Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN

3. Evaluasi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN

Maguwoharjo Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan RPP, guru melaksanakan evaluasi pada pembelajaran sastra yang dilakukan di kelas XI MAN Maguwoharjo. Evaluasi dilakukan oleh guru untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru selama pembelajaran. Alasan lainnya adalah untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sastra yang telah direncanakan oleh guru sudah tercapai. Evaluasi pembelajaran sastra yang dilaksanakan oleh guru didasarkan pada silabus yang telah ditetapkan. Guru kemudian menuangkan poin evaluasi tersebut dalam RPP dan menerapkannya dalam pembelajaran sastra yang berlangsung di kelas. Guru juga menyesuaikan kriteria penilaian untuk siswa tunanetra terlebih untuk kegiatan yang sifatnya membaca. Siswa tunanetra mengungkapkan dalam wawancara bahwa untuk beberapa tugas yang diberikan, teman sebangkunya membacakan soal untuknya dan mereka mengerjakan tugas tersebut secara bersama-sama. Nilai tugas yang didapatkan juga diberikan bersamaan. Guru mencantumkan aspek penilaian dalam RPP yang dibuatnya. Evaluasi pembelajaran sastra yang dilaksanakan oleh guru di kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo mencakup ranah kognitif dan psikomotorik. Evaluasi pada ranah kognitif meliputi kegiatan siswa memahami dan menganalisis materi serta mengapresiasi karya sastra. Ranah ini merupakan bagian dari penilaian pengetahuan siswa. Aspek yang dinilai pada tugas membuat cerpen seperti yang tercantum pada RPP yaitu kelengkapan isi cerpen, tata tulis, ejaan, organisasi isi cerpen, dan kesinambungan. Evaluasi psikomotorik pada RPP merupakan bagian dari penilaian sikap siswa. Ranah psikomotorik meliputi sikap siswa selama mengikuti pembelajaran sastra di kelas. Pada RPP terdapat lima aspek yang dinilai. Kelima aspek tersebut yaitu keaktifan, minat belajar, kesiapan menerima pelajaran, ketepatan mengerjakan tugas, dan etika. Pada pembelajaran sastra yang dilakukan, guru melakukan evaluasi berupa nontes dan tes. Evaluasi nontes digunakan untuk mengetahui proses dan perkembangan siswa selama mengikuti pembelajaran sastra. Evaluasi yang termasuk sebagai evaluasi nontes adalah evaluasi sikap. Guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa dia melakukan evaluasi dengan tertulis kemudian pengamatan tingkah laku siswa ketika mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, guru menilai hasil kerja suatu produk akhir pembelajaran termasuk keseriusan pengerjaannya. Evaluasi tes yang dilakukan dalam pembelajaran sastra adalah evaluasi tertulis. Bentuk evaluasi ini berupa pemberian tugas harian dan tugas terstruktur kepada siswa. Tugas harian yang diberikan guru adalah mengerjakan soal pilihan ganda dan soal uraian yang terdapat pada LKS. Tugas terstruktur yang diberikan kepada siswa adalah membuat teks cerpen secara individu dengan ditulis tangan. Siswa tunanetra diizinkan guru membuat cerpen dengan diketik melalui komputer. Hal ini memudahkan siswa tunanetra dalam mengerjakan tugas terstruktur yang diberikan. Selain itu juga memudahkan guru dalam memberi nilai karena guru tidak menguasai huruf braille. Siswa tunanetra dalam wawancara mengungkapkan bahwa lebih menyukai mengerjakan dengan diketik karena jika menggunakan huruf braille melelahkan. Penulisan cerpen dengan huruf braille juga membutuhkan halaman yang lebih banyak. Evaluasi tertulis dilakukan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran sastra. Hal yang dinilai adalah tugas menganalisis cerpen yang terdapat dalam buku paket, soal pilihan ganda dan uraian pada LKS, serta hasil akhir berupa produk karya sastra siswa. Guru juga melakukan penilaian sikap selama pembelajaran berlangsung. Waktu pelaksanaan evaluasi pembelajaran sastra kelas XI sekolah inklusi MAN Maguwoharjo dilaksanakan selama berlangsungnya pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung. Evaluasi yang dilakukan pada saat berlangsungnya pembelajaran sastra adalah penilaian sikap siswa. Evaluasi yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran adalah evaluasi tertulis. Guru mengamati sikap dan siswa mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Penilaian sikap siswa dimulai ketika guru memasuki kelas dan siswa memberi salam kemudian guru melakukan presensi. Kehadiran siswa merupakan salah satu poin yang dinilai guru dalam penilaian sikap. Memantau sikap siswa saat materi diberikan dan mengerjakan tugas menjadi poin selanjutnya. Guru mengamati apakah siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan ketika guru menjelaskan. Sikap siswa ketika sedang berdiskusi juga menjadi bagian dari penilaian sikap siswa. Berdasarkan pengamatan, keterlibatan siswa ketika berdiskusi menjadi poin penting yang diperhatikan dengan seksama oleh guru. Selama berdiskusi, siswa terbagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah siswa-siswa yang serius selama diskusi berlangsung. Tipe kedua adalah siswa yang sibuk mengobrol dan tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Guru memastikan bahwa siswa yang serius dalam berdiskusi mendapatkan penilaian yang tinggi sedangkan siswa yang mengobrol mendapatkan nilai yang rendah. Rata-rata hasil penilaian sikap pada tiga kelas yang dijadikan objek penelitian adalah 78,5. Evaluasi pembelajaran sastra yang dilakukan pada akhir pembelajaran adalah evaluasi dalam bentuk tertulis. Evaluasi bentuk ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi sastra yang telah diberikan sehingga guru dapat memberikan nilai yang sesuai. Berdasarkan pengamatan, tugas tertulis yang dikerjakan oleh siswa yaitu soal-soal yang terdapat pada LKS, tugas menemukan isi cerpen yang dibaca, dan tugas membuat cerpen. Terdapat dua bagian soal pada LKS yang dikerjakan oleh siswa. Bagian pertama adalah soal pilihan ganda berjumlah 40 butir soal. Bagian kedua yaitu soal uraian berjumlah 10 butir soal. Soal-soal ini dikerjakan siswa secara individu. Guru memberikan waktu 60 menit kepada siswa untuk mengerjakan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, siswa mengerjakan soal dengan tenang meski terdapat beberapa siswa yang masih melakukan kegiatan lain seperti mendengarkan musik dari telepon genggam dan mengobrol dengan temannya. Soal uraian dikerjakan setelah siswa selesai mengerjakan soal pilihan ganda. Berdasarkan hasil pengamatan, semua siswa tidak selesai mengerjakan soal uraian hingga jam pelajaran bahasa Indonesia selesai. Guru kemudian menyuruh siswa melanjutkan di rumah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa soal uraian ini tidak dirokesi dan dinilai. Guru menjadikan soal uraian ini sebagai latihan bagi siswa. Hal ini menyebabkan banyak siswa tidak melanjutkan pengerjaan soal uraian. Pengoreksian soal pilihan ganda yang telah dikerjakan oleh siswa dilakukan secara bersama-sama. Siswa saling menukarkan pekerjaannya dengan dengan siswa yang berjarak dua bangku di depannya. Guru kemudian memerintahkan siswa untuk menulis namanya sebagai korektor pada hasil pekerjaan yang dikoreksinya. Sebelum guru membacakan jawaban soal, guru mengingatkan pada siswa untuk teliti dalam mengoreksi pekerjaan temannya. Jika terdapat kesalahan pengoreksian, maka korektor akan dikurangi nilainya. Siswa mencocokkan pekerjaan temannya dengan jawaban yang diberikan oleh guru kemudian memberikan nilai. Soal tertulis lain yang dikerjakan siswa adalah menemukan isi cerpen yang terdapat pada buku paket. Cerpen yang dianalisis ini berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” karya Agus Noor. Soal dikerjakan secara berkelompok dengan anggota 4-5 siswa yang dibentuk secara