4.1.26 Analisis Scene 40
Gambar 4.64
A. Analisis Leksia
Kamera berputar mengelilingi kumpulan orang yang sedang bernyanyi dan menari. Di antara mereka, tampaklah Yosi dan Reza. Yosi bernyanyi, membuka
mulutnya lebar-lebar, dan menggerakkan kedua tangannya sesuai irama. Yosi mengarahkan tangan kanannya ke atas, lalu membuat gerakan maju-mundur
dengan tangannya tersebut. Sedangkan tangan kirinya ditekuk dan berada di sisi tubuhnya.
Reza turut menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama. Dia menggerakkan tangannya beberapa kali di depan pinggangnya. Di belakang Yosi dan Reza,
tampak juga Moreno, seorang perempuan Tionghoa berbaju oranye dan bercelana garis merah jambu, serta seorang lelaki gemuk berkaus ungu dan bercelana hitam
menari bersama. Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan eye
level angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori
high key dengan kategori warna warm.
Universitas Sumatera Utara
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa kamera terdapat sekumpulan orang yang sedang bernyanyi dan menari? Mengapa mereka berkata sebentar lagi? Mengapa Yosi mengangkat
tangannya lalu membuat gerakan maju mundur? Mengapa tangan kirinya ditekuk di sisi tubuhnya? Mengapa Reza bernyanyi sambil menggerakkan tangannya di
depan pinggangnya? Mengapa Moreno dan dua pemeran figuran lain ikut menari bersama mereka?
2. Kode Proaretik
Lirik “sebentar lagi” mengingatkan penonton, sekali lagi, bahwa Pilkada DKI Jakarta putaran kedua dilaksanakan pada 20 September 2012, kurang dari
sebulan sejak video ini pertama kali diunggah. Pada dasarnya, sentimen tentang Pilkada yang semakin mendekat tak jauh berbeda dengan visualisasi lirik di
scene-scene sebelumnya. Namun, tetap ada perbedaan gestural yang cukup signifikan di sini. Lirik
“sebentar lagi” dinyanyikan dalam keadaan yang lebih ceria dan gestur yang lebih hidup. Hal ini dapat dilihat dari tangan Yosi yang terangkat, lalu digerakkan maju-
mundur. Lengan kirinya tampak ditekuk di sisi tubuhnya sebagai akibat dari gerakannya itu. Mulut yang dibuka lebar-lebar menandakan antusiasme dan
kelugasan berkata-kata. Keceriaan itu juga ditampakkan oleh Reza yang bernyanyi sembari
menggerakkan tanganya di depan pinggangnya. Bahasa tubuh Yosi dan Reza dapat dibaca sebagai bahasa tubuh terbuka. Ini menandakan atmosfer yang santai
dan riang gembira. Sentimen itu juga ditampakkan oleh Moreno dan beberapa pemeran figuran yang disorot kamera. Mereka adalah perempuan Tionghoa
berbaju oranye dan bercelana merah jambu dengan motif garis. Serta seorang lelaki gemuk berkaus ungu dan bercelana hitam.
Universitas Sumatera Utara
3. Kode Simbolik
Tarian merupakan simbol semangat dan keceriaan. Gerakan-gerakan yang dilakukan Yosi, Reza, serta para pemain lain, mengekspresikan kegembiraan.
Bertambahnya jumlah orang melambangkan peningkatan antusiasme warga Jakarta untuk memilih.
Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan
personal dengan penonton. Eye level angle menciptakan kesan kesetaraan antara
pemain dan penonton. Selective focus meminta perhatian penonton tertuju pada
sosok Yosi dan kawan-kawan yang sedang menari dan menyanyi. Pencahayaan high key menciptakan nuansa yang riang dan cerah. Pewarnaan yang hangat
memberi kesan optimis serta penuh semangat.
4. Kode Kultural
Suasana egaliter berusaha dibangun sepanjang video. Semua pemain, baik yang berperawakan pribumi maupun non-pribumi, sama tergeraknya untuk
mendukung Pilkada pada tanggal 20 September mendatang. Selain itu, para pemain tak melulu tampak asyik di dunia mereka sendiri. Mereka menjalin kontak
mata dengan penonton yang mengesankan bahwa para pemain pun adalah penonton—salah satu dari sekian banyak warga Jakarta yang berharap akan
perubahan yang lebih baik. Karena itulah, partisipasi warga Jakarta sangat diharapkan pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini. Pilkada DKI Jakarta
nyatanya sudah di depan mata, kurang dari sebulan lagi.
5. Kode Semik
Politik itu menyenangkan. Begitulah kesan yang tengah dibangun oleh Cameo Project. Para pemain, yang merupakan representasi dari warga Jakarta,
tampak amat gembira menyanyikan lirik “sebentar lagi”. Kegembiraan dan antusiasme—itulah dua sentimen penting yang menjadi nyawa dari video ini.
Pilkada adalah pesta demokrasi bagi warga Jakarta. Lirik “sebentar lagi” menekankan urgensi memilih dalam Pilkada. Memilih pemimpin yang baik bukan
sekadar tentang memenuhi hak, tetapi juga sebagai selebrasi terhadap demokrasi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.65
A. Analisis Leksia
Kini pemeran figuran yang disorot berganti. Sepuluh orang berjalan bersama sambil menyanyikan lirik kita harus memilih.
Tiga orang perempuan ada di deretan terdepan. Satu di antaranya adalah seorang perempuan berambut hitam sebahu dan berkulit putih. Ia mengenakan
baju ketat bergaris horizontal berwarna hitam-putih dipadu dengan rompi putih. Perempuan itu juga mengenakan jam tangan cokelat tua dan celana hijau toska.
Pada penggalan lirik ... kita harus memilih, dia menunjuk dirinya sendiri dengan kedua telunjuknya.
Di sebelah kirinya terdapat seorang perempuan berambut panjang, berbaju kuning dan bercelana abu-abu. Perempuan itu bernyanyi sambil menaik-turunkan
telunjuk kanannya ke arah tanah. Tepat di sampingnya, seorang perempuan mengenakan baju hijau toska dan celana hitam. Perempuan itu menggoyangkan
bahunya ke kiri dan kanan. Deretan kedua terdiri dari empat orang, dua wanita dan dua lelaki. Sosok
paling kanan adalah seorang wanita Tionghoa berambut pendek yang mengenakan baju oranye tua. Di sebelah kanannya adalah lelaki gemuk berambut pendek,
berbaju ungu muda, dan bercelana panjang cokelat muda. Dia sedang mengangkat sebuah kotak suara. Di sebelahnya adalah lelaki berbaju merah, berambut pendek,
dan berkacamata yang juga sedang bernyanyi.
Universitas Sumatera Utara
Tak jauh darinya, perempuan lain turut bernyanyi. Dia mengarahkan kedua telunjuknya ke bahu. Perempuan itu berkulit putih, mengenakan kacamata aviator
berlensa cokelat, baju ungu, dan celana jeans pendek.
Deretan terakhir terdiri dari tiga orang lelaki. Pertama, lelaki berambut pendek, berjanggut, dan berkaus kuning muda; lelaki bertopi, berkacamata,
bercelana hitam dan berkaus kuning tua; serta lelaki berkacamata, berambut pendek, dan berkaus biru laut. Ketiganya berjalan santai. Namun, hampir seluruh
wajah lelaki berkaus biru laut itu terhalang dari pandangan oleh kotak suara yang sedang diangkat.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa pemain figuran yang disorot berganti? Mengapa sepuluh orang yang berjalan bersama menyanyikan lirik kita harus memilih? Mengapa salah
satu dari tiga perempuan di barisan depan mengenakan baju ketat bergaris horizontal hitam-putih? Mengapa dia memadukannya dengan rompi putih?
Mengapa dia mengenakan jam tangan cokelat tua dan celana hijau toska? Mengapa dia menunjuk dirinya saat tiba di lirik ... kita harus memilih?
Mengapa perempuan di sebelah kirinya mengenakan baju kuning dan celana abu-abu? Mengapa perempuan itu bernyanyi sambil menaik-turunkan
telunjuknya? Mengapa perempuan di sampingnya mengenakan baju hijau toska dan celana hitam? Mengapa perempuan itu menggoyangkan bahunya ke kiri dan
ke kanan? Mengapa perempuan Tionghoa di deretan kedua mengenakan baju oranye
tua? Mengapa rambutnya berpotongan pendek? Mengapa lelaki gemuk di sebelah kanannya mengenakan baju ungu muda? Mengapa dia memadukannya dengan
celana panjang cokelat muda? Mengapa dia mengangkat sebuah kotak suara? Mengapa lelaki di sebelahnya mengenakan baju merah dan memakai kacamata?
Mengapa tak jauh dari lelaki itu, seorang perempuan tampak mengarahkan kedua telunjuknya ke bahu? Mengapa dia mengenakan kacamata aviator berlensa
cokelat, baju ungu, dan celana jeans pendek?
Universitas Sumatera Utara
Mengapa di deretan terakhir, seorang lelaki berjanggut mengenakan kaus kuning muda? Mengapa lelaki di sebelahnya memakai topi, kacamata, celana
hitam dan kaus kuning tua? Mengapa lelaki ketiga berpotongan rambut pendek, berkacamata, dan berkaus biru laut?
2. Kode Proaretik
Pergantian pemain yang disorot berfungsi sebagai variasi. Selain agar penonton tidak jenuh, hal ini juga berguna untuk memberi perspektif baru. Setiap
pemain adalah representasi dari beragamnya etnis warga Jakarta. Sepuluh orang yang menyanyikan “kita harus memilih” sembari berjalan bersama melambangkan
kebersamaan yang hendak dicapai saat hari pemilihan di tanggal 20 September. Kebersamaan ini bermakna bahwa semua warga yang berhak memilih dan
terdaftar di DPT Daftar Pemilih Tetap bersedia memberikan suaranya. Baju ketat bergaris hitam-putih dipadu dengan rompi menandakan bahwa
perempuan di barisan depan yang memakainya merupakan sosok yang modis dan mengikuti tren. Jam cokelat tua yang dikenakannya memberikan kesan seseorang
yang menghargai waktu. Celana hijau toska sebagai bawahan memberi kesan muda dan ceria. Pada dasarnya, para pemain figuran pun ditampilkan demi
mewakili penduduk Jakarta. Karena itu, lirik “kita harus memilih” yang dinyanyikan si perempuan sembari menunjuk dirinya sendiri adalah pengingat
bahwa memilih bukan sekadar hak, melainkan juga kewajiban, demi masa depan Jakarta yang lebih baik.
Para figuran ini memakai baju berwarna-warni. Baju kuning yang dikenakan seorang perempuan memberi kesan ceria. Celana abu-abu yang menjadi
padananannya memberi kesan tenang dan netral. Tindakan si perempuan bernyanyi sambil menaik-turunkan telunjuknya sebagai caranya menyatakan
bahwa pemilihan umum akan dilangsungkan di sini, di Jakarta. Perempuan di sampingnya memiliki kesan modis dan atraktif dengan padanan baju hijau toska
dan celana hitam. Bahu yang digoyangkan ke kiri dan ke kanan menandakan bahwa dia amat menantikan prospek untuk memilih gubernur Jakarta selanjutnya.
Baju oranye tua membuat penampilan perempuan Tionghoa di deretan kedua menjadi atraktif. Rambut pendeknya menunjukkan bahwa dia menghargai
Universitas Sumatera Utara
kepraktisan dalam berdandan. Baju ungu muda yang dikenakan lelaki gemuk di sebelah kanannya memberi kesan ramah dan kasual. Paduan celana panjang
cokelat muda menunjukkan pribadi yang sederhana dan tidak ingin menonjolkan diri. Kotak suara yang dibawanya adalah properti yang identik dengan proses
pemungutan suara. Lelaki di sebelahnya menunjukkan antusiasmenya lewat baju merah terang yang dipakainya. Kacamata yang dipakainya bisa berarti dua hal:
penglihatannya kurang bagus atau dia ingin menampilkan gaya yang serius. Tak jauh dari lelaki itu, seorang perempuan tampak mengarahkan kedua
telunjuknya ke bahu. Tindakan ini bermakna bahwa dia merasa bertanggung jawab atas hak pilihnya dalam Pilkada. Kombinasi tindakan ini dengan lirik “kita
harus memilih” menghasilkan arti bahwa dia sadar benar akan pentingnya memberikan suara. Ditilik dari pilihannya mengenakan kacamata aviator, baju
ungu, dan celana jeans pendek, perempuan ini adalah perempuan urban yang
modis. Di deretan terakhir, terdapat lelaki berjanggut yang mengenakan kaus kuning
muda. Warna ini memberi kesan ceria. Di sebelahnya, seorang lelaki mengenakan topi, kacamata, celana hitam, dan kaus kuning tua. Padu padan ini memberi kesan
dinamis dan aktif. Lelaki ketiga dengan potongan rambut pendek, kacamata, dan kaus biru laut menampilkan kesan yang bersahaja.
3. Kode Simbolik
Berjalannya sekelompok orang secara serempak melambangkan kekompakan dan rasa persabahabatan. Menyanyikan lirik “kita harus memilih”, orang-orang ini
adalah representasi masyarakat Jakarta yang sudah memahami dampak positif jika mereka memilih pemimpin yang benar. Bervariasinya jajaran pemain figuran
melambangkan keanekaragaman Jakarta. Pada shot ini kita tidak hanya melihat
wajah-wajah pribumi, tetapi juga wajah Tionghoa. Ini berarti bahwa warga Tionghoa pun merasa kalau mereka adalah bagian dari populasi majemuk Jakarta,
dan karenanya juga menginginkan perubahan seperti warga pribumi.
Universitas Sumatera Utara
4. Kode Kultural
Sekali lagi, Cameo Project menekankan bahwa warga Jakarta bisa membangun budaya politik yang santun, menyenangkan, dan penuh antusiasme.
Budaya politik demikian patutnya dikonstruksi tidak hanya dari sebagian kalangan saja, melainkan dibangun dari pengertian dan kerja sama antar suku dan
ras yang ada di Indonesia. Itulah alasan shot ini menampilkan pemain berwajah
pribumi dan pemain berwajah Tionghoa bersama-sama. Hal ini menegaskan bahwa kesejahteraan masyarakat tidak harus dibatasi
oleh isu SARA atau perbedaan antara warga pribumi dan warga keturunan. Semua warga Jakarta sama-sama menginginkan perubahan. Salah satu faktor pemicu
antusiasme warga Tionghoa di Jakarta adalah kehadiran Basuki Tjahja Purnama atau Ahok yang berhasil membuktikan bahwa tingkat elektabilitasnya dan Jokowi
tidak kalah dibanding rival mereka, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.
5. Kode Semik
Lirik “kita harus memilih” berbicara tentang urgensi partisipasi politik. Pemakaian kata “kita” menunjukkan keterlibatan semua pihak, sedangkan “harus
memilih” menekankan urgensi dan pentingnya berpartisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta. Ini berarti bahwa politik adalah milik semua pihak yang terlibat dan
berkepentingan di dalamnya. Politik bukan hanya milik birokrat, tetapi juga milik rakyat. Pilkada adalah wadah yang sah untuk membuktikan hal itu. “Kita harus
memilih” menegaskan bahwa jika ingin membuat perubahan pada wajah Jakarta, jangan sia-siakan kesempatan untuk memilih gubernur yang baik dan cakap.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.66
A. Analisis Leksia
Yosi, Moreno, Martin, Reza, Jhony, lelaki berkopiah hitam serta sekelompok orang yang berada di belakang mereka serempak menyanyikan, Foke atau
Jokowi, jadi gubernur DKI. sambil terus berjalan. Yosi bernyanyi dengan penuh semangat. Dia berjalan sambil
menggoyangkan pundak dan tangannya ke depan dan ke belakang. Telunjuknya mengacung ke arah kamera. Sikap tubuhnya santai dan dia tampak menikmati
lirik yang dinyanyikannya. Moreno berada di sebelah kanan Yosi. Berjalan di sisi Yosi, Moreno menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan badan. Martin
berada selangkah di belakang Yosi. Terdapat perubahan ekspresi yang signfikan pada wajahnya. Ketika tiba saat mereka menyanyikan kata Foke atau, Martin
mengernyitkan dahi dan tangannya membuat gerakan yang cepat dan tidak teratur. Saat tiba di penggalan lirik Jokowi, Martin mempercepat langkahnya. Dia
berjalan sambil melakukan lompatan kecil. Tidak hanya itu, Martin juga mengepalkan kedua genggamannya dan tersenyum lebar.
Di sebelah kanan Martin adalah seorang lelaki berkopiah hitam. Sembari bernyanyi dan melangkah, lelaki ini menggoyang-goyangkan tangannya sedikit di
depan badan. Saat tiba di potongan lirik Jokowi, bahasa tubuhnya menjadi lebih bersemangat: gerakan tangannya lebih kuat, ekspresinya lebih tegas, dan dia
sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Martin sehingga keduanya bertatapan sekilas.
Universitas Sumatera Utara
Tepat di belakang Yosi dan kawan-kawan adalah Reza dan Jhonny. Reza mempertahankan eskpresi netral sepanjang penggalan lirik Foke atau Jokowi
dinyanyikan bersama. Perubahan kecil terjadi pada bahasa tubuhnya. Reza merentangkan kedua tangannya saat menyebut Foke atau, lalu menurunkannya
saat menyebut Jokowi. Jhonny berjalan dengan normal tanpa ada penegasan ekspresi yang berarti.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa Yosi, Moreno, Martin, Reza, lelaki berkopiah hitam serta sekelompok orang yang berada di belakang mereka serempak bernyanyi Foke
atau Jokowi? Mengapa Yosi bernyanyi sambil menggoyangkan pundak serta tangannya ke
depan dan ke belakang? Mengapa telunjuknya tertuju ke kamera? Mengapa sikap tubuhnya santai? Mengapa Moreno menggerak-gerakkan kedua tangannya di
depan badan? Mengapa Martin membuat perubahan ekspresi yang cukup drastis? Mengapa
saat sampai pada bagian Foke atau, Martin mengernyitkan dahi? Mengapa tangannya membuat gerakan yang cepat dan tidak teratur? Mengapa dia
mempercepat langkahnya saat tiba di bagian Jokowi? Mengapa dia bernyanyi sambil melompat kecil? Mengapa dia juga mengepalkan kedua genggamannya
dan tersenyum lebar? Mengapa bahasa tubuh lelaki berkopiah hitam menjadi lebih bersemangat
ketika tiba di potongan lirik Jokowi? Mengapa gerakan tangannya lebih kuat dan ekspresinya menegas? Mengapa dia agak mencondongkan tubuhnya ke
Martin? Mengapa mereka bertatapan sekilas? Mengapa Reza mempertahankan ekspresi netral sepanjang lirik Foke atau Jokowi? Mengapa dia merentangkan
kedua tangannya saat menyebut Foke atau? Mengapa dia menurunkan tangannya saat menyebut Jokowi? Mengapa ekspresi Jhony tetap netral selama
berjalan dan bernyanyi?
Universitas Sumatera Utara
2. Kode Proaretik
“Foke atau Jokowi” memberitahukan dua pilihan yang tersedia kepada calon pemilih. Pundak serta telapak tangan yang digerakkan maju mundur menandakan
bahwa Yosi menikmati perannya sebagai pembawa pesan di dalam video. Telunjuknya yang tertuju pada kamera adalah caranya menjalin koneksi mental
dengan penonton. Ekspresi pada wajah orang-orang di sekeliling Yosi menggambarkan sentimen mereka terhadap kedua calon gubernur Jakarta ini.
Perubahan ekspresi Martin yang cukup drastis menandakan bahwa sentimennya terhadap Foke dan Jokowi amat berbeda. Kernyitan dahinya ketika
Yosi menyanyikan “Foke” menandakan ketidaksukaan. Hal ini didukung dengan gerakan tangannya yang cepat dan tidak teratur. Namun, langkahnya yang
dipercepat saat tiba pada bagian “Jokowi” menyatakan dukungannya terhadap walikota Solo itu. Lompatan kecil sambil bernyanyi menegaskan rasa senangnya.
Kepalan tangan dan senyuman lebar adalah pertanda optimisme yang kuat. Demikian halnya dengan bahasa tubuh lelaki berkopiah hitam. Dia tampak
lebih bersemangat ketika nyanyian sampai pada kata “Jokowi”. Apalagi tangannya digerakkan dengan lebih bersemangat dan ekspresinya menjadi lebih
tegas. Kecondongan tubuhnya ke arah Martin menandakan mereka berbagi sentimen yang sama. Tatapn sekilas di antara mereka mengisyaratkan persetujuan
yang mutual. Ekspresi Reza yang tetap netral sepanjang lirik “Foke atau Jokowi”
menandakan bahwa ia tidak ingin tampak memihak salah satu kandidat. Tangannya yang direntangkan bergiliran mengilustrasikan bahwa penonton kini
memiliki dua pilihan kandidat. Tak jauh berbeda, Jhony mempertahankan ekspresi netral selama bernyanyi. Ini petunjuk bahwa dia ingin terlihat imparsial.
3. Kode Simbolik
Lirik “Foke atau Jokowi” dinyanyikan oleh sekelompok pemuda sambil berjalan. Berjalan menyimbolkan pergerakan dan keinginan untuk perubahan.
Yosi dan kawan-kawan merupakan representasi warga Jakarta, khususnya kaum muda yang kritis dan dinamis. Senyuman dan goyangan tubuh menandakan
Universitas Sumatera Utara
keceriaan dan antusiasme. Dengan adanya dua pilihan kandidat yang tersisa, warga Jakarta antusias untuk berpartisipasi pada Pilkada tahap dua.
4. Kode Kultural
“Foke” dan “Jokowi” masing-masing merujuk kepada sosok Fauzi Bowo dan Joko Widodo. Atribut politik kedua kanidat calon gubenur itu adalah kumis dan
kemeja kotak-kotak. Para pemeran utama video bernyanyi dengan mengenakan dua atribut politik tersebut. Hal ini melambangkan situasi masyarakat Jakarta
menjelang Pilkada DKI Jakarta tahap dua. Baik simpatisan Foke maupun Jokowi siap bergerak mendukung kandidat jagoan mereka.
5. Kode Semik
Lirik “Foke atau Jokowi” dinyanyikan oleh para pemeran yang mengenakan kemeja kotak-kotak dan kumis. Mereka semua terdiri dari kaum muda. Kaum
muda kini antusias. Pilkada adalah isu yang penting bagi semua lapisan masyarakat yang ada di Jakarta. Pilihan kandidat yang tersedia adalah Foke dan
Jokowi. Tiap pemain yang terlibat memiliki reaksi tersendiri saat dua nama itu disebut. Reza dan Jhony memiliki ekspresi yang netral. Mereka tak menunjukkan
reaksi yang tendensius kepada salah satu nama. Namun, kebanyakan kru Cameo Project menampakkan reaksi yang condong
kepada satu nama tertentu. Martin dan lelaki berkopiah hitam, misalnya. Martin menampilkan reaksi positif berupa senyuman lebar dan langkah yang tegap saat
nama Jokowi disebut. Demikian halnya dengan lelaki berkopiah hitam. Sebaliknya, keduanya bereaksi negatif saat menyebut nama Foke. Kendati Cameo
Project berusaha tidak memihak, namun pada kenyataannya reaksi mereka berfungsi sebagai persuasi yang samar agar penonton pun memiliki sentimen yang
sama. Dengan kata lain, jawaban Cameo Project atas lirik “Foke atau Jokowi” adalah: pilihlah Jokowi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.67
A. Analisis Leksia
Kamera menyorot gerakan mereka dari samping kanan lalu bergerak ke depan. Teknik pengambilan gambar bernama
panning. Yosi, Moreno, Reza, Martin, Jhonny, lelaki berkopiah hitam, berserta para pemeran yang muncul di
scene sebelumnya berjalan dan menyanyikan lirik jadi gubernur DKI dengan kompak.
Moreno masih menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan dada. Yosi mengubah gerakannya menjadi lebih gemulai; ujung kiri atas bibirnya menaik,
suaranya meninggi. Dia berjalan dengan tangan ditekuk di sisi tubuhnya, kedua telapak tangannya terbuka dan menghadap ke depan.
Reza menunjuk-nunjuk tanah yang mereka tapaki dengan kedua telunjuknya yang terangkat tinggi. Jhonny mengangkat kedua tangannya ke atas ketika mereka
menyanyikan penggalan lirik gubernur DKI. Martin tetap berjalan penuh semangat dengan tersenyum lebar. Dia menggerakkan kedua tangannya ke atas-
bawah. Rekannya lelaki berkopiah hitam pun melakukan hal yang sama.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa kamera menyorot gerakan mereka dengan teknik panning?
Mengapa Yosi, Reza, Moreno, Martin, dan lelaki berkopiah hitam kembali
Universitas Sumatera Utara
ditampilkan bersama-sama. Mengapa keenam pemeran utama beserta orang-orang di belakangnya menyanyikan lirik jadi gubernur DKI dengan kompak?
Mengapa Moreno masih menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan dada? Mengapa Yosi mengubah gerakannnya menjadi lebih gemulai? Mengapa
ujung atas bibirnya menaik dan suaranya meninggi? Mengapa dia berjalan dengan tangan ditekuk di sisi tubuhnya? Mengapa kedua telapak tangannya terbuka dan
menghadap ke depan? Mengapa Reza menunjuk-nunjuk tanah yang mereka pijak dengan telunjuk yang terangkat tinggi? Mengapa Jhony mengangkat kedua
tangannya saat tiba di bagian gubernur DKI? Mengapa Martin tetap berjalan penuh semangat dengan senyum lebar? Mengapa dia menggerakkan tangannya ke
atas dan ke bawah? Mengapa lelaki berkopiah hitam melakukan hal yang sama?
2. Kode Proaretik
Teknik panning umumnya digunakan untuk menyorot aksi dalam gerakan
cepat. Kemunculan kembali Yosi, Reza, Moreno, Martin, dan lelaki berkopiah hitam menandakan bahwa video ini sudah mendekati final. Mereka berlima
sebagai pemeran utama membuka video ini, mereka pula lah yang akan menutupnya. Lirik “jadi gubernur DKI” yang dinyanyikan dengan kompak oleh
para pemain figuran menandakan kesiapan mereka untuk berpatisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta.
Gerakan tangan Yosi yang menjadi gemulai di shot ini bertujuan untuk
memberi kesan jenaka. Begitu pun halnya dengan suaranya yang meninggi. Tangan yang ditekuk di sisi tubuh dengan telapak tangan menghadap ke depan
memberi kesan rapuh dan feminin, namun ini juga dalam konteks humor. Tindakan Reza menunjuk-nunjuk tanah dan tangan Jhony yang terangkat
bermakna bahwa gubernur nantinya akan mengurus wilayah ini; wilayah Jakarta. Senyum lebar dan langkah Martin yang penuh semangat menunjukkan
kegembiraan. Tangannya yang digerakkan ke atas dan ke bawah menunjukkan antusiasmenya terhadap Pilkada. Lelaki berkopiah hitam pun menunjukkan
sentimen yang sama.
Universitas Sumatera Utara
3. Kode Simbolik
Pemandangan para pemain yang berjalan bersama melambangkan massa yang hendak berpartisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta. Pemilih terdaftar yang
partisipatiflah yang meletakkan fondasi arah kepemimpinan Jakarta untuk lima tahun ke depan, apakah diamanahkan kepada Foke atau oleh Jokowi.
4. Kode Kultural
Gubernur merupakan kepala pemerintahan di tingkat provinsi. Gubernur DKI periode 2012-2017 akan ditentukan pada 20 September 2012. Hitungan suara
yang sah akan menentukan, apakah Jakarta akan dipimpin oleh Foke—wajah lama—ataukah Jokowi—wajah baru. Siapapun gubernur yang terpilih akan
dituntut kinerjanya selama lima tahun ke depan. Warga DKI Jakarta-lah yang punya hak menentukan siapa di antara keduanya yang akan mengabdi kepada
Jakarta.
5. Kode Semik
Pengangkatan suatu pejabat pemerintah melalui pemilihan umum tak mungkin terlaksana tanpa adanya partisipasi masyarakat. Pejabat pemerintah,
termasuk gubernur, ada di posisi mereka sekarang berkat adanya suara dari masyarakat. Gubernur Jakarta akan menjadi nakhoda pemerintahan Jakarta selama
lima tahun ke depan. Pilkada kali ini diharapkan akan membawa perubahan yang berarti.
Martin dari Cameo Project khususnya, tampak bersemangat terhadap prospek tersebut. Dia tersenyum lebar dan berjalan dengan penuh semangat. Sikapnya
memancarkan optimisme bahwa Pilkada kali ini akan sukses, baik secara teknis maupun substansi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.68
A. Analisis Leksia
Yosi, Reza, Moreno, Jhonny, Martin, dan lelaki berkopiah hitam menyanyikan lirik takotak kotak kotak sambil menyentuh kemeja kotak-kotak
yang mereka kenakan. Tiga pemeran figuran ada di belakang mereka melakukan hal yang sama. Mereka adalah lelaki berkaus kuning, serta dua gadis Tionghoa
berkemeja pink dan berblus oranye.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa Yosi, Reza, Moreno, Jhony, Martin, dan lelaki berkopiah hitam menyanyikan takotak kotak kotak sambil menyentuh kemeja kotak-kotak yang
mereka kenakan? Mengapa tiga orang yang mengiringi mereka melakukan hal yang sama?
2. Kode Proaretik
Lirik “takotak kotak kotak” merujuk kepada dua hal: kemeja kotak-kotak dan sosok penggagasnya, Jokowi. Itulah alasan Yosi dan kelima rekannya bernyanyi
sambil menyentuh kemeja kotak-kotak mereka Pemain figuran ikut menyentuh pakaian meski tidak mengenakan kemeja yang sama. Kekompakan sekaligus
Universitas Sumatera Utara
keceriaan di antara semua pemain yang terlibat di dalam video ini pun ditampilkan dengan jelas.
3. Kode Simbolik
Kemeja kotak-kotak identik dengan sosok Jokowi dan Ahok. Sebagai salah satu dari dua kandidat yang lolos ke Pilkada putaran kedua, Jokowi
berkesempatan memimpin Jakarta bersama Ahok sebagai wakilnya.
4. Kode Kultural
Jika Jokowi yang terpilih sebagai gubernur, maka ada tiga etos kerja yang akan mereka terapkan. Pertama, mereka berprinsip bahwa pemimpin harus siap
turun ke lapangan. Menurut Jokowi dan Ahok, Jakarta memerlukan pemimpin yang mengenal kondisi Jakarta dari dekat, alih-alih dari belakang meja kantor.
Mereka menjanjikan akan bekerja untuk rakyat dan akan langsung turun ke lapangan.
Kemeja kotak-kotak Jokowi-Ahok memiliki tiga warna, yaitu merah, putih, dan biru. Perbedaan warna ini mewakili harapan Jokowi dan Ahok agar warga
Jakarta yang beraneka ragam dapat tetap hidup berdampingan dengan damai.
5. Kode Semik
Jikalau salah satu dari keenam kandidat gubernur Jakarta bisa meraih suara sebanyak 50, maka sebenarnya Pilkada tahap dua tak perlu diadakan. Namun,
fakta di lapangan berbicata sebaliknya. Meskipun begitu, perolehan suara Jokowi melebihi Foke yang berstatus gubernur petahana dan mengaku lebih mengenal
Jakarta. Nyatanya, warga Jakarta memberi dukungan yang lebih besar terhadap Jokowi. Hal ini menegaskan bahwa Jokowi merupakan kandidat yang cukup
potensial memimpin Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.69
A. Analisis Leksia
Yosi, Reza, Moreno, Jhonny, Martin, dan lelaki berkopiah hitam menyentuh kumis palsu yang mereka kenakan, sedangkan pemeran figuran yang tak memakai
kumis menyentuh area di bawah hidung mereka dengan telunjuk masing-masing sembari menyanyikan lirik miskumis kumis kumis. Yosi lalu menimpalinya
dengan kata terserahlah.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa Yosi, Reza, Moreno, Jhony, Martin, dan lelaki berkopiah hitam menyentuh kumis palsu yang mereka kenakan saat menyanyikan miskumis
kumis kumis? Mengapa pemeran figuran melakukan hal yang sama? Mengapa Yosi menimpali lirik yang mereka nyanyikan dengan ucapan terserahlah?
2. Kode Proaretik
Lirik “miskumis kumis kumis” merujuk kepada kumis palsu yang dikenakan Yosi dan kelima rekannya. Pemeran lain pun mengikuti tindakan mereka dengan
menyentuh bagian bawah hidung—area kumis biasa tumbuh. Kata “terserah” yang Yosi timpalkan setelah lirik “miskumis kumis kumis” menandakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
warga Jakarta bebas memilih calon gubernur antara ‘si kotak’ atau ‘si kumis’, dalam hal ini yaitu Fauzi Bowo atau Joko Widodo.
3. Kode Simbolik
Kumis adalah atribut fisik yang identik dengan sosok Fauzi Bowo. Gerak- gerik para pemain langsung merujuk ke sosok yang juga akrab disapa “Bang
Kumis itu”. Fauzi Bowo kerap menekankan bahwa Jakarta masih memerlukan kumis. Foke mendefinisikan kumis sebagai simbol peningkatan kesejahteraan.
Foke berjanji akan membasmi kekumuhan dan kemiskinan di Jakarta. Probabilitas bahwa Foke akan memimpin Jakarta lagi selama lima tahun ke depan masih ada.
4. Kode Kultural
Jika Foke terpilih pemenang, visi-misi yang seharusnya akan dilaksanakannya adalah mengentaskan kekukumuhan dan kemiskinan. Pernyataan
ini dikeluarkan Foke pada masa kampanye Pilkada tahap pertama. Tadinya, pasangan Foke-Nara berniat menang hanya dengan satu putaran. Namun,
kegagalan mencapai target membuat mereka harus bersaing ketat dengan pasangan Jokowi-Ahok di Pilkada putaran kedua.
5. Kode Semik
Fauzi Bowo atau Foke, dengan penjabaran rekam jejak dan latar belakang yang telah dijelaskan sepanjang video, merupakan salah satu kandidat yang sah
dipilih warga Jakarta. Pilkada putaran kedua merupakan pertaruhan yang besar bagi Foke. Perolehan suara di bawah target pada putaran pertama sudah
menimbulkan tanda tanya besar bagi publik, benarkah Foke masih dipercaya unuk memimpin Jakarta? 20 September akan membuktikan apakah ‘kumis’ masih
berjaya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.70
Gambar 4.71
A. Analisis Leksia
Reza, Moreno, Jhonny, Martin, dan pemain figuran di sekeliling Yosi menyanyikan lirik pilih pemimpin yang bijak. Reza mengangkat kedua
tangannya, menekuknya di sisi badan, mengarahkan tangan kanannya ke depan, menurunkannya, lalu mengangkat tangan kirinya ke depan. Yosi menimpali
dengan kata-kata yang penting sambil menggerak-gerakkan telunjuk kiri dan kanannya ke depan.
Universitas Sumatera Utara
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa Yosi, Reza, Moreno, Jhony, Martin, lelaki berkopiah hitam, dan pemeran lain di sekeliling mereka bernyanyi pilih pemimpin yang bijak?
Mengapa Reza mengangkat kedua tangannya, menekuknya di sisi badan, mengarahkannya ke depan, menurunkannya, lalu mengangkat tangan kirinya ke
depan? Mengapa Yosi menimpali nyanyian mereka dengan ucapan yang penting sambil menggerak-gerakkan telunjuk kiri dan kanannya ke depan?
2. Kode Proaretik
Lirik “pilih pemimpin yang bijak” adalah ajakan sekaligus himbauan, agar warga Jakarta memilih pemimpin yang baik, cerdas, dan pantas untuk memimpin
Jakarta. Pada shot ini kita melihat Reza mengangkat kedua tangannya,
menekuknya di sisi badan, mengarahkannya ke depan, menurunkannya, lalu mengangkat tangan kirinya ke depan. Gerakan ini menyerupai seseorang yang
memberi nasihat sekaligus memberikan kebebasan untuk memilih. Gestur ini menandakan bahwa warga Jakarta pasti memiliki pertimbangan
tersendiri untuk menentukan apakah calon gubernur pilihan mereka berkarakter bijak atau tidak. Ucapan “yang penting” dari Yosi menegaskan sekali lagi bahwa
warga Jakarta berhak memilih siapapun di antara kedua calon gubernur itu. Faktor utama yang harus dicermati warga adalah sifat bijak kebijakan calon
pemimpinnya.
3. Kode Simbolik
Gerakan tangan Reza menyimbolkan tindak-tanduk seorang pemimpin yang bijak. Tangan kanan dan kiri yang dibuat naik dan turun bergantian, dengan
telapak tangan yang terbuka, biasa dipakai untuk mengisyaratkan kebebasan memilih.
