Latar Belakang Perbandingan kadar vitamin D serum antara pasien vaginosis bakterial dengan bukan pasien vaginosis bakterial di RSUP Haji Adam Malik Medan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vaginosis bakterial VB merupakan gangguan pada traktus genital bagian bawah yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi hamil dan tidak hamil, dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, yang ditandai dengan hilangnya flora normal vagina, yaitu spesies laktobasilus , dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu Bacteroides spesies Bacteroides sp , Mobiluncus spesies Mobiluncus sp, Gardnerella vaginalis G.Vaginalis dan Mycoplasma hominis M.Hominis sehingga terjadi VB. 1-5 Prevalensi VB berbeda– beda diseluruh dunia. Prevalensi VB berkisar antara 10-30 pada populasi yang berbeda diseluruh dunia. Di Italia prevalensi VB pada wanita dengan atau tanpa gejala sebesar 5, di Helsinki 12 , di London 21, di Jepang 14, di Thailand 16, dan di Indonesia 17. 2-4 Penelitian yang dilakukan Sopraptie dan Lumintang 2006 menyatakan prevalensi VB selama lima tahun di RSU dr.Soetomo Surabaya sebesar 1, 2 60 pasien dari seluruh kasus infeksi menular seksual IMS . 6 Sedangkan penelitian oleh Sulistyowati dan kawan–kawan 2011 menyatakan prevalensi VB sebanyak 17, 5 dari seluruh jumlah kasus IMS yang ada di RSUD DR. Moewardi Surakarta. 7 Universitas Sumatera Utara VB berkaitan dengan beberapa komplikasi yang serius , yaitu peningkatan resiko terjadinya human imunodefeciency virus HIV atau penyakit menular seksual lainnya, resiko terjadinya infertilitas tuba dan penyakit radang panggul . 2-4,8 Pada wanita hamil VB berkaitan dengan peningkatan resiko keguguran, persalinan prematur dan berat badan bayi lahir rendah BBLR serta komplikasi postpartum , yaitu endometritis. 9-12 Identifikasi faktor–faktor resiko menunjukkan kesempatan untuk mengurangi komplikasi pada pasien VB . 7,8 Faktor–faktor resiko yang berkaitan dengan VB adalah memiliki pasangan seksual yang banyak, memiliki pasangan sesama jenis, berhubungan seksual dengan pasangan baru, pemakaian douching, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim AKDR, merokok, serta ras kulit hitam. 2,47,9,11,12 Wanita yang tidak pernah berhubungan seksual dikatakan juga dapat terkena VB. 11,12 Penelitian baru– baru ini yang dilakukan oleh Bodnar dkk 2009 menunjukkan faktor resiko lain untuk terjadinya VB, yaitu defisiensi vitamin D. Dikatakan defisiensi vitamin D merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya VB pada wanita hamil. 7 Penelitian cross sectional ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi 25 hidroksivitamin D 25 OH D serum yang merupakan metabolit utama dari vitamin D dengan terjadinya VB pada kehamilan. 3,7 Sedangkan penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Hensel dan kawan - kawan 2011 yang menilai hubungan vitamin D dengan terjadinya VB pada wanita hamil dan tidak hamil, menunjukkan adanya 1 Universitas Sumatera Utara hubungan defisiensi vitamin D dengan terjadinya VB pada wanita hamil sedangkan pada wanita tidak hamil, defisiensi vitamin D tidak secara langsung berhubungan dengan terjadinya VB dan berkaitan erat dengan kebiasaan douching, merokok dan ras kulit hitam, sehingga perlu penelitian selanjutnya mengenai kadar vitamin D dengan terjadinya VB pada wanita tidak hamil untuk dapat lebih mengkonfirmasi penelitian tersebut. Konsentrasi 25 OH D serum yang merupakan metabolit utama vitamin D dalam darah merupakan parameter untuk penentuan status vitamin D pada tubuh manusia. Tingkatan 25 OH D serum dikategorikan menjadi : defisiensi 12 ngmL, insufisiensi12-20 ngmL,suffisiensi20-80 ngmL. 7,8 Kadar optimal vitamin D serum berdasarkan aspek kesehatan manusia masih diperdebatkan, tetapi dikatakan serum vitamin D yang lebih tinggi diperlukan untuk memberikan efek positif pada penyakit. 7-9 Vitamin D merupakan regulator penting pada respon imun, dan defisiensi vitamin D telah dikaitkan dengan terjadinya peningkatan penyakit infeksi. Pengikatan vitamin D dengan reseptornya menyebabkan transkripsi beratus–ratus gen termasuk komponen integral pada sistem imunitas bawaan. Oleh karena itu vitamin D dapat mengatur pensinyalan imunitas host secara lokal. 8 Perubahan flora normal vagina yang terjadi pada VB biasanya bersamaan dengan perubahan pada imunitas bawaan pada vagina. Vitamin D berperan pada VB karena vitamin D mempengaruhi berbagai aspek dari sistem imunitas . 3 Vitamin D mengurangi bakteri abnormal pada vagina Universitas Sumatera Utara melalui induksi katelisidin dan defensin yang merupakan peptida antimikroba pada imunitas bawaan,. 3,7,8 Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kadar vitamin D serum pada pasien VB masih terbatas dan belum pernah dilakukan di Indonesia sehingga peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang perbandingan kadar vitamin D serum antara pasien VB dengan bukan pasien VB di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah