk mengenai masalah lingkungan yang sehat untuk bermukim.


(31)

Gambar 1.6. Gambar kondisi perumahan di sekitar Sungai Deli Sumber. Penulis (2014)

Area bantaran sungai sangat terlihat kumuh. Pada tepian sungai juga terdapat pemukiman liar yang tidak beraturan dan tidak memiliki pohon atau tanaman yang ditanam di area resapan sungai, serta tepi sungai yang dipenuhi sampah yang bertumpukan, dapat terlihat pada Gambar 1.6. Keadaan sungai yang sangat kotor dan sudah mulai dangkal merupakan akibat sedimentasi dari sampah-sampah rumah tangga. Sebagian besar penduduk dan masyarakat sekitar menjadikan sungai ini menjadi area pembuangan sampah.

1.3. Aspek Sosial

Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul menjadi sorotan utama di Kampung Hamdan ini. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa suka berkumpul untuk melakukan interaksi dengan tetangga ataupun warga sekitar. Area berkumpul warga pun tersebar di banyak tempat, mulai dari area tepi sungai, warung-warung makan, area ruang terbuka, bahkan bantaran jalan di dalam tapak.


(32)

Gambar 1.7. Gambar kegiatan masyarakat di tepi Sungai Deli Sumber. Penulis (2014)

Kegiatan yang mereka lakukan juga cukup beragam, misalnya apabila berkumpul di sungai mereka melakukan beberapa kegiatan seperti mandi, mencuci baju, memancing, bahkan melakukan pembuangan akhir seperti buang air bahkan buang sampah. Ini dapat dilihat pada Gambar 1.7. Kondisi ini sangat ironi sekali, mengingat mereka juga menggunakan air untuk memasak nasi, mencuci, bahkan melakukan aktivitas mandi di sungai. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya air sungai apabila pembuangan itu tetap berlangsung walaupun kegiatan pokok masyarakat di sungai lebih mengutamakan air yang bersih dan sehat karena akan digunakan untuk konsumsi langsung seperti mandi bahkan minum.

1.4.Aspek Ekonomi

Masyarakat Kampung Hamdan terkenal dengan industri baksonya, dapat dilihat dari terdapatnya warung bakso yang cukup terkenal di kota Medan yaitu Bakso Amat yang terletak di pinggiran tapak Kampung Hamdan ini.


(33)

Gambar 1.8. Gambar warung Bakso Amat yang terletak pada tapak Sumber. Penulis (2014)

Keadaan ini menjadi hal penting dari kawasan, walaupun tidak sebagian besar warga bermata pencarian sebagai tukang bakso, tapi setidaknya ada contoh kasus yang berhasil dalam usaha bakso yang bisa dijadikan sebagai ciri khas kampung tersebut. Dapat dilihat pada Gambar 1.8. Warung bakso ini cukup terkenal di Kota Medan dapat dilihat dari banyaknya penikmat kuliner yang berdatangan baik yang berasal dari Kota Medan sendiri maupun dari luar kota yang datang khusus ingin menyantap hidangan khas Kota Medan ini.

Gambar 1.9. Gambar kegiatan ekonomi yang terjadi pada pinggiran tapak Sumber. Penulis (2014)

Selain usaha bakso, di kampung ini juga banyak terdapat usaha-usaha warga yang lain seperti warung nasi, toko jajanan, warung kopi, salon, penjahit, bengkel, dan


(34)

lain-lain, dapat dilihat pada Gambar 1.9. Usaha-usaha tersebut sebagian besar terdapat di pinggiran tapak yang berorientasi ke jalan yang digunakan sebagai tempat parkir sehingga dengan keadaan ini memicu terjadinya kemacetan yang cukup parah, ditambah lagi ruas jalan yang cukup kecil. Penjabaran ini merupakan hal-hal besar bagaimana keadaan sosial ekonomi warga di kampung tersebut, mulai dari kebiasaan hingga mata pencarian warga yang dominan.

1.5.Aspek Kebudayaan

Mayoritas suku pada masyarakat Kampung Hamdan ini yaitu suku Minang dan Jawa. Ini dapat dirasakan dari kebanyakan dialek yang digunakan warga. Selebihnya yaitu suku Batak, Cina, Melayu, dan India. Mayoritas dari agama masyarakatnya adalah Agama Islam. Walaupun di sini juga terdapat beberapa warga yang menganut agama lain, seperti Kristen, Hindu, dan Konghucu. Dari data yang dapat dilihat di lapangan, keliatan bahwa walaupun masyarakat Kampung Hamdan ini memiliki suku ataupun agama yang beragam, tapi mereka tetap dapat hidup berdampingan satu sama lain.

1.6.Kondisi Pemukiman Warga

Mengenai masalah struktur bangunan, pemukiman warga banyak menggunakan material seng, kayu, dan beton. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan dan kesehatan pada warga karena rumah yang menggunakan material seng untuk dinding dan atapnya akan terasa panas di siang hari dan akan terasa sangat dingin pada malam hari, serta akan cepat mengalami pelapukan bagi rumah yang bermaterialkan kayu karena terkena banjir. Seperti yang kita ketahui bahwa area ini adalah area yang cukup bersahabat dengan banjir apabila hujan turun. Ini terjadi karena kebanyakan warga Kampung Hamdan adalah warga yang berpenghasilan menengah dan cenderung rendah.


(35)

Jadi, kebanyakan warga hanya menggunakan material-material yang murah ataupun menggunakan material bekas yang tidak terpakai lagi.

Gambar 1.10. Gambar contoh material yang digunakan mayoritas bangunan Sumber. Penulis (2014)

Material seng, kayu, dan beton merupakan mayoritas material yang digunakan oleh warga Kampung Hamdan dapat dilihat pada Gambar 1.10. Material ini banyak digunakan warga dengan alasan harga yang lebih terjangkau oleh mayoritas warga yang berpenghasilan rendah pada kawasan ini.

Gambaran kondisi pemukiman warga dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah pemukiman yang terletak di pinggiran jalan dan tengah tapak, serta pemukiman yang berada di pinggiran sungai.