acak oleh guru. Selama murid mengerjakan tugas, guru berkeliling untuk mengawasi dan juga sekaligus melakukan penilaian sikap terhadap siswa. Tugas-tugas yang tidak selesai ketika jam mata pelajaran bahasa Indonesia habis kemudian dilanjutkan siswa di rumah. Siswa dalam wawancara bahwa mengemukakan guru jarang memberikan pekerjaan rumah. Guru biasanya memberikan tugas yang di kerjakan pada jam pelajaran. Apabila soal terbut tidak selesai dikerjakan oleh siswa hingga jam pelajaran habis, barulah dijadikan PR. Selain tugas yang dilanjutkan untuk dikerjakan siswa di rumah, guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa untuk PR siswa ditugaskan membaca karya sastra berupa novel. Siswa kemudian membuat sinopsis dan menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel yang dibacanya. Guru memberikan tugas ini selain untuk evaluasi juga sebagai cara guru menanamkan kebiasaan membaca karya sastra kepada siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran sastra berlangsung, peran guru sebagai evaluator sangat terlihat. Guru senantiasa mengamati sikap siswa dan memeriksa pekerjaan siswa. Guru memberitahu siswa jika terdapat kesalahan dan membimbing siswa memperbaiki kesalahan tersebut. Siswa tunanetra mendapat perhatian khusus dari guru selama pembelajaran agar tidak tertinggal dari siswa yang lain. Pada akhirnya guru memberikan penilaian pada hasil pekerjaan siswa. Hasil penilaian yang didapatkan siswa kemudian menentukan pengambilan tindakan yang akan dilakukan oleh guru. Guru mengambil tindakan setelah melihat nilai siswa pada soal LKS yang dikerjakan. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM pada tugas mengerjakan soal pilihan ganda yang terdapat pada LKS. Nilai yang diperoleh siswa ketika dikoreksi berada rata-rata adalah 60,9. Nilai rata-rata tersebut lebih rendah dari KKM yang terdapat di MAN Maguwoharjo yaitu 7,5. Tindakan yang diambil oleh guru sebagai evaluator setelah melihat hasil siswa ini adalah dengan memberikan remidi. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru melakukan remidi ketika terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM. Guru mengungkapkan bahwa untuk remidi, siswa yang nilainya di bawah KKM akan diberikan tugas kembali. Tugas yang diberikan berupa membaca karya sastra lain dan membuat sinopsisnya. Tugas remidi ini dikerjakan oleh siswa di rumah dan dikumpulkan pada hari yang telah ditentukan oleh guru. Tabel 8: Hasil Penilaian Sikap Siswa oleh Guru No. XI IPA 2 XI IPS 1 XI Agama 1. 78 78 78 2. 80 80 80 3. 79 80 78 4. 80 80 74 5. 81 82 79 6. 75 77 80 7. 75 73 80 8. 75 84 81 9. 86 84 77 10 79 82 77 11. 73 79 79 12. 75 87 83 13. 79 78 80 14. 80 76 83 15. 81 77 80 16. 79 77 80 17. 79 72 76 18. 72 73 76 19. 78 73 86 20. 77 83 86 21. 77 83 82 22. 80 80 77 23. 83 73 75 24. 82 80 79 25. 82 80 76 26. 73 71 77 27. 75 72 83 28. 75 72 80 29. 86 78 80 30. 80 71 70 31. 80 80 79 32. 83 80 33. 80 Tabel 9: Nilai Ulangan Harian dan Tugas Terstruktur No. XI IPA 2 XI IPS 1 XI Agama UH TT UH TT UH TT 1. 65 57,5 40 70 2. 60 80 52,5 75 52,5 80 3. 80 72,5 70 65 75 4. 77,5 75 72,5 70 5. 55 75 67,5 75 50 75 6. 75 75 52,5 80 75 70 7. 60 75 72,5 57,5 75 8. 75 70 67,5 80 57,5 75 9. 60 80 72,5 80 75 10 52,5 75 77,5 80 57,5 70 11. 75 52,5 70 60 70 12. 70 70 70 80 60 80 13. 67,5 75 57,5 65 60 70 14. 80 70 70 35 75 15. 65 80 60 70 45 75 16. 72,5 75 55 75 57,5 70 17. 77,5 75 57,5 75 52,5 65 18. 72,5 65 70 27,5 70 19. 72,5 80 70 80 57,5 80 20. 75 75 72,5 80 50 80 21. 80 70 75 80 65 70 22. 75 70 70 70 50 75 23. 80 77,5 37,5 75 24. 67,5 75 5,75 70 65 70 25. 52,5 80 75 35 75 26. 77,5 75 47,5 70 55 80 27. 75 60 70 60 70 28. 55 80 55 70 70 75 29. 65 75 67,5 75 45 70 30. 57,5 70 55 50 31. 70 70 65 75 72,5 75 32. 75 80 50 80 33. 65 75 UH = Ulangan Harian TT = Tugas Terstruktur

4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN