Penerapan Kebun Vertikal Pada Rumah Susun Kampung Hamdan

(1)

PENERAPAN KEBUN VERTIKAL

PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN

SKRIPSI

OLEH

NOVI ISTIGFARINI 100406016

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015


(2)

PENERAPAN KEBUN VERTIKAL

PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVI ISTIGFARINI 100406016

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015


(3)

PERNYATAAN

PENERAPAN KEBUN VERTIKAL PADA RUMAH SUSUN KAMPUNG HAMDAN

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2015 Penulis,


(4)

Judul Skripsi : Penerapan Kebun Vertikal Pada Rumah Susun Kampung Hamdan

Nama Mahasiswa : Novi Istigfarini

Nomor Pokok : 100406016

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc)

Koordinator Skripsi,

Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, MT


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Januari 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Dwira N. Aulia M.Sc Anggota Komisi Penguji : 1. Boy Brahmawanta, ST, MT, IAI


(6)

i ABSTRAK

Di Indonesia, masalah mengenai pemukiman kumuh sudah bukan hal yang biasa. Termasuk pula kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki permasalahan seperti banyaknya dijumpai permukiman kumuh padat penduduk. Salah satunya yaitu permukiman yang berada di bataran sungai Deli, permukiman kampung Hamdan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi banyaknya daerah kumuh padat penduduk yaitu dengan revitalisasi atau penataan kembali permukiman dengan cara membangun permukiman vertikal seperti rumah susun yang didesain untuk warga dengan ekonomi menengah ke bawah. Rumah susun ini diharapkan akan tetap membuat interaksi antar warga tetap berjalan seperti biasa begitu pula dengan kegiatan sehari – harinya termasuk kegiatan ekonomi atau usaha warga. Namun, masalah lain seperti kurangnya penghijauan khususnya pada bagian pinggir sungai yang sangat minim juga menarik perhatian perancang sehingga dengan konsep “Urban farming” dapat memperbaiki lingkungan pada kawasan Kampung Hamdan, memberikan udara atau oksigen yang baik dan meningkatkan pendapatan warga dengan menjual hasil kebun.

Kata kunci: Permukiman Kumuh, Sungai Deli, Revitalisasi, Rumah Susun, Urban Farming, Kampung Hamdan.

ABSTRACT

In Indonesia, the problem of slums is not something usual. Including Medan city which is one of the major cities in Indonesia, which has encountered many problems such as densely populated slums. One such settlement on the edge of the river Deli, kampong Hamdan. One of the things that can be done to help reduce the number of densely populated slum is the revitalization or realignment of settlement by building a vertical settlements as flats that are designed for people with lower economic. Flats is expected to keep the interaction between people continue as usual as well as daily activities - including the next economic activity or business people. However, other problems such as lack of reforestation, especially at the edges of the river were very minimal also draws attention to the designer so that the concept of "Urban farming" can improve the environment in the area of Kampong Hamdan, provide good air or oxygen and increase incomes by selling garden produce.

Keywords: Slum, River Deli, Revitalization, Housing, Urban Farming, Kampung Hamdan.


(7)

ii KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak henti –hentinya penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah kesehatan, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul “Penerapan Kebun Vertikal pada Rumah Susun Kampung Hamdan” dengan lancar dan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang setrata satu (S1).

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah dan selalu memberikan rezekiNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ayah saya Ir. H. Iman Suadinoto dan mama saya Dahlia Sianipar yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, dan bantuannya baik itu materi serta doanya.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. Selaku Ketua Jurusan Arsitektu USU. 4. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia M. Sc. Selaku dosen pembimbing penulis yang

telah banyak meluangkan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ir. Bauni Hamid, M. DesS. Selaku dosen koordinator skripsi dan Perancangan Arsitektur 6, yang selalu memberikan arahan, informasi, dan bimbingan kepada penulis.

6. Kakak pertama saya Imalia Hutami, kakak kedua saya Ayu Chairunisa, dan adik saya Elicia Maulidina serta seluruh keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan doa.


(8)

iii 7. Ketiga sahabat saya yaitu Adinda Dara Azzahra Lbs, Fanny Dyah Ningrum, dan Dwi Octavianty yang selalu ada kapanpun dan dimanapun untuk selalu mendukung dan mendoakan penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman kelompok E Perancangan Arsitektur 6, Anggia Murni, Silvira

Meta Handari, Putri Hasrida, Zahrina Dalimuthe, Radita Ayu Utami, serta semua teman dari stambuk 2010 yang diketuai oleh Ahmad Zulfikar dengan banyak anggotanya yang telah bersama – sama dengan penulis menempuh pendidikan di Arsitektur USU.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu pada kesempatan ini karena keterbatasan penulis. Tanpa mengurang rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Seluruh skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penulisan ini agar menjadi lebih baik. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis menyerahkan diri. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Medan, Maret 2015


(9)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

PROLOGUE ... 1

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler ... 8

1.1 Kondisi Eksisting Kawasan ... 10

1.2 Aspek Fisik dan Teknis ... 12

1.3 Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi... 13

1.4 Faktor Manusia... 15

1.5 Fungsi dan Pengolahan Lahan... 16

1.6 Fungsi dan Pengolahan Bangunan... 20

BAB II. Pemrograman Rencana desain ... 22

BAB III. Rumah Susun dengan Konsep Urban farming ... 27

3.1 Konsep Urban Farming ... 27

3.2 Konsep Kebun Vertikal ... 28


(10)

v

BAB IV. Rancangan Konseptual ... 33

4.1 Konsep Kawasan ... 34

4.1.1 Konsep Area Publik ... 36

4.2 Konsep Bangunan Rumah Susun ... 37

4.2.1 Konsep Unit Hunian ... 38

4.2.2 Konsep Tanaman pada Kebun ... 39

BAB V. Efisiensi Desain Struktur ... 44

5.1 Konsep Struktur Bangunan Rumah Susun ... 46

5.1.1 Konsep Shaft Bangunan ... 47

5.1.2 Konsep Kolom dan Plafond ... 48

5.2 Konsep Sistem Penyiraman Kebun Vertikal ... 50

BAB VI. Sistem Mekanikal Elektrikal Rusun Kampung Hamdan... 53

6.1 Sistem Mekanikal Bangunan ... 54

6.2 Sistem Elektrikal Bangunan... 57

BAB VII. Rusun dengan Konsep Urban Farming Pertama di Kota Medan 60 7.1 Skenario Ganti Untung ... 64

EPILOGUE... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi Kampung Hamdan ... 3

Gambar 1.1 Garis Kontur Kawasan ... 10

Gambar 1.2 Kondisi kawasan ketika curah hujan tinggi ... 11

Gambar 1.3Kondisi fisik perumahan warga... 12

Gambar 1.4Suasana perumahan di bantaran sungai... 13

Gambar 1.5Contoh usaha yang dimiliki warga... 14

Gambar 1.6Kegiatan ekonomi kampung Hamdan... 15

Gambar 1.7Suasana interaksi sosial warga... 16

Gambar 1.8kondisi rumah warga yang bersebelahan dengan sungai... 17

Gambar 1.9 Peta Sirkulasi Kampung Hamdan ... 18

Gambar 1.10 Akses Sirkulasi warga Kampung Hamdan... 18

Gambar 1.11Kondisi selokan di kampung Hamdan... 19

Gambar 1.12Kondisi bantaran sungai Deli... 20

Gambar 1.13Kondisi permukiman warga kampung Hamdan... 21

Gambar 3.1Konsep kebun vertikal di rooftop dan kawasan rumah susun... 29

Gambar 3.2Letak kebun vertikal pada rumah susun... 31

Gambar 4.1Bentukan massa bangunan rumah susun kampung Hamdan... 33

Gambar 4.2Groundplan kawasan rumah susun Kampung Hamdan... 34

Gambar 4.3Suasana parkir pengunjung... 36

Gambar 4.4Desain sirkulasi pasar / pertokoan... 36

Gambar 4.5Tipe hunian rumah susun kampung Hamdan... 38


(12)

vii

Gambar 4.7 Jahe merah siap panen ... 41

Gambar 4.8 Jenis sayuran pada kebun vertikal warga... 41

Gambar 4.9Denah rooftop rumah susun... 42

Gambar 4.10Desain kebun vertikal di rooftop bangunan... 42

Gambar 4.11Denah lantai dasar rumah susun... 43

Gambar 4.12Desain kebun vertikal di kawasan kampung Hamdan... 43

Gambar 5.1Material bangunan yang ada di permukiman kampung Hamdan.... 46

Gambar 5.2Sirkulasi udara di dalam bangunan rumah susun... 47

Gambar 5.3sistem dilatasi dengan 2 kolom... 49

Gambar 5.43D struktur bangunan rumah susun... 49

Gambar 5.53D detail struktur bangunan rumah susun... 50

Gambar 6.1 Unit hunian rumah susun Kampung Hamdan ... 55

Gambar 6.2 Gambar skematik plumbing rumah susun Kampung Hamdan ... 57

Gambar 6.3 Gambar skematik elektrikal rumah susun Kampung Hamdan ... 59

Gambar 7.1 Rumah susun dengan konsep urban farming ... 62


(13)

viii DAFTAR TABEL


(14)

1

PROLOGUE

A River Runs Through It

Kota Medan sebagai ibu kota dari provinsi Sumatera Utara ialah salah satu kota metropolitan yang mempunyai permasalahan permukiman dan perumahan seperti yang terjadi pada kota-kota besar lainnya. Kawasan permukiman kumuh di Kota Medan saat ini diperkirakan mencapai 22,5% dari luas Kota Medan yang terdiri dari 88.166 unit rumah atau sekitar 13,62% dari jumlah rumah yang ada di Kota Medan yang tersebar di 145 titik lokasi dimana pada umumnya berada di bantaran sungai dan pinggir rel keretaa api terutama di pusat kota (sumber: PEMKO Medan).

Hingga tahun 2008, kota Medan memiliki luas permukiman kumuh mencapai 403 hektar di 7 kecamatan yang terdiri dari 18 kelurahan yang mencapai 15-20% dengan tingkat pertumbuhannya yaitu 1,5 % pertahun. Daerah ini mencakup 7 kecamatan yaknin Medan Area dengan luas daerah kumuh 24,55 Ha dengan 1.625 penduduk miskin, Medan Denai 207,4 Ha dengan 6.849 penduduk miskin, Medan Perjuangan 14,30 Ha dengan 1.067 penduduk miskin, Medan Belawan 61,35 Ha dengan 17.716 penduduk miskin, Medan Deli 112,2 Ha dengan 25.280 penduduk miskin, Medan Labuhan 56,5 Ha dengan 20.599 penduduk miskin dan Medan Marelan 27 Ha dengan 11.931 penduduk miskin (sumber: Badan Pusat Statistik Medan,2008).

