4. Permasalahan Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN
Maguwoharjo
a. Jenis Permasalahan Pembelajaran Sastra
Permasalahan pembelajaran sastra kelas XI MAN Maguwoharjo meliputi kurangnya minat siswa untuk membaca karya-karya sastra, koleksi buku-buku
sastra di perpustakaan termasuk buku sastra dengan huruf braille yang jumlahnya sedikit, tidak adanya laboratorium bahasa, dan tidak kondusifnya
kelas untuk pembelajaran. b.
Cara Mengatasi Pembelajaran Sastra Guru mengatasi pembelajaran sastra yang dihadapi dengan memberikan
tugas membaca karya sastra pada siswa. Bahan bacaan diambil dari berbagai sumber untuk mengakali kurangnya koleksi buku sastra di perpustakaan. Siswa
mengatasi masalah yang dihadapi saat pembelajaran sastra dengan memberitahukan masalah yang dihadapi kepada guru untuk mencari solusi.
5. Kegiatan Penunjang Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi
MAN Maguwoharjo
Kegiatan penunjang pembelajaran sastra di MAN Maguwoharjo adalah ektrakurikuler teater. Kegiatan ini sangat efektif dalam menunjang pembelajaran
sastra karena membuat siswa menjadi lebih aktif dan antusias ketika di kelas. Siswa yang mengikuti ektrakurikuler teater lebih mudah memahami bahasa-
bahasa sastra yang dipelajari di kelas.
B. Pembahasan
Bagian ini menguraikan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan merupakan deskripsi pelaksanaan pembelajaran sastra kelas XI MAN
Maguwoharjo meliputi materi pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra, evaluasi pembelajaran sastra, permasalahan pembelajaran sastra, dan kegiatan
penunjang pembelajaran sastra.
1. Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN
Maguwoharjo
Pengelola program inklusi dalam wawancara mengemukakan bahwa pada dasarnya sekolah inklusi sama dengan sekolah umum. Letak perbedaannya
terdapat pada peserta didiknya, di mana sekolah inklusi menerima siswa-siwa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan dan
bimbingan seperti siswa pada umumnya. Ketika siswa berkebutuhan khusus membutuhkan pelayanan khusus, sekolah mengakomodasi kebutuhan tersebut
sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, kurikulum yang digunakan selalu menyesuaikan dengan
ketetapan pemerintah seperti pada tahun ajaran baru ini kelas XI di MAN Maguwoharjo mulai menggunakan kurikulum 2013. Selain kurikulum yang
digunakan yang sama dengan sekolah pada umumnya, sistem pembelajaran maupun materinya juga sama. Sekolah hanya melakukan beberapa penyesuaian
sistem dan materi bagi siswa berkebutuhan khusus supaya dapat mengikuti pembelajaran seperti pada umumnya.
Materi yang digunakan oleh guru selama pembelajaran sastra berlangsung diambil dari berbagai sumber sesuai dengan bahan apresiasi apa yang digunakan.
Jenis materi pembelajaran yang digunakan guru dibagi menjadi dua macam yaitu bahan apresiasi tidak langsung dan bahan apresiasi langsung. Bahan apresiasi
tidak langsung berupa teori sastra dan sejarah sastra sedangkan bahan apresiasi langsung berupa karya-karya sastra. Bahan apresiasi tidak langsung digunakan
sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran oleh guru karena menjadi dasar siswa untuk memahami materi dan mengerjakan tugasnya.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru. Guru mendapatkan bahan apresiasi tidak langsung ini dari buku paket dan LKS. Selain kedua
sumber tersebut, guru juga melakukan browsing di internet untuk mencari bahan apresiasi tidak langsung. Guru mengemukakan bahwa browsing di internet
sangat membantu mendapatkan materi tambahan karena banyaknya bahan materi yang tersedia di sana.
Guru mendapatkan bahan apresiasi tidak langsung lainnya dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP dan guru-guru senior. Bertukar materi
pembelajan dengan rekan seprofesi yang tergabung di MGMP dirasa guru mampu untuk meningkatkan pembelajaran di MAN Maguwoharjo. Guru juga
mengemukakan dalam wawancara bahwa materi yang didapatkan dari MGMP dan guru-guru senior dapat memperkaya materi pembelajaran sastra yang
dilakukannya. Selain itu, guru juga dapat belajar dari pengalaman guru-guru senior dalam hal pembelajaran sastra.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, buku paket dan LKS masih menjadi pegangan utama guru dalam mengajarkan materi pembelajaran
sastra. buku paket yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI Semester 1 yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. LKS yang digunakan yaitu Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI Semester 1 yang
diterbitkan oleh Penerbit WDP. Guru biasanya menginstruksikan siswa untuk membaca penjelasan materi yang terdapat kedua buku tersebut terlebih dahulu
ketika memberikan tugas. Cerpen yang digunakan dalam pembelajaran pun adalah cerpen yang terdapat dalam buku paket dan LKS yang dipakai.
Fokus pembelajaran sastra yang dilaksanakan di kelas XI MAN Maguwoharjo adalah bahan apresiasi sastra langsung berupa teks cerpen. Bahan
apresiasi langsung cerpen ini bersumber dari buku paket dan LKS. Cerpen dari buku paket berjudul “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” karya Agus Noor dan
cerpen dar i LKS berjudul “Maling” karya Lidya Kartika Dewi. Guru
melaksanakan pembelajaran sastra dengan mengintegrasikan bahan apresiasi langsung dengan 4 keterampilan berbahasa yaitu berbicara, menyimak,
membaca, dan menulis, sehingga kemampuan bersastra siswa dapat sejajar dengan kemampuan berbahasanya.
Pemilihan materi pembelajaran sastra kelas XI di MAN Maguwoharjo didasarkan pada SKL, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai oleh guru. Materi pembelajaran sastra dirumuskan sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan. Ketika dalam silabus terdapat materi sastra, maka materi
sastra tersebut dimunculkan dan kemudian dituangkan ke dalam RPP. Pada penyusunan pada RPP guru juga memperhatikan kesesuaian alokasi waktu
pembelajarannya. Dalam wawancara yang dilakukan, guru mengemukakan bahwa dia melakukan penyesuaian materi pada siswa berkebutuhan khusus.
Contohnya guru memilih materi yang bukan berupa gambar yang dianggap sulit oleh siswa tunanetra. Pada wawancara dengan siswa tunanetra, dia
mengungkapkan hal yang sama yaitu merasa kesulitan jika materi yang diberikan berupa gambar. Oleh karena itu, guru melakukan hal ini yang
bertujuan agar siswa tunanetra dapat mengikuti pembelajaran secara lancar. Dalam wawancara, guru menyatakan bahwa pembelajaran sastra yang
dilakukannya tidak menggunakan sumber materi berhuruf braille. Hal ini dikarenakan guru tidak menguasai huruf braille. Guru tidak dapat menulis dan
membaca huruf braille. Apabila siswa tunanetra membutuhkan, guru akan meminta bantuan kepada guru pendamping program inklusi yang ada di MAN
Maguwoharjo untuk menerjemahkan dalam huruf braille. Biasanya hal ini dilakukan pada soal-soal ujian untuk siswa tunanetra.
Tujuan pembelajaran sastra yang dirancang oleh guru ditujukan untuk semua siswa, baik siswa biasa maupun siswa berkebutuhan khusus. Dalam
wawancara yang dilakukan, guru mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran sastra secara umum yang ingin dicapai oleh guru adalah memperkenalkan sastra
pada siswa sehingga siswa dapat menikmati, menghayati, mengapresiasi, serta memproduksi karya-karya sastra. Guru menyelaraskan tujuan pembelajaran
sastra ini dengan tujuan pembelajaran bahasa yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP.
Guru mencapai tujuan pembelajaran tersebut dengan mengaplikasikan 4 keterampilan berbahasa dalam pelaksanaannya. Guru menekankan bahwa salah
satu cara meningkatkan apresiasi siswa pada karya sastra adalah dengan banyak membaca. Oleh karena itu, salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan
pembelajarannya adalah membiasakan siswa untuk membaca. Guru
mengemukakan dia memberi tugas membaca karya sastra di rumah kepada siswa dan kemudian mereka mengumpulkan sinopsis dari apa yang telah mereka baca.
