Analisis Scene 39 Gambar 4.63 23 Analisis Scene 33

4. Kode Kultural

Cameo Project mengkonstruksi imej Foke sebagai seseorang yang blak blakan. Gaya bicara Foke di scene ini sangat khas Jakarta, ditandai oleh pemakaian kata “ gue” dan “lu” yang berarti ‘aku’ dan ‘kamu’.

5. Kode Semik

Scene ini menegaskan sekali lagi bahwa Nara adalah partner Foke, sementara Ahok adalah partner Jokowi.

4.1.25 Analisis Scene 39 Gambar 4.63

A. Analisis Leksia

Fauzi Bowo mengenakan kopiah hitam, kacamata, dan kemeja putih berlengan panjang. Pada saat video ini diunduh, Fauzi Bowo berstatus gubernur incumbent DKI Jakarta. Dia tampak tengah mengangkat tangan kirinya, mengacungkan jari kelingkingnya yang berlumur tinta hitam. Pandangannya terara ke sisi kiri kamera. Pria yang akrab disapa Foke ini identik dengan kumis hitam tebalnya. Bibir Foke digerakkan secara digital untuk mengucapkan, Eh, jangan ngambil wakil orang seenaknya ya. Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan eye level angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori high key dengan kategori warna warm. Universitas Sumatera Utara

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa Foke mengucapkan Eh, jangan ngambil wakil orang seenaknya ya dengan nada tinggi?

2. Kode Proaretik

Penyebab sosok Foke mengucapkan “eh, jangan ngambil wakil orang seenaknya, ya” adalah karena lirik di shot sebelumnya yang berbunyi “Jokowi Nara Nara”. Nara atau Nachrowi Ramli adalah wakil Foke dalam Pilkada DkI Jakarta 2012. Karena itu, tidak seharusnya nama Nara disandingkan dengan nama Jokowi.

3. Kode Simbolik

Kalimat “eh, jangan ngambil wakil orang seenaknya, ya” diucapkan sosok Foke dengan nada tinggi. Ucapan serta visualisasi sosok Foke pada shot ini merupakan karikatur dari karakter Foke yang dikenal pemarah atau garang. Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan personal dengan penonton. Eye level angle menciptakan kesan kesetaraan antara pemain dan penonton. Selective focus meminta perhatian penonton tertuju pada sosok Fauzi Bowo. Pencahayaan high key menciptakan nuansa yang riang dan cerah. Pewarnaan yang hangat memberi kesan optimis serta penuh semangat.

4. Kode Kultural

Terkait Pilkada DKI Jakarta, Universitas Nasional dan Madani Institute menggelar survei. Survei tersebut diselenggarakan pada tanggal 21-28 April 2012 dengan melibatkan 1.050 sampel di 44 kecamatan di Jakarta. Terungkap bahwa menurut responden, Fauzi Bowo belum bisa mengatasi masalah-masalah di Jakarta. Berkat survei tersebut pula terungkap bagaimana persepsi warga Jakarta terhadap Foke. Bagi warga, karakter Foke yang paling menonjol adalah sikapnya yang pemarah 50,2. Karakter lain yang Universitas Sumatera Utara diungkapkan oleh warga di antaranya sikap tegas 5,1, lamban 12,4, lainnya 31,3, dan tidak menjawab 1. Dari survei itu pula diketahui bahwa warga menilai Foke bukanlah ahlinya Jakarta. Hal yang ironis mengingat bahwa motto “Ahlinya Jakarta” dikumandangkan pasangan Foke-Prijanto pada tahun 2007 silam. Sentimen mengenai inkompetensi Foke disuarakan sebanyak 76,3 dari jumlah sampel. Sementara 4,7 responden menilai Foke telah memenuhi sebagian, dan yang merasa Foke memenuhi janji adalah sebanyak 18,8.

5. Kode Semik

Survei yang diselenggarakan Universitas Nasional dan Madani Institute mengungkapkan bahwa karakter Foke yang dinilai paling menonjol oleh warga Jakarta adalah sikapnya yang pemarah. Tentunya ada alasan tersendiri mengapa warga Jakarta berpendapat demikian. Berbeda dengan para kompetitornya, Foke sudah memimpin Jakarta selama lima tahun terakhir. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat bagi warga Jakarta untuk mengenal pemimpin mereka. Oleh karena itu, karakter negatif Foke yang dinilai menonjol oleh warga dapat menjadi salah satu poin evaluasi bagi Foke. Amat merugikan bagi seorang kandidat gubernur jika namanya identik dengan karakteristik yang dipandang negatif oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara

4.1.26 Analisis Scene 40