Berangkat dari data dan permasalahan yang ada, untuk mengatasi perumahan dan permukiman kumuh di Kota Medan yang lebih di fokuskan pada bantaran sungai, maka perlu membuat suatu konsep penataan dan revitalisasi yang baik sehingga terjadi peningkatan mutu lingkungan tata ruang dan memberikan


(15)

2

pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan permukiman di Kota Medan. Penataan dan revitalisasi kawasan merupakan rangkaian upaya yang dilakukan untuk menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati dengan meningkatkan vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih memiliki potensi serta pengendalian lingkungan kawasan. Upaya ini dilakukan melalui pengembangan kawasan tertentu yang layak untuk direvitalisasi bangunan dan kawasan, kualitas lingkungan, sarana dan prasarana, kultural, sosial-ekonomi, dan sosial-politik.

Permasalahan revitalisasi di Kota Medan sampai saat ini belum menemukan penerapan ideal yang dianggap berhasil mengakomodasi kepentingan pihak-pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat, dan pengembang. Di Kota medan, kawasan muka sungai sangat identik dengan kesan kumuh, sarang penyakit, dan jauh dari kata bersih. Hal ini semakin buruk dengan adanya pemikiran yang tercantum pada masyarakat bahwa daerah pinggir sungai merupakan daerah belakang yang berfungsi sebagai pembuangan akhir dari limbah maupun sampah. Kondisi ini jelas memberikan tekanan terhadap kualitas lingkungan pada derah pinggir sungai, ditambah lagi dengan perubahan lahan produktif menjadi permukiman, prasarana umu, serta area komersial yang menciptakan jalinan suasana sosial dan ekonomi antar manusia.

Sungai Deli merupakan salah satu dari beberapa sungai di Kota Medan yang menjadi kawasan dengan permukiman kumuh dengan menjadikan daerah pinggir sungai menjadi daerah belakang dan sudah sangat tercemar airnya. Seharusnya, area pinggir sungai dijadikan kawasan yang dapat dinikmati oleh masyarakat kota bersama-sama dan dijadikan sebagai identitas dari Kota Medan,


(16)

3

namun pada kenyataan kawasan ini dijadikan sebagai area privasi bagi beberapa kampong yang berada di bantaran sungai Deli dengan menggunakannya sebagai tempat melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci, buang air kecil/besar, bahkan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Gambar 1. Lokasi kampung Hamdan Sumber. Google (2014)

Salah satu permukiman yang berada di bantaran Sungai Deli adalah kampung Hamdan yang berada di kelurahan Hamdan, kecamatan Medan Maimun. Pada permukiman padat penduduk ini, hanya sedikit terdapat RTH sebagai area resapan air hujan/banjir dan tidak memiliki tempat pembuangan akhir sehingga hal tersebut menjadi masalah utama untuk direvitalisasinya kawasan ini. Dari permasalahan yang ada diatas, maka tugas kali ini mengangkat sebuah perancangan “Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana dan Area Komersil”. Desain yang dibuat nantinya diharapkan dapat menyediakan ruang terbuka hijau sebagai area resapan dengan mengutamakan fungsi hunian bagi warga yaitu mengubah permukiman padat menjadi rumah susun dengan mengedepankan fungsi sosial-ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk setempat.


(17)

4

Alasan Perancang Memilih Tema dan Konsep

Kurangnya area terbuka hijau (RTH) pada kawasan ini yang akan saya jadikan sebagai topik utama dari konsep perancangan yang akan saya kerjakan serta bagaimana memanfaatkan lahan sempit di pusat Kota Medan menjadi lahan bertani bagi warga kampung Hamdan. Dengan kegiatan bertani yang dilakukan warga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan warga.

Mengapa harus dengan konsep berkebun?. Tidak semua permasalahan penghijauan harus diatasi dengan berkebun, bisa saja hanya dengan menyediakan taman atau area terbuka hijau yang berisi pohon – pohon rindang. Namun perancang memikirkan bahwa apabila hanya menyediakan tempat atau area yang ditanami pohon – pohon rindang dan hijau lalu dimana letak aspek sosial yang akan dibangun oleh warga kampung Hamdan?. Dengan cara berkebun lah warga dapat bertemu dan bertatap muka dengan warga lain selagi merawat dan menanam tanaman juga bisa sekalian berinteraksi dan berbincang mengenai apa saja yang ingin dibicarakan apakah itu bergosip atau mengenai permasalahan sehari – hari. Selain itu, beberapa warga kampung Hamdan suka menanam tanaman sehingga apabila konsep urban farming diterapkan pada bangunan rumah susun diharapkan bisa terwujud dengan baik dan didukung oleh warga. Hal ini dilihat dari banyaknya warga yang bagian teras rumahnya dijadikan tempat untuk menanam tanam seperti tanaman bunga.


(18)

5

Terinspirasi dari Sosok Ayah

Selain dari penjelasan di atas, hal utama yang membuat saya sebagai perancang mengambil tema dan konsep tidak jauh dari tanaman dan berkebun yaitu karena terinspirasi oleh ayah saya sendiri. Ayah saya yang bernama Ir. Iman Suadinoto merupakan alumni dari Fakultas Pertanian USU, beliau sangat gemar dan sangat bersemangat dengan semua hal yang bersangkutan dengan bercocok tanam. Beliau bahkan membuat buku mengenai hari pensiunnya yang sebentar lagi akan terjadi yaitu sekitar satu setengah tahun lagi yang berjudul “Pensiun? Mengapa Takut”. Buku ini memang tidak setebal dan tidak secantik buku – buku yang dijual di toko buku, namun isi dari buku ini sangatlah menginspirasi saya. Beliau menceritakan bahwasannya pensiun bukanlah akhir dari perjalanan hidup dan karirnya, bahwa dengan bercocok tanam maka kita dapat membuat lapangan kerja yang baik bagi banyak orang. Beliau juga menceritakan tentang bagaimana cara beliau menanam pohon jambu madu yang dari hanya puluhan pokok sekarang menjadi ribuan pokok yang buah jambunya selalu saya hidangkan di setiap kali sidang untuk para dosen. Saya dapat melihat bahwa beliau sangat bangga dengan semua jerih payahnya dan hasil dari tanamannya dapat dinikmati oleh orang banyak. Memang ini terdengar seperti saya sedang melakukan curhat namun seperti itulah yang saya rasakan. Selain jambu madu, beliau juga sedang merencanakan akan menanam jahe yang katanya sangat menguntungkan. Oleh karena itu, saya pun tidak mau kalah dan membuktikannya dengan merancang bangunan rumah susun dengan konsep berkebun yang dapat menguntungkan dan menaikkan pendapatan warga Kampung Hamdan dengan menanam sayuran dan juga buah – buahan.


(19)

6

Maka “Green Urban Kampong” akan menjadi tema dari perancangan rumah susun ini yang menggunakan konsep “urban farming”. Maksud dari green urban kampong sendiri adalah kawasan rumah susun yang terdapat area untuk bertani dan memiliki penghijauan yang baik dan cukup di tengah perkotaan yang berfungsi selain untuk meningkatkan pendapatan warga kampung Hamdan yaitu dengan adanya pasar pada rumah susun ini sebagai tempat untuk memperjual belikan hasil dari pertanian warga dan sebagai penghijauan secara vertikal di tengah Kota Medan, juga menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di kota-kota besar yang sulit untuk mencari lahan untuk pertanian. Green urban kampong ini juga merupakan suatu rancangan penataan rumah susun di perkotaan yang menggunakan budidaya tumbuhan/tanaman baik itu sayuran ataupun tanaman bunga yang menghasilkan sebuah proyek rumah susun dengan kegiatan sosial-ekonomi yang berhubungan langsung dengan tumbuhan.

Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan keterampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya tumbuhan. Hal utama yang mengakibatkan munculnya kativitas ini yaitu memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah pendapatan warga setempat juga sebagai sarana rekreasi dan hoby. Sedangkan menurut Balkey M,

urban farming adalah rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energy untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan menggunakan metoda using dan re-using sumber daya alam dan limbah perkotaan. Pertanian di dalam kota mempengaruhi beberapa aspek mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, sosial dan lingkungan kota. Dengan adanya urban


(20)

7

farming, maka semakin meningkatnya kesejahteraan, kebersamaan, keadilan, kualitas kehidupan, kenyamanan, dan kelestarian lingkungan hidup.

Proyek perancangan ini bersifat mendidik dengan diberikannya sepetak lahan untuk bercocok tanam untuk setiap warga perhuniannya, serta pada beberapa spot yang dijadikan tempat berkumpul baik di dalam maupun diluar gedung untuk bersama-sama memelihara dan merawat tanaman sehingga membuat warga menjadi semakin rukun dan erat tali persaudaraan warga. Selain itu juga kawasan rumah susun ini memiliki pasar yang didominasi oleh penjualan dari hasil panen warga berupa sayuran, tanaman bunga dan buah-buahan, beberapa kios di pinggir jalan Samanhudi dan jalan Juanda, serta terdapat area kuliner yang berada di pinggir sungai Deli berupa foodcourt terbuka untuk publik dan beberapa lapangan olahraga bagi warga mengingat bahwa warga kampung Hamdan mempunyai hoby berolahraga. beberapa area sengaja diletakkan berorientasi ke sungai supaya menjadikan sungai sebagai area depan yang dapat dinikmati oleh masyarakat kota Medan.


(21)

i ABSTRAK

Di Indonesia, masalah mengenai pemukiman kumuh sudah bukan hal yang biasa. Termasuk pula kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki permasalahan seperti banyaknya dijumpai permukiman kumuh padat penduduk. Salah satunya yaitu permukiman yang berada di bataran sungai Deli, permukiman kampung Hamdan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi banyaknya daerah kumuh padat penduduk yaitu dengan revitalisasi atau penataan kembali permukiman dengan cara membangun permukiman vertikal seperti rumah susun yang didesain untuk warga dengan ekonomi menengah ke bawah. Rumah susun ini diharapkan akan tetap membuat interaksi antar warga tetap berjalan seperti biasa begitu pula dengan kegiatan sehari – harinya termasuk kegiatan ekonomi atau usaha warga. Namun, masalah lain seperti kurangnya penghijauan khususnya pada bagian pinggir sungai yang sangat minim juga menarik perhatian perancang sehingga dengan konsep “Urban farming” dapat memperbaiki lingkungan pada kawasan Kampung Hamdan, memberikan udara atau oksigen yang baik dan meningkatkan pendapatan warga dengan menjual hasil kebun.

Kata kunci: Permukiman Kumuh, Sungai Deli, Revitalisasi, Rumah Susun, Urban Farming, Kampung Hamdan.

ABSTRACT

In Indonesia, the problem of slums is not something usual. Including Medan city which is one of the major cities in Indonesia, which has encountered many problems such as densely populated slums. One such settlement on the edge of the river Deli, kampong Hamdan. One of the things that can be done to help reduce the number of densely populated slum is the revitalization or realignment of settlement by building a vertical settlements as flats that are designed for people with lower economic. Flats is expected to keep the interaction between people continue as usual as well as daily activities - including the next economic activity or business people. However, other problems such as lack of reforestation, especially at the edges of the river were very minimal also draws attention to the designer so that the concept of "Urban farming" can improve the environment in the area of Kampong Hamdan, provide good air or oxygen and increase incomes by selling garden produce.

Keywords: Slum, River Deli, Revitalization, Housing, Urban Farming, Kampung Hamdan.


(22)

8

BAB I

Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga dan banyaknya permukiman yang menggunakan bahan bangunan bekas sehingga kesan kumuh semakin terlihat jelas. Kumuh merupakan kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan perilaku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan (Kurniasih,2007). Beberapa ciri-ciri daerah kumuh antara lain:

1. Dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan penduduk akibat kelahiran mapun karena adanya urbanisasi.

2. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap, atau berproduksi subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan.

3. Rumah-rumah yang ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak.

4. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh lingkungan fisik yang jorok dan mudahnya tersebar penyakit menular. 5. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas MCK, listrik, dsb. 6. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun


(23)

9

Kampung Hamdan memiliki semua ciri di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa kampung Hamdan merupakan kawasan kumuh di kota Medan yang bersebelahan dengan sungai Deli. Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, dimana permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Dengan melakukan revitalisasi kawasan pada kampung Hamdan yaitu dengan menerapkan konsep penataan kembali permukiman kumuh yang ada di kawasan kampung Hamdan maupun permukiman di sekitar bantaran sungai Deli diharapkan dapat menyelesaikan masalah permukiman kumuh tersebut.

Dengan banyaknya penduduk di kampung Hamdan yaitu sekitar 200 - 300 jiwa / Ha yang terdiri dari 4 lingkungan, maka salah satu cara untuk mengatasi jumlah penduduk yang cukup besar dengan kawasan yang bisa dikatakan tidak terlalu luas adalah dengan merancang sebuah perumahan vertikal atau rumah susun. Rumah susun pada kawasan ini akan dirancang sesuai dengan pendapatan warga yaitu menengah kebawah sehingga desain akan menggunakan material bangunan yang murah dan tahan lama. Selain itu, untuk menunjang pendapatan warga maka kawasan ini akan diubah menjadi kawasan komersil dengan adanya fasilitas untuk publik seperti pasar, tempat pemancingan, dan foodcourt dengan view sungai Deli. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan sungai Deli sebagai


(24)

10

muka atau wajah dari kota Medan dengan menjadikannya area muka suatu kawasan dan menarik pengunjung yang datang ke kawasan untuk menikmati fasilitas publik yang ada.

Hal pertama yang harus dilakukan untuk memulai proses revitalisasi adalah survey lapangan yang meliputi beberapa aspek, antara lain: aspek fisik, teknis, ekonomi, dan sosial. Selain itu, ketika melakukan analisa kawasan, ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan yaitu faktor manusia, fungsi dan pengolahan lahan, fungsi dan pengolahan bangunan serta faktor eksternal. Dengan persiapan matang seperti melakukan dan memperhatikan hal – hal tersebut, maka desain yang spektakuler dapat diraih oleh perancang.

1.1 Kondisi Eksisting Kawasan

Berdasarkan dari data kondisi tapak, diketahui bahwa kawasan kampung Hamdan merupakan kawasan berkontur yang setiap konturnya memiliki perbedaan sekitar 1 meter. Pada bantaran sungai didapat ketinggiannya sekitar 23 meter dan semakin ke pinggiran kawasan yang bersebelahan dengan jalan tingginya sekitar 26 meter.

Gambar 1.1. Garis kontur kawasan Sumber. Penulis (2014)


(25)

11

Dengan kawasan yang berkontur seperti ini, seharusnya dapat dimanfaatkan dengan mendesain suasana yang asri yaitu dengan memanfaatkan level yang ada seperti pada kontur yang tinggi didesain area pertokoan kemudian level kebawah berikutnya dijadikan area bercocok tanam dan level bawah selanjutnya didesain area kuliner sehingga tercipta suatu suasana yang berkesinambungan dan asri seperti dikampung dikarenakan adanya area bercocok tanam yang ada di tengah kawasan tersebut.

Namun fakta dilapangan berbeda, kawasan yang berkontur tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh warga, hal ini dapat dilihat bahwa hampir tidak adanya terdapat ruang terbuka hijau pada kawasan yang selain dapat dijadikan sebagai area resapan air hujan dan sebagai area bermain anak dengan pohon-pohon yang ditanam di sekitarnya, juga dapat dijadikan sebagai penghijauan kawasan sehingga menjadi lebih sejuk dan asri. Hal ini yang mengakibatkan walaupun kawasan ini memiliki kontur, namun pada kontur yang terendah yaitu pada bantaran sungai sering tergenang oleh banjir dan terasa sangat panas di siang hari.

Gambar 1.2. Kondisi kawasan ketika curah hujan tinggi Sumber. Penulis (2014)


(26)

12

Masalah lain pada kawasan ini adalah sampah, sampah yang ada pada kawasan ini tidak hanya terdapat pada bantaran sungai saja yang mengakibatkan terjadinya banjir apabila hujan lebat, selain itu juga terdapat di beberapa titik kawasan sehingga menghasilkan bau yang kurang sedap dan pemandangan yang tidak indah.

1.2Aspek Fisik dan Teknis

Bantaran sungai pada kawasan ini terlihat sangat kumuh, selain dikarenakan sampah yang menumpuk juga banyaknya terdapat permukiman kumuh yang tidak tertata dengan rapi. Kondisi fisik bangunan di kawasan kampung Hamdan ini kebanyakan menggunakan batu bata, dinding papan, dan menggunakan seng bekas, hal ini didasari oleh penghasilan warga yang menengah kebawah. Pada bagian pinggir kawasan yang bersebelahan dengan jalan, kebanyakan bangunan rumah warga menggunakan material dinding bata dan pondasi batu kali sedangkan pada daerah bantaran sungai kebanyakan rumah menggunakan material bekas seperti papan bekas dan seng bekas dengan desain rumah panggung.

Gambar 1.3. Kondisi fisik perumahan warga Sumber. Penulis (2014)


(27)

13

Kemudian, perancang juga membahas mengenai kegiatan yang dilakukan oleh warga di sekitar sungai. Sungai dijadikan tempat berkumpul warga seperti mencuci, mandi, memancing, buang air dan juga diambil airnya untuk masak. Dengan adanya kegiatan tersebut membuat semakin eratnya terjalin hubungan antar warga, namun kaegiatan tersebut sangat tidak layak dilakukan dikarenakan kondisi air sungai yang sangat kotor yang dapat manimbulkan penyakit bagi warga yang menggunakannya baik itu untuk mandi, mencuci ataupun memasak. Hal ini bisa diakibatkan karena tidak adanya pasokan air yang didapat warga dan juga penghasilan rendah warga yang membuat mereka tidak bisa membeli air bersih untuk konsumsi sehari-hari.

Gambar 1.4. suasana perumahan di bantaran sungai Sumber. Penulis (2014)

1.3Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi

Setelah membahas aspek fisik dan teknis, selanjutnya perancang membahas mengenai aspek sosial yang ada di kawasan kampung Hamdan. Pada saat melakukan studi lapangan, terlihat bahwa walaupun tidak tersedianya area khusus untuk bersosialisasi yang layak pada kawasan namun tetap terjalin hubungan antar warga dengan adanya interaksi di setiap sudut kawasan, baik itu


(28)

14

di sekitar permukiman seperti pada gang permukiman, warung-warung di kawasan, juga terjadi interaksi di bantaran sungai yaitu para pemuda pemudi berkumpul dan mandi di sungai bersama-sama. Warga kawasan kampung Hamdan ini terdiri beberapa suku yaitu, jawa, padang, batak, melayu, india dan Chinese, namun mayoritas sukunya adalah suku jawa dan padang. Kampung Hamdan ini terdiri dari beberapa agama yaitu islam, Kristen, hindu dan konghucu namun mayoritas agamanya adalah agama islam. Walaupun memiliki suku dan agama yang berbeda-beda, warga kampung Hamdan hidup dengan tentram dan saling menghargai.

Aspek perekonomian warga kampung Hamdan yang sebagian besar adalah industri rumah tangga. Industri rumah tangga yang terdapat pada kawasan ini berkaitan dengan kuliner seperti bakso yang sudah terkenal yaitu bakso Amat yang terletak di jalan Juanda. Selain usaha bakso, ada beberapa usaha lain yang dikerjakan warga seperti warung nasi, kedai sembako, bidan, bengkel, salon, warung kopi, pengisian gallon air minum, penjualan air bersih, dan lain-lain.

Gambar 1.5. Contoh usaha yang dimiliki warga Sumber. Penulis (2014)


(29)

15

1.4Faktor Manusia

Pada saat melakukan survey lapangan di kampung Hamdan, interaksi yang muncul dan yang sangat mudah dilihat adalah interaksi dalam kegiatan ekonomi. Banyak sekali kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh warga kampung Hamdan seperti bengkel, depot air, warung nasi, kedai jajanan anak, kedai sembako, salon, bakso, warung internet dan lain-lain. Warga kampung Hamdan ini merupakan masyarakat golongan menengah kebawah yang penghasilannya rata-rata sekitar 1,2 juta – 1,5 juta rupiah perkepala rumah tangga.