Universitas Sumatera Utara
4. Kode Kultural
Jakarta perlu solusi. Jakarta perlu perubahan. Jakarta menua dirundung masalah. Warga Jakarta tentunya mengharapkan naiknya seorang pemimpin yang
cakap; pemimpin yang bisa membangun Jakarta sehingga berbangga sebagai ibu kota Republik Indonesia, sekaligus salah satu kota megapolitan di dunia.
5. Kode Semik
Baik Foke maupun Jokowi telah memaparkan visi dan misinya secara kontinyu, baik di media cetak, elektronik, maupun
online. Keputusan tiap pemilih yang terdaftarlah yang menentukan, siapa di antara keduanya yang merupakan
‘pemimpin yang bijak’.
Gambar 4.72
A. Analisis Leksia
Semua pemeran kini menyanyikan lirik jangan yang tukang bokis. Wanita
berambut pendek dengan baju oranye dan celana garis-garis merah jambu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke
kanan. Reza mengernyitkan dahi, mengerucutkan bibir, lalu beberapa kali menguncupkan lalu membuka tangan kanannya. Yosi mengangkat tangan
kanannya sebatas dada, lalu memutarnya dari arah bahu kiri ke bahu kanan. Dia mengucapkan kata jangan yang bokis ketika melakukannya. Sementara
perempuan berkemeja ungu dan bercelana jeans mini di belakang Yosi
Universitas Sumatera Utara
menggoyangkan tubuhnya secara biasa, dengan kedua tangan yang tidak membuat gestur apapun.
B. Lima Kode Pembacaan
1. Kode Hermeneutika
Mengapa semua pemeran kini menyanyikan lirik jangan yang tukang
bokis? Mengapa wanita berambut pendek dengan baju oranye dan celana garis- garis merah baju menggeleng-gelengkan kepalanya? Mengapa dia melakukannya
sembari menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan? Mengapa Reza mengernyitkan dahi dan mengerucutkan bibir? Mengapa dia
melakukannya sambil membuka-tutup tangan kanannya? Mengapa Yosi mengangkat tangan kanannya sebatas dada, lalu memutarnya dari arah bahu kiri
ke bahu kanan? Mengapa dia melakukannya sambil menyanyikan jangan yang bokis? Mengapa perempuan berkemeja ungu dan bercelana
jeans mini di belakang Yosi menggoyangkan tubuhnya dengan santai?
2. Kode Proaretik
Berkumpulnya semua pemeran figuran menyanyikan lirik “jangan yang
tukang bokis” adalah tanda agar warga Jakarta nantinya jangan sampai memilih pemimpin yang tidak amanah. Bokis merupakan bahasa jargon
slank languange Jakarta untuk kata ‘bohong’. Pada
shot ini, bahasa tubuh para pemain yang terlibat menunjukkan penegasan reaksi negatif terhadap lirik yang sedang mereka
nyanyikan. Itulah mengapa wanita berbaju oranye dan bercelana garis-garis merah menggeleng-gelengkan kepala. Namun, dia melakukannya sambil
menggoyangkan tubuhya ke kiri dan ke kanan untuk menunjukkan bahwa pesan ini tetap disampaikan secara santai.
Reza mengernyitkan dahi dan mengerucutkan bibir. Dia menunjukkan reaksi negatifnya terhadap pemimpin yang ‘tukang bokis’. Tangan yang dibuka-tutup
adalah peragaan tingkah laku pemimpin yang banyak bicara namun sedikit bekerja. Tangan Yosi yang diputar dari arah bahu kiri ke bahu kanan
mengilustrasikan sentimen larangan, karena gerakan itu ditimpali dengan kata-
Universitas Sumatera Utara
kata “jangan yang bokis”. Perempuan berkemeja ungu dan bercelana jeans mini
menggoyangkan tubuhnya dengan santai. Dia menikmati menjadi bagian dari kelompok yang merayakan pesta demokrasi ini.
3. Kode Simbolik
Aksi pemeran figuran menyanyikan “jangan yang tukang bokis” dengan serempak melambangkan pendapat mutual warga Jakarta tentang calon pemimpin
yang tak layak dipilih. Pendapat yang sama, sentimen yang menyatu, keduanya merepresentasikan kohesivitas yang diharapkan Cameo Project tercapai ketika
Pilkada tahap dua mencapai puncaknya.
4. Kode Kultural
Lirik “jangan yang tukang bokis” adalah larangan yang mengikuti lirik pada shot sebelumnya, yaitu “pilih pemimpin yang bijak”. Lirik berfokus pada upaya
preventif, yaitu mencegah pemimpin yang tidak amanah menduduki jabatan sebagai gubernur. Penggunaan kata “bokis” memberi sentuhan kultural yang amat
khas Jakarta.
5. Kode Semik
Jakarta memerlukan pemimpin yang amanah. Pemimpin yang “tukang bokis” tidak mendapat tempat di hati rakyat. Wacana ini berkaitan erat dengan dua
kandidat gubernur yang tersisa, yaitu Foke dan Jokowi. Kata bokis berima dengan kumis, yang merupakan atribut khas Foke. Maka, berdasarkan deskripsi Cameo
Project, Foke adalah pemimpin yang “tukang bokis” dan warga Jakarta jangan sampai tertipu dengan memilihnya kembali.
Universitas Sumatera Utara
4.1.27 Analisis Scene 41