(36)

Pada pemukiman warga yang berada di daerah pinggiran jalan dan tengah tapak, rata-rata rumah warga sudah menggunakan bata sebagai material bangunannya, atap terbuat dari seng dan genteng. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.11. Selain itu lantai sudah berupa keramik dan menggunakan pondasi batu kali.

Gambar 1.12. Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai Sumber. Penulis (2014)

Mengenai pemukiman yang berada di daerah pinggiran sungai, kebanyakan rumah warga masih menggunakan kayu dan seng sebagai material dindingnya, atap terbuat dari seng, lantai masih berupa perkerasan atau semen, dan menggunakan pondasi batu kali, walaupun terdapat juga rumah dengan konstruksi rumah panggung karena berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.12.

Selain itu, kebanyakan jenis rumah yang ada di Kampung Hamdan, yaitu tipe rumah deret, rumah couple, dan rumah tunggal. Tipe bangunan yang berada di tapak ini tidak sesuai dengan standar rumah yang baik, karena perbandingan jumlah anggota keluarga dengan luas rumah tidak sesuai dengan ketentuan rumah yang layak huni.

1.7.Kondisi Jalur Sirkulasi Warga

Pada kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak sekali jalan kecil yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan sepeda motor. Bahkan becak, yang sebagian


(37)

besar warga gunakan sebagai kendaraan yang mendukung pekerjaan mereka di kawasan tersebut sebagai penarik becak harus diparkirkan di rumah warga atau area terbuka yang berada di pinggiran tapak yang berdekatan dengan jalan primer karena jalan di dalam tapak yang tidak dapat dilalui akibat dari padatnya pemukiman penduduk.

Gambar 1.13. Gambar situasi jalan pada tapak Sumber. Penulis (2014)

Karena terlalu banyaknya jalan kecil yang berada di kawasan ini, apabila berada di kawasan ini bisa saja orang tersesat dan tidak tahu jalan untuk keluar. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.13. Perbatasan antar rumah warga pun juga bisa digunakan sebagai jalur yang dapat ditembus untuk menuju suatu daerah. Apabila orang yang baru saja berkunjung ke daerah ini pasti merasakan seperti ada di sebuah labirin yang tidak ketahui di mana ujungnya karena setiap sela rumah warga pasti dapat ditembus. Jalur ke sungai pun tidak dapat mengetahui dengan pasti, karena tertutup oleh rumah warga.

Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar tapak yaitu, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan gang-gang kecil yang terdapat di dalam tapak yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat.

1.8.Peraturan UU dan Kepatuhan Hukum

Pembahasan mengenai Undang – Undang dan peraturan dari bangunan dan lingkungan di sekitar tapak sangat terlihat dari tidak adanya kepatuhan hukum dan


(38)

peraturan yang ada di sekitar Kampung Hamdan ini seperti tidak adanya area resapan sungai yang berupa garis sempadan sungai yang harusnya sekitar lima belas meter dari tepian sungai yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2011 tentang sungai. Hal ini terlihat dari terlalu dekatnya jarak perumahan warga dengan sungai dan keadaan sungai yang terdapat banyak tumpukan sampah, menyebabkan air sungai meluap.


(39)

ANALISA KAWASAN

Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dari kawasan tersebut.

Data kawasan yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis berdasarkan pada masalah dan potensi yang ada pada kawasan tersebut untuk menyaring informasi yang dibutuhkan dalam proses perancangan dan memperoleh informasi mengenai permasalahan serta potensi kawasan.

Pemrograman atau analisa pada kasus proyek ini berisi tentang empat pokok bahasan yaitu mengenai analisa faktor manusia, fungsi dan pengolahan lahan, fungsi dan pengolahan bangunan, serta faktor eksternal. Dari keempat pokok bahasan di atas juga dibagi dalam beberapa item setiap bahasannya. Mulai dari faktor manusia yang terdiri dari organisasi stakeholder, perilaku dan interaksi, faktor sosial/politik/kultural, dan faktor keamanan, keselamatan, dan privasi. Fungsi dan pengolahan lahan yang terdiri dari lingkungan tapak lokasi, tata guna lahan, ruang terbuka dan tata hijau, rekayasa teknis dan perlengkapan tapak, aksesibilitas manusia, akses kendaraan, parkir, dan sistem pembuangan dan sanitasi. Fungsi dan pengolahan bangunan terdiri dari program ruang: tipe, ukuran, hubungan antar fungsi, kulit bangunan, sistem struktur dan konstruksi, sistem mekanikal dan elektrikal, kenyamanan termal/penerang/akustik, aspek keberlanjutan yg harus dipenuhi, serta metoda & strategi konstruksi. Dan yang terakhir yaitu faktor eksternal terdiri dari pasokan energi, seperti: air, listrik, telkom, kepatuhan hukum & peraturan, serta anggaran dan biaya & analisis investasi.


(40)

2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kegiatan ekonomi banyak terjadi di kawasan Kampung Hamdan. Selain adanya warung nasi dan toko-toko jajanan, di kampung ini juga terdapat beberapa industri rumah tangga seperti membuat bakso serta depot air bersih.

Gambar 2.1. Gambar beberapa kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar kawasan Sumber. Penulis (2014)

Kondisi ekonomi warga yang kebanyakan bekerja dalam bidang usaha kecil menengah menjadikan kawasan Kampung Hamdan ini berpotensi sebagai daerah komersial bagi wilayah sekitarnya, dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kondisi ini juga menyebabkan fungsi hunian menyatu dengan fungsi usaha sehingga tingkat privasi hanya sebatas ruang pada hunian.

Kegiatan sosial yang berlangsung di kawasan ini juga cukup beragam antara lain: sistem keamanan lingkungan, pengajian bergilir, gotong royong, dan doa bersama.

Gambar 2.2. Gambar kegiatan sosial yang terjadi di sekitar kawasan Sumber. Penulis (2014)


(41)

Warga Kampung Hamdan selalu berinteraksi antar sesama di segala kesempatan. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas warga yang sering dilakukan seperti pada saat berbelanja di warung dan bercengkerama di warung-warung makan, dapat dilihat pada Gambar 2.2. Selain melakukan kegiatan tersebut, masyarakat kampung ini juga banyak melakukan aktivitas di pinggiran sungai. Pada pinggiran sungai ini mereka biasanya melakukan kegiatan seperti bermain air, buang air, mencuci, memancing, dan lain-lain.

Merancang area komersial pada kawasan Kampung Hamdan, merancang model hunian yang sesuai dengan kebutuhan usaha, menyediakan sarana parkir bagi pengunjung kawasan, merencanakan ruang-ruang aktivitas publik, seperti: lapangan olahraga, taman, plasa, merupakan salah satu pemecahan dari masalah yang membahas tentang faktor manusia dari pemrograman ini.

2.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang berbeda-beda menyebabkan masyarakat mampu beradaptasi dengan berbagai macam orang sehingga mereka mudah terbuka dengan pendatang lain. Ditinjau dari segi sosial budaya masyarakatnya, mayoritas suku yang ada di kawasan ini yaitu terdapat suku Minang dan Jawa, selebihnya yaitu suku Batak, Tiongkok, Melayu, dan India. Mayoritas dari agama masyarakat Kampung Hamdan adalah Agama Islam. Walaupun di sini juga terdapat beberapa warga yang menganut agama lain, seperti Kristen, Hindu, dan Konghucu.

2.3. Fungsi dan Pengolahan Lahan

Adanya bangunan pada sempadan sungai yang menyebabkan kurangnya lahan yang berfungsi sebagai daya serap air sehingga memicu permasalahan lingkungan seperti pencemaran sungai karena limbah dan sampah.


(42)

Gambar 2.3. Gambar contoh bangunan yang berada di pinggir sungai Sumber. Penulis (2014)

Bangunan yang berada di tepi sungai harusnya memiliki garis sempadan sebagai area resapan air sungai. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.3. Jadi kawasan tersebut tidak akan mengalami banjir yang cukup tinggi akibat dari luapan air sungai.

Terdapat beberapa fasilitas yang bisa mendukung beberapa kegiatan di dalam kawasan, dan bisa menjadi potensi untuk mendukung beberapa fasilitas yang akan dibuat di kawasan Kampung Hamdan. Karena tugas perancangan ini akan mengangkat tema desain waterfront atau muka sungai, dan bangunan yang berada sekarang lebih banyak berorientasi ke jalan, maka desain ataupun bentuk bangunan yang akan dibuat nanti akan berorientasi pada dua arah, yaitu ke jalan dan juga sungai. Namun karena tapak yang terletak di sudut jalan, maka bentuk bangunan dapat diolah semaksimal mungkin agar tampilan luar bangunan dapat terlihat dari berbagai arah.

Pada bangunan rumah susun ini akan dibangun beberapa fasilitas pendukung seperti tempat makan, pasar, toko, dan restoran pusat jajanan kuliner, mengingat di sekitar lokasi terdapat beberapa toko kuliner. Ini juga dikarenakan untuk memfasilitasi mata pencarian warga dahulu, sehingga banyak pengunjung yang tertarik mengunjungi rumah susun tersebut.


(43)

Ruang terbuka di area sungai akan dikembangkan, sehingga masyarakat sekitar ataupun masyarakat kota Medan dapat menikmati pemandangan ataupun tempat rekreasi di kawasan tersebut.

Mengenai sirkulasi kendaraan, akan dibuat jalur sirkulasi kendaraan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, agar setiap sudut tapak bisa terintegrasi.

Kebanyakan bangunan yang berada di sekitar kawasan tidak memperhatikan KDB, KLB, dan GSS. Koefisien Dasar Hijau (KDB) di sekitar kawasan tidak telihat karena lahan kosong yang ada di sekitar kawasan yang seharusnya digunakan sebagai ruang terbuka hijau, tidak dimanfaatkan oleh warga sekitar. Tata guna lahannya yaitu berfungsi sebagai lahan pemukiman, perekonomian, pemerintahan, pendidikan, peribadatan, dan kesehatan.

2.4. Akses Kendaraan dan Parkir

Mengenai akses sirkulasi di Kampung Hamdan ini memiliki sistem jalur pejalan kaki dan kendaraan yang tidak terpisah. Lanjut usia dan difabel juga sulit untuk melakukan aktivitas di kawasan ini karena tidak adanya sarana pendukung aksesibilitas bagi mereka. Penyediaan halte angkutan umum di sekitar kawasan, penyediaan jalur pedestrian bagi pejalan kaki, penyediaan fasilitas pendukung lansia dan difabel seperti : ramp, rambu-rambu, toilet khusus, tempat duduk di beberapa tempat, merupakan konsep desain yang ingin disediakan.

Pada kawasan Kampung Hamdan ini terdapat banyak jalan-jalan kecil yang hanya bisa dilewati pejalan kaki, sepeda motor dan becak karena padatnya perumahan penduduk. Jalan primer pada kawasan ini terletak pada jalan sekitar tapak yaitu, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Samanhudi, dan Jalan Multatuli. Jalan sekundernya merupakan


(44)

gang-gang kecil yang terdapat di dalam tapak yang tidak dapat dilalui kendaraan beroda empat, dan diharapkan pada kawasan ini akses pejalan kaki dan kendaraan dapat dipisahkan, dan membuat akses jalan yang lebih lebar mudah untuk dilalui. Untuk area parkir mungkin akan disediakan pada beberapa titik yang tidak menimbulkan kemacetan di sepanjang jalan yang melewati kawasan ini.

2.5. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Area hijau yang dimiliki Kampung Hamdan ini bisa dikatakan sangat minim. Pohon atau tanaman yang biasanya sengaja ditumbuhkembangkan di area pekarangan rumah, sebagian besar tidak tampak di kawasan ini. Ruang terbuka yang biasanya banyak ditanami oleh pohon-pohon rindang sebagai area yang digunakan untuk bermain anak-anak ataupun area bercengkrama warga malah digunakan sebagai tempat untuk menumpuk barang-barang yang tidak terpakai lagi, bahkan sebagai tempat pembuangan sampah oleh warga.

Selain itu, ada juga ruang terbuka yang berukuran cukup besar, namun sudah ditutup oleh perkerasan atau semen sehingga kurang indah dipandang karena tidak ditanami oleh pohon ataupun tanaman. Hal ini menyebabkan sirkulasi udara di sekitar tapak menjadi kurang nyaman dan terasa sangat panas ketika siang hari.

Bukan hanya di pemukimannya saja, pinggiran sungai yang terdapat di kawasan ini yang seharusnya ditanami banyak pohon sebagai area resapan air yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau sehingga bisa digunakan sebagai area pendukung dari aktivitas sosial warga masyarakat sekitar, kebanyakan pada tapak ini justru dijadikan sebagai lahan pemukiman bagi warga dan menjadikan sungai sebagai area privasi bagi setiap keluarga yang tinggal di pinggiran sungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir


(45)

(TPA) baik sampah maupun limbah. Di sekitar kawasan Kampung Hamdan ini tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang jelas.

2.6. Jalur Dreinase

Masalah dreinase pada kawasan ini juga merupakan masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Kurangnya kesadaran warga akan pentinganya kesehatan menjadi sorotan utama pada kawasan ini. Dimulai dari kesadaran warga mengenai membuang sampah pada tempatnya. Malah kebanyakan warga meletakkan sampah begitu saja di samping rumah atau di tepi jalan pedestrian, di selokan-selokan yang berada di sekitar rumah warga.

Gambar 2.4 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak

Sumber. Penulis (2014)

Selokan warga baik yang besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah rumah tangga maupun sampah-sampah organik dan non organik. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(46)

Gambar 2.5 Gambar keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sumber. Penulis (2014)

Pinggiran sungai juga dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kondisi ini membuat Sungai Deli di kawasan ini tercemar dan mengurangi kedalaman sungai karena sampah yang masuk ke dalam sungai, yang mengakibatkan sampah mengendap di dasar sungai.

2.7. Struktur Pemukiman Warga

Mengenai masalah struktur bangunan di pemukiman, warga banyak menggunakan material seng, kayu, dan beton. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan dan kesehatan pada warga karena rumah yang menggunakan material seng untuk dinding dan atapnya akan terasa panas di siang hari dan akan terasa sangat dingin pada malam hari, serta akan cepat mengalami pelapukan bagi rumah yang bermaterialkan kayu karena terkena banjir. Seperti yang kita ketahui bahwa area ini adalah area yang cukup bersahabat dengan banjir apabila hujan turun. Ini terjadi karena kebanyakan warga Kampung Hamdan adalah warga yang berpenghasilan menengah dan cenderung rendah.


(47)

Jadi, kebanyakan warga hanya menggunakan material-material yang murah ataupun menggunakan material bekas yang tidak terpakai lagi.

Gambaran kondisi pemukiman warga dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah pemukiman yang terletak di pinggiran jalan dan tengah tapak, serta pemukiman yang berada di pinggiran sungai. Pada pemukiman warga yang berada di daerah pinggiran jalan dan tengah tapak, rata-rata rumah warga sudah menggunakan bata sebagai material bangunannya, atap terbuat dari seng dan genteng, lantai sudah berupa keramik, dan menggunakan pondasi batu kali. Sedangkan rumah yang berada di daerah pinggiran sungai, kebanyakan rumah warga masih menggunakan kayu dan seng sebagai material dindingnya, atap terbuat dari seng, lantai masih berupa perkerasan atau semen, dan menggunakan pondasi batu kali, walaupun terdapat juga rumah dengan konstruksi rumah panggung karena berbatasan langsung dengan Sungai Deli.

Selain itu, kebanyakan jenis rumah yang ada di Kampung Hamdan ini, yaitu tipe rumah deret, rumah couple, dan rumah tunggal. Tipe bangunan yang berada di tapak ini tidak sesuai dengan standart rumah yang baik, karena perbandingan jumlah anggota keluarga dengan luas rumah tidak sesuai dengan ketentuan rumah yang layak huni. Keadaan rumah yang berdempet menyebabkan kurangnya bukaan pada setiap rumah di kawasan ini yang berdampak pada kenyamanan termal/penerang menjadi kurang baik.

Desain rumah susun harus memiliki bukaan yang mencukupi dan peletakan bukaan harus se-efektif mungkin. Bahan material yang digunakan harus bisa meredam kebisingan.

2.8. Aspek Keberlanjutan Bangunan

Terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, dan


(48)

masing-masing aspek tersebut mempunyai persyaratan agar pembangunan suatu wilayah atau suatu sektor dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Antara aspek tersebut sebaiknya terintegrasi sehingga pembangunan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Dari aspek ekologi yaitu mengenai keharmonisan ruang diperlukan dalam kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan, tingkat pemanfaatan sumberdaya dapat pulih tidak boleh melebihi kemampuan pulih dari sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu, eksploitasi sumberdaya tidak pulih harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan kelayakan usaha sektor pembangunan lainnya, pembuangan limbah yang memenuhi kapasitas asimilasi lingkungan, dan pembangunan kawasan harus sesuai dengan kaidah alam yang tidak merusak secara ekologis.

Dari aspek sosial yaitu memandang pentingnya penekanan demokratisasi, pemberdayaan, peran serta, transparansi, dan keutuhan budaya sebagai kunci untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Proses pemberdayaan, peran serta dan transparansi saat ini masih menggunakan pola konvensional yang belum dilaksanakan dengan seutuhnya. Intervensi pemerintah dan keengganan mitra kerja dalam membangun sistem yang proporsional dan sistematis merupakan penghambat dalam pembangunan yang berkelanjutan. Keterbukaan dan memberikan ruang bagi pihak-pihak yang berperan serta sangat diperlukan dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga setiap komponen saling mengenali dan berperan aktif.

Dari aspek ekonomi yaitu perlunya memfokuskan perhatian pada upaya peningkatan kemakmuran semaksimal mungkin dalam batasan ketersediaan modal dan kemampuan teknologi. Sumber daya alam merupakan modal yang akan menjadi langka


(49)

dan menjadi kendala bagi upaya kemakmuran, sedangkan sumber daya manusia dengan kemampuan teknologinya akan menjadi tumpuan harapan untuk melonggarkan batas dan mengubah kendala yang ada sehingga perkembangan kemakmuran terus berlanjut.

2.9. Pasokan Energi Warga

Susunan tiang listrik dan tiang telefon yang tidak beraturan, banyaknya praktek pencurian listrik, sumber air yang tidak layak digunakan menjadi salah satu pasokan energi yang digunakan warga yang harusnya tidak layak digunakan merupakan masalah-masalah yang terjadi di kawasan Kampung Hamdan mengenai pasokan energi dari bahasan faktor eksternal kawasan.

Jadi diharapkan agar susunan tiang listrik dan telefon yang tidak rapi akan diberikan jarak yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah sehingga tidak terjadi pencurian listrik oleh warga. Selain itu akan dibangun sistem saluran pengolahan air yang baik agar dapat dimanfaatkan oleh warga, dan tidak terjadi pencemaran air yang menimbulkan gangguan kesehatan.

2.10. Kepatuhan Hukum dan Peraturan

Dari data di atas, terlihat bahwa tidak adanya kepatuhan hukum dan peraturan yang ada di sekitar kelurahan Kampung Hamdan seperti ruang sungai yang berupa garis sempadan sungai dan perlindungan pada sungai. Ini terlihat dari keadaan bangunan di tepi sungai dan keadaan sungai yang terdapat banyak tumpukan sampah, menyebabkan air sungai meluap. Untuk perlindungan dasar sungai bisa menggunakan batu-batu lepas. Hal ini dilakukan pada daerah sungai yang tererosi secara intensif. Cara penanganannnya yaitu dengan menyusun batu pada dasar sungai dengan konstruksi menyerupai ripple dan pool.


(50)

2.11. Analisis Investasi

Sebagian besar warga kampung Hamdan merupakan masyarakat menengah ke bawah dengan pendapatan sekitar 1,2 juta - 1,5 juta rupiah per orang. Harga lahan di kampung Hamdan adalah sekitar 2,5 juta – 13 juta rupiah per m2. Permasalahannya adalah dengan pendapatan tersebut, warga tidak mampu untuk membeli satu unit di rumah susun. Rumah Susun dengan material yang mahal dan berlebihan akan membuat biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan bangunan menjadi tinggi sehingga warga tidak mampu menanganinya. Rumah susun akan didesain semurah mungkin yaitu dengan menggunakan material bangunan yang terjangkau dan ada dijual di sekitar tapak. Serta menggunakan sistem sewa bagi yang tidak mampu membelinya.


(51)

PETERNAKAN IKAN VERTIKAL SEBAGAI POTENSI TAPAK

Menghasilkan tema yang sesuai dengan permasalahan dan potensi yang terdapat pada kawasan Kampung Hamdan ini merupakan masalah penting yang harus diselesaikan oleh perancang yang nantinya akan diaplikasikan pada konsep rancangan kawasan. Dalam proses menentukan tema yang akan diangkat pada kawasan tersebut, penulis melakukan beberapa studi banding melalui berbagai media. Mulai dari jurnal-jurnal arsitektur sampai kepada pencarian di internet.

Dalam rangka proses pencarian sebuah tema suatu rancangan arsitektur ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang perancang atau arsitek. Begitu juga kasus ini, dalam mewujudkan model penataan kawasan permukiman tepi sungai, perancang harus melalui beberapa tahap perancangan dengan pergantian beberapa tema.

Transformative urban space merupakan tema awal yang ingin diangkat oleh penulis. Transformasi ini sendiri berarti perubahan suatu bentuk menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi (The New Grolier Webster International Dictionary of English Language).

Tujuan dipilihnya tema tersebut adalah agar terjadi perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi) ruang yang baik bagi masyarakat terutama pada sistem ekonomi dan sosial di kawasan perkotaan tepi sungai yang berlokasi di Kampung Hamdan ini. Transformasi ini dilakukan dengan menerjemahkan pola dan karakteristik perkampungan yang telah ada sebelumnya ke dalam sebuah pola baru ataupun fungsi baru khususnya dalam bidang


(52)

sosial ekonomi sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Kampung Hamdan yang akan dirancang.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, tema transformative urban space ini dirasa tidak cukup menarik bagi kawasan tersebut. Ini dikarenakan tidak adanya kekhasan yang muncul dari desain yang akan dibangun. Tema ini menekankan kepada perubahan yang terjadi pada bentuk fisik maupun non fisik dari kawasan, sedangkan menurut penulis semua desain dari setiap tema pasti akan berubah karena kawasan pemukiman warga ini memang akan berubah bentuk fisiknya dari pemukiman padat penduduk secara horizontal menjadi pemukiman padat penduduk sevara vertikal atau yang lebih dikenal dengan sebutan rumah susun.

Setelah itu, recycle architecture district menjadi tema selanjutnya yang ingin diangkat oleh penulis, yang berarti kawasan dari artapakktur daur ulang. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Latar belakang dipilihnya tema ini berasal dari kawasan Kampung Hamdan ini yang memiliki banyak sampah yang cukup berserakan di mana-mana di sekitar kawasan dan pinggiran sungai. Sampah ini merupakan masalah pokok di berbagai kota di Indonesia tidak terkecuali di kampung Hamdan. Banyaknya sampah konsumtif, plastik, alam, dll yang dibuang tidak pada tempatnya dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dari limbah dan sampah yang dibuang begitu saja di tepi sungai merupakan salah satu masalah yang menyebabkan pencemaran lingkungan di kawasan ini.


(53)

Konsepnya yaitu kawasan ini diharapkan akan menjadi sebuah kawasan daur ulang, baik dari segi struktur bangunan yang berupa campuran bahan material bangunan rumah susun, hasil kerajinan daur ulang yang dijual di pasar daur ulang sebagai kegiatan sosial ekonomi warga dan dalam lingkup lingkungan binaan, seperti menggunakan sculpture tapak yang berasal dari hasil olahan sampah dan menggunakan konsep biopori yang berasal dari kompos sampah rumah tangga. Agregat kasar dari rumah susun berasal dari bahan daur ulang sampah atau material bangunan yang tidak terpakai di sekitar kawasan, atau berasal dari serpihan rumah penduduk.

Dari segi sosial ekonomi, akan dibuat sebuah pasar daur ulang yang rencananya akan menjadi pusat pasar daur ulang di Kota Medan, di mana pasar ini menjual barang-barang yang berasal dari bahan daur ulang, seperti tas, baju, sepatu, vas bunga, payung, buku, dan lain-lain. Dengan adanya pasar ini, akan menciptakan interaksi sosial warga dan dapat meningkatkan pendapatan penduduk karena ini merupakan usaha warga Kampung Hamdan sendiri. Seperti aspal yang berasal dari campuran plastik dan beton yang berasal dari kertas bekas. Bukan hanya itu, Sampah organik seperti sisa-sisa makanan dan sayuran juga akan diproses untuk dijadikan kompos. Lalu kompos ini akan dijual kembali oleh masyarakat kampung di pasar daur ulang. Selain didaur ulang, kompos juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan biopori.

Namun lagi-lagi tema ini dianggap kurang bisa menyelesaikan masalah dari kawasan tersebut, khususnya masalah sosial ekonomi sebagai tema kelompok penulis. Masalah sampah merupakan masalah yang memang cukup pelik di setiap kawasan di Indonesia. Tapi setiap kawasan yang akan direvitalisasi dengan tema apapun, pasti akan mengorganisir ataupun mendesain masalah sampah ini dengan baik. Mulai dari sampah rumah tangga sampai kepada letak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dari sampah


(54)

tersebut. Jadi, tema kembali tidak akan digunakan oleh penulis dalam mendesain kawasan tersebut karena kurang bisa menyelesaikan masalah dari kawasan Kampung Hamdan ini.

Terakhir yaitu berdasarkan kepada kebiasaan dari sebahagian besar masyarakat Kampung Hamdan yang salah satunya yaitu suka berinteraksi di area pinggiran sungai Deli. Kegiatannya antara lain mandi di sungai, buang air, mencuci, dan juga memancing. Sebahagian besar masyarakat yang memancing di area Kampung Hamdan ini yaitu pria dewasa ataupun remaja lelaki yang melakukan kegiatan ini sebagai hobi ataupun untuk dikonsumsi bersama. Sifat masyarakat yang suka memancing inilah yang akan diangkat menjadi potensi dari kawasan tersebut.

Berangkat dari pembahasan di atas, “Urban fish farming”atau “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan” akan menjadi tema dari perancangan rumah susun ini yang menggunakan konsep dari tema “Urban farming”. Maksud dari “Peternakan ikan di

rumah susun perkotaan” sendiri yaitu rumah susun yang memiliki kolam peternakan ikan

sendiri di setiap huniannya yang berada di kawasan perkotaan dan diharapkankan dapat berfungsi ganda yaitu sebagai rumah susun dan dapat mendukung beberapa kegiatan sosial ekonomi sebagai tema besar kelompok. Kegiatan sosial ekonomi yang akan diangkat seperti pasar. Tapi pasar disini bukan merupakan pasar tradisional seperti biasanya, melainkan pasar ikan yang dilengkapi dengan beberapa toko yang mendukung makanan khas dari ikan tersebut, seperti toko bumbu makanan dan sayuran, sesuai dengan tema yang penulis angkat yaitu “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan”. Konsep ini diharapkan dapat mengubah sebidang tanah di tengah kota menjadi lahan peternakan ikan vertikal yang berkelanjutan. Hal ini juga menjadi solusi bagi permalasahan di kota-kota besar dimana lahannya cenderung lebih sulit untuk dijadikan lahan peternakan. “Peternakan ikan di rumah susun perkotaan” juga adalah suatu rancangan penataan rumah susun perkotaan yang menggunakan budidaya ikan sebagai


(55)

subsektor, sehingga menghasilkan sebuah proyek rumah susun yang memiliki kegiatan sosial ekonomi yang berhubungan langsung dengan ikan.

Urban farming menurut Balkey M (1987) adalah sebuah rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan yang dilakukan menggunakan metoda dan penggunaan kembali sumber daya alam yang ada serta pemanfaatan limbah perkotaan. Selain itu metode ini juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, urban farming menggambarkan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Urban farming biasanya dilakukan untuk meningkatkan aktivitas memproduksi sebuah bahan pangan untuk dikonsumsi oleh keluarga, dan di beberapa tempat juga dilakukan untuk tujuan rekreasi dan relaksasi alam. Kesadaran mengenai pencemaran lingkungan di dalam perkotaan akibat relokasi sumber daya untuk melayani populasi perkotaan telah menjadikan insiprasi untuk berbagai skema pertanian urban di negara maju dan negara berkembang dan mendatangkan berbagai bentuk pertanian perkotaan.

Selain menguntungkan dalam hal ekonomi, kualitas dari proyek ini diharapkan juga bersifat mendidik bagi penghuni rumah susun, dengan adanya peternakan ikan di setiap rumah susun warga. Selain itu, proyek ini juga ramah lingkungan karena limbah dari satu sistem berfungsi sebagai makanan bagi makhluk hidup yang ada pada sistem yang lainnya.

Bangunan ini juga memiliki area pasar yang didominasi oleh penjualan ikan serta dilengkapi dengan penjualan bumbu serta sayuran sebagai pelengkap dari ikan tersebut apabila disantap, serta rumah makan, tempat makan, ataupun kantin yang menjual jajanan khas ikan, misalnya sate belut, ikan gurami, lele penyet, dan lain-lain dimana pengunjung juga dapat memilih sendiri ikan yang ingin disantapnya dan bermain bersama ikan


(56)

tersebut sebelum kemudian menyantapnya. Di sini juga terdapat area memancing yaitu area tepian sungai yang digunakan untuk memancing dan juga area berinteraksi warga dengan aktivitas makan seperti wisata kuliner di tepi sungai, karena disana juga diberikan ruang untuk jajanan kaki lima yang dijajakan menggunakan gerobak dorong. Jadi masyarakat sekitar maupun masyarakat Kota Medan tetap dapat menikmati sungai dengan memancing ataupun menyantap hidangan yang disediakan di area tersebut.


(57)

KOMPLEKSITAS FUNGSI RUANG

Rumah susun pada kawasan Kampung Hamdan dengan tema “urban fish

farming” ini menggunakan pendekatan urban farming. Urban farming sebagai pendekatan tema pada bangunan ini diharapkan dapat menciptakan sebuah rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energi untuk memenuhi kebutuhan konsumen masyarakat sekitar termasuk masyarakat kota. Metode yang digunakan yaitu metode peternakan ikan dalam bangunan. Bangunan ini nantinya diharapkan akan menjadi satu-satunya bangunan yang menggunakan konsep peternakan ikan pada rumah susun yang ada di Medan.

Konsep ini sendiri diangkat dari salah satu kebiasaan masyarakat Kampung Hamdan yang suka memancing di area Sungai Deli.

Seperti yang diketahui bahwa sungai ini terletak di pusat Kota Medan dan merupakan salah satu sungai yang membelah Kota Medan. Dengan kenyataan di atas harusnya pemerintah dapat memanfaatkan potensi tersebut, salah satunya dengan cara membuat area pemancingan di tengah kota. Potensi ini sangat menguntungkan bila dapat dikembangkan lagi. Masyarakat kota yang jenuh akan rutinitas sehari-hari yang membosankan seperti bekerja di kantor, sekolah, dan lain-lain pasti menginginkan suatu pengalaman yang berbeda, khususnya bagi masyarakat yang suka memancing, mereka tidak perlu jauh-jauh ke area kolam pemancingan yang cukup jauh dari kota. Selain itu juga akan disediakan beberapa jenis makanan jajanan yang akan menemani orang yang sedang memancing, agar masyarakat dapat menikmati sungai sebagai area berkumpul walaupun tidak melakukan aktivitas memancing.


(58)

Rumah susun dan peternakan ikan ini akan disatukan walaupun memiliki fungsi yang cukup berbeda. Rumah susun yaitu rumah tinggal yang bersifat vertikal yang hanya dibatasi dinding antar tetangga tapi memiliki fasilitas yang lengkap layaknya kondominium ataupun apartemen tapi untuk kalangan menengah ke bawah.

Rumah masyarakat yang awalnya hanya terdiri dari susunan rumah padat secara horizontal kini diubah bentuk menjadi susunan rumah yang tersusun secara vertikal ke atas.

Proses perubahan gubahan massa dari tema urban fish farming ini juga cukup bertahap namun tetap mengambil konsep terasering atau tangga bertingkat.

Gambar 4.1. Gambar skematik gubahan massa awal Sumber. Penulis (2014)

Gambar 4.1. merupakan gambar ide skematik gubahan massa awal dari bangunan rumah susun Kampung Hamdan. Tangga bertingkat ataupun terasering menjadi konsep dari massa bangunan tersebut yang terdiri dari beberapa massa yang digabung menjadi satu. Namun dengan bentukan massa yang juga diambil dari setengah lingkaran menjadi masalah dalam mendesain bangunan tersebut. Masalah struktur ataupun material bangunan menjadi masalah utama dari bentukan massa tersebut. Bangunan yang memiliki struktur melengkung akan memakan biaya yang cukup mahal. Selain itu, juga akan


(59)

banyak terdapat ruang-ruang negatif yang tidak memiliki fungsi akibat dari sisa-sisa ruang yang berada di sudut bangunan, karena lengkungan sudut yang tercipta dari bangunan massa tersebut.

Gambar 4.2. Gambar skematik gubahan massa kedua

Sumber. Penulis (2014)

Setelah itu, gubahan massa selanjutnya yaitu tetap mengambil dari konsep tangga bertingkat ataupun terasering. Konsep ini dapat dilihat pada Gambar 4.2. Konsep bangunan persegi panjang yang disusun bertingkat ke atas yang bertumpu pada ujung dari setiap persegi. Keuntungan dari massa ini yaitu seluruh bangunan mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang baik karena letaknya yang bertingkat-tingkat. Namun dengan konsep tersebut juga bermasalah dengan struktur bangunan dan juga pandangan warga di sekitar tapak, karena letak massa yang berada di depan tapak yang berbatasan langsung dengan jalan. Dengan massa yang seperti itu, setiap massanya harus bertumpu pada core bangunan, berarti bangunan dengan massa ini memiliki material-material bahan bangunan yang cukup mahal. Jadi konsep massa ini pun tidak digunakan oleh penulis.


(60)

Gambar 4.3. Gambar bentukan massa bangunan akhir dari rumah susun Sumber. Penulis (2014)

Lalu akhirnya terbentuklah massa yang sederhana dengan berdasarkan dari analisa matahari yang terdiri dari dua kotak persegi panjang sebagai hunian yang disatukan dengan jembatan yang memiliki fungsi utama sebagai area kolam peternakan ikan dan area berkumpul warga, dapat kita lihat pada Gambar 4.3. Konsep massa bangunan ini tidak bermasalah dengan struktur yang mahal karena massa bangunan yang cukup sederhana.

Konsep bertingkat ataupun terasering yang digunakan pada massa bangunan awal tetap digunakan, namun terletak pada jembatan bangunan, itu dikarenakan agar cahaya matahari dan udara dapat menembus ke seluruh kolam tersebut. Denah setiap hunian berbentuk kotak agar orientasi bangunan lebih jelas, struktur bangunan juga lebih mudah dan akan lebih menghemat ekonomi bangunan.


(61)

Gambar 4.4. Gambar arah angin dan cahaya pada denah bangunan Sumber. Penulis (2014)

Setiap massa bangunan diharapkan mendapatkan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik, karena memiliki void terbuka sebesar enam meter antar kelompok denah, dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Rumah susun ini memiliki delapan lapisan lantai tower yang berfungsi sebagai hunian dan dua lantai podium yang berfungsi sebagai fasilitas yang mendukung dari tema yang akan diangkat serta fasilitas umum yang mendukung kegiatan bersama bagi

penghuni rumah susun. Karena “urban fish farming” menjadi tema dari rumah susun ini,

podium pada lantai bawah sebagai zona publik akan difungsikan sebagai pasar ikan dan area jajanan khas ikan yang dikelola sendiri oleh penghuni rumah susun tersebut, jadi rumah susun ini dapat menciptakan lapangan kerja untuk penghuninya. Ikan yang dijual pada pasar ikan dan area jajanan ikan ini berasal dari kolam-kolam yang diternak oleh warga yang didistribusikan melalui tangga dan lift yang terletak di area jembatan penyatu bangunan yang difungsikan sebagai kolam. Rumah susun ini ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah, jadi mulai dari material bangunan, fasilitas yang disediakan, serta


(62)

penggunaan lahan harus bisa dinikmati oleh semua kalangan, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Setelah itu, podium pada lantai kedua berfungsi sebagai zona semi publik, karena pada lantai ini, fasilitas-fasilitas yang ada diperuntukkan bagi penghuni rumah susun, seperti ruang bersama, musholla, poliklinik, perpustakaan, ruang seni bagi remaja, dan lain-lain.

Setelah dua lantai podium, terdapat delapan lantai yang berfungsi sebagai hunian rumah susun. Semua unit hunian memiliki area jemur.

Fasade bangunan menggunakan batako sebagai material yang berongga agar bangunan tidak terlalu mengalami pemanasan pada saat matahari terik-teriknya. Pada bagian bangunan yang menghadap sungai dibentuk orientasi yang lebih lebar. Agar posisi bangunan yang menghadap ke sungai tidak sia-sia. Serta berorientasi pada arah matahari terbit dan terbenam, yang difungsikan untuk area kolam ikan terbuka yang terpat di jembatan, agar tidak mengalami pencemaran udara bagi penghuni rumah susun.

Gambar 4.5. Zoning berdasarkan analisa matahari Sumber. Penulis (2014)


(63)

Berdasarkan zonasi dalam kawasan, area terbuka berada mengelilingi bangunan utama dari kawasan tersebut. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.5. Area publik terdapat pada area selatan tapak, yaitu area yang berbatasan langsung dengan jalan utama dan pedestrian. Area tersebut difungsikan sebagai area jajanan yaitu warung nasi ataupun retail-retail, yang merupakan fungsi awal dari kawasan tersebut. Area parkir untuk kendaraan pribadi bagi pengunjung juga telah disediakan di dalam kawasan. Di pinggiran sungai terdapat beberapa fungsi, yaitu area memancing dan jajanan khas kaki lima yang dijajakan dengan menggunakan gerobak, area tempat makan tepi sungai yang berupa area berkumpul masyarakat dengan meja, kursi dan tenda-tenda untuk menikmati tampak Sungai Deli, area olahraga, serta taman bermain anak. Tapi pada tepi sungai terdapat railing pembatas sungai setinggi satu meter agar lebih aman, namun tetap dapat menikmati sungai dari dekat.

Gambar 4.6. Zoning kawasan tapak Sumber. Penulis (2014)

Pada fasilitas area memancing, memiliki konsep tangga tersusun yang digunakan sebagai tempat untuk duduk memancing ataupun menikmati sungai dengan jajanan gerobak kaki lima. Selain itu, di pinggiran sungai terdapat beberapa lubang biopori, karena mengingat area pinggiran Sungai Deli yang identik dengan banjir. Serta terdapat


(64)

area hijau sebagai area resapan air sungai. Terakhir yaitu di area belakang, terdapat area parkir bagi penghuni rumah susun serta pengelola bangunan. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.7. Gambar gapura jalur masuk dan jalur keluar kawasan Sumber. Penulis (2014)

Jalur sirkulasi dari kawasan ini terdapat dua jalur, yaitu jalur masuk kendaraan yang berada di Jalan Samanhudi dan keluar kendaraan yang berada di Jalan Multatuli yang ditandai dengan gapura kawasan, dapat dilihat pada Gambar 4.7. Jalur sirkulasi kendaraan publik dan penghuni tidak dibedakan agar orang tidak mengalami kebingungan apabila masuk kawasan ini.

Konsep peternakan ikan pada rumah susun yang menggunakan pendekatan urban farming inilah yang menjadi konsep utama dari bangunan tersebut. Konsep ini juga tidak terlepas dari tema besar mata kuliah ini yaitu “area muka sungai” juga tema kelompok yaitu “sosial ekonomi”.

Rumah susun dengan peternakan ikan ini memiliki konsep penggunaan lahan yang sistematis secara fisik dan fungsional. Bangunan utama diletakkan di tengah tapak, yang berbentuk seperti persegi panjang yang tegak lurus terhadap jalan Juanda, lalu membelok sedikit ke arah barat laut tepatnya 45 derajat.


(1)

97


(2)

98

LAMPIRAN 5


(3)

99


(4)

100

LAMPIRAN 7


(5)

101


(6)

xvi

EPILOG

“A NEVER

-

ENDING STORY”

Pada saat mengakhiri semester XIII khususnya mata kuliah Perancangan Arsitektur VI dan skripsi sarjana ini penulis sangat terbantu dalam hal penulisan bahan skripsi, dengan pencicilan bahan per babnya setiap minggu. Jadwal pengumpulan bahan skripsi per bab setiap minggunya memberikan kemudahan bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah skripsi sarjana. Ini dikarenakan jadwal yang terorganisir dengan baik oleh dosen koordinator mata kuliah skripsi sarjana itu sendiri, walaupun terdapat beberapa penundaan dari pengumpulan mingguan draft skripsi diakibatkan sidang preview mata kuliah Perancangan Arsitektur VI.

Menurut penulis sistem baru yang digunakan oleh para dosen Departemen Arsitektur ini cukup baik apabila dilanjutkan, karena sangat membantu mahasiswa khususnya mahasiswa yang mengambil mata kuliah skripsi sarjana dengan jadwal yang telah terstruktur dengan baik, walaupun memiliki beberapa kekurangan. Misalnya kasus dari setiap kelompok perancangan yang sama. Mungkin saja salah satu atau beberapa mahasiswa dari kelompok tersebut tidak menyukai kasus yang diberikan oleh dosen koordinator, jadi desainnya kurang memuaskan.

Apabila kita melihat dari contoh tugas akhir sebelum adanya sistem profesi ini, mahasiswa yang mengambil mata kuliah tugas akhir atau skripsi sarjana ini dapat memilih sendiri proyek perancangan yang mereka sukai. Jadi apabila mahasiswa tersebut menyukai kasus perancangannya, pasti mereka akan mendesain proyeknya dengan senang hati tanpa adanya paksaan karena merupakan kasus pilihan mereka sendiri.