Guru sendiri tidak selalu meyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa namun pada RPP guru selalu mencantumkan tujuan pembelajarannya. Pada KD
3.8 dan KD 4.8 terdapat dua tujuan yaitu siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek dan siswa dapat menjelaskan unsur-unsur cerita pendek yang
dibacanya. Pada KD 3.9 dan KD 4.9 memiliki dua tujuan yaitu siswa dapat mendeskripsikan struktur cerita pendek dan siswa dapat menjelaskan unsur-
unsur cerita pendek yang dibacanya. Sebelum memulai penyampaian materi, guru selalu melakukan apersepsi
kepada siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran sastra
yang dilaksanakan guru dengan baik. Apersepsi juga digunakan guru untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung
karena siswa akan didorong mengingat kembali pengetahuan yang telah
dimilikinya untuk kemudian dihubungkan dengan pengetahuan yang akan disampaikan guru.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, materi sastra yang diajarkan selama waktu penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 5: Materi Pembelajaran Sastra Kelas XI MAN Maguwoharjo
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
3.8 Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung
dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca
Cerpen: Isi cerpen
Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen
Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen
Kebahasaan cerpen majas, peribahasa, ungkapan
4.8 Mendemostrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari
dalam cerita pendek
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam
buku kumpulan cerita pendek Cerpen:
Unsur-unsur pembangun cerpen
Merekonstruksi cerpen 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita
pendek dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen
Empat KD yang diajarkan secara berurutan memudahkan guru dalam menyusun materi pembelajarannya. Pada KD 3.8 dan 4.8 materi mengenai unsur
intrinsik dan ekstrinsik cerpen serta kebahasaan cerpen meliputi majas, peribahasa, dan ungkapan dijelaskan terlebih dahulu kepada siswa oleh guru.
Pembahasan materi mengenai isi dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen diberikan seiring berjalannya pembelajaran terutama ketika siswa
mendapat tugas untuk membaca cerpen-cerpen yang terdapat pada buku paket dan LKS. Pada KD 3.9 dan 4.9 materi mengenai unsur-unsur pembangun cerpen
disampaikan sebelum materi merekonstruksi cerpen. Hal ini dikarenakan agar
siswa dapat memiliki gambaran ketika hendak melaksanakan tugas membuat cerpen.
Tabel 6: Kompetensi Dasar dan Indikator pada RPP yang Dibuat Guru
Kompetensi Dasar Indikator
3.8 4.8
Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang terkandung
dalam kumpulan cerita pendek yang dibaca.
Mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari
dalam cerita pendek Menentukan unsur intrinsik,
ekstrinsik, dan nilai-nilai dalam cerpen.
Menerapkan nilai-nilai dalam cerpen ke dalam kehidupan
sehari-hari 3.9
4.9 Menganalisis unsur-unsur
pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek.
Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan
unsur-unsur pembangun cerpen. Mengidentifikasi cerpen dengan
memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen
Menyusun kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-
unsur pembangun cerpen Pada KD 3.8 dan KD 4.8 memiliki dua indikator yaitu menentukan unsur
intrinsik, ekstrinsik, dan nilai-nilai dalam cerpen serta menerapkan nilai-nilai dalam cerpen ke dalam kehidupan sehari-hari. Bahan apresiasi langsung yang
digunakan pada kedua KD ini adalah teks cerpen berjudul “Maling” yang terdapat di LKS. Pada saat menyampaikan materi guru menunjukkan
penguasaan materi yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan penyampaian materi yang runtut dan mudah dipahami siswa meski guru menjelaskan materi secara
singkat. Guru juga dengan lihai mengaitkan poin-poin pada cerpen dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengemukakan bahwa jika materi
memungkinkan, maka sedapat mungkin guru akan menghubungkannya dengan fenomena-fenomena di masyarakat.
Ketika membahas cerpen “Maling”, guru juga mengaitkannya dengan korupsi yang terjadi di negara ini.
Terdapat dua indikator pada KD 3.9 dan KD 4.9 yaitu mengidentifikasi cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen dan menyusun
kembali cerpen dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Bahan apresiasi langsung yang digunakan adalah teks cerpen berjudul “Perihal Orang
Miskin yang Bahagia” yang ada di buku paket. Penguasaan materi yang baik guru pada KD ini dapat dilihat dari cara menjelaskan materi kepada siswa dan
pemberian contoh oleh guru. Selain mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan siswa, guru juga secara implisit selalu menyisipkan pesan dan nasihat ketika
menjelaskan materi sastra. Penyampaian materi sastra selama pembelajaran berlangsung sebagian besar
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun berdasarkan pengamatan, guru beberapa kali menggunakan bahasa daerah ketika menjelaskan
materi sastra. Guru tidak memaksakan harus menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya. Hal ini bertujuan untuk menekankan penjelasan tentang materi
yang disampaikan sehingga membuat siswa dapat lebih mudah dalam memahaminya.
2. Metode Pembelajaran Sastra Kelas XI Sekolah Inklusi MAN