Analisis Scene 41 23 Analisis Scene 33

4.1.27 Analisis Scene 41

Gambar 4.73 Gambar 4.74

A. Analisis Leksia

Kali ini, kembali Yosi berkumpul bersama kelima rekan utamanya, yakni Reza, Martin, Moreno, Jhony, dan lelaki berkopiah hitam. Yosi mengangkat tangan kanannya, mengarahkan telunjuknya ke kamera. Lalu dia turut menaikkan tangan kirinya, sehingga kedua tangannya kini membuka lebar di udara. Lalu, Universitas Sumatera Utara untuk ketiga kalinya mereka berenam menyanyikan reff lagu Takotak Miskumis. Seperti sebelumnya, reff dimulai dengan menyanyikan lirik “sebentar lagi”. Yosi menimpali lirik, Sebentar lagi dengan kata, Lagi. Reza, sambil bernyanyi, sesekali mengayun-ngayunkan tangannya dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Martin beberapa kali menggoyang-goyangkan tubuh serta kedua tangannya, mengarahkan kedua telunjuknya ke kamera sembari tersenyum lebar. Moreno menggoyangkan badannya sedikit, mengikuti irama musik, sambil menaikkan tangan kanannya dan mengarahkan telunjuknya beberapa kali ke arah kamera. Jhony mengangguk kecil sambil bernyanyi, lalu menaruh tangan kanannya di pinggang. Sedangkan lelaki berkopiah hitam berjongkok, menumpukan lengan kirinya pada kotak suara. Sambil bernyanyi, dia berulang kali mengarahkan telunjuk kanannya ke depan kamera. Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan low level angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori high key dengan kategori warna warm.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa Yosi dan kelima rekan utamanya video ini berkumpul kembali? Mengapa Yosi mengangkat tangan dan mengarahkan tangannya ke kamera? Mengapa dia membuka kedua tangannya dengan lebar di udara? Mengapa saat mereka menyanyikan lirik sebentar lagi, Yosi menimpalinya dengan kata lagi? Mengapa Reza sesekali mengayunkan tangannya dan menganggukkan kepalanya sambil bernyanyi? Mengapa Martin menggoyangkan tubuh dan kedua tangannya, lalu menunjuk kamera dengan senyum lebar? Mengapa Moreno menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama musik sambil menunjuk beberapa kali ke arah kamera? Mengapa lelaki berkopiah hitam bernyanyi sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke depan kamera? Mengapa Jhony bernyanyi sambil mengangguk kecil, lalu meletakkan tangannya di pinggang? Mengapa lelaki berkopiah hitam bernyanyi sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke depan kamera? Universitas Sumatera Utara

2. Kode Proaretik

Keenam pemeran utama video ini berkumpul kembali sebagai aksi penghabisan finishing act. Ini adalah terakhir kalinya reff lagu dinyanyikan. Yosi mengangkat tangan lalu mengarahkannya ke kamera adalah untuk menunjuk penonton yang menyaksikan video ini. Gestur itu juga merupakan penegasan bahwa Pilkada DKI Jakarta putaran kedua memang akan dimulai tak lama lagi. Yosi menimpali lirik “sebentar lagi” dengan kata “lagi” semakin menguatkan pesan sentral dari shot ini, bahwa karena Pilkada tahap dua akan diadakan, penonton yang memiliki hak pilih ditegaskan, sekali lagi, untuk bersiap-siap menyambutnya. Reza yang mengayunkan tangan dan menganggukkan kepala sambil bernyanyi menimbulkan kesan santai dan jenaka bagi penonton. Begitu pun Martin, yang menggoyangkan tubuh dan kedua tangannya. Bahasa tubuh dan gestur yang dibuat Moreno memiliki muatan yang hampir serupa dengan Yosi. Perbedaannya adalah, jika bahasa tubuh dan gestur Yosi lebih tegas, maka bahasa tubuh dan gestur Moreno lebih santai, walau tidak mengurangi maksud penegasannya. Hal ini dapat dilihat dari gerakan tubuhnya yang santai namun tetap mengarahkan telunjuknya beberapa kali ke arah kamera. Sikap tubuh Jhony terbilang sederhana—sebatas mengangguk kecil sambil bernyanyi. Jhony sempat bertolak pinggang selama sepersekian detik. Hal ini menandakan bahwa sekilas Jhony menampilkan sikap sedikit acuh tak acuh. Saat berkacak pinggang dengan satu tangan, seseorang memberi isyarat akan sesuatu yang kasar; kita tengah menyerang. Kita menggunakan gestur demikian untuk mengusir orang-orang yang datang terlalu dekat, atau untuk menjaga jarak dengan orang lain. Lelaki berkopiah hitam yang bernyanyi sambil mengarahkan telunjuknya ke depan kamera mengesankan bahwa dia sedang menasihati penonton untuk mengingat momen Pilkada DKI Jakarta yang akan berlangsung ini baik-baik. Universitas Sumatera Utara

3. Kode Simbolik

Tindakan Yosi menunjuk ke arah kamera berfungsi sebagai koneksi antara para pemain dengan penonton. Yosi membuat jarak antara para pemain dan penonton, menghilang. Di sini, telunjuk yang tertuju ke kamera bertindak sebagai jembatan emosional antara Yosi dengan penonton. Tangan yang diayunkan dan anggukan kepala yang ditunjukkan Reza menegaskan gagasan bahwa Pilkada memang dilaksanakan sebentar lagi. Menggoyangkan tubuh dan tangan menunjukkan bahwa Martin amat menikmati aksinya. Telunjuk Moreno yang beberapa kali ke kamera menandakan bahwa dia tengah mengingatkan penonton tentang Pilkada yang akan segera berlangsung. Anggukan kecil dari Jhony pun adalah penegasan dari makna denotatif lirik “sebentar lagi”. Jhony yang bertolak pinggang selama sepersekian detik menandakan bahwa ia sedikit acuh tak acuh. Tak hanya itu, Jhony bertolak pinggang dengan satu tangan. Tindakan ini mengesankan bahwa Jhony sedang menjaga jarak, dalam hal ini dengan penonton. Sikapnya ini kemungkinan besar mewakili orang-orang yang masih belum yakin dengan pilihannya untuk Pilkada nanti. Sementara itu, anjuran untuk mengingat sisi urgensi Pilkada putaran kedua diwakili oleh lelaki berkopiah hitam, yang bernyanyi sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke depan kamera. Dia meminta penonton untuk sungguh- sungguh memaknai Pilkada yang tinggal sebentar lagi berlangsung.

4. Kode Kultural

Tentunya ada alasan mengapa Cameo Project mengingatkan urgensi Pilkada lewat reff lagu di video ini sebanyak empat kali. Jakarta, dengan segala hiruk- pikuk dan gaya hidup kompetitifnya, mengharuskan warganya untuk lebih meninjau ulang prioritas. Hal ini berarti bahwa warganya dituntut untuk mengingat dan mengerjakan hal yang memang nyata kepentingannya. Sudah bukan waktunya lagi warga duduk dan hanya berharap bahwa pemimpin yang baik akan datang dengan sendirinya. Warga Jakarta harus memilih pemimpin terbaik yang bisa ditawarkan oleh situasi politik di masa kini. Universitas Sumatera Utara

5. Kode Semik

20 September 2012 merupakan puncak Pilkada DKI Jakarta. Tanggal itu akan menentukan apakah Jakarta akan dipimpin oleh Foke atau Jokowi. Warga Jakarta harus bersiap-siap menyambut pesta demokrasi yang berlangsung kurang dari sebulan mendatang. Gambar 4.75

A. Analisis Leksia

Keenam orang tersebut terus bernyanyi, Kita harus memilih. yang langsung ditimpali Yosi dengan kalimat, Milih. Yosi mengangguk-anggukkan kepalanya dan menaikkan tangan kanannya, lalu mengarahkan telunjuknya ke bawah. Reza menatap telapak tangan kirinya yang terbuka lebar, kemudian beberapa kali menaik-turunkan telunjuk kanannya ke arah telapak tangan kirinya; menirukan gerak seseorang yang sedang mencoblos. Martin menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri dengan gembira. Dia menghadap Reza, lalu menunjuk-nunjuk telapak tangan kiri Reza yang sedang terbuka. Ekspresinya berubah dari gembira menjadi antusiasme yang agak ekstrim--keningnya berkerut, hidungnya mengernyit, mulutnya terbuka, gerakan tangannya menghentak-hentak. Jhonny bernyanyi sambil menggoyangkan badannya dengan santai. Moreno menggoyangkan badan dan kedua tangannya, sedangkan lelaki berkopiah hitam mengarahkan telunjuknya ke bawah. Universitas Sumatera Utara

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa keenamnya kembali menyanyikan “kita harus memilih”? Mengapa Yosi mengangguk-anggukkan kepala? Mengapa dia menaik-turunkan telunjuknya? Mengapa dia membuka telapak tangan kirinya dengan lebar? Mengapa Yosi menimpali lirik “kita harus memilih” dengan ucapan “milih”? Mengapa Reza bernyanyi sambil menirukan gerakan mencoblos? Mengapa ekspresinya terlihat antusias? Mengapa Martin menggoyangkan badannya ke kiri dan ke kanan dengan gembira? Mengapa dia menghadap Reza, lalu menunjuk- nunjuk telapak tangan kiri Reza yang sedang terbuka? Mengapa ekspresinya menjadi semakin antusias? Mengapa Jhony bernyanyi sambil bergoyang dengan santai? Mengapa lelaki berkopiah hitam mengarahkan telunjuknya ke bawah?

2. Kode Proaretik

Keenamnya kembali mengulangi pesan bahwa warga Jakarta harus memilih. Penekanan terhadap keharusan di sini semakin ditegaskan oleh Yosi yang menimpali lirik “kita harus memilih” dengan ucapan “milih”. Anggukan kepala Yosi menegaskan kalimat tersebut. Dia menaik-turunkan telunjuknya ke bawah untuk menyatakan bahwa Pilkada diadakan di sini, di seluruh penjuru Jakarta. Telapak tangan kirinya yang terbuka lebar diumpamakan Yosi sebagai surat suara, sedangkan telunjuk kanannya diibaratkan sebagai paku untuk mencoblos. Lirik “kita harus memilih” yang dinyanyikan Reza sambil menirukan gerakan mencoblos memiliki dua arti. Pertama, dia mengucapkan apa yang menjadi fokus mereka di shot ini, yaitu persuasi bagi penonton untuk memilih. Kedua, dia menegaskan ucapannya dengan memeragakan gerakan mencoblos. Ekspresi antusias yang ditampilkannya demi mengesankan bahwa memilih—sebagai salah satu bentuk kebebasan berpolitik—adalah hal yang menyenangkan. Goyangan tubuh Martin dari ke kiri dan ke kanan dengan gembira menandakan bahwa dia menikmati perannya sebagai ‘pembawa pesan’ dalam video ini. Antusiasmenya menunjukkan bahwa Martin senang bahwa waktu Universitas Sumatera Utara memilih gubernur akan tiba sebentar lagi. Sikap santai Jhony dalam bernyanyi menandakan bahwa dia menikmati kesempatan memilih dalam Pilkada. Telunjuk lelaki berkopiah hitam yang mengarah ke bawah menandakan bahwa Pilkada DKI akan diadakan di sini, di Jakarta.

3. Kode Simbolik

Penggunaan kata “kita” pada lirik “kita harus memilih” menyimbolkan kebersamaan. Kebersamaan merupakan inti dari budaya kolektif yang umum dijumpai dalam masyarakat yang menganut budaya Timur. “... harus memilih” menekankan urgensi Pilkada kepada penonton. Hal ini penting mengingat tingginya tingkat golput dalam Pilkada DKI tahap satu, yang mencapai lebih dari 30.

4. Kode Kultural

Lirik “kita harus memilih” menyasar pada kesadaran kolektif warga Jakarta. Peristiwa politik skala besar seperti Pilkada hidup dari partisipasi rakyat daerahnya. Partisipasi politik lahir dari kesadaran bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Jika warga Jakarta peduli terhadap masa depan daerahnya, maka mereka akan menggunakan hak pilihnya pada Pilkada putaran dua.

5. Kode Semik

Perubahan dimulai dengan menentukan pilihan. “Kita harus memilih” bukan sekadar himbauan tetapi juga keharusan. Memilih untuk golput sama artinya dengan menelantarkan nasib Jakarta yang amat memerlukan perbaikan. Warga Jakarta harus membuang apatismenya dan mulai berpartisipasi demi perubahan yang mereka inginkan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.76 Gambar 4.77

A. Analisis Leksia

Sementara kelima rekannya menyanyikan lirik Foke atau Jokowi, Yosi mengangkat bahu lalu menimpali nyanyian kelimanya dengan, Terserah. Reza mengarahkan telunjuknya ke bawah, lalu menggerakkannya ke kiri dan kanan. Martin mengangkat tangan kirinya, menyilangkan kedua tangannya di depan pinggang, kemudian mengangkat kedua tangannya ke atas; telapak tangannya terbuka. Dia tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya. Jhony sedikit menggoyangkan badan, kemudian sekilas menunjuk kumis palsu yang Universitas Sumatera Utara dipakainya. Moreno memajukan tubuhnya sembari bergantian menggerak- gerakkan tangan kanan dan kiri di depan wajahnya. Lelaki berkopiah hitam berulang kali menyentuh kumis dengan telunjuknya, mengarahkan telunjuk kanannya ke bawah, kemudian melipat kedua lengannya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa sementara kelima rekannya menyanyikan lirik Foke atau Jokowi, Yosi mengangkat bahu? Mengapa dia menimpali nyanyian mereka dengan kata terserah? Mengapa Reza menurunkan lalu menggoyangkan telunjuknya ke kiri dan kanan? Mengapa Martin menyilangkan kedua tangannya? Mengapa dia lalu membuka lebar kedua tanganya di udara? Mengapa dia tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya? Mengapa Jhony bergoyang sambil menunjuk kumis palsu yang dipakainya? Mengapa lelaki berkopiah hitam berulang kali menyentuh kumis palsu dengan telunjuknya? Mengapa dia mengarahkan telunjuk kanannya ke bawah?

2. Kode Proaretik

Lirik “Foke atau Jokowi” sekali lagi mengingatkan bahwa kedua calon gubernur yang tersisa adalah Fauzi Bowo dan Joko Widodo. Telunjuk Reza yang digerakkan ke dua arah, yaitu kiri dan kanan, mengisyaratkan bahwa warga Jakarta memiliki dua pilihan. Martin menyilangkan kedua tangannya pada bagian “Foke” namun membuka lebar kedua tangannya di udara saat mengucapkan “Jokowi”. Secara tersirat, Martin mendukung Jokowi alih-alih Foke. Senyuman lebar yang menyusul setelahnya memastikan dukungan tersebut. Jhony menunjuk kumis palsunya untuk menunjukkan bahwa Foke adalah kandidat dengan atribut kumis. Sama halnya dengan lelaki berkopiah hitam. Telunjuknya yang diarahkan ke bawah mengisyaratkan bahwa Jakarta nantinya akan dipimpin oleh Foke atau Jokowi. Universitas Sumatera Utara

3. Kode Simbolik

Foke identik dengan kumis hitamnya, sementara Jokowi dikenal dengan kemeja kotak-kotaknya.

4. Kode Kultural

Baik Foke maupun Jokowi memiliki latar belakang dan rekam jejak sendiri dalam kancah pemerintahan. Foke telah memimpin Jakarta dalam periode 2007- 2012 bersama wakilnya dahulu, Priyanto. Sementara Jokowi sebelum menjabat sebagai walikota Solo selama dua periode, yaitu 2005-2010 dan 2010-2015—

5. Kode Semik

Warga Jakarta mempunyai dua pilihan, Foke atau Jokowi. Cameo Project melalui Yosi, Reza dan kawan-kawan telah mengenalkan sosok kedua kandidat kepada penonton. Lewat video ini pula mereka membentuk citra Foke, Nara, Jokowi dan Ahok dengan cara yang khas demi menyampaikan pesan tertentu. Berdasarkan akumulasi elaborasi terdahulu, jelaslah bahwa ‘pemimpin yang bijak’ menurut Cameo Project adalah Jokowi. Maka, Jokowi dianggap layak dipilih sebagai gubernur DKI Jakarta. Gambar 4.78 Universitas Sumatera Utara

A. Analisis Leksia

Yosi membuka lebar kedua tangannya. Dia mengangkat tangan kanannya di sisi wajah, lalu berseru, Uhu Sembari bernyanyi, Reza menunjuk-nunjuk tanah dengan telunjuk kanannya. Martin terlihat gembira—alisnya naik, pandangannya cerah, tawanya tebar. Dia bernyanyi sambil beberapa kali menggerakkan kedua tangannya di sisi tubuhnya; naik-turun. Dia menekuk kedua tangannya lalu memposisikan kedua telunjuknya di sisi wajahnya. Dia mengakhiri rangkaian gerakannya dengan menurunkan kedua telunjuknya lalu menyilangkannya dengan cepat. Moreno menggoyangkan badan serta kepalanya. Tangan kanannya memegang permukaan kotak suara. Telapak tangan kirinya terbuka. Jhony mengayun-ayunkannya beberapa kali. Lelaki berkopiah hitam tetap pada posisi semula. Dia mengangkat tangan kirinya, menyentuh kopiah hitam yang dikenakannya, lalu beberapa kali menaik-turunkannya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa lirik yang mereka nyanyikan berbunyi “jadi gubernur DKI”? Mengapa Yosi merentangkan kedua tangannya? Mengapa dia memposisikan tangan kanannya di sisi wajahnya, lalu berseru, Uhu? Mengapa Reza menaik- turunkan telunjuk kanannya? Mengapa Martin menampilkan pandangan yang cerah dan tawa yang lebar? Mengapa dia bernyanyi sembari menggerak-gerakkan tangannya? Mengapa dia menekuk kedua tangannya lalu memposisikan kedua telunjuknya di sisi wajahnya? Mengapa tangan kanan Moreno memegang permukaan kotak suara? Mengapa lelaki berkopiah hitam menyentuh kopiah yang dikenakannya, lalu menaik-turunkannya?

2. Kode Proaretik

“Jadi gubernur DKI” adalah hasil akhir yang hendak dicapai oleh Foke maupun Jokowi. Tangan Yosi yang terentang menandakan keterbukaannya terhadap apapun hasil Pilkada nanti. Seruan “Uhu” dari Yosi adalah bentuk Universitas Sumatera Utara antusiasmenya untuk berpartisipasi sebagai pemilih. Telunjuk Reza yang diarahkan ke tanah menunjukkan bahwa gubernur DKI nantinya akan bertanggung jawab terhadap wilayah yang mereka tempati sekarang. Martin mengekspresikan harapan dan semangat lewat pandangan yang cerah dan tawa yang lebar di wajahnya. Moreno menjadikan kotak suara sebagai tumpuan sebagian berat tubuhnya. Tindakan ini memudahkannya mencondongkan tubuh ke depan demi menghadap kamera. Kopiah hitam lazim digunakan oleh gubernur saat menghadiri beragam acara resmi. Lelaki berkopiah hitam menyentuh kopiah yang dikenakannya untuk mengilustrasikan gagasan tersebut.

3. Kode Simbolik

Lirik “jadi gubernur DKI” dibarengi oleh gestur dari Yosi dan kelima rekannya. Di antara mereka, gestur lelaki berkopiah hitamlah yang paling signifikan. Dia menggeser kopiah hitamnya ke depan dan ke belakang dengan cepat. Gestur ini menjalin relasi gagasan terhadap pemakaian kopiah hitam dan jabatan sebagai gubernur. Gubernur mengemban tanggung jawab sebagai kepala pemerintahan di tingkat provinsi. Gubernur dituntut kemampuannya dalam banyak aspek, tak hanya dari segi teknis seperti birokrasi, tetapi juga segi seremonial. Gubernur kerap diundang untuk menghadiri acara-acara resmi terkait wewenangnya sebagai wakil pemerintah di tingkat provinsi. Dalam berbagai seremoni, misalnya upacara atau pelantikan, gubernur kerap mengenakan kopiah hitam sebagai untuk tampil formal.

4. Kode Kultural

Banjir dan macet masih menjadi dua masalah yang belum mendapat pemecahan yang tuntas. Besar harapan warga Jakarta untuk dipimpin oleh gubernur yang sanggup menangani masalah-masalah di Jakarta demi memastikan kesejahteraan warganya. Universitas Sumatera Utara

5. Kode Semik

Warga Jakarta berhak memilih Fauzi Bowo atau Joko Widodo untuk menjabat sebagai gubernur Jakarta lima tahun ke depan. Secara umum itulah pesan yang hendak disampaikan oleh Cameo Project. Namun, sebagai bagian dari reff yang diulang sebanyak empat kali, sentimen Cameo Project sesungguhnya jelas: mereka mengharapkan kemenangan Jokowi. Kesamaan rima antara “Jokowi” dan “jadi gubernur DKI” bukan kesengajaan, karena bahasa adalah hasil konstruksi pemikiran seseorang. Gambar 4.79

A. Analisis Leksia

Yosi berdiri di posisi semula dengan kedua tangan di kanan-kiri badannya. Yosi memegang bagian atas kemeja kotak-kotaknya, lalu dengan kedua tangannya, Yosi mengibas-ngibaskannya. Reza melebarkan pandangannya, membuka lebar mulutnya, dan—seperti Yosi—mengibas-ngibaskan kemeja kotak-kotaknya dengan kedua tangannya. Martin tersenyum lebar sambil menarik- narik sisi atas kemeja kotak-kotak biru mudanya. Jhony membuat beberapa gerakan sambil menyanyi. Pertama, dia mengangkat tangan kanan kanannya hingga telapaknya lurus di sisi wajah. Lalu, dia menggerakkan tangan kirinya dengan cara yang sama. Kemudian, Jhony memposisikan tangan kanannya di atas kepala, dengan telapaknya menghadap ke bawah. Dia memposisikan tangan kirinya di depan tubuhnya dan menghadapkan Universitas Sumatera Utara telapak kirinya ke bawah. Jhony lalu menghadapkan kedua telapak tangannya ke sisi kanan dan kiri wajahnya. Dua rekan mereka di belakang, Moreno dan lelaki berkopiah hitam, menggenggam bagian depan kemeja kotak-kotaknya dan menarik-nariknya; kedua sikunya terangkat di sisi tubuh. Sedangkan lelaki berkopiah hitam sendiri menarik-narik kerah kemeja kotak-kotak dengan kedua tangannya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka berenam menyanyikan lirik takotak kotak kotak untuk yang ketiga kalinya? Mengapa sambil bernyanyi, Yosi memegang bagian atas kemeja kotak- kotaknya lalu mengibas-ngibaskannya? Mengapa Reza melakukan hal yang sama pada kemejanya? Mengapa Martin tersenyum lebar dan menarik-narik sisi atas kemeja kotak-kotak biru mudanya? Mengapa Jhony membuat gerakan membentuk persegi empat dengan tangannya? Mengapa Moreno menggenggam kemeja kotak-kotaknya dan menarik-nariknya? Mengapa lelaki berkopiah hitam melakukan hal yang sama?

2. Kode Proaretik

Mereka mulai menyanyikan lirik “tak kotak kotak kotak”. Seperti pemaparan pada shot-shot sebelumnya, lirik ini mengacu kepada kemeja kotak-kotak yang dikenakan oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama. Tindakan Yosi dan Reza yang meyentuh dan mengibas-ngibaskan kemeja kotak-kotak yang mereka kenakan menegaskan hal ini. Senyum lebar Martin yang berbarengan dengan tindakannya menarik kemeja kotak-kotak yang dipakainya secara implisit menandakan bahwa dia menyenangi pilihan yang melatarbelakangi eksisnya kemeja tersebut, yakni pasangan Jokowi- Ahok. Gerakan menyerupai persegi empat yang dibuat Jhony dengan tangannya menyerupai motif ‘kotak-kotak’ yang menghiasi kemeja mereka. Genggaman dan tarikan pada kemeja kotak-kotak yang dilakukan Moreno dan lelaki berkopiah Universitas Sumatera Utara hitam merupakan tindakan yang dilakukan untuk menarik perhatian penonton. Hal ini juga untuk mempertegas rujukan bahwa lirik “tak kotak kotak kotak” mengacu pada kemeja kotak-kotak.

3. Kode Simbolik

Kemeja kotak-kotak identik dengan sosok Jokowi dan Ahok. Kemeja ini mewakili gagasan keberagaman dan harapan agar warga Jakarta dapat hidup berdampingan dengan damai.

4. Kode Kultural

Penggunaan kemeja kotak-kotak menyiratkan dukungan masyarakat terhadap pasangan Jokowi-Ahok. Sepanjang Pilkada, Jokowi-Ahok acapkali berada di posisi yang lebih menguntungkan dibanding para kompetitornya, termasuk pasangan Foke-Nara. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, eksposur media adalah salah satunya. Hal tersebut menjadi salah satu sumbangsih utama mengapa dukungan publik terhadap Jokowi-Ahok amat besar, bahkan jika mereka bukan warga Jakarta. Dari segi internal Jakarta sendiri, dukungan masyarakat terhadap Jokowi- Ahok cenderung lebih besar dibandingkan pesaing utamanya, Foke-Nara, yang merupakan putra Jakarta. Itulah yang menyebabkan mobilisasi kemeja kotak- kotak terbilang signifikan.

5. Kode Semik

Kemeja kotak-kotak membawa pesan persatuan dalam keberagaman. Jokowi- Ahok mengusung visi ‘Jakarta Baru, Kota yang modern dan tertata rapi, menjadi tenpat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik’. Visi tersebut dielaborasi lebih lanjut dalam satu rangkaian misi, yaitu: 1. Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi dan konsisten terhadap rancangan tata ruang wilayah. 2. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti banjir, mancet, pemukiman kumuh, sampah, dll. Universitas Sumatera Utara 3. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota. 4. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota, dan 5. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik. Memilih Jokowi-Ahok berarti menerima dan mendukung visi, misi, serta program kerja mereka untuk Jakarta selama lima tahun ke depan. Gambar 4.80 Gambar 4.81 Universitas Sumatera Utara

A. Analisis Leksia

Yosi sejenak berpaling ke kanan, meletakkan kedua tangannya di sisi badan. Dia mengangkat kedua tangannya, lalu mengarahkan kedua telunjuknya untuk menunjuk kumis palsu yang dikenakannya. Reza memposisikan tangan kirinya di depan pinggangnya. Dia menunjuk kumis palsu di wajahnya. Punggungnya agak dibungkukkan. Pandangannya lurus ke depan kamera. Martin menggoyang-goyangkan tubuhnya, menghadap Reza, kedua tangannya diangkat di depan dada. Dia beberapa kali menunjuk-nunjuk kumis palsunya dengan kedua telunjuknya, sebelum kemudian menunjuk kumis palsu Reza dengan telunjuk kirinya. Jhony menunjuk kumis palsu di wajahnya dengan kedua telunjuknya. Moreno bergantian menunjuk kumis di wajahnya dengan telunjuk kanan dan kiri. Lelaki berkopiah hitam memanyunkan bibirnya sembari membuat gerakan mencubit ujung kumis dengan kedua ibu jari dan telunjuknya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka menyanyikan lirik miskumis kumis kumis? Mengapa Yosi berpaling ke kanan, lalu meletakkan kedua tangannya di sisi badan? Mengapa dia menyentuh kumis palsu dengan kedua tangannya Mengapa Reza melakukan hal yang sama? Mengapa dia agak membungkukkan tubuhnya? Mengapa pandangannya lurus ke depan kamera? Mengapa Martin menggoyangkan tubuhnya, menghadap Reza? Mengapa dia beberapa kali menunjuk kumis palsunya, lalu menunjuk kumis palsu Reza? Mengapa Jhony menunjuk kumis di wajahnya dengan kedua telunjuknya? Mengapa Moreno bergantian menunjuk kumis di wajahnya dengan telunjuk kanan dan kiri? Mengapa lelaki berkopiah hitam memanyunkan bibirnya sembari mencubit ujung kumis dengan ibu jari dan telunjuknya?

2. Kode Proaretik

Lirik “miskumis kumis kumis” merujuk pada Foke sebagai salah satu kandidat gubernur Jakarta periode 2012-2017. Tindakan Yosi berpaling ke kanan Universitas Sumatera Utara dan meletakkan kedua tangannya di sisi badan mengindikasikan reaksi yang biasa saja. Kumis palsu yang disentuh Yosi mengilustrasikan lirik yang dinyanyikannya pada shot ini. Reza, Martin, Jhony, dan lelaki berkopiah hitam pun bermaksud sama. Postur tubuh Reza yang agak bungkuk membuat ekspresinya tampak lebih jelas di hadapan kamera. Posisi Martin yang condong ke arah Reza menandakan keakraban dan persamaan sentimen.

3. Kode Simbolik

Kumis merupakan atribut dari pasangan Foke-Nara. Secara spesifik, kumis merujuk kepada sosok Fauzi Bowo selaku gubernur petahana DKI Jakarta sekaligus salah satu kandidat gubernur periode 2012-2017. Kumis menyimbolkan pemberatasan terhadap kekumuhan dan kemiskinan.

4. Kode Kultural

Kumis palsu yang dikenakan oleh beberapa pemain di video ini melambangkan mobilisasi dukungan masyarakat terhadap Foke-Nara. Sepanjang Pilkada, khususnya pada putaran kedua, dukungan masyarakat terhadap pasangan Foke-Nara masih berada di bawah Jokowi-Ahok. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkannya. Pertama, berhembusnya isu SARA yang menyerang Jokowi-Ahok. Isu ini disinyalir berasal dari pihak Foke-Nara. Kedua, permainan wacana di situs jejaring sosial Twitter, khususnya Triomacan2000, yang berbalik memuji-muji Foke setelah menjatuhkannya secara habis-habisan pada Pilkada putaran pertama. Adapun faktor ketiga yaitu lelahnya masyarakat mendengar janji-janji Foke sementara pembangunan di Jakarta selama lima tahun terakhir dinilai belum memuaskan.

5. Kode Semik

Kumis membawa harapan pengentasan kekumuhan dan kemiskinan. Harapan tersebut diwakili oleh visi, misi, serta program kerja pasangan Foke-Nara. Adapun visi pasangan cagub-cawagub dengan nomor urut 1 itu adalah ‘Jakarta yang lebih maju, nyaman, dan sejahtera. Jakarta yang nyaman bermakna terciptanya rasa Universitas Sumatera Utara aman, tentram, dan damai. Jakarta yang sejahtera bermakna terwujudnya derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehati, layak, dan manusiawi’. Visi tersebut dielaborasi lebih lanjut dalam satu rangkaian misi, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang mudah diakses dan merata 2. Memperkuat pemberdayaan masyarakat pada berbagai aspek kehidupan melalui peningkatan kapasitas dan penciptaan ruang untuk prakarsa dan krativitas untuk menuju masyarakat yang lebih mandiri. 3. Mempercepat pembangunan infrastruktur kota untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Mengelola pembangunan infrastruktur kota untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5. Mengelola lingkungan kota yang bersih, sehat, layak huni, dan inspiratif menuju kenyamanan dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Memilih Foke-Nara berarti mendukung visi, misi, dan program kerja mereka untuk Jakarta selama lima tahun ke depan. Gambar 4.82

A. Analisis Leksia

Keenam orang tersebut menganjurkan agar masyarakat Jakarta memilih pemimpin yang bijak. Mereka menekankan urgensi pemilihan yang tepat tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan bahasa tubuh. Yosi menempelkan telunjuknya ke dahi. Reza membuka telapak tangan kanannya. Martin menautkan tangan kanan dan kirinya sembari agak membusungkan dada. Dia memperagakan sikap seseorang yang tengah bicara di hadapan publik. Jhony berkacak pinggang Universitas Sumatera Utara dan sedikit menggoyangkan kepalanya. Moreno turut bernyanyi sambil berlutut, matanya menatap lurus ke kamera, kedua sikunya bertumpu pada permukaan kotak suara. Sedangkan lelaki berkopiah hitam berjongkok, menumpukan kedua lengannya pada kotak suara, membuka mulutnya lebar-lebar saat bernyanyi.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka menyanyikan lirik pilih pemimpin yang bijak? Mengapa Yosi menempelkan telunjuknya ke dahi sambil mengucapkan kata bijak? Mengapa Reza membuka telapak tangan kanannya? Mengapa dia memajukan tangan kanannya? Mengapa Martin menautkan tangan kanan dan kirinya sambil sedikit membusungkan dada? Mengapa Jhony berkacak pinggang dan menggoyangkan kepalanya? Mengapa Moreno bernyanyi dengan tumpuan siku pada kotak suara dan mata fokus ke kamera? Mengapa lelaki berkopiah hitam menumpukan kedua lengannya pada kotak suara dan membuka lebar mulutnya saat bernyanyi?

2. Kode Proaretik

Lirik “pilih pemimpin yang bijak” berfungsi sebagai anjuran kepada para penonton video. Telunjuk yang ditempelkan ke dahi menunjukkan bahwa ‘pemimpin yang bijak’ adalah pemimpin yang mampu berpikir rasional demi masyarakat yang dipimpinnya. Martin membusungkan dada sambil menautkan tangannya untuk memeragakan sosok pemimpin yang berwibawa. Tindakan membusungkan dada lazim diasosiasikan dengan kepercayaan diri. Jhony yang berkacak pinggang dan menggoyangkan kepala menandakan bahwa dia siap bertindak—dalam hal ini memilih ‘pemimpin yang bijak’. Tangan Moreno yang ditumpukan pada kotak suara menandakan bahwa setiap suara yang diberikan amatlah penting. Oleh karena itu, tindakannya ini, dikombinasikan dengan tatapan fokus ke kamera, memperkuat gagasan bahwa warga Jakarta harus memilih pemimpin yang bijak. Bernyanyi dengan mulut Universitas Sumatera Utara terbuka lebar menandakan lelaki berkopiah hitam sangat yakin dan bersemangat dengan pilihannya.

3. Kode Simbolik

Pemimpin yang bijak adalah impian semua orang, termasuk warga Jakarta yang akan menghadapi Pilkada tahap dua tak lama setelah video ini diunggah. Sosok pemimpin yang bijak diasosiasikan dengan harapan dan cita-cita warga Jakarta untuk menikmati hidup yang lebih layak. Gerak-gerik Yosi, Martin, dan Reza secara spesifik mengilustrasikan seperti apa kriteria pemimpin yang bijak menurut mereka. Gerak-gerik Yosi adalah sugesti bahwa pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang memikirkan nasib dan kesejahteraan rakyat. Martin yang membusungkan dada mengisyaratkan bahwa Jakarta mengidamkan pemimpin yang berwibawa. Kedua tangan Reza yang dibuka secara bergantian menandakan bahwa pemimpin yang bijak, adalah pemimpin yang mau mendengarkan suara rakyatnya.

4. Kode Kultural

Pemimpin yang bijak dinilai dari berbagai sisi. Pilkada Jakarta merupakan isu penting yang setiap hari diekspos media. Semakin tinggi frekuensi ekspos media, semakin sadar pula masyarakat terhadap isu-isu yang diberitakan. Berdasarkan lirik dan visualisasi yang mereka paparkan, penonton kemungkinan besar telah mengetahui, apakah Foke atau Jokowi yang memiliki karakter pemimpin yang bijak—pemimpin yang diidamkan oleh warga masyarakat Jakarta.

5. Kode Semik

Tujuan utama dari video ini adalah mengajak masyarakat untuk memilih serta membantu mereka mengidentifikasi kandidat yang layak menjabar sebagai gubernur DKI Jakarta. Sepanjang video, baik melalui lirik maupun gerak-gerik, Cameo Project telah memberi arahan kepada penonton, siapa di antara Foke atau Jokowi yang layak dipilih. Lirik “pemimpin yang bijak” adalah bagian dari reff yang dinyanyikan sebanyak empat kali. Repetisi demikian berfungsi menegaskan pesan mereka kepada penonton. Terdapat rima yang jelas antara lirik “pemimpin Universitas Sumatera Utara yang bijak” dengan kemeja “tak kotak-kotak kotak”—lirik yang merujuk kepada Jokowi. Dengan kata lain, pemimpin yang bijak dan layak dipilih adalah Jokowi. Gambar 4.83

A. Analisis Leksia

Yosi memindahkan telunjuknya, menurunkan tangannya, lalu membuat gerakan menyilang; tangan kanan di atas dan tangan kiri di bawah. Reza memundurkan kepalanya, sejenak menguncupkan lalu membuka jari-jari di kedua tangannya, bibirnya mengerucut, dagunya terangkat. Dia mengakhiri aksinya dengan saling mengatupkan kedua telapak tangannya. Martin menyilangkan kedua tangannya di depan badan. Alisnya bertemu, hidungnya berkerut, bibirnya mengerucut. Dia mengibas-ngibaskan tangannya ke samping dan menggelengkan kepala saat mengucapkan jangan yang tukang. Saat mengucapkan kata bokis, Martin membentangkan kedua tangannya lebar- lebar, membusungkan dada dengan dagu terangkat, alis bertaut, dan bibir yang cemberut. Jhony yang tadinya berkacak pinggang mengangkat tangan kanannya, lalu menunjuk kumis palsu yang dipakainya. Moreno menggerakkan telunjuk kanannya ke kiri, ke kanan, dan ke depan. Sambil menyanyikan lirik jangan yang Universitas Sumatera Utara tukang, dia beberapa kali mengarahkan telunjuknya ke kamera. Moreno menyanyikan kata “bokis” sambil membentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Lelaki berkopiah hitam menyanyikan jangan yang tukang dengan telunjuk yang digoyang-goyangkan. Dia mengangkat kedua tangannya, menguncupkan sepuluh jemarinya, membuatnya saling beradu sambil menyambungkan kata bokis dengan penggalan lirik sebelumnya. Dia kemudian melipat kedua tangannya di meja lalu diam.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa mereka menyanyikan lirik jangan yang tukang bokis? Mengapa Yosi menyilangkan kedua tangannya? Mengapa kemudian dia menguncupkan jemari di kedua tangannya? Mengapa Reza memundurkan kepala, membuka lalu mengatupkan jari-jari di kedua tangannya? Mengapa Martin menyilangkan kedua tangannya di depan badan? Mengapa alisnya bertemu, hidungnya berkerut, dan bibirnya berkerucut? Mengapa dia mengatupkan kedua telapak tangannya? Mengapa dia menyilangkan kedua tangannya di depan badan? Mengapa alisnya bertemu, hidungnya berkerut, dan bibirnya mengerucut? Mengapa mengibas-ngibaskan tangannya ke samping dan menggelengkan kepala saat mengucapkan jangan yang tukang? Mengapa dia membentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan membusungkan dada? Mengapa dia dagunya terangkat, alisnya bertaut, dan bibirnya cemberut? Mengapa dia bersikap demikian saat mengucapkan kata bokis? Mengapa Jhony berkacak pinggang? Mengapa dia menunjuk kumis palsunya? Mengapa Moreno menggerakkan telunjuk kanannya ke kiri, ke kanan, dan ke depan? Mengapa dia beberapa kali menunjuk kamera sambil menyanyikan jangan yang tukang? Mengapa saat tiba pada kata bokis, Moreno bernyanyi sambil membentangkan kedua tangannya lebar-lebar? Mengapa lelaki berkopiah hitam memasang ekspresi cemberut? Mengapa dia menguncupkan sepuluh jemarinya? Mengapa dia membuat jemarinya beradu Universitas Sumatera Utara sambil menyanyikan kata bokis? Mengapa dia melipat kedua tangannya di meja lalu diam dengan mulut terkatup?

2. Kode Proaretik

Untuk terakhir kalinya, Yosi, Reza, Martin, Moreno, Jhony, dan lelaki berkopiah hitam akhirnya menyanyikan penggalan lirik terakhir, yaitu “jangan yang tukang bokis”. Kedua tangan Yosi yang tersilang menyatakan ketidaksetujuan atau penolakan—dalam hal ini terhadap pemimpin yang tidak amanah. Jemari Yosi dan Reza yang membuka lalu menutup adalah gestur yang biasa digunakan untuk mengisyaratkan tindakan berbohong. Gerakan tersebut, bila diperhatikan, tampak seperti gerakan bibir orang yang sedang berbicara. Dalam pergaulan sehari-hari, jika seseorang menirukan gerakan tersebut, lawan bicara atau pendengarnya paham kalau gerakan itu mengacu pada tindakan menipu atau membual. Tangan Martin yang tersilang di depan badan menyatakan ketidaksetujuan dan penolakan, seperti yang dilakukan oleh Yosi. Alis yang bertemu, hidungnya yang berkerut, dan bibir yang berkerucut menegaskan bahwa reaksi negatif dari Martin amatlah kuat. Telapak tangan yang terkatup menandakan sikap menolak atau ketiadaan kompromi. Martin secara gestural memberi tahu bahwa tidak ada kompromi bagi pemimpin yang gemar membual pada rakyat. Hal ini ditegaskan dengan kibasan tangan dan gelengan kepada saat dia mengucapkan “jangan yang tukang” ke arah kamera. Tangan yang dibentangkan dan dada yang dibusungkan adalah pertanda kepercayaan diri sekaligus gestur persuasi. Martin secara tegas dan percaya diri mengajak penonton untuk tidak memilih pemimpin yang penipu. Dagu yang terangkat, alis yang bertaut, dan bibir yang cemberut adalah komposisi ekspresi jijik yang ditampilkan Martin. Bukan kebetulan bila ekspresi semacam ini ditampilkannya saat mengucapkan kata “bokis”. Semua ini agar penonton paham betul bahwa membual adalah perbuatan pemimpin yang tidak terpuji dan tidak patut dipilih. Universitas Sumatera Utara Jhony berkacak pinggang sambil menunjuk kumis palsu yang dipakainya. Gerakan berkacak pinggang, khususnya dengan satu tangan seperti yang dilakukan Jhony, mengisyaratkan reaksi negatif. Saat seseorang menampilkan pose demikian, dia sedang mengisyaratkan sesuatu yang kasar. Isyarat ini digunakan untuk sekadar menjaga jarak atau malah menyrang. Jhony pun menunjuk kumis palsunya. Kumis palsu merujuk pada Fauzi Bowo selaku gubernur petahana. Jhony sedang ‘menyerang’ sekaligus menyatakan penolakannya terhadap Fauzi Bowo selaku salah satu calon yang sah dipilih dalam Pilkada. Telunjuk Moreno yang digerakkan ke ke kiri, kanan, dan ke depan berfungsi memberikan penekanan pada masing-masing kata saat dia mengucapkan “jangan yang tukang”. Kedua tangan yang dibentangkan saat mengucapkan kata “bokis” memberi kesan bahwa berbohong adalah tindakan melebih-lebihkan fakta. Ekspresi cemberut pada wajah lelaki berkopiah hitam mengesankan ketidaksenangan dan ketidaksetujuan. Sepuluh jemarinya yang beradu dalam keadaan terkatup saat menyanyikan kata “bokis” menyimpan dua makna. Gestur yang ditunjukkannya biasa digunakan oleh masyarakat untuk menggantikan kata ‘uang’ atau ‘suap’. Kombinasi gestur tersebut dengan kata “bokis” bermakna bahwa pemimpin yang ‘tukang bokis’ adalah pemimpin yang rakus harta dan korup. Kedua tangan yang terlipat di meja dan mulut terkatup berfungsi sebagai tindakan finalnya di video ini.

3. Kode Simbolik

Tangan yang tersilang diasosiasikan dengan penolakan. Jemari yang dibuka lalu dikuncupkan kembali adalah isyarat bagi tindakan membual, terlebih karena gestur ini dipadukan dengan lirik “jangan yang tukang bokis”. Lewat kombinasi ini, Yosi dan Cameo Project sekali lagi menegaskan bahwa calon pemimpin yang banyak mengumbar janji tak layak dipilih sebagai gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada putaran kedua. Sepanjang video, Martin cukup sering menyilangkan tangannya di depan badan. Tingginya frekuensi penggunaan gestur ini seara keseluruhan menyimbolkan penolakan. Martin menolak keras isu-isu negatif yang disinggung Universitas Sumatera Utara di video ini, yaitu isu SARA dan calon pemimpin yang ‘tukang bokis’. Ketiadaan kompromi darinya ditunjukkan lewat kedua telapak tangan yang terkatup, alis yang bertemu, hidung yang berkerut, dan bibir yang mengerucut. Penolakan Martin terhadap isu-isu tersebut juga ditunjukkan lewat gelengan kepala dan kibasan tangan. Kedua gestur ini juga mewakili sentimen penolakan, layaknya tangan yang disilangkan di depan badan. Segala bentuk penyampaian sentimen lewat ekspresi wajah dan gestur menandakan bahwa pemimpin yang ‘tukang bokis’ tak layak dipilih.

4. Kode Kultural

Kini, di detik-detik akhir video, penonton diharapkan telah memiliki bayangan tentang siapa di antara kedua kandidat itu yang patut diberikan suara. Pemberitaan media, isi kampanye kedua calon, dan jejak rekamkeduanya telah memberi gambaran tersendiri mengenai kelayakan salah satunya untuk menjabat sebagai gubernur. Kata “bokis” yang merupakan bagian dari bahasa gaul Jakarta diasosiasikan dengan sosok Foke atau Fauzi Bowo. Pencitraan negatif ini diperkuat oleh informasi isu SARA yang beredar dan implikasi bahwa kubu suporter Foke adalah pelakunya. Lirik “nanti harus nunggu lima tahun lagi” juga mengimplikasikan bahwa tak banyak yang Foke perbuat selama periode kepemimpinannya. Maka, sentimen bahwa Foke pemimpin yang tukang bokis dapat diartikan manifestasi ketidakpercayaan Cameo Project terhadap rekam jejak Foke.

5. Kode Semik

Untuk terakhir kalinya, penonton disuguhi lirik “jangan yang tukang bokis” beserta visualisasinya. Lirik penutup ini berima dengan lirik “mis kumis kumis kumis” yang mendahuluinya. Dengan kata lain, shot yang juga berfungsi sebagai penutupan wacana politik ini menyimpulkan bahwa Foke adalah pemimpin yang ‘tukang bokis’, sementara Jokowi adalah ‘pemimpin yang bijak’, dan karenanya tak layak dipilih untuk periode jabatan 2012-2017. Universitas Sumatera Utara

4. 2 Pembahasan

Secara garis besar, video Takotak Miskumis berisi ajakan untuk berpartisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta tahap dua. Dua tokoh sentral dalam video ini adalah Foke Fauzi Bowo dan Jokowi Joko Widodo. Wacana yang dikonstruksi sepanjang video adalah memilih pemimpin yang bijak, alih-alih memilih pemimpin yang menipu rakyat bokis. Berdasarkan kacamata semiotika, visualisasi maupun lirik yang terdapat di dalam video ini memiliki dua tatanan pemaknaan, yakni makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi bersifat eksplisit dan langsung. Makna ini langsung dapat dipahami tanpa perlu mencerna isi pesan secara dalam. Dengan kata lain, makna denotasi dapat dimaknai sebagaimana adanya face value. Di lain pihak, makna konotasi bersifat implisit dan sebenarnya arbitrer. Makna konotasi terbuka terhadap berbagai kemungkinan tafisiran. Hanya saja, tatanan pemaknaan konotatif berkaitan langsung dengan mitos. Mitos hidup di dalam wacana. Mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Mitos, dalam pemahaman semiotika Roland Barthes, merupakan pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang sebetulnya arbitrer dan konotatif sebagai sesuatu yang alamiah. Oleh karenanya, pemaknaan yang semula seolah bersifat semena dapat diartikan dalam cara tertentu dan dimaknai sebagai sesuatu yang natural adanya. Video Takotak Miskumis berisi citra yang berfungsi sebagai pesan kepada khalayak. Imej atau citra berfungsi untuk merepresentasikan realitas. Pemeran- pemeran di video merupakan kaum muda yang bersemangat dan dinamis. Penggunaan eye level angle dengan medium shot di hampir semua scene memberikan kesan kesetaraan dan keakraban. Pewarnaan yang cerah membentuk kesan yang ceria dan hidup. Secara denotatif, video Takotak Miskumis dapat dimaknai sebagai usaha Cameo Project mengedukasi masyarakat Jakarta. tentang pentingnya mengggunakan hak pilih dalam Pilkada putaran dua. Masyarakat diingatkan kembali bahwa mereka memiliki dua pilihan, Fauzi Bowo dan Joko Widodo. Pembentukan makna konotatif dimulai dengan mengaitkan Pilkada dengan isu SARA yang menimpa salah satu kandidat. Meski Cameo Project tidak Universitas Sumatera Utara menyebutkan kubu mana yang menyebarkan isu tersebut, konteks sosial dari lirik “katanya pilih dari agama” jelas merujuk kepada kubu Foke. Selain itu, terdapat persamaan rima yang mencolok antara kata ‘bokis’ dengan ‘kumis’, yang merupakan atribut fisik khas Foke sekaligus simbol dari keberadaannya di kancah perpolitikan. Maka, berdasarkan dikotomi ‘pemimpin yang bijak’ dan ‘pemimpin yang tukang bokis’, Foke digolongkan dalam kategori yang kedua. Gagasan ini mengukuhkan implikasi yang dibentuk oleh kesamaan rima antara kemeja ‘kotak- kotak’ dengan karakter pemimpin yang ‘bijak’. Kunci dari pembentukan wacana adalah bahasa. Bahasa adalah salah satu produk budaya yang memiliki struktur. Bahasa memiliki gramatika, sintaks, dan paradigma kata tersendiri. Bahasa bekerja dalam kultur tertentu, digunakan oleh masyarakat tertentu dengan cara tertentu. Oleh sebab itu, penggunaan bahasa dalam penyampaian pesan harus bersifat komunikatif, efektif, dan strategis. Komunikatif berarti bahasa harus dapat membuat suatu pesan dipahami dengan cara yang sama oleh pengirim dan penerima. Efektif berarti bahasa harus mampu menyampaikan pesan dalam cara yang paling tepat, hingga meminimalisir kemungkinan miskomunikasi. Strategis, berarti bahasa harus digunakan dalam cara tertentu menurut konteks waktu, ruang, dan sosio-demografi. Cameo Project sebagai komunikator menggunakan visualisasi dan bahasa untuk membangun kesamaan dan relasi emosional dengan audiens mereka. Bahasa menunjukkan identitas kultur atau budaya. Komunikator menggunakan bahasa dalam cara tertentu yang lalu bekerja pada kultur tertentu. Tujuannya untuk menarik perhatian khalayak sasaran mereka dengan lebih efektif. Bahasa menerangkan sekaligus memicu aksi. Membingkai suatu peristiwa atau tokoh dengan diksi tertentu berperan dalam menentukan respon audiens terhadap hal tersebut. Pada video Takotak Miskumis peneliti menjumpai kata-kata seperti “gue”, “bokis”, “nyak” dan “babe”—di mana keempatnya merupakan perbendaharaan kata dalam bahasa sehari-hari masyarakat Jakarta. Lirik yang menyerupai tindakan bertutur ini menciptakan kesan yang akrab dan membumi. Lewat penggunaan bahasa yang spesifik dan pemanfaatan teknologi internet sebagai Universitas Sumatera Utara saluran penyampaian pesan, Cameo Project pun mengkonstruksikan realita sosial yang ingin mereka persembahkan kepada audiens. Fenomena kampanye lewat teknologi kini menjadi pilihan praktis dan menguntungkan. Pilkada DKI Jakarta adalah bukti nyatanya. Paradigma konstruktivis kritis mampu menjelaskan hal ini. Pada dasarnya, teknologi ditentukan oleh proses sosial, di mana pemilihan teknologi dipengaruhi oleh berbagai macam kriteria kontekstual. Itulah mengapa Cameo Project berkampanye lewat Youtube. Akses internet di Indonesia yang semakin cepat membuat Youtube bisa diakses dengan mudah. Proses sosial semacam ini berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat untuk mencoba berbagai bentuk teknologi dan mengintegrasikannya dengan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah mereka. Proses konstruksi realitas dalam video Takotak Miskumis terdiri dari empat tahap. Pertama, Cameo Project bekerja dengan mengangkat satu tema yang menarik dan relevan bagi warga masyarakat Jakarta, yakni Pilkada putaran dua. Pengangkatan tema ini dilakukan dengan memberi pesan yang mudah dicerna dan visualisasi yang menarik. Kedua, Cameo Project sebagai komunikator menguatkan presentasi tersebut dengan menyajikan data dan fakta yang mendukung argumentasi mereka. Ini dapat dilihat dari tindakan mereka mengikutsertakan Twitter Triomacan2000 sebagai sumber informasi seputar Pilkada, atau dari usaha mereka mengelaborasi isu SARA. Ketiga, sebagai hasil dari kedua tindakan itu, audiens menggunakan kerangka berpikir frame of reference dan bidang pengalaman field of reference mereka untuk menganalisis pesan dari komunikator. Keempat, pada akhirnya audiens mengambil keputusandemi menindaklanjuti informasi yang mereka terima, dalam hal ini apakah mereka memilih Foke atau Jokowi. Kampanye politik non-konvensional via Youtube memang tidak bombastis secara fisik, namun efeknya secara emosional cukup signifikan. Warga Jakarta sudah lelah dijejali oleh rangkaian visi-misi dengan bahasa berbunga namun sama sekali tidak menyentuh hati nurani mereka sebagai calon pemilih. Kehadiran video Takotak Miskumis di Youtube yang menggunakan bahasa sederhana, visualisasi ceria, serta pesan yang strategis membuktikan bahwa kampanye lewat Universitas Sumatera Utara teknologi itu murah dan afektif, terlebih kemungkinan aksesibilitasnya amat tinggi. Semiotika dalam komunikasi audiovisual, bukan hanya tentang perbedaharaan kata, bahasa, kombinasi tanda serta visualisasi, tetapi juga tentang suara. Aransemen lagu Takotak Miskumis yang simpel dan ceria memperkuat kesan bahwa politik bisa jadi menyenangkan. Politik adalah kesempatan bagi rakyat untuk menunjukkan kekuatan dan eksistensinya. Keberadaan Twitter sebagai salah satu media sosial populer juga disebut dalam video ini. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk teknologi saling memengaruhi dan saling memengaruhi satu sama lain. Definisi teknologi mencerminkan pandangan masyarakat terhadapnya. Masyarakat yang modern akan menjadikan teknologi sebagai salah satu bagian utama dalam hidup mereka. Teknologi pun mengalami perkembangan fungsi dari sekadar alat atau perangkat menjadi kebutuhan primer dan gaya hidup. Disposisi inilah yang menjadikan budaya siber lahir dan terus berkembang, terutama di tengah geliat kehidupan masyarakat urban. Meski Cameo Project berusaha mempertahankan klaim mentralitas mereka, pada akhirnya keberpihakan mereka terhadap pasangan Jokowi-Ahok tetap terlihat jelas. Konstruksi lirik lagu serta variasi gerak-gerik para pemain utama membuktikan sentimen tersebut. Bisa disimpulkan bahwa tak ada kampanye politik yang sepenuhnya netral bebas nilai. Maka, pesan inti dari video Takotak Miskumis karya Cameo Project adalah “pada Pilkada Jakarta putaran kedua, pilihlah Jokowi”. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis semiotika signikasi Roland Barthes terhadap 27 scene yang terdiri dari 83 shot pada video Takotak Miskumis karya Cameo Project, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: Pemaknaan terhadap video Takotak Miskumis karya Cameo Project terjadi dalam dua cara, yaitu secara denotatif dan secara konotatif. Secara denotatif, video Takotak Miskumis dimaknai sebagai persuasi agar masyarakat Jakarta berpartisipasi dalam Pilkada putaran kedua. Secara konotatif, video ini mewacanakan agar masyarakat Jakarta memilih Joko Widodo sebagai gubernur untuk periode 2012-2017. Konstruksi makna video “Takotak Miskumis” lahir melalui permainan wacana. Bahasa berperan besar dalam permainan wacana mengenai dua sosok sentral video ini, yaitu Fauzi Bowo Foke dan Joko Widodo Jokowi. Peran bahasa dapat dicermati pada lirik yang dinyanyikan para pemain. Lirik “Takotak Miskumis” berkesan kasual dan santai. Perbendaharaan kata yang digunakan amat membumi dan yang terpenting, khas Jakarta. Takotak Miskumis memiliki lirik dengan gaya bertutur—sederhana dan langsung. Faktor-faktor penting yang menentukan arah permainan wacana adalah kemeja kotak-kotak, kumis, akun Twitter Triomacan2000, isu SARA serta dikotomi karakter bijak-bokis. Semua faktor ini saling terikat dalam permainan wacana mengenai gubernur yang berhak memimpin DKI, yaitu si kotak atau si kumis. Jika menjadikan karakter ‘bijak’ dan ‘bokis’ sebagai parameter, sosok Foke berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dibanding Jokowi. Indikasi terjelas keberpihakan Cameo Project adalah kesamaan rima antara kemeja kotak- kotak dengan kata ‘bijak’ dan kumis dengan kata ‘kumis’. Lirik dan visualisasi pun secara aktif mengkonstruksi mitos terhadap Fauzi Bowo Foke dan Joko Widodo Jokowi. Mitos pertama yaitu “Jokowi adalah Universitas Sumatera Utara