Gambar 1.6. Kegiatan ekonomi kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Kawasan kampung Hamdan merupakan kawasan yang cukup aman dikarenakan kawasan ini sangat padat, setiap rumah saling berdempetan dan tidak terdapat pagar yang memisahkan antar rumah membuat warga saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dengan demikian warga kampung ini dapat langsung mengetahui apabila ada orang dari luar yang memasuki kampungnya, seperti ketika penulis melakukan survey ke kawasan ini, warga tahu bahwa kami merupakan orang luar dan mereka bisa menerima kedatangan kami untuk survey. Interaksi sosial yang dilakukan warga adalah berbincang diwarung dan tidak


(30)

16

jarang warga melakukan beberapa aktivitas di sungai seperti memancing, mencuci, dan mandi.

Gambar 1.7. Suasana interaksi sosial warga Sumber. Penulis (2014)

1.5 Fungsi dan Pengolahan Lahan

Pada kawasan kampung Hamdan ini, bangunan perumahan warga tidak beraturan dan tidak mengikuti peraturan undang-undang yang ada seperti berlakunya KDB, KLB, dan GSS. Seharusnya pada bantaran sungai memiliki garis sempadan yaitu 15 meter yang merupakan jarak antara sungai dengan rumah warga. Rumah warga bersebelahan langsung ke sungai sehingga garis sempadan sungai yang harusnya dijadikan area resapan sungai dijadikan perumahan warga sehingga sering terjadi banjir. Selain itu warga yang rumahnya bersebelahan dengan sungai kerap membuang sampah rumah tangga langsung ke sungai yang memperburuk kondisi sungai.


(31)

17

Gambar 1.8. kondisi rumah warga yang bersebelahan dengan sungai Sumber. Penulis (2014)

Sirkulasi pada kawasan kampung Hamdan berupa jalan kecil dengan lebar sekitar 2-3 meter. Jalan yang bisa dikatakan cukup sempit ini dilalui oleh pejalan kaki, motor dan becak secara bersama-sama. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk sehingga tidak tersedianya jalan dengan lebar standar untuk dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan bermotor karena dimakan oleh bangunan perumahan warga. Jalan primer pada kawasan ini terletak di jalan Juanda, jalan Multatuli, dan jalan Samanhudi. Selain jalan yang sempit, permasalahan lain yang terdapat dikawasan ini adalah tidak adanya fasilitas yang tersedia untuk para lansia dan warga dengan kebutuhan khusus. Masalah parkir juga menjadi perhatian pada kawasan ini, dengan tidak tersedianya area parkir membuat timbulnya kemacetan dibeberapa titik seperti pada jalan Samanhudi yang jalannya cukup sempit dengan sisi kanan dan kiri yang merupakan warung dan bengkel.


(32)

18

Gambar 1.9. Peta sirkulasi kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Gambar 1.10. Akses sirkulasi warga kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Selain masalah sirkulasi, juga terdapat masalah ruang terbuka hijau pada kawasan ini. Tidak terdapat ruang terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan warga sebagai tempat bermain anak atau berkumpul warga dan sebagai area yang memang dibuat khusus untuk penghijauan di kawasan ini mengakibatkan kawasan ini terasa panas dan kurang nyaman pada siang hari. Dengan seringnya terjadi banjir dikawasan ini, seharusnya warga sadar bahwa sebenarnya ruang terbuka hijau itu sangat penting untuk mencegah banjir dengan menyediakan area di beberapa titik dengan menanam tumbuhan dan pohon yang rindang untuk meciptakan kawasan yang hijau dan asri. Namun kenyataannya beberapa titik area


(33)

19

dijadikan sebagai tempat menumpuknya barang-barang yang sudak tidak dipakai atau sampah yang menimbulkan bau tidak sedap pada kawasan ini.

Banyaknya terdapat titik-titik area yang dijadikan sebagai tempat menumpuknya barang rongsokan dan sampah dikarenakan tidak tersedianya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) pada kawasan ini. Selain itu, drainase juga menjadi hal yang harus diperhatikan karena setiap saluran yang terdapat pada kawasan ini baik itu yang berukuran besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah warga. Hal ini menunjukkan bahwa sampah merupakan masalah besar dikawasan ini, bahkan pinggiran sungai pun dijadikan sebagai area pembuangan sampah. Warga kurang peduli dengan kebersihan lingkungan dan kesehatan warga, dengan membuang sampah sembarangan di jalan, selokan maupun sungai akan berdampak buruk bagi warga yang sebagian besar bergantung kepada air sungai untuk konsumsi sehari-hari seperti mandi, mencuci, buang air, dan lain-lain.

Gambar 1.11. Kondisi selokan di kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)


(34)

20

Gambar 1.12. Kondisi bantaran sungai Deli Sumber. Penulis (2014)

1.6 Fungsi dan Pengolahan Bangunan

Area permukiman warga pada kawasan ini terbagi menjadi dua yaitu permukiman yang terletak di tengah dan pinggir jalan besar, serta permukiman yang terletak di bantaran sungai. Dua area permukiman ini memiliki struktur bangunan yang berbeda yaitu pada permukiman yang terletak di tengah dan pinggir jalan besar kebanyakan menggunakan bahan bangunan yang cukup baik seperti pondasi batu kali, dinding bata dan atap seng sedangkan pada permukiman di area bantaran sungai menggunakan bahan yang sederhana seperti kayu dan seng dan model permukimannya merupakan rumah panggung dikarenakan seringnya banjir dan warga yang berada di bantaran sungai bisa dikatakan berpenghasilan lebih rendah dibandingkan dengan warga yang permukimannya berada di tengah dan pinggir jalan.

Untuk permukiman warga yang berada di bantaran sungai yang merupakan rumah panggung dengan material papan dan seng akan terasa sangat tidak nyaman di siang hari akan terasa sangat panas dan malam hari akan terasa sangat dingin, serta semakin seringnya banjir terjadi maka kayu akan cepat


(35)

21

mengalami pelapukan dan bukan tidak mungking sewaktu-waktu rumah tersebut bisa rubuh. Selain kondisi rumah yang kurang nyaman, ukuran rumah warga juga tidak sesuai dengan jumlah penghuni didalamnya sehingga untuk kepala keluarga yang memiliki banyak anak dengan rumah yang kecil akan sangat tidak nyaman. Jarak antar rumah di kawasan ini juga kurang diperhatikan, rata-rata jarak antar rumah hanya sekitar 60-90 cm saja dan tidak bisa dijadikan pencahayaan maupun sirkulasi udara yang baik.

Gambar 1.13. Kondisi permukiman warga kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Dari semua data dan penjelasan di atas, menunjukkan bahwa warga di sekitar kelurahan kampung Hamdan tidak mematuhi dan menaati peraturan dan undang – undang yang ada, seperti garis sempadan sungai yang diabaikan sehingga rumah di sekitar bantaran sungai terlihat tidak beraturan dan sering terkena banjir karena perumahan warga melewati batas area yang seharusnya menjadi area hijau sebagai resapan air. Hal ini diperparah dengan kebiasaan warga membuang dan menumpuk sampah di daerah bantaran sungai yang membuat keadaan sungai menjadi sangat kotor dan tidak layak untuk dikonsumsi.


(36)

22

BAB II

Pemrograman Rencana Desain

Definisi program menurut Kamus Webster (1966) yaitu sebagai “perencanaan prosedur”. Pemrograman arsitektur adalah proses dari pengaturan informasi sehingga informasi yang benar dapat secara tepat posisinya dalam proses desain dan keputusan yang tepat juga dapat menghasilkan desain bangunan yang lebih tajam. Pemrograman merupakan proses yang dilakukan secara kreatif dan terstruktur terhadap harapan, keinginan, dan hasrat dari wujud bangunan nantinya. Selain itu, pemrograman juga merupakan perencanaan prosedur dan organisasi dari semua bagian sumber daya yang tentunya untuk membuat desain dalam suatu persyaratan yang spesifik. Pemrograman juga bisa dikatakan sebagai proses yang dilakukan seperti pengumpulan, pengorganisasian, analisa, penginterprestasian, dan pemaparan dari informasi yang relevan untuk proyek yang didesain.

Demi memudahkan pemahaman dari beberapa aktivitas tersebut maka pemrograman dibagi atas 2 bagian, yaitu:

1. Analisis dari kondisi eksisting, yaitu analisa site, profil pengguna, kode, iklim dan batasan.

2. Proyeksi masa depan yang merupakan beberapa kriteria desain yang harus dipertemukan atau diselesaikan agar cocok dan termasuk disini adalah misi, konsep, tujuan, dan persyaratan tampilan.


(37)

23

Pada proyek ini, pemrograman berisi mengenai empat pokok pembahasan yaitu analisa faktor manusia, fungsi dan pengolahan lahan, faktor eksternal, dan fungsi dan pengolahan bangunan.

Dari segi perilaku dan interaksi warga kampung Hamdan, hal yang paling dominan adalah kegiatan ekonomi yang terjadi di kawasan tersebut seperti kedai kelontong, depot air, warung nasi, kedai jajanan, warung kopi, bakso, dan lain-lain. Hal ini menimbulkan potensi yang cukup bagus dan dapat menjadikan kawasan ini menjadi kawasan komersil untuk kawasan sekitarnya. Selain itu, permasalahan mengenai kurangnya penghijaun pada kawasan ini juga diangkat oleh perancang sehingga akan didesain area bagi warga untuk berkebun selain bisa dijadikan sebagai penghasilan warga juga bisa sebagai penghijauan kawasan ini sehingga menjadikan kawasan ini menjadi lebih hijau, asri, dan nyaman. Dengan mengangkat potensi ekonomi, maka perancang akan membuat suatu fungsi hunian bagi warga kampung Hamdan yang menyatu dengan fungsi usaha sehingga tingkat privasi hanya sebatas ruang pada hunian.

Bangunan rumah susun ini akan dirancang terdiri dari 8 lantai dengan

rooftop yang dimanfaatkan sebagai kebun vertikal untuk warga serta dilengkapi oleh fasilitas pendukung lainnya. Terdapat tiga tipe hunian yaitu tipe 36, 45, dan 54 dengan jumlah seluruh unit hunian yaitu 224 unit. Dengan mendesain kawasan hunian komersil maka perancang juga memikirkan bagaimana penyediaan parkir pada kawasan ini sehingga tidak terjadi kemacetan disekitar site baik itu bagi penghuni maupun bagi pengunjung yang datang ke kawasan. Selain itu juga menyediakan sarana-sarana untuk publik beraktivitas, seperti lapangan olahraga,


(38)

24

taman, tempat memancing, dan lain-lain yang merupakan pemecahan dari masalah yang membahas tentang faktor manusia dari pemrogrman ini.

