mendefinisikan leksia sebagai satuan-satuan bacaan dengan panjang pendek yang bervariasi yang membangun dan mengorganisasikan suatu narasi. Melalui analisis
leksia, pembacaan teks akan dikaji lebih dalam lagi. Kode-kode pembacaan sebagai perekat untuk memaknai suatu teks, menurut Barthes Sobur, 2004:65
beroperasi lima kode pokok five major code, yang di dalamnya semua penanda
tekstual leksia dapat dikelompokkan. Kelima kode tersebut adalah kode hermeneutika, kode proairetik, kode simbolik, kode kultural, dan kode semik.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi dokumen document review, yaitu mencari, menyimpan, dan meneliti
dokumen yang relevan dengan objek penelitian. Dokumen resmi eksternal menurut Maleong adalah dokumen yang berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga sosisal yang disiarkan kepada media massa. Peneliti juga mengumpulkan dokumen berupa artikel dari media yang
mengulas sepak terjang Jokowi-Basuki dan Foke-Nara dalam Pemilukada DKI Jakarta, khususnya tentang penggunaan atribut mereka yaitu kemeja
kotak-kotak dan kumis. 2.
Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur dan sumber bacaan yang relevan dengan topik penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis
semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan di mana ia beroperasi. Hal ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas
cara-cara beragam unsur bekerja sama dan berinteraksi dengan pengetahuan kultural kita untuk menghasilkan makna.
3.6.1 Analisis Leksia
Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa,
Universitas Sumatera Utara
klausa, ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya didasarkan pada satuan tanda-tanda gambar yang dianggap penting dalam pemaknaan.
3.6.2 Kode Pembacaan
Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok five
major code yang di dalamnya terdapat penanda teks leksia. Lima kode yang ditinjau Barthes yaitu:
1. Kode hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Kode ini melihat tanda-tanda dalam suatu teks yang menimbulkan pertanyaan. Fungsi kode
ini adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks. Misalnya: Mengapa akun triomacan2000 yang dipilih sebagai sumber
informasi latar belakang Foke-Nara dan Jokowi-Basuki pada pilkada Jakarta putaran kedua?
2. Kode proairetik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak dari suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode ini menghasilkan makna denotasi I
yaitu pada level teks. Misalnya: Empat
talent video Takotak Miskumis mengenakan kemeja kotak- kotak dan kumis palsu. Hal ini berarti video Takotak Miskumis menyoroti dua
calon gubernur yang memakai kedua atribut itu, yaitu Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
3. Kode simbolik merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali karena berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan makna
konotasi I yang terdapat dalam teks. Misalnya: Empat
talent utama video Takotak Miskumis yang juga anggota Cameo Project, berkali-kali menunjuk atau menyentuh kemeja kotak-kotak saat
lirik “... pilih pemimpin yang bijak” ditampilkan, dan sebaliknya, mereka menunjuk atau memainkan kumis ketika lirik “... jangan yang tukang bokis”
terdengar. Secara tidak langsung, bahasa tubuh mereka merujuk bahwa ‘pemimpin yang bijak’ adalah kandidat yang mengenakan ‘kemeja kotak-kotak’,
sedangkan pemimpin yang ‘tukang bokis’ atau pembohong adalah kandidat yang memiliki atribut fisik ‘kumis’.
Universitas Sumatera Utara
4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali bersumber pada pengalaman- pengalaman manusia. Kode ini menghasilkan makna denotasi II. Analisis bekerja
pada level konteks. Misalnya: Dalam
scene yang berbeda-beda, tampak bahwa Jokowi mengenakan blankon, yang menandakan bahwa ia adalah orang Jawa. Di sisi lain,
Ahok mengenakan topi khas Cina, menunjukkan garis keturunannya. Sedangkan Fauzi Bowo dan Nachrowi Rambli mengenakan kopiah hitam dan baju khas
Betawi dengan warna senada. Itu mengingatkan kita pada gaya kampanye mereka yang bernuansa Betawi.
5. Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna konotasi
II, yaitu pada level konteks. Misalnya: Ada bagian dalam lirik lagu Takotak Miskumis yang terus-
menerus diulang. Itu adalah “... tak kotak-kotak kotak, mis kumis-kumis kumis. Pilih pemimpin yang bijak, jangan yang tukang bokis”. Ini menarik mengingat
kalimat kemeja kotak-kotak, yang identik dengan pasangan Jokowi-Basuki,
serima dengan kata bijak. Sementara kata kumis yang identik dengan sosok Fauzi
Bowo, serima dengan ungkapan tukang bokis atau pembohong.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN