4.1.15 Analisis Scene 15 Gambar 4.23
Gambar 4.24
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.25
Gambar 4.26
A. Analisis Leksia
Satu demi satu muncul empat punggung berbalutkan kemeja kotak-kotak. Motif kemeja yang mereka kenakan bervariasi. Keempatnya lalu membalikkan
badan. Dari kanan ke kiri, mereka adalah Jhony, Reza, Moreno, dan lelaki berkopiah hitam.
Reza mengenakan kemeja kotak-kotak. Kemeja tersebut berwarna merah, biru, dan putih. Polanya serupa dengan kemeja kotak-kotak yang dikenakan
Jokowi dan Ahok. Dia memakai kaus hitam dengan aksen merah di bawah
Universitas Sumatera Utara
kemejanya. Di sebelah Reza, ada Moreno yang memakai topi pet hitam. Bagian depan topinya agak dimiringkan ke kanan. Dia memakai kemeja kotak-kotak
berwarna merah dan putih. Di sisi paling kanan, ada seorang lelaki berkulit putih. Postur tubuhnya
gemuk, pipinya tembam, dan perutnya agak buncit. Dia mengenakan peci hitam dan kemeja kotak-kotak tiga warna ala Jokowi seperti Reza. Keempatnya
menyanyikan lirik “takotak kotak kotal”. Lirik lagu tertulis di bagian bawah frame
kamera. Shot ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot. Angle yang
digunakan adalah eye level angle. Fokus scene termasuk dalam selective focus,
yang bekerja dengan mengaburkan latar belakang. Segi pencahayaan tergolong dalam kategori
high key yang bernuansa riang dan cerah. Warna yang digunakan adalah kategori
warm yang berkesan riang.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa ada kemunculan empat orang yang memakai kemeja kotak-kotak? Mengapa mereka muncul dengan bangkit berdiri satu demi satu? Mengapa
Mengapa mereka terlebih dulu muncul dengan punggung di depan? Mengapa mereka menyanyikan lirik takotak kotak kotak dengan pose demikian?
2. Kode Proaretik
Objek yang dimaksud oleh lirik “tak kotak kotak kotak” adalah kemeja kotak- kotak yang dikenakan oleh keempat orang tersebut. Kemunculan mereka yang
seperti berdiri satu demi satu membentuk harmoni antara lirik yang dinyanyikan dan gerakan yang mereka lakukan. Jika diperhatikan dengan seksama, satu orang
menyusul berdiri setiap satu kata dinyanyikan. Dengan terlebih dahulu menampakkan punggung, penonton mendapatkan kesan misterius dari keempat
pemain yang tampil di shot ini. Tindakan ini mengindikasikan bahwa penonton
belum diizinkan untuk mengetahui wajah pemain yang tengah beraksi.
Universitas Sumatera Utara
3. Kode Simbolik
Kemeja kotak-kotak merupakan atribut politik pasangan Joko Widodo-Basuki Tahja Purnama sejak berlaga di Pilkada DKI Jakarta. Kemeja kotak-kotak ini
selalu mereka gunakan untuk mendekati warga konstituennya. Kemeja kotak- kotak dengan perpaduan warna merah, biru, dan putih ini—seperti yang diakui
oleh Jokowi dan Ahok, melambangkan persatuan warga Jakarta yang bermacam ragam etnis, suku, dan agamanya.
Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan
personal dengan subjek. Eye level angle memberi kesan kesetaraan. Selective
focus memusatkan perhatian penonton pada objek utama di scene ini, yaitu keempat pemeran utama yang mengenakan baju kotak-kotak. Pencahayaan
high key memberi kesan riang dan cerah. Pemakaian warna-warna hangat
memancarkan kesan optimis.
4. Kode Kultural
Persatuan dan penghargaan terhadap kemajemukan dapat dilihat dari sosok dan kinerja Jokowi-Ahok. Jokowi berasal dari suku Jawa, sedangkan Ahok
merupakan keturunan etnis Tionghoa. Namun, itu tak jadi masalah. Mereka sanggup bekerja sama dengan baik. Harapan mereka pun warga Jakarta dapat
hidup berdampingan dengan harmonis.
5. Kode Semik
Kemeja merupakan jenis pakaian yang bisa dikenakan oleh siapa saja, baik dalam dalam situasi informal atau santai. Filosofi kemeja kotak-kotak yang
mengutamakan persatuan tercermin dari jalinan kerja sama antara Jokowi dan Ahok. Mereka dicitrakan sebagai calon pemimpin Jakarta yang mampu merangkul
kemajemukan sisi sosio-demografi provinsi DKI Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.27
Gambar 4.28
A. Analisis Leksia
Keempat orang itu serempak berbalik. Mereka menyanyikan lirik “mis kumis kumis kumis” sembari menunjuk atau menyentuh kumis masing-masing. Lelaki
berkopiah hitam menunjuk kumis palsunya. Moreno mengarahkan telunjuknya ke kamera. Reza bernyanyi dengan kedua tangan lurus di sisi badan. Sedangkan
Jhony menunjuk kumis palsunya dengan dagu terangkat. Dia setengah berkacak pinggang dengan tangan kirinya.
Universitas Sumatera Utara
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa mereka kemudian berbalik serempak? Mengapa mereka menyanyikan lirik miskumis kumis kumis”? Mengapa Moreno mengarahkan
telunjuknya ke kamera? Mengapa Jhonny menunjuk kumis palsu yang sedang dikenakannya?
2. Kode Proaretik
Berbalik badan secara serempak menunjukkan kekompakan. Tindakan ini juga berguna agar penonton bisa melihat kumis palsu yang mereka kenakan.
Telunjuk Moreno yang terarah ke kamera adalah isyaratnya untuk memperoleh atensi penonton. Jhonny menunjuk kumis palsunya untuk mengilustrasikan lirik
yang sedang dinyanyikannya.
3. Kode Simbolik
Banyak faktor yang membuat Fauzi Bowo tersohor, dan salah satu faktor itu adalah kumisnya. Saking ikoniknya, kumis bukan hanya dipandang sebagai
atribut fisik dari gubernur petahana Jakarta saat itu. Foke sampai memiliki nama panggilan “Bang Kumis”, yang jelas sekali tercipta karena penampilannya.
4. Kode Kultural
Semasa kampanye, Foke sering berkata kepada khalayak sasarannya bahwa Jakarta masih memerlukan kumis. Foke menilai Jakarta masih membutuhkan
dirinya. Walau lawan politiknya menyindir bahwa kumis adalah singkatan dari “kumuh dan miskin”, Foke tetap tenang menanggapinya. Malah, dia berkata
bahwa kumis dapat digunakan sebagai ‘pembasmi kekumuhan dan kemiskinan hidup di Jakarta’.
Universitas Sumatera Utara
5. Kode Semik
Sosok Fauzi Bowo identik dengan atribut fisik sekaligus visi-misinya: “kumis”. Jika warga Jakarta memilih dirinya, Foke berjanji membebaskan Jakarta
dari kekumuhan dan kemiskinan. Dengan demikian, warga Jakarta dapat hidup makmur karena adanya peningkatan kesejahteraan hidup.
Gambar 4.29
Gambar 4.30
Universitas Sumatera Utara
A. Analisis Leksia
Mereka menyanyikan “pilih pemimpin yang bijak” dengan gerakan dan ekspresi wajah yang kian menegas. Lelaki berkopiah hitam mengacungkan
telunjuk kanannya ke depan. Dia lalu menempelkan telunjuk kirinya ke dahi. Moreno menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan secara bergantian. Reza
mengedepankan kedua telapak tangannya secara bergantian. Jhonny menunjuk sisi kanan kumis palsunya.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa saat menyanyikan lirik pilih pemimpin yang bijak gerakan dan ekspresi wajah keempatnya kian menegas? Mengapa lelaki berkopiah hitam
mengacungkan telunjuk kanannya ke depan? Mengapa kemudian dia menempelkan telunjuk kirinya ke dahi? Mengapa Moreno menggoyangkan
tubuhnya ke kiri dan kanan secara bergantian? Mengapa Reza mengedepankan kedua telapak tangannya secara bergantian? Mengapa Jhonny menunjuk kumis
palsunya?