Fungsi dan pengolahan lahan pada kawasan ini yaitu dengan membuat beberapa fasilitas pendukung seperti adanya foodcourt dan pasar. Bangunan yang akan dirancang akan berorientasi ke sungai dan ke jalan, namun perancang diharapkan untuk lebih mengutamakan berorientasi ke sungai dikarenakan pada proyek perancangan ini tema yang diambil adalah waterfont atau muka sungai. Pada bangunan yang dirancang ini, terdapat fasilitas pendukung seperti adanya atrium terbuka untuk warga yang akan melakukan pernikahan, ruang baca dan ruang kreatif untuk mencerdaskan warga, klinik, bakso amat, dan ruang pembelajaran mengenai vertical garden. Kemudian pada kawasannya sendiri seperti pada area bantaran sungai akan dirancang ruang terbuka yang dijadikan sebagai foodcourt dan area memancing untuk publik sehigga pengunjung akan disuguhkan oleh pemandangan sungai. Pada bagian tengah kawasan akan dirancang area khusus bagi warga untuk berkebun, area parkir, taman terbuka hijau, dan beberapa lapangan. Kawasan kampung Hamdan ini merupakan kawasan mahal, jadi perancang harus benar-benar memikirkan pengolahan lahannya sehingga pada bagian pinggir jalan akan dirancang deretan toko untuk warga berjualan hasil dari berkebun dan lainnya.

Perancang juga merancang akses sirkulasi di kampung Hamdan yang sebelumnya kurang tertata dan ukurannya yang sempit menjadi sirkulasi jalan bagi pejalan kaki dan kendaraan bermotor dengan ukuran yang cukup besar. Kemudian perancang juga mentediakan fasilitas bagi yang berkebutuhan khusus


(39)

25

seperti ramp, toilet khusus, rambu-rambu, dan beberapa tempat duduk. Pada bantaran sungai selain dirancang foodcourt dan area memancing, perancang juga menyediakan area terbuka hijau khusus sebagai area resapan banjir dengan menanam banyak pohon yang rindang. Permasalahan yang paling utama pada kampung Hamdan yaitu sampah akan dipecahkan dengan merancang satu area yang dijadikan sebagai lokasi tempat pembuangan sampah warga, selain itu pada bangunan akan disediakan shaft khusus sampah sehingga mempermudah warga untuk membuang sampah.

Untuk huniannya, sesuai dengan topik yang ada yaitu merancang rumah susun bagi warga kampung Hamdan. Jadi, yang sebelumnya permukiman warga yang tidak beraturan dan tidak sesuai dengan jumlah penghuni tiap rumahnya akan diubah dengan menyediakan rumah susun. Rumah susun akan dirancang dengan banyaknya bukaan supaya meminimalisir penggunaan energi listrik yang berlebihan.

Dengan adanya kebun didalam gedung seperti kebun vertikal di beberapadinding bangunan akan menciptakan udara yang lebih segar dan sehat untuk warga. Pada bagian dasar bangunan merupakan area parkir khusu penghuni yang terdiri dari motor, mobil dan becak. Namun area parkir ini nantinya bisa diubah menjadi ruang terbuka untuk mengadakan pesta baik itu pernikahan, pengajian, ataupun acara lainnya yang membutuhkan ruang terbuka yang cukup besar. Pada bagian rooftop bangunan akan dirancang area berkebun warga yang merupakan area terbuka sehingga kebun mendapatkan sinar matahari langsung dan di rooftop terdapat beberapa bak penampung air hujan untuk mengurangi


(40)

26

pemakaian air dari PAM sehingga juga bisa mengurangi pengeluaran warga. Kebun ini nantinya akan dikelola oleh setiap istri yang ada di kampung Hamdan jadi setiap kepala rumah tangga akan tetap menjalankan pekerjaannya seperti biasa yaitu rata-rata merupakan supir becak. Hunian di rumah susun ini merupakan ganti untung dari hunian warga sebelumnya yaitu sesuai dengan luas tanah yang mereka punya sebelumnya dan ditambah dengan sepetak area kebun sehingga warga tidak merasa dirugikan. Pada bagian sungai akan disusun batu pada dasar sungai dan pinggiran sungai dengan konstruksi menyerupai ripple dan


(41)

27

BAB III

Rumah Susun dengan Konsep Urban farming

Kawasan kampung Hamdan memiliki permasalahan yang cukup banyak, diantaranya yaitu masalah sampah dan juga pinggiran sungai yang tidak ditata dan dirawat. Selain permasalahan yang telah disebutkan itu, masalah penghijauan pada kawasan ini juga cukup menarik perhatian. Pada kawasan ini tidak dapat dijumpai ruang terbuka hijau yang memang seharusnya ada pada suatu kawasan, ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai area resapan air yang dapat mencegah terjadinya banjir di kawasan ini namun ada beberapa jalan yang sengaja disemen warga untuk akses jalan, selain itu ruang terbuka hijau juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat warga berkumpul dan berinteraksi juga sebagai tempat bermain anak. Di kota medan sendiri masih jarang ditemukan kawasan/kampung yang memiliki konsep penghijauan baik pada kawasan maupun pada bangunan. oleh karena itu, apabila rumah susun yang berada di kampung Hamdan ini didesain dengan konsep urban farming maka akan menjadikan kampung Hamdan sebagai kampung pertama dengan konsep penghijauan urban farming.

3.1 Konsep Urban Farming

Konsep urban farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka. Dengan lahan kawasan kampung Hamdan yang tidak begitu luas, warga tetap bisa melakukan kegiatan bercocok tanam yaitu dengan sistem kebun vertikal yang sekarang banyak dilakukan oleh masyarakat perkotaan demi mendapatkan


(42)

28

penghijauan yang maksimal. Kita tahu bahwa tumbuhan atau tanaman akan mengeluarkan oksigen (O2) yang baik bagi manusia terutama bagi masyarakat

perkotaan yang sehari-hari terpapar oleh polusi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, selain itu tumbuhan yang akan ditanam pada kawasan ini merupakan sayuran dan buah-buah yang bisa dikonsumsi maupun dijual oleh warga untuk menambah pendapatan warga serta menciptakan kawasan yang asri dan sejuk. Jadi menurut saya dengan menggunakan konsep urban farming, warga kampung Hamdan akan mendapatkan banyak manfaat selain dari penghijauan yang diciptakan.

3.2 Konsep Kebun Vertikal

Kebun vertikal atau sering disebut pula dengan greenwall, dinding hidup, biowalls, atau ecowalls adalah metode bercocok tanam dengan menggunakan lahan yang sempit dan terbatas dengan menggunakan dinding atau ruang secara vertikal dengan menutupinya dengan tumbuhan yang tumbuh di atas media tanam. Media tanam yang digunakan pada proyek rumah susun ini adalah media tanah gembur yang biasanya berbentuk "soil-on-a-shelf" atau " soil-in-a-bag". Pada proyek rumah susun ini, jenis media tanah gembur dikemas dalam susunan rak atau bungkusan, sistem ini membutuhkan medianya diganti setidaknya setahun sekali jika diletakkan di luar ruangan dan kira-kira setiap dua tahun sekali jika diletakkan di dalam ruangan. Sistem ini termasuk sistem yang pemeliharaan dan perawatannya cukup mudah, perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengisi ulang tanah ke rak-rak tanaman. Dengan sistem susunan rak seperti ini juga dapat mengahasilkan banyak tempat untuk menanam sayuran


(43)

29

warga sehingga hasil yang dipanen dan dijual juga lebih banyak walaupun lahan yang digunakan tidak terlalu luas.

Kegiatan berkebun warga berada pada bagian bangunan yaitu berada di rooftop bangunan dan juga pada kawasan rumah susun yang berada di depan bangunan. perancang mendesain kebun berada di rooftop bangunan agar tanaman yang tumbuh nantinya bisa mendapatkan sinar matahari secara maksimal, hal ini juga dibantu dengan bentuk massa bangunan yang mengarah ke timur sehingga pada siang hari yang merupakan waktu bagi tanaman untuk berfotosintesis akan mendapatkan sinar matahari dengan maksimal. Pada kebun bagian rooftop, tanah yang digunakan dicampur dengan sekam bakar, pasir dan pupuk kompos. Tanah dicampur dengan sekam bakar untuk meringankan tanah karena jika tidak maka bobot dari kebun yang hanya menggunakan tanah saja akan sangat berat dan akan melebihi bobot yang bisa ditahan oleh lantai rooftop.

Gambar 3.1. Konsep kebun vertikal di rooftop dan kawasan rumah susun Sumber. Penulis (2014)


(44)

30

Selain di rooftop, kebun vertikal juga terdapat pada beberapa dinding bangunan dan pinggiran void bangunan. tanaman pada bagian void bangunan mendapatkan sinar matahari dari atas void bangunan yang menggunakan atap transparan juga dari sisi-sisi bangunan berupa celah-celah atau ventilasi. Pengairan untuk kebun yang berada di rooftop bangunan yaitu dengan membuat bak-bak yang fungsinya untuk menampung air hujan sehingga dapat menghemat penggunaan air dari PAM. Pada rooftop juga disediakan tempat khusu unutk mencuci sayuran setiap kali warga memanen sayurannya dan langsung dapat dikonsumsi atau dijual di pasar yang telah disediakan. Untuk kebun vertikal yang ada di beberapa dinding bangunan menggunakan air dari tangki yang berada di rooftop dengan menggunakan selang yang diatur berada di atas tanaman menggunakan sprinkler sehingga begitu keran air dibuka, percikan air akan langsung mengarah ke tanaman sehingga lebih memaksimalkan penggunaan air.

Begitu pula dengan kebun yang berada di kawasan rumah susun ini, pengairan akan dilakukan dengan selang yang ditanam didalam tanah dan menggunakan sprinkler pada ujung selang sehingga begitu dibuka airnya dapat mengenai semua tanaman. Air untuk pengairan kebun juga didapat dari bak-bak penampungan air yang sudah disediakan berdekatan dengan kebun.


(45)

31

Gambar 3.2. Letak kebun vertikal pada rumah susun Sumber. Penulis (2014)

Selain dari berkebun, warga juga dapat berjualan makanan di foodcourt terbuka yang berada di bantaran sungai. Beberapa tempat berinteraksi warga seperti lapangan olah raga, tempat pemancingan dan juga foodcourt mengarah ke sungai. Hal ini karena sungai selalu dijadikan area belakang yang jorok dan tidak tertata, namun saya mendesain semua aktivitas yang berorientasi ke sungai supaya suangai menjadi daerah muka dan terbuka sehingga warga akan sadar dan mau merawat sungai sehingga menjadi lebih bersih dan indah dipandang. Dengan mengubah pola pikir warga dengan tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan aktivitas seperti mandi, buang air dan mencuci di sungai dapat membuat sungai menjadi lebih bersih, airnya menjadi lebih bersih dan udaranya tidak lagi bau yang diakibatkan oleh menumpuknya sampah yang sudah lama dan membusuk.

Dengan demikian, kampung Hamdan ini akan semakin bersih, asri, sehat dan nyaman untuk ditinggali dan dapat mendatangkan banyak pengunjung untuk


(46)

32

menikmati kuliner dan pasar yang disediakan di kawasan ini. Dengan banyaknya pengunjung maka semakin bertambah pula pendapatan warga.

3.3 Kriteria Bangunan Hijau atau Green Building

Dengan adanya sistem urban farming dengan menerapkan kebun vertikal pada kawasan rumah susun ini, maka bisa dikatakan bangunan rumah susun termasuk sebagai bangunan hijau atau green building dengan kriterianya, antara lain:

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)

2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER) 3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)

4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)

5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC) 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management)


(47)

33

BAB IV

Rancangan Konseptual

Setelah memikirkan dengan benar bagaimana bentuk rumah susun yang akan di desain dan dengan beberapa kali perubahan bentuk, pada akhirnya bentuk bangunan rumah susun yang didesain oleh perancang sebagai berikut.

Gambar 4.1. Bentukan massa bangunan rumah susun kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Rumah susun ini didesain dengan konsep urban farming dengan sistem kebun vertikal pada bangunan dengan harapan dapat memaksimalkan tanah yang tidak terlalu luas di perkotaan. Warga disediakan lahan untuk berkebun yang nantinya akan dikerjakan oleh para ibu rumah tangga sebagai pekerjaan sampingan karena banyak warga di kampung Hamdan ini sebagian besar berdagang atau berjualan seperti gorengan, bakso keliling atau jajanan. Bangungan rumah susun ini berada di pinggir site yang bersebelahan langsung dengan permukiman warga kampung Hamdan yang berorientasi ke timur-barat dengan tujuan agar kebun warga mendapatkan sinar matahari dengan maksimal. Sedangkan orientasi huniannya ke utara-selatan sehingga matahari tidak masuk langsung ke tiap hunian sehingga ini dapat mengurangi hawa panas di dalam unit hunian. Pada bagian tengah site terdapat kebun vertikal yang sengaja didesain


(48)

34

selain sebagai kebun untuk menambah pendapatan warga juga sebagai media relaksasi warga dan pengunjung yang datang karena kebun atau taman asri dengan penghijauannya dipercaya dapat membuat orang menjadi relaks.

4.1 Konsep Kawasan

Gambar 4.2. Groundplan kawasan rumah susun Kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Bangunan rumah susun ini terdiri dari satu massa bangunan yang keseluruhannya dihubungkan oleh selasar di setiap lantainya dan juga jalur sirkulasi seperti lift, tangga yang dipakai sehari-hari, dan tangga darurat. Pada


(49)

35

bagian tengah massa bangunan terdapat void yang cukup besar dengan fungsi sebagai sirkulasi udara dan cahaya pada bangunan, dan selasar yang ada di setiap lantai berfungsi sebagai jalur sirkulasi manusia untuk ke unit hunian masing-masing dan juga ke kebun yang berada di rooftop bangunan. Pada dinding yang berada ditiap lantai bangunan yang berorientasi kearah timur dan barat merupakan dinding bercelah dengan adanya tanaman di setiap celahnya, hal ini bertujuan untuk menyaring udara yang masuk ke dalam bangunan sehingga udara yang masuk merupakan udara yang bersih dan sehat untuk warga.

Tujuan utama merancang bangunan rusun ini dengan konsep urban farming yaitu selain untuk memanfaatkan lahan, juga untuk menghasilkan udara yang baik dan sehat bagi warga kampung Hamdan. Oleh karena itu, di setiap sudut bangunan yang tidak bisa dimanfaatkan sebagai ruang berkumpul warga dialihkan menjadi kebun vertikal dengan tanaman sayur yang dapat dikonsumsi oleh warga ataupun bunga yang dapat menyejukkan pikiran dari kepenatan setelah beraktivitas.

Pasar dirancang pada tepi site sehingga pada bagian bawah bangunan rumah susun hanya terdapat ruang publik seperti bakso amat, convention hall, ruang kreatif, dan ruangan lainnya. Hal ini dikarenakan apabila pasar berada di bagian bawah bangunan maka dikhawatirkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari warga dengan banyaknya pengunjung, sehingga adanya bakso amat pada bangunan rusun dirasa sudah cukup ramai nantinya.


(50)

36

4.1.1 Konsep Area Publik

Kawasan rumah susun ini terdiri dari beberapa area publik seperti lapangan olah raga, kebun, pasar, taman, foodcourt, dan area memancing. Dengan banyaknya area publik pada kawasan ini, maka diperlukan tempat parkir yang luas dan efisien yaitu dengan menyediakan area parkir dekat dengan area publik. Area parkir yang didesain pada kawasan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu area parkir penghuni dan area parkir pengunjung. Area parkir penghuni terdiri dari dua bagian yaitu parkir motor/becak yang berada di bagian bawah bangunan, dan parkir mobil berada di luar bangunan. Sedangkan area parkir pengunjung berada ditengah kawasan dekat dengan kebun warga, area parkir ini berada dekat dengan pasar dan foodcourt sehingga sangat efisien bagi pengunjung.

Gambar 4.3. Suasana parkir pengunjung Sumber. Penulis (2014)

Gambar 4.4. Desain sirkulasi pasar / pertokoan Sumber. Penulis (2014)


(51)

37

Demi mempermudah akses pengunjung yang datang ke kawasan ini, maka pada pinggir site yang berada di jalan samanhudi dan juanda di desain area perhentian dan area parkir kendaraan umum seperti becak dan angkot. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari kemacetan di jalan juanda yang sering terjadi.

4.2 Konsep Bangunan Rumah Susun

Denah hunian pada rumah susun ini berbentuk kotak dengan ukuran 6x6 meter, 5x9 meter, dan 6x9 meter. Rumah susun ini banyak menggunakan denah tipikal seperti pada lantai 2-5 dan lantai 3-8, karena denah tipikal dapat menghemat biaya konstruksi dengan struktur yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan rumah susun yang tiap lantainya berbeda denah. Tiap hunian terdiri dari kamar tidur, wc, ruang keluarga, dapur dan ruang makan serta balkon. Ukuran ruangan tergantung dengan tipe hunian, seperti pada tipe 36 hanya memiliki satu kamar tidur sedangkan tipe 45 memiliki dua kamar tidur dan tipe 54 memiliki 3 kamar tidur tergantung jumlah anggota keluarga.Jumlah dari setiap hunian pada rumah susun ini yaitu untuk tipe 36 terdapat sebanyak 51 unit hunian, tipe 45 terdapat sebanyak 91 unit hunian, dan tipe 54 terdapat sebanyak 82 unit hunian sehingga total unit hunian yang ada di rumah susun ini adalah sebanyak 224 unit hunian.


(52)

38

4.2.1 Konsep Unit Hunian

Denah unit tipe 36

Denah unit tipe 45 denah unit tipe 54 Gambar 4.5. Tipe hunian rumah susun kampung Hamdan

Sumber. Penulis (2014)

Setiap lantai bangunan terdiri dari hunian dengan sirkulasi manusia atau selasar yang besarnya 3 meter dan terdapat void dengan ukuran 12x40 meter sehingga dapat dipastikan sirkulasi udara dan cahaya di dalam gedung cukup baik.

Denah tipikal lt. 2-5 Denah tipikal lt.6-8 Gambar 4.6. Denah tipikal rumah susun

Sumber. Penulis (2014)


(53)

39

Area berkumpul warga yang didesain bertujuan untuk warga saling berinteraksi berada dari lantai 2 sampai lantai 8 yang berada di void tiap lantainya. Area berkumpul ini sengaja didesain terbuka agar semua warga dapat melihat dan mengawasi setiap warga yang berkumpul sehingga tidak terjadi aktivitas negative di rumah susun ini. Area ini juga terletak di void sehingga tidak memerlukan cahaya tambahan karena area ini mendapatkan cahaya dari segala arah terutama dari atas void yang menggunakan atap transparan dan karena berada di void yang merupakan jalur sirkulasi udara di rusun ini sehingga warga yang berkumpul tidak akan merasa gerah.

4.2.2 Konsep Tanaman Pada Kebun

Pada bagian atas (rooftop) bangunan rumah susun ini, terdapat deretan kebun vertikal yang disediakan untuk warga. Untuk jenis tanaman apa yang akan ditanam oleh warga pada kebun masing – masing itu meerupakan hak mereka, namun saya sudah konsultasi dengan ayah saya dan beliau mengatakan bahwa jika menanam jambu madu dan jahe merah akan sangat menguntungkan. namun karena tanaman jambu madu merupakan tanaman yang cukup besar yang membutuhkan jarak perpohonnya sekitar 2 meter, tanaman jahe merah bisa dijadikan alternatif tanaman yang bisa ditanam oleh warga di kebun vertikalnya. Di bawah ini merupakan analisa usaha dari tanaman jahe merah.

Sarana produksi Per rak tanaman dengan panjang 3 meter Rp 25.000,- tediri dari: 1. Bibit jahe

2. Media tanam dan pupuk untuk panen 10 bulan • Harga pasaran Rp 10.000,- per Kg.


(54)

40

• Asumsi panen selama 10 bulan

• Asumsi hasil panen minimal 50 kilo gram/rak 1 petakan kebun terdiri dari 8 rak tanaman

Pengeluaran Biaya Sarana Produksi: @Rp 25.000 x 8 =Rp.200.000,- Pendapatan Harga jual per KG Rp 10.000,-

Hasil Panen per petakan kebun 400kg x Rp 10.000 =Rp.4.000.000,-

Laba Bersih: =Rp 4.000.000,

Laba per bulan =Rp. 400.000,-

Tanaman jahe merah ini bisa dikatakan cukup berat mencapai 400 kg untuk satu petakan kebun karena memang ukurannya sangat besar seperti telapak kaki. Tanaman jahe merah ini tetap bisa ditanam oleh warga namun tidak semua warga bisa menanamnya di kebun rooftop dan akan lebih aman jika ditanam di kebun yang berada di ground. Pendapatan sekitar Rp.400.000,- per bulan ini bisa dihasilkan oleh ibu rumah tangga sedangkan para suami tetap bisa bekerja seperti semua sebagai tukang becak, supir angkot atau yang lainnya. Hal ini sungguh dapat membantu kehidupan mereka sehari. Apalagi berkebun hanya membutuhkan sepertiga waktu dari para ibu rumah tangga sehingga mereka yang memiliki warung tetap bisa mengoperasikan warungnya dan pendapatan perbulannya pun semakin banyak.


(55)

41

Gambar 4.7. Jahe merah siap panen Sumber. Penulis (2014)

Selain jahe merah, kebun vertikal yang ada di rooftop ini juga dapat ditanam dengan sayuran yang mudah dirawat dan juga mudah dalam proses memanennya, seperti tanaman sayur sawi, kangkung, bayam, dan tanaman sayur lainnya yang maksimal tumbuh dengan tinggi kurang dari 50cm.

Gambar 4.8. Jenis sayuran pada kebun vertikal warga Sumber. Penulis (2014)

Selain ada kebun vertikal, juga terdapat bak-bak penampung air hujan untuk menyiram kebun vertikal dengan menggunakan selang yang diteruskan ke setiap rak kebun untuk memudahkan warga selain itu juga dengan menggunakan air hujan dapat menghemat pemakaian air dari PDAM. Tersedia pula tempat khusus untuk warga mencuci sayuran hasil panen dari kebun vertikal dan air kotor dari pencucian sayur akan dibuang melalui saluran air pembuangan menuju ke saluran pembuangan air kota.


(56)

42

Gambar 4.9. Denah rooftop rumah susun Sumber. Penulis (2014)

Gambar 4.10. Desain kebun vertikal di rooftop bangunan Sumber. Penulis (2014)

Pada bagian dasar bangunan terdiri dari 3 zona yaitu zona servis, zona semi publik dan zona publik. Zona servis merupakan area parkir penghuni, gudang, dan dapur umum yang disediakan jika ada warga yang menyelenggarakan pesta, kemudian zona semi publik terdiri dari poliklinik, mushola, ruang pintar, ruang kreatif, ruang pengelola, sedangkan zona public yang terdapat pada bagian bawah bangunan rumah susun ini adalah area serbaguna, wc, dan bakso amat yang memang diperuntukkan baik bagi penghuni juga pengunjung.


(57)

43

Gambar 4.11. Denah lantai dasar rumah susun Sumber. Penulis (2014)

Gambar 4.12. Desain kebun vertikal di kawasan kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)


(58)

44

BAB V

Efisiensi Desain Struktur

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun, pasal 12 yaitu rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini harus diperhitungkan sesuai pada pasal 13 yaitu harus kuat dan tahan terhadap:

1. Beban mati 2. Beban bergerak

3. Gempa, hujan, angin, banjir

4. Kebakaran dan jangka waktu yang diperhitungkan cukup untuk usaha pengamanan dan penyelamatan

5. Daya dukung tanah

6. Kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun horizontal

7. Gangguan / perusak lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan adanya pasal – pasal mengenai rumah susun tersebut, maka diharapkan rancangan rumah susun ini di desain dengan sebaik mungkin dan menaati semua undang – undang dan peraturan yang ada. Bangunan rumah susun ini menggunakan pondasi tiang pancang pada seluruh bangian untuk memperkuat struktur bangunannya baik dari beban mati maupun beban bergerak.

Bangunan rumah susun yang menggunakan konsep urban farming ini memiliki struktur bangunan dengan kriteria bangunan hijau atau green building.


(59)

45

Salah satu dari kriteria green building itu sediri adalah efisiensi desain struktur yang diterapkan di dalam proses desain rumah susun kampung Hamdan ini. Dengan pendapatan warga sekitar Rp. 1.200.000,00 – Rp. 1.500.000,00 per bulan, maka bangunan rumah susun ini harus menggunakan bahan / material bangunan yang murah namun kuat dan tahan lama sehingga pembagian hasil yaitu berupa unit hunian dan sepetak kebun tidak merugikan warga ditambah lagi dengan beberapa unit yang disewakan.

Dengan bahan / material bangunan yang murah bukan berarti nantinya akan menimbulkan ketidak nyamanan terhadap warga. Seperti keadaan rumah warga sebelumnya yang kebanyakan menggunakan bahan / material bangunan murah bahkan banyak pula yang merupakan barang bekas, seperti kayu papan, seng, dan ada beberapa rumah warga yang menggunakan dinding bata. Hal ini menyebabkan ketidak nyamanan warga yaitu ketika siang hari terasa panas dan pada malam hari akan terasa dingin. Pada bagian pinggir sungai, kebanyakan rumah warga merupakan rumah panggung yang menggunakan bahan kayu papan dan seng bekas sebagai dinding dan, sehingga ketika musim hujan dan banjir tiba akan sangat memprihatinkan dengan kayu sebagai tiang pondasi yang sudah mulai melapuk.


(60)

46

Gambar 5.1. Material bangunan yang ada di permukiman kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Berbeda dengan keadaan rumah warga yang berada di dekat jalan Samanhudi dan Juanda, kebanyakan sudah menggunakan dinding bata dikarenakan pendapatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan warga yang berada di pinggir sungai. Walaupun dengan keadaan yang sudah ada menurut mereka sudah cukup nyaman, namun dari kacamata publik masih bisa dikatakan jauh dari rasa nyaman. Dengan adanya permasalahan ini, maka perancang akan mendesain bangunan rumah susun yang lebih baik dan lebih nyaman walau dengan harga yang murah. Kebanyakan jenis rumah di Kampung Hamdan, yaitu tipe rumah deret, rumah couple, dan rumah tunggal. Tipe bangunan yang berada di kawasan ini sudah tidak sesuai dengan standar rumah yang baik, karena banyaknya jumlah perbandingan anggota keluarga dengan luas rumah yang tidak sesuai dengan ketentuan rumah yang layak huni. Pembangunan rumah susun dan area komersial dimulai dengan penggusuran para penghuni liar di area tepi sungai. 5.1 Konsep Struktur Bangunan Rumah Susun

Keadaan kampung Hamdan yang sebelumnya merupakan kawasan dengan perumahan warga yang padat dan susunan yang kurang teratur akan diubah


(61)

47

menjadi perumahan vertikal / rumah susun dengan berbagai macam fasilitas dan ruang yang memadai sehingga membuat penghuni yang tinggal di dalamnya merasa nyaman.

Dengan mengaplikasikan kebun vertikal pada bagian dalam bangunan seperti pada beberapa dinding yang bercelah, akan membuat suasana didalam rumah susun menjadi lebih asri dan nyaman. Dengan banyaknya bukaan pada bangunan akan membuat sirkulasi udara di dalam gedung menjadi lancar sehingga udara yang masuk akan menggantikan udara panas yang ada melalui bagian atas bangunan.

Gambar 5.2. Sirkulasi udara di dalam bangunan rumah susun Sumber. Penulis (2014)

5.1.1 Konsep Shaft Bangunan

Bangunan rumah susun ini setiap tingkatnya memiliki tinggi 3 meter dengan jumlah lantai yaitu 8 lantai sehingga tinggi bangunan rumah susun ini adalah 240 meter. Bangunan ini bisa dikatakan tidak terlalu tinggi sehingga perancang tidak menggunakan core, karena core juga akan memakan biaya yang cukup tinggi. Bahan / material yang digunakan pada bangunan ini yaitu batu bata, beton, dan besi dengan kolom bangunan 30 cm x 70 cm yang menggunakan pembalokan 20 cm x 40 cm. Shaft plumbing pada bangunan ini berada di koridor setiap unit hunian sehingga apabila terjadi kerusakan akan dengan mudah untuk


(62)

48

diperbaiki oleh petugas. Kemudian untuk masalah sampah warga, disediakan shaft

khusus sampah sehingga warga tidak perlu susah membuang sampah karena sampah yang mereka buang dari shaft akan terkumpul dibagian bawah shaft yang akan diangkat oleh petugas sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

5.1.2 Konsep Kolom dan Plafond

Struktur yang digunakan yaitu struktur bangunan tinggi karena rumah susun ini terdapat 8 lantai dengan akses vertikal dengan grid 6 m – 6 m – 6 m sebagai penopang dinding bangunan. Kolom bangunan menggunakan struktur baja komposit dengan menggunakan baja I yang dilapis dengan beton. Bangunan rumah susun ini menggunakan pondasi tiang pancang untuk memperkuat dalam menahan beban bangun dan tidak menggunakan core sehingga akan lebih menghemat biaya pembangunan. Plat lantai yang menggunakan sistem two way

yaitu sistem dua arah sehingga plat lantai dapat di ekspos sebagai plafond.

Kemudian bangunan ini juga menggunakan sistem dilatasi yang bertujuan menghindari kerusakan atau retak – retak pada bangunan yang ditimbulkan oleh gaya vertikal dan horizontal, seperti pergeseran tanah, gempa bumi, dan lain - lain. Dilatasi yang digunakan adalah dilatasi dengan 2 kolom yang biasanya digunakan untuk bangunan yang bentuknya memanjang ( linier ).


(63)

49

Gambar 5.3. sistem dilatasi dengan 2 kolom Sumber. Google (2014)

Dari segi keamanan yaitu dari bahaya kebakaran, pada bangunan ini akan di desain tangga darurat khusus kebakaran yang berbeda dengan tangga yang digunakan sehari-hari. Bangunan rumah susun ini setiap tingkatnya memiliki tinggi 3 meter dengan jumlah lantai yaitu 8 lantai sehingga tinggi bangunan rumah susun ini adalah 240 meter. Bahan / material yang digunakan pada bangunan ini yaitu batu bata, beton, dan besi dengan kolom bangunan 30 cm x 70 cm yang menggunakan pembalokan 20 cm x 40 cm.

Gambar 5.4. 3D struktur bangunan rumah susun Sumber. Penulis (2014)


(64)

50

Gambar 5.5. 3D detail struktur bangunan rumah susun Sumber. Penulis (2014)

Plat lantai yang menggunakan sistem two way yaitu sistem dua arah sehingga plat lantai dapat di ekspos sebagai plafond. Sistem lantai grid dua arah memiliki balok – balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relative rapat yang menumpu pelat atas yang tipis. Ini dimakudkan untuk mengurangi berat sendiri pelat dan dapat didesain sebagai Flat Slab atau pelat dua arah, tergantung konfigurasinya. Pada kawasan rumah susun ini, ruang pusat kontrol mekanikal elektrikal terpisah dari bangunan utama rumah susun. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya getaran ataupun suara yang dapat mengganggu warga seperti suara yang ditimbulkan oleh mesin genset. Selain itu, apabila terjadi kerusakan atau hal lainnya maka petugas mekanikal elektrikal akan lebih mudah mengatasinya dan tidak perlu masuk ke bangunan utama.

5.2 Konsep Sistem Penyiraman Kebun Vertikal

Sistem penyiraman pada kebun vertikal yang berada di rooftop bangunan adalah dengan dua cara, yaitu yang pertama mengandalkan air hujan yang ditampung pada bak-bak penampungan yang sudah disediakan untuk mengurangi pemakaian air dari PDAM, kemudian yang kedua dari tangki air yang sudah


(65)

51

disediakan di rooftop jika terjadi musim kemarau dengan curah hujan yang rendah. Air akan dialirkan melalui pipa yang berada disetiap rak tanaman sehingga ketika keran dibuka maka air akan langsung membasahi tanaman secara menyeluruh. Begitu pula dengan kebun vertikal yang berada di dalam gedung maupun yang berada di site semua berasal dari tangki air yang berada di rooftop. Dengan perbedaan ketinggian maka tidak akan memerlukan pompa air untuk menyiram dan hanya menggunakan keran sebagai pengontrol banyaknya air yang keluar. Atap atau rooftop bangunan yang dijadikan sebagai wadah untuk kebun vertikal akan terbuat dari material beton, kemudian atap void merupakan atap

polycarbonate transparan. Void tetap menggunakan atap untuk menghindari dari curah hujan yang tinggi namun tetap dibuat celah dan transparan untuk sirkulasi udara dan pencahayan di dalam rumah susun. Plafond yang digunakan adalah plafond gypsum pada semua bagian rumah susun.

Dari penjelasan mengenai keadaan bagian dalam bangunan seperti pada bab sebelumnya, hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun, Bab III mengenai Persyaratan Teknis dan Administratif Pembangunan Rumah Susun, Bagian Kedua Persyaratan Teknis, paragraf 1 tentang ruang, pada Pasal 11 bahwa : “Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari di rumah susun harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku”. Hal ini dilihat dari adanya void


(66)

52

susun dapat berlangsung dengan baik. Dengan adanya pertukaran udara dan pencahayaan yang baik di rumah susun ini, maka akan semakin terasa nyaman ditambah dengan semakin baiknya kualitas udara akibat adanya filterisasi udara oleh tanaman yang ada di dalam bangunan rumah susun ini.


(67)

53

BAB VI

Sistem Mekanikal Elektrikal Rusun Kampung Hamdan

ME atau Mekanikal Elektrikal memiliki arti yaitu mekanikal merupakan sebuah prinsip ilmu mengenai hal-hal yang bersifat mekanis, sedangkan elektrikal merupakan sebuah prinsip ilmu mengenai segala hal yang memerlukan tenaga listrik dalam penerapannya. Maka mekanikal elektrikal pada bangunan dapat diartikan sebagai sistem pendukung bangunan yang membutuhkan sebuah sistem mekanis dan sistem yang membutuhkan tenaga listrik. Semua sistem pendukung ini diaplikasikan pada bangunan sehingga dapat menunjang kegiatan yang ada di dalam bangunan demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan penghuni gedung.

Sistem ME yang biasa digunakan dalam suatu gedung bangunan bertingkat tinggi, diantaranya seperti:

 Sistem Plumbing

 Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting)

 Sistem Transfortasi Vertikal (lift)

 Sistem Elektrikal

 Sistem Penangkal Petir

 Sistem Fire Alarm (Fire Protection)

 Sistem Telepon

 Sistem Tata Suara (sound system)


(68)

54

Tidak semua sistem di atas diaplikasikan pada rumah susun Kampung Hamdan, hal ini dikarenakan rumah susun yang dirancang diperuntukkan bagi warga dengan pendapatan menengah kebawah sehingga budget atau dana yang disediakan untuk membangun rumah susun ini juga terbatas. Selain itu beberapa sistem seperti sistem CCTV, telepon, dan tata suara dirasa kurang diperlukan pada bangunan rumah susun Kampung Hamdan dan hanya akan menelan banyak biaya. Dengan demikian, perancang hanya mengaplikasikan sistem ME yang dianggap penting dan bermanfaat bagi warga.

6.1 Sistem Mekanikal Bangunan

Sistem Mekanikal pada bangunan rumah susun ini berada pada satu titik yaitu shaft. Shaft merupakan lubang menerus antara satu lantai dengan lantai lainnya yang berfungsi untuk meletakkan saluran pipa utilitas secara vertikal.

Shaft biasa digunakan pada bangunan bertingkat, seperti apartemen, rumah sakit, rumah susun, dan lain – lain. Bila pipa ditanam ke dalam dinding, maka akan sulit melakukan perbaikan saat terjadi kerusakan dan apabila sudah terjadi kerusakan maka dinding harus dibobok yang membuat keluarnya biaya tambahan. Ukuran penampang shaft tidak besar, cukup 30 cm x 30 cm, dengan pintu kecil untuk mengaksesnya bila akan melakukan perbaikan.


(69)

55

Denah unit tipe 36

Denah unit tipe 45 denah unit tipe 54 Gambar 6.1. Unit hunian rumah susun kampung Hamdan

Sumber. Penulis (2014)

Shaft pada bangunan rusun ini selain untuk shaft plumbing, juga tersedia

shaft sampah, shaft pemadam kebakaran, dan shaft elektrikal. Untuk shaft plumbing berada disetiap unit hunian dekat dengan kamar mandi hunian sehingga lebih efisien. Shaft – shaft pada bangunan ini terhubung dari lantai 9 sampai lantai

ground atau lantai dasar. Dengan meletakkan beberapa sistem tersebut dengan menggunakan shaft maka dapat membuat sistem lebih terorganisir dengan baik.

Shaft yang berisikan pipa – pipa ini akan lebih baik jika dibedakan dengan menggunakan warna sehinga petugas yang memperbaiki pipa tidak bingung membedakannya. Pipa air bersih berasal dari PDAM Tirtanadi yang masuk melalui bak penampung air yang berada di kawasan dan kemudian menggunakan pompa, air bersih akan disedot atau ditarik ke atas atau rooftop dan masuk ke tangki air. Setelah air bersih ditampung pada tiap – tiap tangki air yang berada di

rooftop, selanjutnya air akan didistribusikan ke semua unit hunian. Sedangkan air bersih untuk kebun yang ada di rooftop selain menggunakan air bersih dari


(70)

56

PDAM juga memanfaatkan air hujan yang ditampung di bak penampungan air hujan yang ada di rooftop sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya untuk air bersih yang digunakan. Pipa air kotor cair pada bangunan rumah susun ini akan dialirkan ke sewage treatment yang pada akhirnya dialirkan ke riol kota. Sedangkan pipa air kotor padat dialirkan ke septic tank yang tersebar di beberapa titik kawasan.

Sewage treatment merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang dianggap kurang bagus untuk mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang di inginkan atau siap untuk dipakai kembali. Sedangkan septic tank merupakan bak untuk menampung air limbah yang dialirkan dari WC (water closet). Konstruksi septictank yaitu adanya sekat dengan dinding bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat beton dilengkapi penutup kontrol dan diberi pipa hawa T sebagai hubungan agar ada udara / oksigen ke dalam septictank sehingga bakteri – bakteri menjadi subur. Sebagai pemusnah kotoran – kotoran atau tinja yang masuk ke dalam bak penampungannya.


(71)

57

Gambar 6.2. Gambar skematik plumbing rumah susun Kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

6.2 Sistem Elektrikal Bangunan

Sistem elektrikal pada rumah susun ini berada di lantai ground atau lantai dasar bangunan. Hal ini dikarenakan bangunan rumah susun ini tidak memiliki basement yang biasanya dijadikan sebagai tempat pengontrol sistem mekanikal elektrikal bangunan dan juga tempat parkir penghuni. Basement merupakan sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang keseluruhan atau sebagiannya terletak di bawah tanah dan masih merupakan bagian dari bangunan.

Basement sengaja tidak dibuat pada rumah susun ini karena pengerjaannya yang rumit dan memakan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu tempat pengontrol semua sistem ME berada di lantai dasar bangunan namun tidak berada di satu bangunan yang sama dengan rumah susun. Hal ini dikarenakan bangunan rumah susun ini memerlukan tenaga listrik bantuan atau cadangan apabila terjadi


(72)

58

pemadaman listrik oleh PLN yang disebut genset. Dari getaran dan suara yang dihasilkan oleh genset yang beroperasi akan sangat menggangu ketenangan warga sehingga ruang ME harus dipisahkan oleh bangunan rumah susun. Ruang ME terdiri dari ruang pompa, bak penampungan, ruang genset, ruang trafo, dan gudang yang terletak bersebelahan dengan bangunan utama yang terpisahkan oleh jalan sebagai sirkulasi kendaraan warga. Jalur elektrikal pada bangunan ini dimulai dari tenaga listrik yang bersumber dari PLN kemudian menuju ke ruang ME yaitu ruang trafo dan panel listrik yang diteruskan ke bangunan rumah susun melalui shaft listrik pada bangunan yang kemudian didistribusikan ke setiap unit hunian melalui sekring dilanjutkan ke saklar dan terakhir lampu dapat menyala di tiap unit hunian.

Sistem elektrikal pada bangunan ini dimulai dari titik lampu pada tiap ruangan unit hunian dan semua area bangunan yang di alirkan ke saklar kemudian ke sekring, lalu dari sekring tiap kabel dialirkan menuju shaft listrik yang menuju ke panel listrik di setiap lantai bangunan.


(73)

59

Gambar 6.3. Gambar skematik elektrikal rumah susun Kampung Hamdan Sumber. Penulis (2014)

Karena bangunan rumah susun ini memiliki kebun rooftop, maka perlu adanya penerangan pada kebun sehingga warga yang ingin memeriksa kebunnya di malam hari tidak terhambat. Oleh karena itu, pada rooftop juga terdapat beberapa titik lampu yang semuanya dihubungkan melalui shaft listrik.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)