2. Kode Proaretik
Ekspresi yang kian menegas saat menyanyikan “pilih pemimpin yang bijak” menekankan urgensi dari lirik itu. Demi kesejahteraan semua pihak, warga Jakarta
memang harus memilih pemimpin yang bijak. Acungan telunjuk lelaki berkopiah hitam ke arah kamera ditujukan kepada warga Jakarta yang menonton video ini.
Telunjuknya yang ditempelkan ke dahi menandakan bahwa kriteria pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang cakap berpikir. Reza mengedepankan kedua
telapak tangannya secara bergantian untuk memberi penekanan lirik ini. Tindakan Jhony menunjuk kumis palsunya dapat diartikan sebagai implikasi bahwa
‘pemimpin yang bijak’ adalah pemimpin dengan atribut kumis, yaitu Fauzi Bowo atau Foke.
Universitas Sumatera Utara
3. Kode Simbolik
Pemimpin yang bijak adalah impian semua orang, termasuk warga Jakarta yang akan menghadapi Pilkada tahap dua tak lama setelah video ini diunggah.
Sosok pemimpin yang bijak diasosiasikan dengan harapan dan cita-cita warga Jakarta untuk menikmati hidup yang lebih layak.
4. Kode Kultural
Tak ada manusia yang sempurna, begitu pun tak ada pemimpin yang sempurna. Namun demikian, pemimpin yang memiliki rekam jejak yang baik,
visi-misi yang pro-rakyat, serta mampu menghadapi semua kalangan adalah pemimpin yang layak dipilih.
5. Kode Semik
Kesamaan rima antara penggalan lirik “kotak” dengan “bijak” mengimplikasikan bahwa sosok ‘pemimpin yang bijak’ itu adalah Joko Widodo.
Gambar 4.31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.32
Gambar 4.33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.34
A. Analisis Leksia
Lirik “jangan yang tukang bokis” menandai perubahan ekspresi mereka yang kian negatif. Alis mereka berkerut. Lelaki berkopiah hitam mengangkat kedua
tangannya lalu menurunkan kedua telunjuknya? Dia juga beberapa kali mengusapkan ibu jari dan telunjuknya. Ekspresinya tampak jijik. Moreno
memposisikan telunjuk kanannya di sini kanan wajahnya, lalu menggesernya lebih dekat. Dia mengucapkan kata “bokis” dengan alis beradu dan mulut terbuka
lebar. Dia menunjuk tajam ke depan sambil menyebut kata itu. Reza menekuk kedua lengannya di sisi tubuhnya. Dia mengucapkan kata
“bokis” sambil berulang kali membuka lalu menguncupkan kedua telapak tangannya. Alisnya bertemu. Mulutnya terbuka lebar namun giginya terkatup.
Jhony menghunjamkan telunjuknya ke depan saat tiba di penggalan lirik “... jangan yang...”. Dia mengucapkan kata “bokis dengan mulut terbuka lebar
sembari menyentuh sisi kiri kumis palsunya.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Universitas Sumatera Utara
Mengapa saat menyanyikan lirik jangan yang tukang bokis, ekspresi yang mereka tampilkan tampak kian negatif? Mengapa mereka mengerutkan alis?
Mengapa lelaki berkopiah hitam mengangkat kedua tangannya lalu menurunkan kedua telunjuknya? Mengapa dia beberapa kali mengusapkan ibu jari dan
telunjuknya? Mengapa dia menampilkan ekspresi jijik saat melakukannya? Mengapa Moreno memposisikan telunjuk kanannya sedikit di sisi kanan
wajahnya, lalu menggesernya lebih dekat ke wajahnya? Mengapa dia mengucapkan kata bokis dengan alis beradu dan mulut terbuka lebar? Mengapa
dia menunjuk tajam ke depan sambil menyebut kata itu? Mengapa Reza menekuk kedua lengannya di sisi tubuhnya? Mengapa dia
mengucapkan kata bokis sambil berulang kali membuka lalu menguncupkan kedua telapak tangannya? Mengapa alisnya bertemu? Mengapa mulutnya terbuka
lebar namun gigi-giginya terkatup? Mengapa Jhonny menghunjamkan telunjuknya ke depan saat tiba penggalan lirik jangan yang? Mengapa dia
mengucapkan kata bokis dengan mulut terbuka lebar? Mengapa dia berbuat demikian sambil menyentuh sisi kiri kumis palsunya?
2. Kode Proaretik
Lirik “jangan yang tukang bokis” mengacu pada tabiat buruk seorang calon pemimpin yang harus dihindari. Bokis adalah bahasa daerah Jakarta yang berarti
“bohong” atau “tipu”. Jadi, lirik “jangan yang tukang bokis” adalah peringatan agar warga nantinya jangan memilih calon gubernur pembohong, tidak amanah,
yang hanya bisa obral janji. Wajar bila ekspresi mereka kian negatif saat tiba di lirik ini. Alis yang
berkerut menyatakan ketidaksetujuan. Gerakan tangan lelaki berkopiah hitam dan Moreno bermakna jangan sampai memilih pemimpin yang seperti ini. Usapan ibu
jari dan telunjuk adalah gestur yang umum digunakan untuk menyatakan “uang”. Ekspresi jijik yang menyertai gestur ini menandakan bahwa uang yang dimaksud
bukanlah uang halal. Moreno mengucapkan kata “bokis” dengan alis beradu dan mulut yang
terbuka lebar untuk menyatakan penolakannya. Telunjuknya yang teracung ke depan menunjukkan bahwa dia menujukan lirik “jangan yang tukang bokis”
Universitas Sumatera Utara
kepada penonton. Tangan yang berulang kali dibuka lalu dikuncupkan menandakan bahwa Reza menandai ‘pemimpin yang tukang bokis’ sebagai orang
yang kerap membual. Alis yang bertemu, mulut yang terbuka lebar, dan gigi yang terkatup menyatakan kemarahan.
Jhony menghunjamkan telunjuknya ke arah penonton agar penonton jangan sampai termakan bualan pemimpin seperti ini. Kata “bokis” yang diucapkannya
dengan mulut terbuka lebar menegaskan maksudnya tersebut. Jhony mengucapkannya sembari menyentuh kumis palsu, yang dipakainya sebagai
representasi atribut dari Foke.
3. Kode Simbolik
Jemari yang diusap-usapkan memiliki konotasi negatif. Gestur ini mengiringi kata bokis. Ini berarti pemimpin yang bokis adalah pemimpin yang
menyelewengkan dana atau anggaran. Selain itu, tangan yang dibuka lalu dikuncupkan melambangkan tabiat banyak bicara atau membual. Alis yang beradu
dan bibir yang terkatup menunjukkan rasa marah dan geram. Tindakan Jhony menunjuk kumis palsu mengimplikasikan bahwa sosok pemimpin yang ‘tukang
bokis’ itu tak lain adalah Fauzi Bowo.
4. Kode Kultural
“Jangan yang tukang bokis” secara langsung membidik karakter dari jenis pemimpin yang menyengsarakan rakyat. Pemerintahan yang baik hanya bisa
terwujud jika kejujuran dan transparasi dana ditegakkan.
5. Kode Semik
Pemimpin yang ‘tukang bokis’ bertabiat korup dan suka membual. Pemimpin semacam ini menyengsarakan rakyat. Kesamaan rima antara “kumis”
dan “bokis” mengimplikasikan bahwa menurut Cameo Project, Foke adalah pemimpin yang bertabiat demikian.
Universitas Sumatera Utara
4.1.16 Analisis Scene 22